Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini
dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu
pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang kami miliki. Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan
saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari makalah ini.

Polewali, 05 November 2020

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
Bab 1..........................................................................................................................................4
Pendahuluan...............................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................5
Bab 2..........................................................................................................................................6
Pembahasan................................................................................................................................6
A. Pengertian........................................................................................................................6
B. Pembagian Puasa.............................................................................................................6
a) Puasa wajib..................................................................................................................6
b) Puasa sunnah...............................................................................................................6
c) Puasa haram.................................................................................................................6
d) Puasa makruh...............................................................................................................6
C. Syarat dan rukun Puasa...................................................................................................7
a. Syarat wajib puasa.......................................................................................................7
b. Syarat sah puasa..........................................................................................................7
c. Rukun puasa................................................................................................................7
D. Cara pelaksanaan puasa...................................................................................................8
a) Adab-adab berpuasa....................................................................................................8
b) Boleh berbuka..............................................................................................................8
c) Hal-hal Yang Diperbolehkan Ketika Berpuasa...........................................................8
d) Hal-hal yang membatalkan puasa................................................................................9
E. Hikmah berpuasa.............................................................................................................9
F. Permasalahan Kontemporer Seputar Puasa...................................................................10
Bab 3........................................................................................................................................14
Penutup.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................................15
Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala
hal lain yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang
dilakukan pada masa tertentu. Makna dan tujuannya secara umum adalah
untuk menahan diri dari segala hawa nafsu, merenung, mawas diri, dan
meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah puasa ialah
melatih manusia untuk meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang
terdapat dalam diri tiap individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang
yang menjalankan puasa pada hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari
berbagai nafsu jasmani. Puasa juga merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan taraf kehidupan, baik yang duniawi maupun akhirat. Karena
puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk
dirinya sendiri, kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka
Aku-lah yang akan member balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk
ritual agama yang dapat meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai
wahana pensucian diri guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan Ramadhan
dapat dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
segi. Dalam segi kesehatan, justru sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang
menemui permasalahan kesehatan pada saat berpuasa, maka permasalahan
itu muncul akibat yang bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan dalam
mengkonsumsi makanan.
Pembahasan mengenai ibadah puasa menarik untuk dikaji, mengingat
ajaran ibadah puasa terdapat dalam agama islam dan berlaku pada umat-umat
terdahulu hingga sekarang. Berdasarkan uraian di atas dan sebagai salah satu
tugas fiqh, maka kami akan mengkaji permasalahan seputar ibadah puasa.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak kami
bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari puasa ?
2. Bagaimana pembagian puasa menurut agama islam ?
3. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
4. Bagaimana cara pelaksanaan puasa ?
5. Apakah hikmah puasa bagi umat manusia?
6. Seperti apakah permasalahan kontemporer seputar puasa?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari puasa
2. Untuk mengetahui pembagian dari puasa menurut agama islam
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun puasa
4. Untuk mengetahui cara pelaksanaan dari puasa’
5. Untuk mengetahui hikmah menjalankan ibadah puasa
6. Untuk mengetahui masalah kontemporer seputar puasa
Bab 2

Pembahasan

A. Pengertian
Dikutip dari buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadhan oleh Majelis
Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, puasa dalam bahasa Arab
disebut dengan Shiyam. Puasa/shiyam Secara umum, berarti ‘menahan’
sebagaimana firman Allah SWT, “…Aku telah bernazar berpuasa untuk
Tuhan Yang Maha Pengasih…” Maksudnya adalah menahan diri dari
berbicara. Sedangkan secara istilah puasa adalah menahan diri dari makan,
minum, hubungan seksual suami istri dan segala yang membatalkan sejak
dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT.

