Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFICATION OF BACTERIA THROUGH BIOCHEMISTRY TEST

Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mendetermnasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi melalui sifat-sifat fisiologisnya. Proses biokimia erat
kaitannya dengan metabolism sel, yaitu selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang menghasilkan
energy maupun yang menggunakan energy untuk sintesis komponen-komponen sel dan untuk kegiatan selular,
seperti pergerakan. Suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologinya
saja, sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ciri
fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang sangat penting di dalam identifikasi specimen bakteri yang
tidak dikenal karena secara morfologi biakan ataupun sel bakteri yang berada dapat tampak serupa, tanpa hasil
pengamatan fisiologis yang memamadai mengenai kandungan organik yang diperiksa, maka penentuan
spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakterisasi dan klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik maupun biokimia. Mikroorganisme dapat tumbuh pada beberapa tipe media
yang memproduksi metabolit yang dapat dideteksi dengan reaksi antara mikroorganisme dengan regaen test
yang dapat menghasilkan perubahan warna reagen.

1. Uji Indol
Media yang dipakai adalah pepton 1%. Uji indol digunakan untuk mengetahui bakteri mempunyai enzim
triptophanase atau tidak, sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino tryptophan membentuk
indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen Kovac’s yang berisi paradimetil amino
bensaldehid.
Interpretasi hasil :
Negatif (-) : tidak terbentuk lapisan cincin merah pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk
indol dari tryptophan sebagai sumber karbon.
Positif (+) : terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk
indol dari tryptophan sebagai sumber karbon
Kontrol tes :
Indol tes (-) : Salmonella typhii, Enterobacter aerogenes
Indol tes (+) : Escherichia coli, Klebsiella oxytoca

Gambar 1. Uji Indol

2. Uji MR
Media yang digunakan adalah pepton glukosa phosphate. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya
fermentasi asam campuran (metil glikon).
Interpretasi hasil :
1
MR tes (-) : tidak terjadi perubahan warna media setelah ditambah methyl red 1% (warna tetap kuning)
MR tes (+) : terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambah methyl red 1%, artinya bakteri
menghasilkan asam campuran (metilen glikogen) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam media
MR.
Kontrol tes :
MR tes (-) : Klebsiella pneumonia, Enterobacter sp.
MR tes (+) : Escherichia coli, Citrobacter sp.

Gambar 2. Uji MR

3. Uji VP
Media yang dipakai adalah pepton glukosa phosphate. Uji ini digunakan untuk mengetahui pembentukan
asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil fermentasi glukosa.
Inaterpretasi hasil :
VP tes (-) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan α naphtol 5% dan
KOH 40% (warna tetap kuning)
VP tes (+) : terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan α naphtol 5% dan
KOH 40%, artinya hasil akhir fermentasi bakteri adalah asetil metil karbinol (asetoin)
Kontrol tes :
VP tes (-) : Escherichia coli.
VP tes (+) : Enterobacter cloacae

Gambar 3. Uji VP

4. Uji Citrat
Media yang dipakai adalah simons citrate. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada media Simon citrat berisi indicator BTB (Brom Tymol Blue).
Apabila bakteri menggunakan citrat sebagai sumber karbon, maka media berubah menjadi basa dan berubah
warna menjadi biru.

2
Interpretasi hasil :
Citrat tes (-) : tidak terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, artinya bakteri tidak memiliki
enzim citrat permease, yaitu enzim spesifik yang membawa citrate ke dalam sel.
Citrat tes (+) : terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi biru, artinya bakteri menggunakan citrat
sebagai salah satu / satu-satunya sumber karbon
Kontrol tes :
Citrat tes (-) : Escherichia coli.
Citrat tes (+): Enterobacter aerogenes

Gambar 4. Uji Citrat

5. Uji Urease
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim urease yang dapat
menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi indicator phenol red.
Interpretasi hasil :
Urease tes (-) : tidak terjadi perubahan warna media (earna tetap kuning), artinya bakteri tidak dapat memecah
urea menjadi amoniak
Urease tes (+) : terjadi perubahan warna pada media menjadi pink/merah jambu, artinya bakteri memecah urea
membentuk amoniak.
Kontrol tes :
Urease tes (-) : Escherichia coli.
Urease tes (+): Enterobacter aerogenes

Gambar 5. Uji urease

6. Uji Motilitas
Media yang digunakan adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan agar-agar 0,2-0,4%.
Tujuan dari uji ini adalah mengetahui gerak bakteri, bias menggunakan media MO (motilitas Ornitin) atau
SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain untuk melihat motilitas, juga untuk tes indol dan
pembentukan H2S.

