Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PNEUMONIA
PENCEGAHAN DAN PENGOBATANNYA

Oleh :
Anak Agung Ngurah Anom Indra Perdana Tanaya
203500002
A1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, makalah
yang berjudul “Pneunomia Pencegahan dan Pengobatannya” ini, dapat diselesaikan sesuai
rencana. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Patofisiologi
Penulis merasa masih banyak kekurangan pada makalah ini, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak,
sangat penulis hargai untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat, baik
bagi penulis secara pribadi maupun pembaca secara umum.

Denpasar, 2021

Penulis

i
PDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengenalan Penyakit Pneumonia......................................................................................3
2.2 Penyebab Pneumonia.......................................................................................................4
2.3 Jenis – Jenis Pneumonia...................................................................................................5
2.4 Faktor Resiko Pneumonia................................................................................................8
2.5 Tanda – Tanda dan Gelaja Pneumonia.............................................................................8
2.6 Diagnosis Pneumonia.....................................................................................................10
2.7 Pencegahan Pneumonia..................................................................................................10
2.8 Pengobatan Pneumonia..................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari beberapa jenis penyakit yang masuk ke dalam golongan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA), pneumonia adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya.
Sebab, pada kondisi terparahnya, pneumonia bisa menyebabkan kematian.
Pneumonia dapat menyerang siapa aja, seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut
usia, namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia.
Bahkan pneumonia dianggap sebagai penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian
pada anak berusia lima tahun ke bawah.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017, terdapat 25.481
kematian balita karena infeksi pernapasan akut dan ini menempatkan Indonesia di peringkat
ketujuh dunia dengan beban pneumonia tertinggi. Bahkan, pneumonia adalah penyebab
kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi sekitar 15,5
persen. Di mana pada tahun 2019 terdapat sekitar 467.383 kasus pneumonia pada balita.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2018 menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi, atau jumlah penderita pneumonia tiap tahunnya. Berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan, jumlah orang yang mengalami pneumonia pada 2018, sekitar 2
persen, sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8 persen.
Walaupun pneumonia merupakan penyakit berbahaya, namun dapat disembuhkan
dengan penanganan yang tepat. Maka dari itu, pengetahuan mengenai pneumonia,
pencegahan, dan pengobatan merupakan suatu hal yang penting untuk dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Apa penyebab pneumonia?
3. Apa saja jenis- jenis pneumonia?
4. Apa yang menjadi faktor resiko pneumonia?
5. Bagaimana tanda-tanda dan gejala terjadinya pneumonia?
6. Bagaimana cara diagnosis pneumonia?
7. Bagaimana cara pencegahan pneumonia?
8. Bagaimana pengobatan pneumonia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pneumonia, penyebab, jenis – jenis pneumonia, faktor resiko,
tanda – tanda dan gejala, cara diagnosis, cara pencegahan, dan pengobatan pneumonia.
2. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah "Patofisiologi".

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Penyakit Pneumonia

Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pneumonia adalah bentuk
infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung
kecil yang disebut alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernafas. Pada penderita
pneumonia, infeksi menyebabkan peradangan alveoli di salah satu atau kedua paru-paru.
Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah, sehingga menyebabkan penderita sulit
bernapas dan aliran oksigen terhambat. Pneumonia terkadang juga bisa muncul beserta
penyakit paru-paru lain, misalnya TB paru.
Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di
seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15% kematian anak-
anak berusia di bawah 5 tahun disebabkan oleh penyakit ini. WHO juga menyatakan bahwa
pada tahun 2017, terdapat lebih dari 800.000 anak-anak meninggal akibat pneumonia.
Setiap tahunnya, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang, tujuh persen dari total
populasi dunia, dan menyebabkan sekitar 4 juta kematian. Walaupun pneumonia dijuluki oleh
William Osler pada abad ke-19 sebagai "the captain of the men of death" (pemimpin
kematian), penemuan terapi antibiotik dan vaksin pada abad ke-20 telah meningkatkan daya
tahan hidup. Meskipun demikian, di negara berkembang, dan di antara orang-orang berusia
sangat lanjut, sangat muda, dan penderita sakit kronis, pneumonia merupakan penyakit yang

3
menjadi penyebab kematian utama. (Anggraini, 2020 dalam
https://health.kompas.com/read/2020/03/19/180000068/3-jenis-mikroorganisme-penyebab-
pneumonia?amp=1&page=2 , https://www.alodokter.com/pneumonia ,dan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru).

