Disusun oleh:
185080507111012
B02
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang Sifat-Sifat Biologi Induk Ikan untuk Pembenihan Ikan
dengan baik dan benar. Makalah ini berisi mengenai berbagai sifat-sifat biologi ikan
dalam hal proses reproduksi dan prospek pembenihan ikan di masa depan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, baik
dari dosen maupun lainnya. Oleh karena itu, penulis ingin berterimakasih pada
pihak-pihak tersebut.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat
dalam hal pengetahuan pembenihan ikan, khususnya sivitas akademika FPIK UB
dan juga memberi inpirasi terhadap pembaca untuk bisa berwirausaha.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6
2.1. Pengertian Pembenihan Ikan......................................................................6
2.2. Sifat Biologi Ikan..........................................................................................7
2.2.1. Ikan Bandeng (Chanos chanos)...............................................................7
2.2.2. Ikan Bubara atau Kuwe (Caranx spp.).....................................................9
2.2.3. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)..........................................................10
2.2.4. Ikan Gurami (Osphronemus goramy).....................................................12
2.2.5. Ikan Mas (Cyprinus carpio)....................................................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.................................................................................................16
3.2. Saran...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
5
mengetahui bagaimana ikan tersebut memijah, melakukan ruaya atau migrasi yang
merupakan dasar dari teknik pembenihan ikan untuk upaya agar memperoleh benih
ikan berkualitas tinggi tanpa ada kekurangan sama sekali.
6
BAB II PEMBAHASAN
7
2.2. Sifat Biologi Ikan
8
ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis telur dan air dan salah satu faktor
penting yang mempengaruhinya adalah salinitas. Pada telur ikan bandeng memiliki
toleransi salinitas yang cukup luas sama halnya dengan sifat yang dimiliki oleh
induknya. Telur yang mengapung memiliki kualitas lebih baik dari telur yang
tenggelam serta salinitas di atas 23 ppt hingga 30 ppt merupakan salinitas yang
optimum untuk penetasan telur ikan bandeng (Karina et al., 2012). Menurut Yuniar
(2017), telur ikan bandeng biasanya berukuran kecil dengan garis tengah 0,3 – 0,5
mm, fekunditasnya biasanya mencapai 100.000 – 300.000 butir dan tingkat
kepedulian induknya kecil (negative parental care).
9
Gambar 3. Morfologi Ikan Kuwe
(Google Image, 2021)
Menurut Dharma (2018), menyatakan bahwa ikan kuwe hidup pada
perairan pantai yang dangkal, karang dan batu karang, termasuk spesies
benthopelagic. Ikan kuwe memiliki panjang tubuh 60-110 cm, hidup pada kedalaman
12 m dan sering ditemukan pada laut tropis dan sub tropis. Selain itu, Maherung et
al., (2018) juga mengemukakan bahwa ikan kuwe melakukan migrasi di daerah
pasang surut mengikuti naik-turunnya air pasang yang bertujuan untuk mencari
makan, melindungi diri dari predator dan memijah. Bentuk gigi canine pada rahang
atas dan bawah menjadi ciri khas kelompok ikan karnivora yang memakan ikan dan
crustasea berukuran kecil. Ikan kuwe juga efisien memanfaatkan makanan serta
mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat serta memiliki laju pertumbuhan yang
lebih tinggi.
10
berhubungan dengan saat pemberian pakan awal pada larva untuk melanjutkan
kehidupannya. Proses untuk mendapatkan nutrisi eksogen memerlukan waktu yang
tepat, yaitu pada saat cadangan makanan belum habis teserap secara menyeluruh.
2.2.3. Ikan
Kakap Putih (Lates
calcarifer)
Menurut Cahyani (2019), kakap putih dapat hidup di daerah laut yang
berlumpur, berpasir, serta di ekosistem mangrove. Ikan kakap yang hidup di laut
lebih besar ukurannya dibandingkan yang hidup di air payau atau di air tawar. Kakap
putih akan menuju daerah habitat aslinya jika akan memijah yaitu pada salinitas 30 –
32 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih tersebut akan
beruaya ke air payau. Habitat ikan kakap berada di sungai, danau, muara, dan
perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan krustase dan ikan-ikan kecil.
