Anda di halaman 1dari 15

TEKNIK PERANCANGAN BETON

Cara menggunakan kebutuhan material dak lantai beton per m 2 , struktur yang akan kita

hitung ini menggunakan system konvensional yaitu menggunakan pencacah bambu,

bekisting triplek, pasang pembesian lalu cor di tempat.

BESI :

Besi berdiameter 10mm dipasang jarak 20 cm berarti jumlahnya dalam 1m:0,2m=5bh,

dipasang 2 lapis 2 arah berarti total jumlahnya 2 x 5 x 2 = 20bh, masing-masing

panjangnya 1m berarti total kebutuhan besinya adalah 20bhx1m = 20m. panjang perbatang

12m, jadi perlunya 20/12 = 1,6667 btg.

BETON :

Untuk ketebalan dak 12 cm, dalam 1m2 membutuhkan beton 1m x 1m x 0,12m=0,12 m3

SEMEN :

Perbandingan campuran beton 1pc:2ps:3kr, jadi butuh semen 1/6x0,12=0,02 m 3. 1 zak

semen isi 50 kg berisi 0,024 m3, jadi dalam 1m2 dak beton butuh semen 0,02/0,024=0,8333

zak.

PASIR :

2/6 x 0,12 = 0,04 m3

KORAL :

3/6 x 0,12=0,06 m3

TRIPLEK :

Triplek 8mm = ukuran triplek 1,2 x 2,4 m maka luasnya 2,88 m 2. Jadi 1 m2 dak beton

butuh 0,34722 lembar

[Type text] Page 1


BAMBU :

Dipasang setiap jarak 50cm, perlunya 2 btg.

KAWAT BENDRAT DAN PAKU : seperlunya

Untuk membuat 1 m2 dak beton konvensional dibutuhkan :

Besi D10 = 1,6667 btg.

Beton = 0,12 m3

Semen 50 kg/zak = 0,8333 zak

Pasir = 0,04 m3

Koral = 0,06 m3

Triplek 8mm = 0,34722 lembar

Bambu = 2 btg.

Kawat bedrat dan paku seperlunya

Catatan = kebutuhan diatasa adalah untuk plat lantai, struktur balok dihitung secara

terpisah.

Jika membuat dak dengan ukuran sekian meter x sekian meter, mudah saja, caranya yaitu

dengan mengalikannya dengan jumlah m2 dak beton yang akan dibuat,

CONTOH :

Ukuran lantai 7 m x 8 m = 56 m2

Besi D10 = 1,6667 btg x 56 m2 = 93,3352 btg

Semen 0,8333 zak x 56 m2 = 46,7 zak

Pasir 0,04 m3 x 56 m2 = 3,36 m3

[Type text] Page 2


Triplek 0,34722 lbr x 56 m2 = 19,44 lembar

Bamboo 2btg x 56 m2 = 112 btg

CARA MENETUKAN DAN MENGHITUNG TEBAL PLAT LANTAI BETON

MENURUIT SK-SNI 2002

A. DASAR PERHITUNGAN

1. Rumus Hitung Tebal Plat Lantai Beton Minimum, hmin :

fy
ln ⁡(0,8+ )
1500 (Persamaan 1.1)
h min ≥
36+9 β

2. Rumus Hitung Tebal Plat Lantai Beton Maksimum, hmax :

fy
ln ⁡(0,8+ )
1500 (Persamaan 1.2)
hmax ≥
36

hmin = ketebalan plat beton minimum (mm)

hmax = ketebalan beton maksimum (mm)

Ln = bentang terpanjang (mm)

Fy = mutu baja tulangan yang hendak digunakan (Mpa = megapascal)

Cataan : 1Mpa = 10,197 kg/cm2

β = koefisien = ly / lx

[Type text] Page 3


HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENDESAIN KOLOM BETON

BERTULANG

A. ANALISA

1. Jenis taraf penjepitan beton

Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan pondasinya cukup kuat

untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung

bawah kolom.

2. Reduksi Momen Inersia

Untuk pengaruh retak kolom, Momen Inersia penampang kolom direduksi

menjadi 0,7 lg (lg = Momen Inersia bersih penampang)

B. BEBAN DESAIN

Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton

adalah :

1. Kombinasi Pembebanan.

Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.

2. Reduksi beban hitup kumulatif.

Khusus untuk kolom, beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan factor

reduksi beban hidup kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan

Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983

[Type text] Page 4


Pada tabel :

Tabel 1.1

Tabel 1.

Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi


1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4

CContoh cara penggunaaan :

Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai

memberikan reaksi beban hidup pada hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka besar

beban hidup yang digunakan untuk desain beban kolom pada masing-masing lantai

adalah:

-Lantai 5 : 1,0 x 60 = 60 kN

-Lantai 4 : 1,0 x (2x60) = 120 kN

-Lantai 3 : 0,9 x (3x60) = 162 kN

-Lantai 2 : 0,8 x (4x60) = 192 kN

-Lantai 1 : 0,7 x (5x60) = 210 kN

Jadi, lanati paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak

perlu sebesar 5x60 = 300 kN.

Dasar dari pengambilan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom

dibebani penuh oleh beban hidup disetiap lantai. Pada contoh diatas, bias dikatakan
[Type text] Page 5
bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap

lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh

direduksi.

Catatan : Beban ini masih harus dikalikan factor beban dikombinasi pembebanan,

misalnya 1.2D + 1.6L.

C. GAYA DALAM

1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan

kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk

kolom pendek atau langsing.

2. Perbesaran momen (orde satu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus

dipertimbangkan untuk menetukan gaya dalam.

D. DETAILING KOLOM BETON

Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Ukuran penampang kolom.

Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh

kurang dari 300 mm. perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah

tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0,4. Misalnya kolom persegi dengan

ukuran terkecil 300 mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak boleh

dari 300/0,4 = 750 mm.

2. Rasio tulangan

Tidak boleh kurang dari 0,01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0,08 (8%).

Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksimumnya adalah 6%.

Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasng kurang dari minimu, misalnya

4D13 untuk kolom ukuran 250x250 (rasio 0,85%). Asalkan beban

maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang. Namun,

[Type text] Page 6


menggunakan ukuran kolom 200x200 dengan 4D13 (r = 1,33%) lebih

ekonomis.

3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200

mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d

adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik

pusat tulangan yang mengalami tarik.

Catatan :

-toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12

akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi

tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misalnya dengan memasang “tahu

beton” untuk selimut setebal 30 mm.

-akibat plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan

finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja

atau tidak disengaja.

4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton(tidak reaktif)

boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih

penampang kolom, dan pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam

inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.

Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung.

Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.

[Type text] Page 7


Gambar 1.1

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih

dari 150 mm.

Gambar 1.2

6. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah

pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang

harus benar-benar sesuai dengan yang di isyaratkan oleh SNI.

Sengkang berguna untuk menahan gaya geser, dan menahan/mengikat tulangan

utama sehingga tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang

sangat besar ketika gempa terjadi.

[Type text] Page 8


7. Transef beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda. Pada high-rise

building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton

yang berbeda. Pada saat pelaksanaan (penegcoran lantai), bagian kolom yang

berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton

pelat lantai (25 Mpa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial

di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk

mengakomodasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

Gambar 1.3

HUBUNGAN HASIL TES UJI TEKAN BETON dengan BONGKARAN

BEKISTING

Untuk mengetahui mutu beton dapat dilakukan dengan :

1. Uji Slump, untuk mengetahui kadar air atau keenceran adukan beton.

2. Uji Kuat Tekan, diuji dengan standar ASTM C39-86 dengan pemberian

beban tekan incremental/bertahap pada silinder beton (diameter 150 mm,

tinggi 300 mm) sampai hancur.

Waktu yang tepat untuk melakukan Bongkaran Bekisting tentunya tergantung

pada bagian struktur beton dan kelas beton yang digunakan serta metode

[Type text] Page 9


bongkaran yang digunakan. Contohnya Bongkaran pada kolom beton bias

dilakukan 12 jam setelah pengecoran, kemudian pada Lantai pada system balok,

bekisting slab beton boleh lebih dulu di bongkar pada umur beton minimal 6

hari dengan syarat langsung dishoring atau ditumpu oleh pipa support pada

jarak tertentu, semntara baloknya dibongkar pada umur 10 hari. Intinya semua

itu perlu dilakukan analisa statik, dengan memasukkan umur beton pada saat

bongkaran akan dilakukan.

Berikut ini adalah contoh sederhana Grafik Kuat Tekan Beton pada proyek

Apartemen di kawasan SCBD Sudirman Jakarta. Data tersebut adalah hasil uji

tekan umur beton 7 hari, 14 hari, 28 hari.

Gambar 1.4

SEKILAS TENTANG SLOOF / TIE BEEM

Sloof kadang juga disebut dengan Tie Beam, atau Grade Beam. Semua

wujudnya sama, tapi fungsi utamanya saja yang berbeda. Sloof adalah salah

satu elemen yang penting di sebuah struktur bangunan gedung maupun non-

gedung. Sloof adalah balok yang berada di tanah, baik itu di dalam tanah, atau

muncul di permukaan tanah, yang jelas tidak melayang di atas tanah.