B. Pembagian Puasa

a) Puasa wajib
Meliputi puasa Ramadhan, puasa kafarat (denda atau tebusan), dan puasa
nazar. Dalam mazhab Imam Syafii, yang tergolong puasa wajib juga adalah
puasa qadha, puasa pada haji dan umrah (sebagai ganti penyembelihan
dalam fidyah), serta puasa terkaitan shalat minta hujan (istisqa') ketika sudah
ada perintah dari pemimpin.

b) Puasa sunnah
Meliputi puasa Senin-Kamis, puasa Nabi Daud AS (sehari berpuasa,
besoknya tidak), puasa enam hari pada Bulan Syawwal, puasa daud, dsb.

c) Puasa haram
Meliputi Puasa bisa menjadi haram hukumnya jika dilakukan pada Hari
Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Puasa pada Hari Tasyrik, yakni tanggal 11,
12, dan 13 Zulhijah, juga hukumnya haram.

d) Puasa makruh
Meliputi Puasa jenis ini terbagi menjadi tiga macam. Pertama, puasa hari
Jumat, kecuali beberapa hari sebelumnya telah puasa. Kedua, puasa wisal,
yakni puasa yang dilakukan secara bersambung tanpa makan dan minum
pada malam harinya. Ketiga, puasa dahri atau puasa yang dilakukan secara
terus-menerus.

C. Syarat dan rukun Puasa


a. Syarat wajib puasa meliputi:
1. Islam
2. Berakal
3. Sudah baliq
4. Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit, tidak wajib puasa.
b. Syarat sah puasa meliputi:
1. Orang islam. Orang yang bukan islam tidak sah berpuasa
2. Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).
3. Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan). Orang
yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib
mengkhodo’ (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
4. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasa pada
dua hari raya dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji).
c. Rukun puasa
Setelah terpenuhinya syarat wajib dan syarat sah puasa , orang yang
menjalankan ibadah puasa harus memenuhi rukun puasa agar ibadahnya sah
dan diterima Allah SWT. Dilansir dari NU Online, rukun puasa hanya ada
dua, yaitu :
1. Niat puasa
Niat adalah penegasan status fardu dari ibadah puasa Ramadhan. Hal
ini menunjukkan kejelasan adanya ibadah, bukan hanya sekadar
kehendak menunaikannya. Menurut ulama Mazhab Syafi'i, setiap
orang yang hendak berpuasa disunahkan untuk melafalkan bacaan
niatnya.
Bacaan niat puasa Ramadan adalah sebagai berikut:
‫ان ه ِذ ِه ال َّسنَ ِة هلِل ِ تَ َعالَى‬
ِ ‫ض‬ ِ ْ‫صوْ َم َغ ٍد ع َْن أَدَا ِء فَر‬
َ ‫ض َشه ِْر َر َم‬ ُ ‫نَ َوي‬
َ ‫ْت‬
Bacaan latinnya: "Nawaitu sauma ghadin an'adai fardi syahri
ramadhani hadzihisanati lillahita'ala"
Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di
bulan Ramadan tahun ini, karena Allah Ta'ala."

2. Menahan diri dari pembatal-pembatal puasa


Rukun kedua dalam ibadah puasa sebagaimana definisinya, yakni
menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan sejak terbit
fajar (waktu subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu magrib)
dengan niat karena Allah SWT.
Terdapat beberapa hal yang membatalkan puasa, seperti makan-
minum, hubungan suami-istri di siang hari, muntah disengaja, keluar
mani disengaja, haid, nifas, serta murtad keluar dari Islam.

D. Cara pelaksanaan puasa

a) Adab-adab berpuasa
 Makan sahur
 Menyegerakan berbuka
 Berdoa ketika berbuka dan berpuasa
 Menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan puasa
 Menggosok gigi pada saat berpuasa
 Murah hati dan mempelajari Al-Qur’an
 Giat beribadah pada sepuluh hari terakhir

b) Boleh berbuka
Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada bulan Ramadhan adalah
sebagai berikut :
 Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa
 Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka,
tetapi ia wajib mengqada puasa yang ditinggalkan itu.
 Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena
tuanya, atau karena memang lemah fisiknya, bukan karena tuanya.
 Orang hamil dan menyusui anak

c) Hal-hal Yang Diperbolehkan Ketika Berpuasa


 Memakai celak dan meneteskan obat ke dalam mata
 Mencium, bagi orang yang sanggup menahan dan menguasai
syahwat atau nafsu seksualnya
 Berbekam, yaitu mengeluarkan darah dari bagian kepala
 Berkumur-kumur dan memasukkan air ke rongga hidung dengan
syarat tidak berlebih-lebihan,

d) Hal-hal yang membatalkan puasa


 Makan dan minum yang disengaja maupun tidak.
 Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali
kedalam.
 Bersetubuh.
 Keluar darah haid dan nifas.
 Mengeluarkan mani dengan sengaja.
 Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
 Murtad (keluar dari agama islam).