11
Ikan kakap putih lebih suka memangsa jenis-jenis ikan yang berukuran lebih kecil
dari pada ukuran tubuh ikan tersebut. Kebiasaan makan ikan kakap putih yaitu
dengan berdiam diri menunggu pakan atau makanan mendekati dirinya. Kebiasaan
makan juga mempengaruhi kecepatan konsumsi pakan. Selain dari kualitas protein,
kebiasaan makan pada ikan juga sangat menentukan jumlah konsumsi pakan,
kecepatan dalam mengkonsumsi pakan sehingga sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan.
12
induk betina 1,5 kg dengan panjang 47 cm. Mayunar dan Slamet (2000),
menjelaskan bahwa pemijahan ikan kakap putih terjadi dalam dua musim yaitu
Januari-Mei dan Oktober-Desember dengan puncaknya pada bulan Maret dan
Desember. Telur yang dihasilkan dari pemijahan ikan tersebut berkisar 6,4-43,8 juta
butir atau 1,2-3,2 juta untuk setiap induk betina. Telur memiliki diameter antara 756-
832 µm dan gelembung minyak 167-259 µm, sedangkan derajat pembuahan dan
penetasan telur adalah 46,7%-98,7% dan 20,5%-92,0%. Waktu yang dibutuhkan
telur dari pembuahan sampai menetas adalah 12-15 jam pada suhu air 27 ° -30° C
dan salinitas 30-32 ppt.
Habitat ikan gurami berada pada air tawar sampai sedikit air yang
bersalinitas, berair jernih dan dasar kolam yang kurang lumpurnya. Lokasi
pemeliharaan bisa dilakukan pada ketinggian 50-400 m diatas permukaan laut
dengan suhu 24-28° C sekurang-kurangnya 75 cm. Pertumbuhan ikan gurami
cenderung lambat yang dikarenakan faktor biologis dan lingkungan. Untuk
pertumbuhan pH-nya berkisar antara 7-8 yang cenderung netral (Sitepu, 2016).
13
dan menciumi bagian ventral ikan betina, hingga melakukan gerakan bergulingan,
menghadang dari depan dalam satu kali siklus pemijahan. Sebelumnya, induk jantan
akan mempersiapkan sarang berupa anyaman dari rumput-rumput kering, hingga
membentuk seperti sarang burung. Ketika menjelang pemijahan ikan jantan akan
melakukan kegiatan perayuan pada ikan-ikan betina yang sudah matang gonad,
setelah itu induk betina akan menutupi sarang dengan rumput kering dan menjaga di
depan sarang. Pada saat menjaga calon anaknya ini, induk betina akan mengipas-
ipaskan sirip terutama sirip ekornya ke arah sarang dan gerakan ini akan
meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Jumlah telur yang dihasilkan
saat pemijahan adalah 100.000 butir/kg BB.
14
Menurut Alminiah (2015), habitat ikan mas berada pada perairan yang
cukup deras (perairan lotik). Ikan mas dapat hidup di daerah dengan ketinggian 150-
600 m diatas permukaan laut dan bersuhu 25-30° C. Ikan mas juga bisa hidup di
perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas 25-30%. Ikan mas tergolong
jenis omnivore yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik berasal dari
hewan maupun tumbuhan yang berukuran kecil seperti serangga. Tetapi, makanan
utamanya adalah tumbuhan dan hewan yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
15
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
16
benih ikan. Pemahaman mengenai sifat-sifat biologi ikan perlu dilakukan sebagai
wawasan tambahan bagi pembudidaya ikan.
