Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RESUME PEKAN 05

(SISTEM STUKTUR DAN UTILITAS RUSUN)

OLEH:

MUH. RIZAL

D051181313

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Salawat dan
Salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Atas segala
nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan sebuah makalah pemenuhan
tugas mata kuliah rusun pekan kelima dengan tema “Makalah Sistem Struktur dan Utilitas
Rusun” . Makalah ini memuat hal tentang persyaratan sistem struktur dan sistem utilitas
rusun atau hunian berlantai banyak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun itulah
usaha penulis yang maksimal. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah yang akan datang.

Bone, 17 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
A. Definisi Rusun ....................................................................................................................... 2
B. Sistem Struktur Rusun ........................................................................................................... 3
C. Sistem Utilitas Rusun ............................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Susun (Rusun) adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk
tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama.

Pembangunan rusun harus memenuhi beberapa persyaratan salah satunya yaitu


sistem struktur dan utilitas yang mendukung. komponen dan bahan-bahan bangunan
harus mempunyai persyaratan konstruksi dan standar yang berlaku yaitu harus tahan
dengan beban mati, bergerak, gempa, hujan, angina dan lain sebagainya. Serta
kelengkapan rumah susun terdiri dari jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas,
saluran pembuangan air, saluran pembuangan sampah, jaringan telepon/alat komunikasi,
alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator, pintu dan tangga darurat kebakaran,
alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm, pintu kedap asap, generator listrik dan
lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengupas “Sistem Struktur dan Utilitas
Rusun”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi rusun?
2. Bagaimana sistem struktur rusun?
3. Bagaimana sistem utilitas rusun?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi rusun.
2. Untuk mengetahui sistem struktur rusun.
3. Untuk mengetahui sistem utilitas rusun.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Rusun
Rumah susun menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Penyelenggaraan rumah susun adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, penguasaan dan pemanfaatan, pengelolaan,
pemeliharaan dan perawatan, pengendalian, kelembagaan, pendanaan dan sistem
pembiayaan, serta peran masyarakat yang dilaksanakan secara sistematis, terpadu,
berkelanjutan, dan bertanggung jawab.

Pembangunan rusun harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu (Hamzah, 2000)

1. Persyaratan teknis untuk ruangan Semua ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan
sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan
udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang cukup.
2. Persyaratan untuk struktur, komponen dan bahan-bahan bangunan Harus mempunyai
persyaratan konstruksi dan standar yang berlaku yaitu harus tahan dengan beban mati,
bergerak, gempa, hujan, angina dan lain sebagainya.
3. Kelengkapan rumah susun. Kelengkapan rumah susun terdiri dari jaringan air bersih,
jaringan listrik, jaringan gas, saluran pembuangan air, saluran pembuangan sampah,
jaringan telepon/alat komunikasi, alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator,
pintu dan tangga darurat kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir, alarm,
pintu kedap asap, generator listrik dan lain-lain.
4. Satuan rumah susun
a. Mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi
persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya.
b. Memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti tidur, mandi, buang hajat, mencucui,
menjemur, memasak, makan, menerima tamu dan lainlain.
5. Bagian bersama dan benda bersama

2
a. Bagian bersama berupa ruang umum, ruang tunggu, lift atau selasar harus
memenuhi syarat sehingga memberikan kemudahan bagi penghuni.
b. Benda besama harus mempunyai dimensi, lokasi dan kualitas dan kapasitas yang
memenuhi syarat sehingga dapat menjamin keamanan dan kenikmatan bagi penghuni.
6. Lokasi rumah susun
a. Harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian dengan memperhatikan rencana
tata ruang dan tata guna tanah.
b. Harus memungkinkan berfungsinya dengan baik saluran-saluran pembuangan
dalam lingkungan ke system jaringan pembuangan air hujan dan limbah.
c. Harus mudah mencapai angkutan.
d. Harus dijangkau oleh pelayanan jaringan air bersih dan listrik.
7. Kepadatan dan tata letak bangunan. Harus mencapai optimasi daya guna hasil guna
tanah dengan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya.
8. Prasarana lingkungan. Harus dilengkapi dengan prasarana jalan, tempat parker,
jaringan telepon, tempat pembuangan sampah.
9. Fasilitas lingkungan. Harus dilengkapi dengan ruang atau bangunan untuk berkumpul,
tempat bermain anak, dan kontak social, ruang untuk kebutuhan sehari-hari seperti
untuk kesehatan, pendidikan, peribadatan dan lainlain.

