Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSE MEDIS

STROKE HEMORAGIK

DI SUSUN OLEH

SRI INDRININGSI
2020032085

CI. LAHAN CI.INSTITUSI

Nova Ningsih,S.Kep.,Ns Ns. Ismawati,M.Sc

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
BAB 1

Tinjauan Teori

A.  KONSEP MEDIS

1. Definisi

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak

pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi

antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya

kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2019).

Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga

menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di

otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2019).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis

stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah

tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia

dan berakhir dengan kelumpuhan.

2. Anatomi dan Fisiologi

Otak merupakan suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat

computer dan semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak didalam

rongga tengkorak yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Berat jaringan otak

manusia kira-kira merupakan 2% dari berat orang dewasa. Otak menerima 20% dan

seluruh curah jantung dan membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian O 2 tubuh. Otak

merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh

manusia dan membutuhkan O2 serta glukosa melalui aliran darah tetap konstan
karena jaringan otak sangat rapuh. Bila aliran darah ke otak terhenti selama 10 detik

saja dapat mengakibatkan kesadaran mungkin sudah akan hilang dan dalam beberapa

menit saja dapat menimbulkan kerusakan irreversibel yang kritis sebagai pusat

integritas dan koordinasi organ dan system efektor perifer tubuh dan berfungsi

sebagai penerima informasi mengeluarkan implus dan tingkah laku.

Bagian-bagian hemisfer otak. setiap hemisfer serebri dibagi dalam 4 lobus,

yaitu: lobus frontal, pariental, temporal dan oksipital, fungsi dari setiap lobus

berbeda-beda. Lobus frontal terlihat dalam mental, emosi, dan fungsi fisik. Bagian

anterior mempunyai peran dalam control tingkah laku social, pendapat dan aktivitas

intelektual yang kompleks, bagian sentral dan posterior mengatur fungsi motorik.

Lobus parietal, menterjemahkan input sensorik sensasi yang dirasakan pada satu sisi

bagian tubuh yang lain diterjemahkna melalui lobus pariental bagian kontra lateral.

Sensasi somatic yang diterima dalah nyeri, temperature, sentuhan dan tekanan, lobus

pariental juga berperan dalam proses memory. Lobus oksipital mengandung daerah

veiseral primer dan daerah gabungan visual. Daerah visual primer menerima

informasi dan menafsirkan warna. Lobus temporalis berfungsi dalam sensorik

pendengaran, penciuman dan rasa.

3. Aspek Epidemiologi

Insiden kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana

10 – 15 % merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan intraserebral.

Mortalitas dan morbilitas pada stroke hemoragik lebih bera dari pada stroke iskemik.

Dialporkan hana 20 % saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian

fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40 – 80 % yang akhirnya meninggal pada 30

hari pertama setelah serangan dan sekitar 50 % meninggal pada 48 jam pertama.
4. Etiologi

a. Trombosis adalah bekuan darah di dalam pembuluh darah otak Contohnya :

Arteriosklerosis.

b. Embolisme serebral adalah tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah atau

material lain (lemak, tumor) yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.

c. Iskemia adalah penurunan aliran darah atau kekurangan suplai oksigen yang

menuju otak, Contohnya : karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai

darah ke otak.

d. Hemoragi Serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan

kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak, akibatnya adalah penghentian

suplai darah ke otak, Contohnya : Hipertensi.

e. Pecahnya pembuluh darah diotak karena kerapuhan pembuluh darah otak,

Contohnya : aneurisma

5. Patofisiologi

Stroke hemoragik di sebabkan oleh pembuluh darah pecah menyebabkan

darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan

perubahan komponen intra kranial yang tidak dapat di kompensasi tubuh akan

menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak

sehinga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau

ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak atau

penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak baik,

sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.


7. Manifestasi Klinik

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah ( hepiparesis ) yang timbul

secara mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau anggota badan

c. Penurunan kesadaran ( konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma )

d. Afasia ( kesulitan dalam bicara )

e. Ataksia

f. Gangguan penglihatan, diplopia

8. Klasifikasi

a. Perdarahan Intraserebri

Perdarahan intraserebri merupakan perdarahan primer yang berasal dari pembuluh

darah dalam parenkim otak. Perdarhan ini terjadi karena pecahnya pembuluh

darah karena hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.

b. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan ini sering terjadi karena ruptur anurisma dimana terjadi kelemahan

kongenital yang terjadi pada percabangan sirkulus willisi, dan malformasi

arteriovenosa. Pecahnya arteri dan keluarnya ke subarachnoid menyebabkan

peningkatan TIK mendadak, struktur peka nyeri meregang, dan vasospasme

pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global ( nyeri kepala,

penurunan kesadaran ) maupun lokal ( hemipalese, afasia, gangguan

hemisensorik).