3
Interpretasi hasil :
Motility tes (-) : terlihat adanya warna putih hanya pada bekas tusukan inokulasi
Motility tes (+) : terlihat adanya penyebaran berwarma putik seperti akar di sekitar inokulasi, hal ini
menunjukkan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang artinya bahwa
bakteri tersebut memiliki flagel.

Gambar 6. Uji motilitas pada media MO

7. Uji TSIA
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi karbohidrat. Pada
media TSIA berisi 3 macam karbohidrat, yaitu glukosa, laktosa dan sukrosa. Indicator yang digunakan adalah
phenol red yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam.
Glukosa berada di dasar media, sedangkan laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng. Selain menggunakan
media TSIA dapat pyla menggunakan mdia KIA (Kligers Iron Agar), bedanya pada media KIA hanya berisi 2
macam karbohidrat, yaitu glukosa dan laktosa.
Interpretasi hasil :
• Hanya memfermentasi glukosa : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng
(slant) berwarna merah  Alk/A atau K/A
• Memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning dan lereng (slant)
berwarna kuning  A/A
• Tidak memfermentasi semua karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna merah dan lereng (slant)
berwarna merah  Alk/Alk
Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari terangkatnya atau
pecahnya agar. Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui H2S, yaitu melihat apakah bakteri
memfermentasi metionin dan sistein (asam amino yang mempunyai gugus S). pada media TSIA terdapat asam
amino metionin dan sistein, jika bakteri memfermentasi kedua asam amino ini, maka gugus S akan keluar dan
gugus S akan bergabung dengan H2O membentuk H2S  selanjutnya H2S bergabung dengan F22+ mebentuk
FeS berwarna hitam dan mengendap.

Gambar 7. Uji TSIA


8. Uji Gula-Gula
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah bakteri mampu memfermentasi masing-masing jenis gula
membentuk asam. Media yang digunakan adalah masing-masing jenis gula dengan konsentrasi 1% dalam
pepton. Masing-masing gula-gula ditambahkan indikatir phenol red (PR).

4
Interpretasi hasil :
(-) : tidak terjadi perubahan warna media, artinya bakteri tidak memfermantasi gula
(+) : terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning, artinya bakteri memfermentasi gula
Catatan :
Di dalam media gula-asam, positif + gas (+g) : terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning,
artinya bakteri memfermentasi gula membentuk asam dan gas. Gas yang diperhitungkan, minimal 10% dari
tinggi tabung durham.

Gambar 8. Uji Gula-gula

9. Uji LIA (lysine Iron Agar)


Media LIA berbentuk padat berwarna ungu, di dalam tabung miring. Teknik isolasinya menggunakan
teknik tusuk dan gores zig zag. Tujuan uji LIA adalah untuk mengetahui apakah bakteri mengandung
enzim decarboxylase yang akan menguraikan lysine menjadi caqaverin yang bersifat basa karena adanya
indicator Brom Cresol Purple (BCP) tetap berwarna ungu.
Interpretasi hasil :
(-) : berwarna selain ungu (coklat)
(+) : berwarna ungu

Gambar 9. Uji LIA


The lysine iron agar slant or LIA slant test is used to distinguish bacteria which are able to decarboxylate lysine
and/or produce hydrogen sulfide from those that cannot. This test is particularly useful for distinguishing different
Gram-negative bacilli-especially among Enterobacteriaceae

10. PAD (Phenil Alanin Diaminase)


Media PAD berbentuk padat berwarna putih di dalam tabung berbentuk miring. Tujuan media PAD adalah
untuk mengetahui apakah bakteri mampu menghasilkan enzim phenil alanine diaminase yang akan
menguraikan phenil alanine menjadi piruvat. Setelah penambahan FeCl3 akan menjadi hijau.
Cara kerja :
Bakteri yang akan diperiksa ditanam pada PAD tube  inkubasi 370C 24 jam  koloni yang tumbuh
ditetesi FeCl3 10% sebanyak 2-3 tetes
Interpretasi hasil :
(-) : koloni tetap berwarna agak kuning oleh karena FeCl3
(+) : koloni berwarna hijau-biru
5
Kontrol test :
PAD (-) : Salmonella sp., Shigella sp., Escherichia sp.
PAD (+) : Proteus sp., Providencia sp., Morganella sp.