E. Hikmah berpuasa
Berikut ini beberapa hikmah dari berpuasa yaitu:
1. Meningkatkan Ketaqwaan Kepada Allah Swt
Hikmah puasa secara umum yaitu bisa menaikkan derajat taqwa
seseorang kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Menjalankan ibadah puasa pun tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 183
yang berbunyi:
َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
Ayat ini menunjukkan bahwa salah satu dari hikmah puasa di bulan
Ramadhan bagi umat islam yaitu, telah melaksanakan perintah Allah
Swt dan menjauhi setiap larangan-Nya.
2. Mencegah maksiat
Puasa dapat menjadi benteng bagi diri untuk mencegah melakukan
perbuatan maksiat. Selama berpuasa, setiap orang diminta untuk
menjaga hawa nafsu dan melindungi diri dari godaan setan.
3. Puasa Baik Bagi Kesehatan Jasmani
Hikmah puasa Ramadhan yang ketiga ialah bisa membantu kesehatan
jasmani sebagaimana rohani.
Dengan berpuasa, kebutuhan rohani akan kedekatan dengan Allah
SWT dapat terpenuhi. Sedangkan secara jasmani, sistem pencernaan
dalam tubuh selama sementara waktu akan istirahat dan juga memberi
kesempatan untuk mengeluarkan semua kotoran serta zat-zat berbahaya
di dalamnya.
4. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik
Dalam keadaan berpuasa, secara tidak sadar, kita akan selalu ingin
berbuat baik dan menjauh apa yang dilarang-Nya. Maka hikmah puasa
Ramadan selanjutnya adalah kita ingin selalu berusaha menjadi lebih
baik. Lagi pula, jika kita melakukan maksiat, maka akan sia-sia puasa
kita selama satu hari tersebut. Maka dari itu, saat berpuasa, sibukkan diri
dengan memikirkan dan melakukan hal-hal baik, serta sekuat tenaga
menjauhi larangan-Nya.
5. Meninggalkan Kesenangan Dunia
Keutamaan dan hikmah puasa di bulan Ramadhan berikutnya yaitu,
mampu membuat seseorang meninggalkan kesenangan duniawi. Jika
seseorang sudah merasa ada dalam titik tersebut itu berarati dia mampu
mengendalikan jiwanya. Selain itu, saat berpuasa seseorang akan sibuk
memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah Swt. Apabila
seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai
dengan makanan yang dia lahap. Hati pun akan menjadi lalai dari
memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah Swt.
6. Sarana silahturahmi
Puasa Ramadhan juga ajang menjalin silaturahmi atau tali persaudaraan
dengan keluarga, kerabat, dan teman, bahkan dengan orang-orang
Muslim lainnya.

