Cara menggunakan kebutuhan material dak lantai beton per m 2 , struktur yang akan kita
BESI :
panjangnya 1m berarti total kebutuhan besinya adalah 20bhx1m = 20m. panjang perbatang
BETON :
SEMEN :
semen isi 50 kg berisi 0,024 m3, jadi dalam 1m2 dak beton butuh semen 0,02/0,024=0,8333
zak.
PASIR :
KORAL :
3/6 x 0,12=0,06 m3
TRIPLEK :
Triplek 8mm = ukuran triplek 1,2 x 2,4 m maka luasnya 2,88 m 2. Jadi 1 m2 dak beton
Beton = 0,12 m3
Pasir = 0,04 m3
Koral = 0,06 m3
Bambu = 2 btg.
Catatan = kebutuhan diatasa adalah untuk plat lantai, struktur balok dihitung secara
terpisah.
Jika membuat dak dengan ukuran sekian meter x sekian meter, mudah saja, caranya yaitu
CONTOH :
Ukuran lantai 7 m x 8 m = 56 m2
A. DASAR PERHITUNGAN
fy
ln (0,8+ )
1500 (Persamaan 1.1)
h min ≥
36+9 β
fy
ln (0,8+ )
1500 (Persamaan 1.2)
hmax ≥
36
β = koefisien = ly / lx
BERTULANG
A. ANALISA
untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di ujung
bawah kolom.
B. BEBAN DESAIN
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton
adalah :
1. Kombinasi Pembebanan.
Khusus untuk kolom, beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan factor
Tabel 1.1
Tabel 1.
memberikan reaksi beban hidup pada hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka besar
beban hidup yang digunakan untuk desain beban kolom pada masing-masing lantai
adalah:
-Lantai 5 : 1,0 x 60 = 60 kN
Jadi, lanati paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak
Dasar dari pengambilan reduksi ini adalah bahwa kecil kemungkinan suatu kolom
dibebani penuh oleh beban hidup disetiap lantai. Pada contoh diatas, bias dikatakan
[Type text] Page 5
bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap
lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh
direduksi.
Catatan : Beban ini masih harus dikalikan factor beban dikombinasi pembebanan,
C. GAYA DALAM
1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan
kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk
2. Perbesaran momen (orde satu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh
kurang dari 300 mm. perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah
tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0,4. Misalnya kolom persegi dengan
ukuran terkecil 300 mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak boleh
2. Rasio tulangan
Tidak boleh kurang dari 0,01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0,08 (8%).
ekonomis.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200
mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d
adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik
Catatan :
-akibat plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan
4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton(tidak reaktif)
boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih
5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih
Gambar 1.2
building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton
yang berbeda. Pada saat pelaksanaan (penegcoran lantai), bagian kolom yang
berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton
pelat lantai (25 Mpa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban aksial
Gambar 1.3
BEKISTING
1. Uji Slump, untuk mengetahui kadar air atau keenceran adukan beton.
2. Uji Kuat Tekan, diuji dengan standar ASTM C39-86 dengan pemberian
pada bagian struktur beton dan kelas beton yang digunakan serta metode
dilakukan 12 jam setelah pengecoran, kemudian pada Lantai pada system balok,
bekisting slab beton boleh lebih dulu di bongkar pada umur beton minimal 6
hari dengan syarat langsung dishoring atau ditumpu oleh pipa support pada
jarak tertentu, semntara baloknya dibongkar pada umur 10 hari. Intinya semua
itu perlu dilakukan analisa statik, dengan memasukkan umur beton pada saat
Berikut ini adalah contoh sederhana Grafik Kuat Tekan Beton pada proyek
Apartemen di kawasan SCBD Sudirman Jakarta. Data tersebut adalah hasil uji
Gambar 1.4
Sloof kadang juga disebut dengan Tie Beam, atau Grade Beam. Semua
wujudnya sama, tapi fungsi utamanya saja yang berbeda. Sloof adalah salah
satu elemen yang penting di sebuah struktur bangunan gedung maupun non-
gedung. Sloof adalah balok yang berada di tanah, baik itu di dalam tanah, atau
dipadatkan)
2. Menghubungkan antara salah satu pondasi dengan pondasi yang lain, atau
3. Sloof yang menghubungkan antara satu pondasi yang lain itulah yang
disebut Tie Beam (balok pengikat), karena fungsinya adalah untuk memberi
5. Jika pada system “suspende slab” atau slab yang dicor menyatu dengan
sloof, maka sloof berfungsi menyalurkan beban dari pelat (slab) ke ujung-
6. Untuk system “ slab on ground” atau “ slab on grade” atau slab yang
beban tertenyu saja, yang paling sering adalah dinding bata atau partisi berat
lainnya.
antara pondasi satu dengan yang lainnya. Kenapa harus diikat? Agar posisi
pondasi akan selalu relative tetap terhadap pondasi yang lain, terutama pada
[Type text] Page 12
arah horizontal. Karena mengikat kea rah horizontal, maka fungsi ini akan
8. Waktu gempa misalnya, tak hanya struktur di atas, pondasi juga ada
9. Kita harus menjaga posisi pondasi agar selalu tetap, tentu ada beban aksial
(tarik dan etkan) yang harus dipikul oleh si Tie Beam. Kira0kira sama
dengan 5 % dari beban gravitasi maksimum yang dipikul oleh salah satu
ton, maka Tie Beam nya paling tidak harus mempunyai Tulangan yang bisa
tegangan yang cenderung tetap dan terjadi dalam waktu lama. Pengaruh
Sehingga, pada elemen lentur beton (balok dan pelat), dikenal dua macam
ε
λΔ= (persamaan 1.3)
1+50 ρ'
1
Untuk 3 bulan : + λΔ+ ¿+ +¿+ 0.851+ ¿
1.175
1.2
Untuk 6 bulan : + λΔ+ ¿+ +¿+1.02+¿
1.175
1.4
Untuk 1 tahun : + λΔ+ ¿+ +¿+1.19+ ¿
1.175
2.0
Untuk 5 tahun ke atas : + λΔ+ ¿+ +¿+1.7 +¿
1.175
Series 1
1.8
1.6
1.4
1.2
1 Series 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
10 20 30 40 50 60
Gambar 1.8