(a) (b)
Gambar 10. Uji PAD
(a) PAD negatif; (b) PAD positif

11. Nitrate Reduction Test (Nitrite Test)


Nitrate agar direkoemndasikan untuk deteksi nitrat yang dihasilkan oleh bakteri. Reagensia yang
digunakan :
- Nitrat agar tube
- Reagen nitrit I : 0,8 g Sulfacilic acid; 100 ml 0,2 N acetic acid
- Reagen nitrit II : 0,5 g α naphtylamin; 100 mL 0,2 N ACETIC ACID
- Stock kultur bakteri yang akan diuji
Pelaksanaan Tes :
Bakteri yang akan diuji ditanam pada nitrate agar tube  inkubasi 370C 24 jam  koloni yang tumbuh
ditetesi dengan reagen nitrit I 2 tetes dan reagen nitrit II 2 tetes
Interpretasi hasil :
Nitrite test (-) : tidak terjadi warna merah
Nitrite tes (+) : terjadi warna merah
Kontrol tes :
Nitrit tes (-) : Acinetobacter iwoffii
Nitrit tes (+) : Escherichia coli

Gambar 11. Nitrate reduction test

12. DNase Test (Deoxyrybonuclease test)


DNase merupakan media diferensial yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
menghasilkan deoxyribonuclease (DNase). Media ini berwarna hijau pucat (pale green color) karena
penambahan indicator DNA-methyl green.
Reagensia :
- DNase agar plate
6
- HCl 10%
- Kultur bakteri yang akan diperiksa
Pelaksanaan test :
Kultur bakteri yang akan diperiksa ditanam pada media DNase agar plate dengan cara dipulaskan pada 1
tempat  inkubasi 370 24 jam  koloni yang tumbuh digenangi HCl 10% selama 1-2 menit.
Interpretasi hasil :
(-) : tidak ada zona jernih di sekitar koloni
(+) : ada zona jernih di sekitar koloni
Kontrol test :
(-) : Staphylococcus saprophyticus, Salmonella sp.
(+) : Staphylococcus aureus, Serratia marcescens

Gambar 11. DNA hydrolysis test A. positive : Staphylococcus aureus; B. positive : Serratia
marcescens; C. negative : Staphylococcus epidermidis

13. Phage Test


Phage test/phage typing merupakan suatu metode yang digunakan dengan menggunakan phage (virus)
tertentu untuk dapat membedakan berbagai galur bakteri penyebab penyakit. Kemampuan dari phage
untuk membedakan berbagai serotype bakteri yang terlihat identic telah menjadikan phage test atau phage
typing sebagai metode epidemiologis yang penting.
Reagensia :
- Strain bakteriofaga : phage pest, phage typhus, phage cholera
- Kultur bakteri yang akan diperiksa pada media padat
- BHI agar plate, Triptic Agar Plate, Nutrien Agar Plate
Pelaksanaan tes :
Contoh phage test menggunakan bacteriophage pest : goreskan secara merata kultur bakteri yang akan
diperiksa pada permukaan BHI agar plate  teteskan strain bacteriophage pada goresan itu  inkubasi
370C 24 jam
Interpretasi hasil :
Phage test (-) / tidak lisis : tidak ada zona hambatan pada bekas tetesan strain bacteriophage
Phage test (+) / lisis : ada zona hambatan pada bekas tetesan strain bacteriophage
Kontrol tes :
Phage test (-) : strain Haemophillus influenza + phage pest
Phage test (+) : strain Yersinia pestis + phage pest