F. Permasalahan Kontemporer Seputar Puasa


Saat ini beberapa permasalahan penting mengenai puasa akan dikaji secara
simpel dan sebagiannya adalah ulasan fikih kontemporer saat ini.
Pembahasan tersebut berasal dari fatwa dan penjelasan para ulama yang
mumpuni ilmunya.
1. Menggunakan Obat Penghalang Haid Ketika Puasa
yaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya,
“Sebagian wanita ada yang bersengaja menggunakan obat-obatan untuk
menghalangi datangnya haidh yang rutin setiap bulannya. Mereka
melakukan seperti ini dengan tujuan supaya tidak lagi mengqodho’
puasa selepas bulan Ramadhan. Apakah perbuatan seperti ini
dibolehkan? Apakah ada syarat yang tidak membolehkan wanita
menggunakan obat semacam itu?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Dalam masalah ini aku berpandangan
bahwa hendaklah wanita tersebut tidak melakukan semacam itu.
Hendaklah ia menjalankan ketetapan Allah yang telah digariskan pada
para wanita. Kebiasaan datang haidh setiap bulannya di sisi Allah
memiliki hikmah yang amat banyak jika kita mengetahuinya. Hikmah
yang dimaksud adalah bahwa kebiasaan datang haidh ini termasuk
kebiasaan yang normal, di mana haidh ini terjadi untuk tujuan
menghalangi si wanita dari berbagai bahaya yang dapat memudhorotkan
dirinya. Para pakar kesehatan telah menjelaskan efek negatif dari
penggunaan obat semacam itu. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda, “Laa dhororo wa laa dhiroor (Tidak ada bahaya
dalam syari’at ini dan tidak boleh mendatangkan bahaya tanpa alasan
yang benar).” Oleh karena itu, dalam masalah ini aku berpandangan
bahwa wanita hendaklah tidak menggunakan obat-obatan untuk
mengahalangi datangnya haidh. Alhamdulillah berkat karunia Allah, jika
datang haidh, wanita muslimah diperkenankan untuk tidak mengerjakan
puasa dan shalat. Ketika ia kembali suci, ia boleh kembali mengerjakan
puasa dan shalat. Jika berakhir Ramadhan, ia hendaklah mengqodho’
puasanya yang luput tadi.” [Sumber: Fatwa Al Islam Sual wa Jawab no.
7416].
2. Penggunaan Ventolin bagi Penderita Asma Saat Puasa
Asma merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan penyempitan
saluran nafas (bronkhus) yang tingkatnya bervariasi dari waktu ke
waktu. Penyakit ini timbul didasarkan atas reaksi peradangan saluran
nafas terhadap zat-zat perangsang yang berhubungan dengan penderita.
Penderita asma biasa menggunakan ventolin berupa sprayer yang
disemprotkan ke dalam mulut ketika asma kambuh. Ventolin ini terdiri
dari tiga unsur yaitu: (1) bahan kimia, (2) H20 dan (3) O2. Penggunaan
ventolin adalah dengan cara menekan sprayer kemudian gas ventolin
masuk melalui mulut ke faring, lalu ke dalam trakea, hingga bronkhus,
tetapi ada sebagian kecil yang tetap di faring dan ada pula yang masuk
kerongkongan sehingga bisa masuk terus ke dalam perut.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


Mengenai penggunaan ventolin, para ulama berselisih pendapat.
 Pendapat pertama: Tidak membatalkan puasa. Inilah pendapat
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Sholih Al
‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin dan Al Lajnah Ad Daimah.
Alasan mereka yaitu:
 Obat sprayer asma ini masuk ke dalam kerongkongan. Dan
sangat sedikit sekali yang masuk ke perut (lambung). Seperti
itu tidaklah membatalkan seperti halnya berkumur-kumur dan
memasukkan air dalam hidung. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq
(memasukkan air dalam hidung) kecuali jika engkau
berpuasa.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah,
hasan shahih)
 Para pakar kesehatan menyebutkan bahwa siwak itu
mengandung 8 unsur kimia yang bisa merawat gigi dan gusi
dari penyakit. Zat siwak tersebut nantinya larut dengan air liur
dan masuk ke faring. Padahal menggunakan siwak ini
dianjurkan pula ketika sebagaimana ada riwayat secara
mu’allaq (tanpa sanad) dari ‘Amir bin Robi’ah, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersiwak saat
puasa dan jumlahnya tak terhitung.” Jika unsur-unsur dalam
siwak saja dimaafkan masuk ke dalam perut karena jumlahnya
sedikit dan bukan maksud untuk makan/minum, maka
demikian halnya dengan obat semprot asma dimaafkan pula.
 Menggunakan obat sprayer asma semacam ini tidaklah
semisal dengan makan dan minum
 Pendapat kedua: Penggunaan obat spray asma atau ventolin
membatalkan puasa dan tidak boleh digunakan saat Ramadhan
kecuali dalam keadaan hajat saat sakit dan jika digunakan puasanya
harus diqodho’. Inilah pendapat Dr. Fadl Hasan ‘Abbas, Dr.
Muhammad Alfi, Syaikh Muhammad Taqiyuddin Al ‘Utsmani dan
Dr. Wahbah Az Zuhailiy.