Ikan-ikan seperti kakap putih, kuwe, bandeng, gurami dan mas memiliki
perbedaan sifat biologi ikan. Pada umumnya, ikan jantan maupun betina akan
mematangkan gonad hingga siap memijah, dengan cara melakukan pembuahan
telur oleh sperma hingga menetas menjadi larva. Larva ikan tersebut memperoleh
makanannya dari yolksac dan setelah itu mencari makanannya dari lingkungan yang
ada. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan larva hingga benih adalah kondisi
biologis dan lingkungan.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
17
Konservasi Perairan Daerah, Purwakarta, Jawa Barat. Journal of Aquaculture
and Fish Health, 9(1), 30-37.
Alminiah, A. (2015). Pengendalian ektoparasit pada benih ikan mas (Cyprinus carpio
L.) dengan penambahan garam dapur (NaCl) di Balai Benih Perikanan
Plalangan Kalisat Kabupaten Jember.
Cahyani, D. G. F. 2019. Efektivitas pemberian pakan mandiri terhadap laju
pertumbuhan benih kakap putih Lates Calcarifer (Bloch, 1790) yang dipelihara
dalam bak terkontrol. [Skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Dharma, T. S. (2019). TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN KUWE (Caranx ignobilis,
FORSSKALL) DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA
LAUT DI DAERAH PESISIR. Prosiding Seminakel, 1(1).
Google Image. 2021. https://www.google.com (Diakses pada tanggal 22 Februari
2021).
Haque, M. A., M. I. Hossain, S. A. Uddin and P. K. Dey. 2019. Review on
distribution, culture practices, food and feeding, brood development and
artificial breeding of seabass, Lates Calcarifer (Bloch 1790): Bangladesh
perspective. Research in Agriculture, Livestock and Fisheries. 6 (3): 405-414.
Karina, S., Rizwan, R., dan Khairunnisak, K. (2012). Pengaruh salinitas dan daya
apung terhadap daya tetas telur ikan bandeng, Chanos-chanos. DEPIK Jurnal
Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan, 1(1).
Maherung, S., Bataragoa, N. E., dan Salaki, M. S. (2018). Ukuran dan Kebiasaan
Makan Ikan Kwee (Caranx spp) di Daerah Intertidal Sekitar Laboratorium
Basah FPIK Unsrat Likupang. Jurnal Ilmiah Platax, 6(1), 6-11.
Mayunar, M., dan Slamet, B. (2017). MONITORING MUSIM, FEKUNDITAS DAN
KUALITAS TELUR IKAN KAKAP PUTIH, Lafes calcarifer DARI HASIL
PEMIJAHAN ALAMI DALAM KELOMPOK. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia, 6(1), 54-58.
Ramadhan, R., dan Sari, L. A. (2018). Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Secara Alami di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air
Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture and Fish
Health, 7(3), 124-132.
Ridho, M. R. dan Enggar Patriono. 2016. Aspek reproduksi ikan kakap putih (Lates
calcarifer Block) di Perairan Terusan Dalam Kawasan Taman Nasional
Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains. 18 (1): 1-7
SITEPU, L. L. E. (2016). EFEK PERENDAMAN EKSTRAK Spirulina platensis
SEBAGAI IMUNOSTIMULAN TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT DAN HITUNG
JENIS LEUKOSIT IKAN GURAME (Osphronemus goramy) YANG DIINFEKSI
BAKTERI Aeromonas hydrophila (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Sukardi, S., Yanto, S., dan Kadirman, K. (2020). PENGARUH WARNA CAHAYA
LAMPU DAN INTENSITAS CAHAYA YANG BERBEDA TERHADAP
RESPONS BENIH IKAN BANDENG (Chanos–Chanos forskal) dan BENIH
18
IKAN NILA (Oreochromis niloticus). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3,
242-250.
Usman, U., Pongsapan, D. S., dan Rachmansyah, R. (2017). BEBERAPA ASPEK
BIOLOGI REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKANAN IKAN KIIWE
(CARANGIDAE) DI SBLAT MAKASAR DAN TELUK AMBON. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 2(3), 12-17.
Yuniar, I. (2017). Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya: Hang Tuah University Press
19