14. Bacitracin test


Bacitracin merupakan obat antibiotik yang digunakan untuk treatment infeksi pada permukaan kulit.
Bacitracin antibiotik polipeptida yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis. Obat ini menghalangi sintesis
peptidoglikan dari bakteri.
Bacitracin test digunakan untuk menentukan sejumlah kecil efek bacitracin pada suatu organisme (tidak
lebih dari 0,04 IU atau 0.05 IU). Streptococcus pyogenes (grup A Streptococci) dihambat oleh sejumlah
kecil bacitracin di dalam disk, tetapi Streptokokus beta hemolitik biasanya tidak dapat dihambat oleh
7
bacitracin. Beberapa laboratorium tidak merekomendasikan penggunaan dis bacitracin 0,04 IU, karena
lancefield Streptokokus group C dan G terkadang juga menunjukkan kerentanan (susceptibility) terhadap
bacitracin. Identifikasi dugaan pada Streptokokus grup A biasanya dilakukan dengan pengujian kepekaan
terhadap bacitracin.
Reagensia :
- Disc bacitracin (komersial disc) : 1 disc mengandung 0,05 unit bacitracin
- Kultur bakteri Streptococcus yang akan diperiksa pada media padat : Blood Agar, Triptic Soy Agar,
BHI Agar
- Muller Hinton Agar Darah plate / BAP
Pelaksanaan tes :
Goreskan secara merata koloni bakteri yang akan diperiksa pada setengah permukaan BAP  tempelkan
segera disc bacitracin  inkubasi 370C 24 jam
Interpretasi hasil :
Bacitracin tes (-) : tidak ada zona hambatan di sekitar disc obat
Bacitracin tes (+) : ada zona hambatan di sekitar disc obat
Kontrol tes :
Bacitracin test (-) / resisten : Streptococcus faecalis
Bacitracin test (+) / sensitif : Streptococcus pyogenes

15. Optochin test


Optochin tes digunakan untuk identifikasi dugaan terhadap Streptokokus alfa hemolitik, seperti
Streptococcus pneumonia. Optochin digunakan untuk membedakan antara Streptococcus pneumonia
dengan golongan Streptokokus alfa hemolitik yang lain. Strain Streptococcus pneumonia sensitif terhadap
optochin meskipun beberapa strain resisten terhadap optochin dan speseis lain dari Streptokokus alfa
hemolitik resisten optochin.
Reagensia :
- Disc optochin (komersial disk) : 1 disc mengandung 50 mg ethyl-hydrocupreine hydrochloride)
- Kultur bakteri Streptococcus yang diperiksa pada media padat : Blood Agar, TS Agar, BHI Agar
- Muller Hinton Agar Darah / BAP
Pelaksanaan test :
Goreskan secara merata koloni bakteri yang akan diperiksa pada permukaan blood agar plate  segera
tempelkan optochin disc di tengah-tengah goresan  inkubasi 370C 24 jam.
Interpretasi hasil :
Optochin test (-) / resisten : tidak ada zona hambatan di sekitar disc obat
Optochin tes (+) / sensitif : ada zona hambatan di sekitar disc obat

16. ONPG test (Ortho-nitrophenyl beta D-GalactopyranosideTest)


ONPG secara structural mirip dengan laktosa, kecuali ortonitrofenil telah diganti dengan glukosa. Pada
hidrolisis, dengan bantuan enzim beta-galaktosidase, ONPG membelah menjadi dua residu, yaitu
galaktosa dan o-nitrophenol.
Reagensia :
- ONPG disc
- Kultur bakteri pada media padat : Nutrient Agar, TSI Agar dan sebagainya
Pelaksanaan test :
Kedalam tabung reaksi kecil, dimasukkan 0,25 ml PZ  tambahkan sejumlah koloni bakteri yang
diperiksa  campur baik-baik sehingga terbentuk suspense bakteri sekeruh air susu  masukkan disc
ONPG kedalam suspense tersebut  inkubasi 370C 24 jam.