3. Waktu buka puasa di pesawat


Para ulama di Al Lajnah Ad Daimah (komisi Fatwa Kerajan Saudi
Arabia) pernah ditanya, “Kapan waktu berbuka puasa di bulan
Ramadhan di tengah-tengah perjalanan pesawat?”
Jawab: Jika siang hari seseorang yang berpuasa berada di pesawat dan ia
tetap menjalankan puasanya hingga malam hari (tenggelamnya
matahari), ia tidaklah boleh berbuka puasa kecuali jika telah
tenggelamnya matahari. Tenggelamnya matahari di sini dilihat dari
posisi orang yang melakukan perjalanan (bukan dari tempat awal ia
berpuasa, pen). [Fatwa Al Lajnah Ad Daimah no. 5468, 10/138. Yang
menandatangani fatwa ini, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz
selaku ketua, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi selaku wakil ketua, Syaikh
‘Abdullah bin Ghudayan dan Syaikh ‘Abdullah bin Qo’ud selaku
anggota]

Bab 3

Penutup

A. Kesimpulan
a. Pengertian puasa/shiyam ialah:
1. Secara umum, puasa berarti ‘menahan
2. Menurut istilah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan
puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat.
b. Pembagian puasa terdiri dari:
1. Puasa wajib
2. Puasa sunnah
3. Puasa haram
4. Puasa makruh
c. Syarat puasa terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Syarat wajib puasa :
 Islam
 Berakal
 Sudah baliq
 Kuat berpuasa. Orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau
sakit, tidak wajib puasa.
2. Syarat sah puasa :
 Orang islam. Orang yang bukan islam tidak sah berpuasa
 Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak baik).
 Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah habis melahirkan).
 Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. dilarang puasa pada
dua hari raya dan hari tasyrik (tanggal 11,12, 13 bulan haji).
Rukun puasa yaitu niat dan menahan diri dari segala yang membatalkan
puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.
d. Cara pelaksanaan puasa yaitu dengan niat pada malam sebelum sahur, berdoa
ketika berbuka dan berpuasa, menyegerakan berbuka, selama berpuasa
hendaknya menghindari segala hal yang dapat membatalkan puasa,
memperbanyak amalan dan giat beribadah selama berpuasa.

B. Saran
1. Sebagai seorang muslim kita seharusnya mengetahui pengertian puasa,
pembagian puasa , syarat wajib dan syarat sah dan rukun puasa , tata cara
melaksakan puasa, dan hikmah yang dapat kita ambil dalam melakssanakan
ibadah puasa agar tidak keliru ketika menjalankan puasa nantinya.
2. Ketika menjalankan ibadah puasa, sebaiknya selalu berserah diri kepada
Allah dan selalu berdoa kepada-Nya. Karena tantangan dan godaan ketika
berpuasa tidaklah mudah bila dirasakan. Serta selalu menghindari hal-hal
yang dapat membatalkan puasa kita.
Daftar Pustaka
1. Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho: https://rumaysho.com/2701-
4-permasalahan-kontemporer-seputar-puasa.html
2. https://www.99.co/blog/indonesia/hikmah-puasa-ramadhan/#:~:text=Hikmah
%20puasa%20secara%20umum%20yaitu,Allah%20Swt%20dan%20Rasulullah
%20Saw.&text=%E2%80%9CHai%20orang%2Dorang%20yang%20beriman,.%20Al
%20Baqarah%3A%20183).
3. https://www.merdeka.com/jatim/5-hikmah-puasa-ramadhan-bagi-umat-islam-yang-
perlu-anda-ketahui-kln.html
4. https://blog.kitabisa.com/rukun-puasa-berdasarkan-fiqh-islam/
5. https://republika.co.id/berita/q8mf5n458/mengenal-empat-hukum-puasa-dalam-islam
6. https://www.merdeka.com/peristiwa/ini-tingkatan-puasa-menurut-imam-ghazali-
kamu-berada-di-kelas-mana-ramadan-2017.html
7. https://portal-ilmu.com/pengertian-puasa/
8. https://www.tribunnews.com/ramadan/2020/04/28/pengertian-puasa-beserta-bacaan-
niat-dan-hal-hal-yang-dapat-membatalkannya

Anda mungkin juga menyukai