Syarat wujud sloof adalah :

[Type text] Page 10


1. Berada di tanah (sehingga disebut juga Grade Beam = Tanah yang sudah

dipadatkan)

2. Menghubungkan antara salah satu pondasi dengan pondasi yang lain, atau

menghubungkann antara satu sloof dengna sloof lainnya.

3. Sloof yang menghubungkan antara satu pondasi yang lain itulah yang

disebut Tie Beam (balok pengikat), karena fungsinya adalah untuk memberi

ikatan antar pondasi.

Gambar 1.5 pondasi rumah

4. Sama seperti balok pada umumnyam, sloof berfungsi sebagai “penerima

beban” di atasnya, dan menyalurkan ke ujung-ujungnya.

5. Jika pada system “suspende slab” atau slab yang dicor menyatu dengan

sloof, maka sloof berfungsi menyalurkan beban dari pelat (slab) ke ujung-

ujung sloof, baik itu ke sloof lainnya, atau langsung ke pondasi

[Type text] Page 11


Gambar 1.6 flooting dibawah sloof

6. Untuk system “ slab on ground” atau “ slab on grade” atau slab yang

langsung bertumpu di atas tanah, biasanya sloof hanya memikul beban-

beban tertenyu saja, yang paling sering adalah dinding bata atau partisi berat

lainnya.

Gambar 1.6 sloof pada tanah

7. Sloof yang menghubungkan antar pondasi, berfungsi sebagai pengikat (ties)

antara pondasi satu dengan yang lainnya. Kenapa harus diikat? Agar posisi

pondasi akan selalu relative tetap terhadap pondasi yang lain, terutama pada
[Type text] Page 12
arah horizontal. Karena mengikat kea rah horizontal, maka fungsi ini akan

lebih terasa ketika gempa, atau beban lateral lainnya.

8. Waktu gempa misalnya, tak hanya struktur di atas, pondasi juga ada

kecenderungan untuk bergerak, apalagi jika tanahnya sangat jelek. Jika

tidak diikat, masing-masing pondasi bisa bergerak bebas keman-mana.

Mungkin ada 1 pondasi bergeser 1 cm ke kiri, tapi pondasi di sebelahnya

bergeser 0,5 cm ke kanan. Agar pergerakannya seragam kea rah horizontal,

tiap-tiap pondasi harus diikat oleh sloof (tie beam).

Gambar 1.7 sloof

9. Kita harus menjaga posisi pondasi agar selalu tetap, tentu ada beban aksial

(tarik dan etkan) yang harus dipikul oleh si Tie Beam. Kira0kira sama

dengan 5 % dari beban gravitasi maksimum yang dipikul oleh salah satu

ujung sloof. Misalnya salah satu pondasi mempunyai beban maskimum 80

ton, maka Tie Beam nya paling tidak harus mempunyai Tulangan yang bisa

menahan tarik sebsar 0,05 x 80 = 4 ton

[Type text] Page 13


RANGKAK BETON

Rangkak beton adalah peristiwa bertambahnya regangan pada beton akibat

tegangan yang cenderung tetap dan terjadi dalam waktu lama. Pengaruh

rangkak terhadap balok adalah lendutan menjadi bertambah besar.

Sehingga, pada elemen lentur beton (balok dan pelat), dikenal dua macam

lendutan : lendutan seketika ( atau lendutan elastis, short term deflection)

Besarnya penambahan jangka panjang adalah dengan mengalikan lendutan

seketika dengan factor di bawah :

ε
λΔ= (persamaan 1.3)
1+50 ρ'

Sehingga dapat di subtitusikan sesuai dengan waktunya.

1
Untuk 3 bulan : + λΔ+ ¿+ +¿+ 0.851+ ¿
1.175

1.2
Untuk 6 bulan : + λΔ+ ¿+ +¿+1.02+¿
1.175

1.4
Untuk 1 tahun : + λΔ+ ¿+ +¿+1.19+ ¿
1.175

2.0
Untuk 5 tahun ke atas : + λΔ+ ¿+ +¿+1.7 +¿
1.175

[Type text] Page 14


Jadi, lendutan maksimumnya terjadi setelah 5 tahun. Sehingga plot kurvanya :

Series 1
1.8

1.6

1.4

1.2

1 Series 1

0.8

0.6

0.4

0.2

0
10 20 30 40 50 60

Gambar 1.8

[Type text] Page 15

Anda mungkin juga menyukai