8
Interpretasi hasil :
ONPG tes (-) : cairan jernih tidak berwarna
ONPG tes (+) : cairan berwarna kuning
Kontrol test :
ONPG tes (-) : Salmonella, Proteus, Pseudomonas
ONPG tes (+) : Shigella, Pateurella

17. Bile Solubility Test


Bile solubility test (uji kelarutan empedu) untuk membedakan Streptococcus pneumonia dengan semua
Streptokokus alfa-hemolitik lainnya. Streptococcus pneumonia larut dalam empedu sedangkan
streptokokus alfa0hemilitik lainnya tidak (resisten). Sodium deoxycholate (empedu) (2% dalam air) akan
melisiskan dinding sel pneumokokus.
Reagensia :
- Larutan Sodium deoxycholate 10%
- Kultur bakteri pada media padat
Pelaksanaan test :
Pada objek glass yang bersih dan bebas lemak, dibuat suspense bakteri pada 2 tempat  satu diantaranya
ditambah 1 tetes larutan disodium deoxycholate 10%, lainnya sebagai control negatif  diamkan 1 menit
pada suhu kamar  kemudian baca dengan mikroskop objektif 40X.
Interpretasi hasil :
(-) : apabila bakteri yang ditetesi reagensia dan tidak ditetesi bakterinya tetap utuh
(+) : apabila yang ditetesi reagensia bakterinya hancur sedangkan yang tidak ditetesi bakterinya utuh
Kontrol tes :
(-) : Streptococcus faecalis
(+) : Streptococcus pneumonia

18. HaemagkutinasiTest
Haemaglutinasi tes merupakan uji penghambatan aglutinasi sel darah merah (SDM) karena terjadi
penghambatan kemampuan untuk menggumpalkan bakteri oleh antibodi yang sejenis.
Reagensia :
- Suspense eritrosit ayam/domba 2,5% di dalam PZ
- Kultur bakteri pada media padat : NA, TSI Agar dan sebagainya
Pelaksanaan test :
1 tetes suspense pekat bakteri yang diperiksa ditambah 1 tetes suspense eritrosit ayam/domba 2,5% 
campur dengan baik
Interpretasi hasil :
(-) : apabila eritrosit yang ditambahkan tidak menggumpal
(+) : apabila eritrosit yang ditambahkan menggumpal
Kontrol test :
(-) : Vibrio cholera
(+) : Vibrio eltor

19. String Test


Reagensia :
- Lar. Sodium deoxycholate 1%
- Kultur bakteri pada media padat
Pelaksanaaan test :
Pada kaca object yang bersih dan bebas lemak, dibuat suspense bakteri dengan larutan sodium
deoxycholate 1%

9
Interpretasi hasil :
(-) : apabila suspensi diangkat dengan ose tidak ada bentukan seperti tali/benang
(+) : apabila suspensi diangkat dengan ose tampak seperti ada tali/benang
Kontrol test :
(-) : Salmonella sp.
(+) : Vibrio sp.

20. Koagulase test


Reagensia :
- Plasma kelinci diperoleh dengan citrate, oxalate atau EDTA
- Kultur bakteri pada media padat dan cair
Pelaksanaan test :
a. Slide test : untuk koagulase terikat ditetesi dengan reagen oxidase
1 tetes plasma kelinci pada objek glass + koloni bakteri secukupnya  campur hingga menjadi emulsi
yang baik
b. Tube test : untuk koagulase terikat dan bebas
Ke dalam tabung steril dimasukkan 0,3 ml broth culture umur 24 jam + 0,3 ml plasma kelinci 
inkubasi 370C 24 jam
Interpretasi hasil :
(-) : tidak terjadi flokulasi plasma
(+) : terjadi flokulasi plasma, untuk tube test bila terjadi flokulasi lebih dari 1/3 volume cairan
Control test :
(-) : Staphylococcus epidermidis
(+) : Staphylococcus aureus

21. Oxidase test


Uji oxidase digunakan untuk mengetahui apakah bakteri memiliki enzim oksidase atau tidak. Uji oxidase
juga dapat digunakan untuk menentukan apakah bakteri tersebut merupakan bakteri enteric atau non
enterik.
Reagensia :
- Larutan p-aminodimetil oksalat dan a-naftol dengan perbandingan 6 : 4 tetes; atau bias juga
menggunakan reagen oxidase
- Koloni bakteri pada media agar
Pelaksanaan test :
Cara I : koloni bakteri yang diperiksa ditetesi reagen oxidase
Cara II : koloni bakteri yang diperiksa dipulaskan pada kertas saring yang sudah dibasahi dengan
reagen oxidase
Cara III : koloni bakteri yang diperiksa diambil dengan identification sticks oxidase
Interpretasi hasil :
(-) : apabila koloni/reagennya tidak berubah warna
(+) : apabila koloni/reagennya berubah warna menjadi merah muda – hitam

Mekanisme perubahan warna medium setelah ditetesi p-amniodimetil oksalat & alfa-naftol adalah sebagai
berikut : enzim sitokrom oksidase akan berubah menjadi bentuk tidak aktif dengan mereduksi sitokrom
C. enzim ini akan menjadi bentuk aktifnya kembali jika terjadi transfer elektron ke molekul oksigen.
Keberadaan oksigen pada enzim oksidase akan mereduksi substan-substan organik diantaranya substan
yang terdapat pada oxidase test strip yang mengandung p-aminodimetil oksalat dan alfa-naftol.