2.2 Penyebab Pneumonia


Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat
penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang
penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di
rumah sakit. Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan
umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia
yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati
Organisme yang menyebabkan pneumonia, antara lain:
1. Bakteri
Pneumonia yang disebabkan bakteri biasanya disebut dengan pneumonia
pneumokokos. Bakteri penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae yang
biasanya hidup di saluran pernapasan bagian atas.Selain Streptococcus pneumoniae,
bakteri yang juga bisa menjadi penyebab pneumonia antara lain:
- Mycoplasma pneumoniae
Bakteri kecil yang biasanya menginfeksi orang berusia di bawah 40 tahun,
terutama mereka yang hidup dan bekerja dalam kondisi padat.
- Chlamydophila pneumoniae yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan
atas sepanjang tahun tetapi juga dapat menyebabkan pneumonia ringan.
- Legionella pneumophila yang menyebabkan pneumonia berbahaya yang
disebut penyakit Legionnaire. Tidak seperti pneumonia bakteri lainnya,
Legionella tidak bisa menyebar lewat kontak dengan orang yang terinfeksi
bakteri ini.
2. Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
3. Virus
Virus yang menginfeksi saluran pernapasan bagian atas juga dapat menyebabkan
pneumonia. Virus influenza adalah penyebab pneumonia paling umum pada orang
dewasa. Sementara itu, respiratory syncytial virus adalah penyebab paling umum dari
pneumonia virus pada anak kecil. Pneumonia yang disebabkan oleh virus sering kali

4
memiliki gejala lebih ringan dan berlangsung singkat daripada pneumonia yang
disebabkan bakteri.
Namun, virus influenza bisa memicu pneumonia yang parah dan fatal. Pneumonia
karena virus bisa berisiko komplikasi berat jika terjadi invansi sekunder oleh bakteri.
4. Jamur
Pneumonia akibat paparan jamur biasanya terjadi pada pasien dengan masalah
kesehatan kronia atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Selain itu, orang yang
terpapar jamur dari kotoran dan tanah juga bisa mengalami pneumonia. Salah satu
jamur yang bisa menyebabkan pneumonia adalah Pneumocystis jirovecii.
Jenis jamur ini biasanya menginfeksi orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah
karena HIV/AIDS atau penggunaan obat-obatan jangka panjang yang menekan sistem
kekebalan tubuh (Anggraini, 2020 dalam
https://health.kompas.com/read/2020/03/19/180000068/3-jenis-mikroorganisme-
penyebab-pneumonia?amp=1&page=2 dan
https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia).

2.3 Jenis – Jenis Pneumonia


Jenis-jenis pneumonia dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, maupun berdasarkan
tempat terjadinya infeksi.

2.3.1 Jenis – Jenis Pneumonia Berdasarkan Penyebabnya


Berdasarkan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, pneumonia dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu:

5
1. Pneumonia bakterial
Pneumonia bakterial adalah pneumonia akibat infeksi bakteri. Merupakan jenis
pneumonia yang paling umum terjadi, dan bakteri yang paling sering menyebabkan
infeksi paru adalah Streptococcus pneumoniae.
Penularan bakteri penyebab pneumonia dapat terjadi bila menghirup droplet (percikan
liur berukuran kecil) yang dikeluarkan penderita pneumonia ketika ia batuk atau
bersin. Infeksi dapat lebih mudah terjadi bila Anda memiliki daya tahan tubuh yang
lemah, riwayat penyakit paru, sering merokok, atau sedang dalam masa penyembuhan
setelah operasi di rumah sakit.
2. Pneumonia atipikal
Pneumonia jenis ini disebabkan oleh bakteri, tetapi dengan gejala lebih ringan
daripada pneumonia bakterial. Karena gejala pneumonia yang ringan, penderita
umumnya tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Kondisi ini disebut sebagai walking
pneumonia (pneumonia berjalan). Pneumonia atipikal biasanya disebabkan oleh
bakteri Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydophila pneumoniae.
3. Pneumonia viral
Berbagai jenis virus dapat menginfeksi paru-paru dan menyebabkan pneumonia jenis
ini. Pneumonia viral biasanya berlangsung lebih singkat daripada pneumonia bakterial
dan gejalanya pun lebih ringan. Namun, terkadang kasus pneumonia viral juga bisa
berakibat fatal, terutama bila penyebabnya adalah virus influenza. Anak-anak, lansia
(lanjut usia), dan orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah lebih berisiko untuk
mengalami pneumonia viral yang fatal.
4. Pneumonia fungal
Pneumonia jenis ini disebabkan oleh infeksi jamur. Pneumonia fungal jarang terjadi
dan biasanya dialami oleh orang yang menderita penyakit kronis atau memiliki daya
tahan tubuh yang lemah. Contohnya adalah penderita AIDS, penderita kanker yang
sedang menjalani kemoterapi, penderita penyakit autoimun, atau penerima
transplantasi organ yang harus mengonsumsi obat-obatan penekan sistem imun tubuh
(imunosupresan).