B. Sistem Struktur Rusun


Sebagai bangunan berlantai banyak, maka sebuah apartemen ataupun kondominium harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam disainnya. Salah satu yang penting
diperhatikan yaitu keperluan struktur bangunan. Dalam hal ini bangunan haruslah
mempertimbangan unsur kokoh dan elemen strukturnya serta mempertimbangkan struktur
tahan gempa.

1. Kokoh
Sistem struktur pada bangunan, terdiri dari elemen-elemen struktur yang mampu
bekerja secara bersama-sama sehingga mencapai keadaan setimbang, harus stabil,
mempunyai kekuatan yang cukup, dan kekakuan yang cukup.
a. Keseimbangan
Bangunan memiliki struktur yang mampu mencapai kesetimbangan akibat aksi
beban yang diberikan. Keadaan ini, akibat dari kerjasama antara elemen-elemen
struktur mulai dari bagian atas bangunan sampai pondasi sebagai elemen bawah
bangunan.

3
b. Kestabilan
Kestabilan bangunan sangat penting bagi kekokohan bangunan tersebut.
Artinya, beban-beban yang ada pada bangunan baik beban hidup, beban mati,
beban gempa, beban angin, dan beban additional, dimana bekerja sebagai gaya
lateral dan gaya vertikal mampu direspon dengan baik oleh sistem struktur
yang digunakan oleh bangunan tersebut.
c. Kekuatan dan Kekakuan
Perhitungan-perhitungan struktur yang tepat harus dilakukan agar menghindari
keruntuhan pada bangunan atau berlebihannya volume struktur yang
digunakan.Artinya persyaratan kekuatan tercapai bila tingkat tegangan yang
terjadipada berbabagaiu elemen struktur ketika beban dalam keadaan
maksimum diberikan, dan berada dalam batas yang pas. Seperti ukuran
penampang elemen struktur yang sesuai dengan material yang dipilih.
2. Elemen Struktur
Elemen-elemen struktur pada bangunan menyalurkan beban-beban mati, beban
hidup, beban gempa, beban angin, dan beban additional secara horizontal dan vertikal.
Kerjasama antar elemen struktur tersebut membentuk suatu system struktur bangunan.
Elemen-elemen struktur yang harus mampu merespon gaya lateral dan vertikal,
berupa bentuk liner, bidang, dan ruang.

Elemen struktur berbentuk linier, yaitu balok, bracing, sloof dan kolom,
sedangkan elemen struktur berbentuk bidang adalah plat lantai, dinding pemikul, dan
dinding geser. Elemen struktur berbentuk ruang yaitu core. Elemen-elemen struktur
tersebut menempati posisinya masing-masing dengan konfigurasi tertentu, sehingga
mampu merespon gaya-gaya yang bekerja dan bekerja secara logika dan harmonis.
Material elemen struktur, mulai dari kayu, beton, dan baja. Tentu pemilihannya
disesuaikan dengan dimensi bangunan, fungsi bangunan, biaya bangunan, kondisi
lingkungan dan geografis setempat.
3. Analisis Struktur Terhadap Gempa
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian struktur gedung yang berada diatas permukaan tanah dan Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang

4
dapat terdiri dari struktur basemen, dan atau struktur pondasi lainya. (SNI 03-1726-
2012) :
a. Persyaratan Dasar
Prosedur analisis dan desain seismik yang digunakan dalam perencanaan struktur
bangunan gedung dan komponennya seperti yang ditetapkan dalam pasal ini.
Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan
vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan, kekakuan dan
kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain dalam
batasan- batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang disyaratkan. Gerak
tanah desain harus diasumsikan terjadi di sepanjang setiap arah horizontal
struktur bangunan gedung.
b. Desain elemen struktur,desain sambungan dan batasan deformasi.
Komponen/elemen struktur individu termasuk yang bukan merupakan bagian
sistem penahan gaya gempa harus disediakan dengan kekuatan yang cukup untuk
menahan geser, gaya aksial dan momen yang ditentukan sesuai dengan tata cara
ini, dan sambungan-sambungan harus mampu mengembangkan kekuatan
komponen/elemen struktur yang disambung. Deformasi struktur tidak boleh
melebihi batasan yang ditetapkan pada saat struktur dikenakan beban gempa
c. Lintasan beban yang menerus dan keterhubungan.
Lintasan-lintasan beban yang menerus dengan kekakuan dan kekuatan yang
memadai harus disediakan untuk mentranfer semua gaya dan titik pembebanan
hingga titik akhir penumpuan. Semua bagian struktur antara join pemisah harus
terhubung untuk membentuk lintasan menerus ke sistem penahan gaya gempa,
dan sambungan harus mampu menyalurkan gaya gempa yang ditimbulkan oleh
bagianbagian yang terhubung.
d. Sambungan ke tumpuan
Sambungan pengaman untuk menahan gaya horisontal yang berkerja pararel
terhadap elemen struktur harus disediakan untuk setiap balok, girder langsung
keelemen tumpuannya atau ke pelat yang di desain bekerja sebagai diafragma,
maka elemen tumpuan elemen struktur harus juga dihubungkan pada diafragma
itu. Sambungan harus mempunyai kuat desain minimum sebesar 5% dari reaksi
beban mati ditambah beban hidup.
e. Pondasi

5
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi
pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat dinamis
gaya, gerak tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan kapasitas
disipasi energi struktur dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam
penentuan kriteria pondasi. Pada gedung tanpa basemen, taraf penjepitan lateral
stuktur atas dapat dianggap terjadi pada muka tanah atau lantai dasar.

C. Sistem Utilitas Rusun


Dalam pembangunan gedung tinggi tentunya dibutuhkan teknologi yang tinggi
juga untuk mendukung menciptakan kenyamanan bagi pengguna, salah satunya adalah
masalah utilitas bangunan. Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang
digunakan untuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan Perancangan
bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang
dikoordinasikan dengan perancangan lain (struktur, arsitektur, interior dan lain-lain).
Berikut perencanaan utilitas bangunan yang harus dipenuhi pada sebuah
pembangunan konstruksi:
1. Perancangan Plambing dan Sanitasi
Sedangkan sistem plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem
pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang memenuhi
syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar tentang
peralatan dan instalasinya .
Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem plambing pemipaan yang baik
pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara masalah penyediaan air
dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa aspek berikut:
a. Kesehatan.
b. Penggunaan air.
c. Pengolahan dan pembuangan limbah.
2. Perancangan Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suata cara
atau sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan
kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan
jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya masyarakat. Bahaya kebakaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

6
a. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.
b. Bahaya kebakaran sedang.
c. Bahaya kebakaran berat.
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

Perancangan sistem ini erat kaitannya dengan sistem plumbing karena agar
meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-sistem yang
melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah bahaya kebakaran
skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah:

 Sistem hidran
 Sistem sprinkle
3. Perancangan Pengudaraan/penghawaan
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal
atau bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah yang
beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka
diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun aliran
udara buatan .
Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan
aliran udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.
4. Perancangan Penerangan/pencahayaan
Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan
tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun pada
malam hari . Dewasa ini pemanfaatan pencahayaan digunakan sumber alami dan telah
diatur berdasarkan SNI 03 – 2396 – 2001 tentang “Tata cara perancangan sistem
pencahayaan alami pada bangunan gedung”.
Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga mempertimbangkan
tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 03- 6575-2001 tentang “Tata
cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung”.