10
Kontrol test :
(-) : Salmonella, Shigella, Staphylococcus
(+) : Gonococci, Pseudomonas, vibrio

22. Katalase test


Uji katalase digunakan untuk mendeteksi adanya enzim katalase. Enzim ini terdapat pada sel-sel yang
mempunyai metabolism aerobik. Bakteri anaerob tidak mempunyai enzim katalase. Uji katalase
merupakan salah satu pengujian biokimia untuk mengidentifikasi bakteri apakah menghasilkan enzim
katalase atau tidak. Enzim katalase dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dalam rangka mencegah
oksidasi radikal bebas yang dapat merusak atau membunuh bakteri.
Reagensia :
- Larutan H2O2 10%
- Kultur bakteri yang akan diperiksa
Pelaksanaan test :
Dikenal ada 2 cara yaitu slide test dan kultur test
a. Slide test
Teteskan 1 tetes H2O2 10% pada objek glass + koloni bakteri yang akan diperiksa secukupnya 
campur  amati ada tidaknya pembentukan gelembung udara
b. Culture test
Koloni bakteri pada media padat (NA, TSA, BHI agar) ditetesi 1 tetes H2O2 10%  perhatikan ada
tidaknya gelembung udara.
Interpretasi hasil :
(-) : tidak ada gelembung udara
(+) : ada gelembung udara
Kontrol test :
(-) : Streptococcus, Pneumococcus
(+) : Staphylococcus, Micrococcus

23. Vibriostatica test


Reagensia :
- Vibriostatica disc 0139 (2,4-diamino-6,7-diiso-propylpteridine), tiap disc berisi 10 mg dan 150 mg
- Kultur bakteri yang akan diperiksa pada media padat
- Muller Hinton agar plate
Pelaksanaan test :
Goreskan secara merata koloni bakteri yang akan diperiksa pada permukaan Muller Hinton Agar plate 
tempelkan disc 0139 10 mg dan 150 mg pada 2 tempat goresan tersebut di atas  inkubasi 370C, 24 jam
Interpretasi hasil :
resisten : tidak ada zona hambat di sekitar kedua disc
sensitif : ada zona hambatan di sekitar kedua disc
sebagian sensitif : disekitar disc 10 mg tidak ada zona hambatan sedangkan di sekitar disc 150 mg ada
zona hambatan
Kontrol test :
Resisten : Aeromonas sp.
Sensitif : Plessiomonas sp., Vibrio eltor, Vibrio cholera
Sebagian sensitif : Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus

11
DAFTAR PUSTAKA ACUAN

Adam,MR.2001. Microbiology of Fermented Food .Elsivier Applied Science Publisher,Lt. New York.

Buchanan,RE. and Gibbons,NE.2003. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The William and
Wilkins Company Baltimore.USA.

Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. W.B.
Saunders Company. Philadelphia.

Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/


Cummings Publishing Company,Inc. California.

Colome,JS. Et al. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. West Publishing Company.


New York.

Cowan,ST. 2004. Manual for the Identification of Medical Fungi. Cambridge


University Press. London.

Fardiaz,Srikandi.2002. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta

Lim,D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.

Prescott, L.M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.

Purnomo, S., A. Priadi dan L. Natalia., 2006. Phage Typing dan Uji Sensitivitas terhadap Berbagai Antibiotik
dari Isolat Salmonella enteritidis Asal Indonesia. 11(2) : 157-166.

Ratna, Siri .2012. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium.
Gramedia,Jakarta.

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Ward, L.R., J.D.H. De SA and B. Rowe. 1987. A phage typing schene dor Salmonella enteritidis. Epid.
Infect. 99:291-294.

12

Anda mungkin juga menyukai