2.3.2 Jenis – Jenis Pneumonia Berdasarkan Tempat Terjadinya Infeksi


Mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia dapat diperoleh dari beragam tempat.
Pneumonia yang diperoleh dari tempat yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda
pula, seperti:
6
1. Hospital-acquired pneumonia (HAP)
Pneumonia yang diperoleh ketika seseorang sedang dirawat di rumah sakit disebut
sebagai hospital-acquired pneumonia (HAP) atau pneumonia nosokomial. Alasan
rawat inap tidak harus berupa penyakit paru. Semua pasien yang sedang dirawat inap
karena penyakit apa pun memiliki risiko terpapar bakteri selama berada di rumah
sakit. HAP biasanya bersifat serius karena bakteri penyebabnya sering kali sudah
kebal (resisten) terhadap antibiotik. Seorang pasien yang dirawat di rumah sakit lebih
berisiko untuk terkena pneumonia jenis ini bila:
 Membutuhkan alat bantu napas ventilator selama dirawat.
 Tidak dapat batuk secara normal, sehingga dahak di paru dan di tenggorokan
tidak dapat dikeluarkan.
 Memiliki trakeostomi, yaitu lubang buatan di leher yang telah dipasangi
selang untuk membantu pernapasan.
 Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
2. Health care-acquired pneumonia
Health care-acquired pneumonia dapat terjadi di fasilitas kesehatan, seperti pusat
hemodialisis (cuci darah) atau klinik-klinik rawat jalan. Bakteri yang diperoleh dari
tempat-tempat tersebut juga dapat bersifat resisten terhadap antibiotik.
3. Community-acquired pneumonia (CAP)
Pneumonia jenis ini meliputi semua pneumonia yang diperoleh di luar rumah sakit
dan fasilitas kesehatan. Community-acquired pneumonia (CAP) dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Salah satu contoh CAP adalah tuberkulosis paru
(TB paru).
Pneumonia jenis ini juga meliputi pneumonia aspirasi, yaitu jenis pneumonia yang
terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup makanan, minuman, atau muntahan
ke dalam saluran napasnya. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada orang yang
memiliki gangguan menelan dan muntah.
Tidak semua kasus pneumonia bersifat fatal. Pneumonia yang ringan biasanya dapat dirawat
di rumah menggunakan obat-obatan sesuai petunjuk dokter. Namun, pneumonia yang berat
membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit karena dapat berakhir menjadi gagal napas
ataupun sepsis (https://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-pneumonia).

7
2.4 Faktor Resiko Pneumonia
Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk
terkena pneumonia, seperti:
 Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.
 Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
 Pasien yang dirawat di rumah sakit dalam waktu lama.
 Pasien yang dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
 Orang yang memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
 Perokok
 Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang
mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian
pengobatan kemoterapi (Aprilia dalam
https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia).

2.5 Tanda-Tanda dan Gejala Pneumonia


Indikasi dan juga gejala ringan dari pneumonia umumnya menyerupai gejala flu,
seperti demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yng lebih lama bila dibandingkan
flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul,
seperti:
 Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk
 Batuk berdahak
 Mudah lelah
 Demam dan menggigil
 Mual dan muntah
 Sesak napas
 Gangguan kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
 Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya
mengalami hipotermia.
 Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak
tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas,
sehingga napas anak menjadi cepat (https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia).

8
Pasien pneumonia yang menular biasanya menderita batuk produktif, demam yang
disertai menggigil bergetar, sulit bernapas, nyeri dada yang tajam atau menghunjam selama
menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi. Pada manula, adanya
kebingungan menjadi tanda yang paling utama. Tanda-tanda dan gejala khusus pada anak-
anak balita yaitu demam, batuk, dan napas yang cepat atau sulit.
Demam tidak sangat spesifik, karena ini gejala yang umum timbul pada berbagai
penyakit, dan mungkin tidak tampak pada penderita penyakit parah atau malagizi. Selain itu,
gejala batuk sering tidak muncul pada anak-anak berusia kurang dari 2 bulan. Tanda-tanda
dan gejala yang lebih parah meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-
muntah yang menetap, suhu ekstrem, atau penurunan tingkat kesadaran.
Kasus pneumonia bakterial dan viral biasanya muncul dengan gejala yang serupa.
Beberapa penyebabnya dikaitkan dengan karakteristik klinis yang klasik tetapi tidak spesifik.
Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat muncul disertai nyeri perut, diare, atau
kebingungan, sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae
dikaitkan dengan sputum berwarna karat, dan pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella
dapat disertai sputum berdarah yang sering digambarkan sebagai "currant jelly" (lendir
merah). Sputum berdarah (dikenal sebagai hemoptisis) juga dapat muncul pada tuberkulosis,
pneumonia gram-negatif, dan abses paru serta umum dijumpai pada bronkitis akut.
Pneumonia mikoplasma dapat timbul bersama pembengkakan nodus limfa di leher, nyeri
sendi, atau infeksi telinga tengah. Pneumonia viral lebih umum muncul disertai mengi

9
dibandingkan dengan pneumonia bacterial (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-
paru).

2.6 Diagnosis Pneumonia


Diagnosis pneumonia bisa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan juga
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mencari tanda dan
gejala, kemudian pada pemeriksaan suara napas biasanya ditemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto
rontgen dada.
Pada hasil rontgen dada, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu,
pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang
menyebabkan terjadinya infeksi (https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia).

2.7 Pencegahan Pneumonia


Pencegahan penularan pneumonia dapat dilakukan dengan langkah-langkah sederhana
berikut ini:
 Menjalani vaksinasi
Vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan pneumonia. Di mana, vaksin
pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan vaksinasi pneumonia untuk anak-anak.
 Menjaga daya tahan tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat, seperti cukup beristirahat,
mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
 Menjaga kebersihan, seperti rajin mencuci tangan.
Biasakan mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer, dan
jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
 Tidak merokok
Kebiasaan merokok dan paparan asap rokok dapat membuat paru-paru rusak dan lebih
rentan terkena infeksi.
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau kecanduan alkohol juga bisa menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan mengalami penyakit infeksi,
termasuk pneumonia.
 Menerapkan etika batuk dan bersin

10
Tutup mulut dengan tisu atau lengan ketika batuk atau bersin. Dengan menerapkan
cara ini, penyebaran infeksi dan penularan pneumonia dari satu orang ke orang
lainnya dapat dicegah. (https://www.alodokter.com/pneumonia/pencegahan).
2.8 Pengobatan Pneumonia
Pengobatan pneumonia bertujuan untuk mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan
mencegah komplikasi. Pengobatan akan diberikan sesuai penyebab dan tingkat keparahan
kondisi.
 Obat antipiretik dan analgetik, seperti ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan
demam dan nyeri.
 Obat untuk meredakan batuk.
 Obat antibiotik, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
 Obat antivirus untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus.
 Obat antijamur untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Penderita pneumonia juga disarankan untuk banyak beristirahat, mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, serta banyak minum air putih agar tidak kekurangan cairan.
Jika mengalami gejala yang berat, penderita pneumonia perlu dirawat di rumah sakit. Selama
rawat inap di rumah sakit, penderita akan diberikan penanganan berupa:
 Pemberian antibiotik atau obat lain melalui suntikan.
 Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah.
 Pemberian cairan infus untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan nutrisi.
 Rehabilitasi paru untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan melakukan latihan
pernapasan.
Penderita pneumonia dengan gejala yang sangat parah perlu ditempatkan dalam ruang
perawatan intensif dan dipasangkan ventilator, yaitu mesin untuk membantu pernapasan.
Proses penyembuhan pneumonia tergantung pada jenis pneumonia, tingkat keparahan, serta
kondisi kesehatan penderita secara umum.
(https://www.alodokter.com/pneumonia/pengobatan).

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Pneumonia atau paru-paru basah adalah peradangan pada alveoli para-paru, sehingga
alveoli dipenuhi darah dan nanah yang menyebabkan penderita sulit bernafas, hingga
bila parah dapat menyebabkan kematian.
2. Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur.
3. Jenis-jenis pneumonia berdasarkan penyebabnya, antara lain:
4. pneumonia bakterial, atipikal, viral, fungal.
5. Jenis-jenis pneumonia berdasarkan tempat terjadinya infeksi adalah : Hospital-acquired
pneumonia (HAP), health care-acquired pneumonia, community-acquired pneumonia
(CAP).
6. Faktor resiko tinggi terkena pneumonia, di antaranya: usia dua tahun ke bawah, di atas
65 tahun, pasien pengguna ventilator, perokok, memiliki penyakit paru kronik atau
jantung, imunitas rendah.
7. Gejala pneumonia di antaranya: batuk, kelelahan, demam, sulit bernafas, sputum, nyeri
dada.
8. Diagnosis pneumonia bisa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
9. Pneumonia dapat dicegah, di antaranya dengan cara: vaksinasi, pola hidup sehat,
menjaga kebersihan, menerapkan etika batuk dan bersin.
10. Pengobatan pneumonia di antaranya dengan: obat antipiretik dan analgesik, obat batuk,
antibiotik, antivirus, antijamur.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://health.kompas.com/read/2020/03/19/180000068/3-jenis-mikroorganisme-penyebab-
pneumonia?amp=1&page=2
https://www.alodokter.com/pneumonia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radang_paru-paru
https://www.halodoc.com/kesehatan/pneumonia
https://www.alodokter.com/pneumonia/pengobatan
https://www.alodokter.com/pneumonia/pencegahan
https://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-pneumonia

iii

Anda mungkin juga menyukai