7
5. Perancangan Telepon
Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan
sistem komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.
Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel
dalam bangunan sedemikian rupa, sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan
serta untuk memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem
telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit
komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct).
6. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor
suatu ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari
rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang
diinginkan oleh bagian keamanan.
Sistem kamera dan televisi ini terbatas pada gedung tersebut (closed). Semua kegiatan
di dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan sekuriti.
7. Perancangan Penangkal Petir
Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan
memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Penangkal petir ini
harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai,
terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya.
8. Perancangan Tata Suara
Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada
bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing system (public
address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau kalau ada
pengumuman-pengumuman tertentu.
Selain itu juga ada sistem untuk car call, bagi bangunan-bangunan umum. Peralatan
dari sistem tata suara tersebut dapat berupa, microphone, cassette deck, mix amplifier,
speaker, speaker selector switch, volume control, dan horn speaker (untuk car call).
9. Perancangan Transportasi dalam bangunan
Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut transportasi
untuk memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di bangunan tersebut. Alat
transportasi tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah geraknya sebagai alat angkut
dalam bentuk arah vertikal berupa elevator, arah horizontal berupa konveyor, arah
diagonal berupa eskalator.

8
10. Perancangan Landasan Helikopter
Bangunan yang tinggi, lebih dari 40 meter, dianjurkan untuk membuat suatu landasan
helikopter. Landasan ini berfungsi sebagai tempat helikopter mendarat supaya dapat
dengan mudah dan cepat memberikan pertolongan apabila terjadi kecelakaan, seperti
kebakaran atau terjebak di ruang atas.
11. Perancangan Alat Pembersih bangunan
Perancangan alat pembersih bangunan yang diterapkan pada bangunan tinggi biasanya
menggunakan gondola. Sistem gondola digunakan untuk membersihkan debu pada
dinding dan kaca bangunan, sehingga warnanya tetap terjaga dan terawat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai bangunan berlantai banyak, maka sebuah apartemen ataupun kondominium
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam disainnya. Salah satu yang penting
diperhatikan yaitu keperluan struktur bangunan. Sistem struktur merupakan penggabungan
berbagai elemen struktur secara tiga dimensi yang cukup rumit.Fungsi utama dari sistem
struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada
bangunan,serta menyalurkan ke tanah melalui pondasi. Semakin tinggi suatu bangunan,
pentingnya aksi gaya lateral menjadi semakin berarti. Pada ketinggian tertentu ayunan
lateral bangunan menjadi demikian besar sehingga pertimbangan kekakuan, alih-alih
kekuatan bahan struktur, menentukan rancangan. Derajat kekakuannya terutama
bergantung pada jenis sistem struktur yang dipilih.

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas yang digunakan untuk


menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan
komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan. Perancangan bangunan harus selalu
memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang dikoordinasikan dengan
perancangan lain (struktur, arsitektur, interior dan lain-lain). Sistem utilitas suatu
bangunan merupakan rangkaian item pelengkap yang harus direncanakan sejak awal
sebelum gedung beroperasi dengan semestinya yang merupakan suatu sistem yang
terintegrasi dan menunjang dalam proses operasionalnya sesuai dengan fungsi utilitas
masing-masing.

B. Saran
1. Diperlukan pemahaman struktur yang baik dalam mendesain suatu rusun atau bangunan
bertingkat tinggi agar dapat menjamin keamanan dan kenyaman penghuninya

2. perlu pengkajian secara lebih spesifik terhadap jenis dan fungsi bangunan yang akan
direncanakan, misalnya sistem utilitas rusun, apartemen, dan bangunan hunian bertingkat
lainnya yang memiliki ciri berbeda walaupun secara umum memiliki kesamaan seperti
utilitas bangunan pada umumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2011

Hamzah, Andi et al. (2000), Dasar-Dasar Hukum Perumahan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
SNI 03-1726-2012

SNI 03- 6575-2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung”.

https://www.arsimedia.com/2020/06/informasi-perencanaan-utilitas-pada.html

Rita, 2013. PERILAKU BEBAN DAN GAYA PADA KEKOKOHAN BANGUNAN.


https://ritalaksmitasari.wordpress.com/2013/04/21/perilaku-beban-dan-gaya-pada-
kekokohan-bangunan/

11

Anda mungkin juga menyukai