9. Pencegahan

a. Hindari merokok, kopi, dan alcohol


b. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal ( cegah kegemukan )

c. Batasi intake garam bagi penderita hipertensi

d. Konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur

e. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin

f. Hindari stress berlebihan

10. Penatalaksanaan

a. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral

Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,

sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan

awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan

memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /

memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.

b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang

berlebihan, pemberian dexamethason.

c. Pengobatan

1) Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada

fase akut

2) Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa

trombolitik / emobolik

3) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

d. Penatalaksanaan Pembedahan

Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.

Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa


penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.

Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan

kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan

11. Komplikasi

Peningkatan tekanan intracranial dan herniasai adalah komplikasi yang

paling di takutkan pada perdarahan intraserebral, perburukan ederma serbri sering

mengakibatkan deteonisasi pada 24 samai 48 jam pwertama. Perdarahan awal juga

berhubungan dengan deternisasi neurologis dalam 3 jam pertama. Pada pasien

dalam keadaan waspada, 25% akan mengalami penurunan kesadaran dalam 24 jam

pertama.
B. Proses Kperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat

1) Data Subyektif :

a) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis

b) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

2) Data obyektif:

a) Perubahan tingkat kesadaran

b) Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) ,

kelemahan umum.

c) Gangguan penglihatan

b. Sirkulasi

1) Data Subyektif :

a) Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung

endokarditis bacterial ), polisitemia.

2) Data obyektif :

a) Hipertensi arterial

b) Disritmia, perubahan EKG

c) Pulsasi : kemungkinan bervariasi

d) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

c. Integritas ego

1) Data Subyektif :

a) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

2) Data obyektif :
a) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan ,

kegembiraan

b) Kesulitan berekspresi diri

d. Eliminasi

1) Data Subyektif :

a) Inkontinensia, anuria

b) Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara usus

( ileus paralitik )

e. Makan/ minum

1) Data Subyektif :

a) Nafsu makan hilang

b) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

c) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

d) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah

2) Data obyektif :

a) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan

faring )

b) Obesitas ( faktor resiko )

f. Sensori neural

1) Data Subyektif :

a) Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

b) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub

arachnoid.
c) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati

d) Penglihatan berkurang

e) Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada

muka ipsilateral ( sisi yang sama )

f)Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

2) Data obyektif :

a) Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan

tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi

kognitif

b) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke,

genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam 

( kontralateral )

c) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

d) Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/

kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global

/ kombinasi dari keduanya.

e) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil

f) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

g) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi

lateral

g. Nyeri / kenyamanan

1) Data Subyektif :

a) Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya


2) Data Obyektif :

a) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h. Respirasi

1) Data Subyektif :

a) Perokok ( faktor resiko )

2) Data Obyektif

a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

c)Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

i. Keamanan

1) Data Obyektif :

a) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

b) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

c) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali

d) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh

e) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,

berkurang kesadaran diri

j. Interaksi sosial

1) Data Obyektif :

a) Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi


k. Pengajaran / pembelajaran

1) Data Subjektif :

a) Riwayat hipertensi keluarga, stroke

b) Penggunaan kontrasepsi oral

l. Pertimbangan rencana pulang

1) Data subyektif

a) Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

b) Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri

dan pekerjaan rumah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan perdarahan

intraserebral oklusi otak, vasospasme, dan edema otak 

b. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

c. kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  neuromuskuler, penurunan kekuatan

dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi otot

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan berhubungan dengan

Keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat

f. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama

g. Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan

dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.


h. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi

secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, dan

perubahan tingkat kesadaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adib,M. 2019. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan

Stroke. Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika.

Artini, Ria.2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Persyarafan, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made

Kriasa.EGC.Jakarta

Muttaqin, Arif. (2018). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nanda, Nic-Noc, 2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis, Edisi

Revisi Jilid 2. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai