Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR KEBUDAYAAN, NILAI, NORMA,

ADAT KEBIASAAN, DAN TRADISI

 
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah 
Manusia dan Kebudayaan Indonesia

Dosen Pengampu:
Dr. Warsiman, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

             Rif’atus Sa’adah  Ahmad   (205110707111023)

Nabila Rayda   (205110707111024)

Salma Zahidah   (205110707111030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pengantar Kebudayaan, Nilai, Norma, Adat Kebiasaan, dan Tradisi”
tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. 
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah manusia dan kebudayaan Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengertian dan pengantar diskusi
secara garis besar bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Warsiman, S.Pd.,
M.Pd., selaku dosen mata kuliah manusia dan kebudayaan Indonesia yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan serta
wawasan dalam bidang manusia dan kebudayaan Indonesia, khususnya materi
pengantar kebudayaan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pembaca
untuk memberikan kritik dan saran agar kami dapat menulis dengan lebih baik
lagi kedepannya.
 
Malang, 27 Februari 2021
 
 
Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Rumusan masalah 1

Tujuan 2

Manfaat 2

Pembahasan 3

Pengertian Kebudayaan 3

Wujud, Unsur, Tujuan, Peran dan Fungsi Kebudayaan 3

Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Nilai 9

Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Norma 11

Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Adat Kebiasaan 12

Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Tradisi 14

Perbedaan Pada Nilai, Norma, Adat Kebiasaan, dan Tradisi 15

Penutup 17

Kesimpulan 17

Saran 17

Daftar Pustaka 18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan ini, manusia tidak akan pernah dipisahkan dari
kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat. Tanpa
adanya kebudayaan, kehidupan manusia tidak akan pernah bisa sempurna.
Kebudayaan sendiri berasal dari akal manusia yang kemudian direalisasikan
dan menjadi sebuah kebiasaan. Hal itu biasa disebut dengan adat-istiadat. 
Seperti yang akan dijelaskan, kebudayaan memiliki tiga bentuk/wujud di
dalamnya. Pertama adalah ide/gagasan, kedua aktivitas, adat, atau tradisi, dan
ketiga yaitu karya seperti peralatan kebutuhan hidup, candi, dan sebagainya.
Kebudayaan juga memiliki berbagai macam unsur, antara lain yaitu, bahasa,
sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan yang terakhir
yaitu kesenian. Tujuan utama dari kebudayaan yaitu untuk mengatur
hubungan antar manusia, sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup,
dan untuk memajukan suatu kelompok masyarakat.
Adapun seperti yang telah disampaikan pada paragraf sebelumnya
bahwasanya nilai, norma, adat kebiasaan, maupun tradisi ternyata memiliki
kaitan erat dengan kebudayaan. Sebab, di dalam kebudayaan mengandung
unsur- unsur tersebut. Maka dari itu selain kebudayaan, makalah ini juga akan
menjelaskan mengenai hakikat, jenis, tipe, dan sifat yang terdapat dalam nilai,
norma, adat, kebiasaan, dan tradisi. Makalah ini juga akan menjelaskan apa
saja perbedaan yang terdapat dari hal-hal tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas meliputi:
1. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan?
2. Apa saja wujud, unsur, tujuan, peran, dan fungsi dari kebudayaan?
3. Bagaimana Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat dari nilai?

1
4. Bagaimana Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat dari norma?
5. Bagaimana Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat dari adat kebiasaan?
6. Bagaimana Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat dari tradisi?
7. Apa perbedaan yang terdapat dalam nilai, norma, adat, kebiasaan, dan
tradisi?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini meliputi:
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan.
2. Untuk mengetahui apa saja wujud, unsur, tujuan, peran, dan fungsi
yang terdapat dalam kebudayaan.
3. Untuk mengetahui hakikat dan perbedaan yang terdapat dalam nilai,
norma, adat, kebiasaan, dan tradisi.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat:
1. Menambah wawasan pembaca mengenai hakikat, wujud, unsur, tujuan,
serta peran dan fungsi dari kebudayaan.
2. Menjadi jalan pembaca dalam mewujudkan nilai, norma, adat
kebiasaan, dan tradisi sebagai unsur dari kebudayaan

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kebudayaan


Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang dihasilkan
atau diciptakan oleh akal manusia secara sadar. Ellya Rosana (2017:18)
menjelaskan pengertian kebudayaan menurut para ahli secara singkat, yaitu:
1. Koentjaraningrat; Kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan masyarakat.
2. E.B. Taylor; Kebudayaan adalah kompleks yang menyangkut
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan, dan kebiasaan lain yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
3. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi; Kebudayaan merupakan hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
4. Dewantara; Kebudayaan merupakan buah budi manusia dalam hidup
bermasyarakat.
5. C. Kluckhon & Kelly; Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam
sejarah yang eksplisit, implisit, rasional, irasional, dan non rasional yang
terdapat dalam setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi
perilaku manusia.
Budaya terbagi menjadi dua, yaitu budaya asing dan budaya lokal. Budaya
asing adalah budaya yang berada di luar daerah kelompok masyarakat atau
budaya yang berasal dari negara asing (luar negeri). Sedangkan pengertian
budaya lokal adalah budaya daerah yang diwariskan secara turun-menurun
dan sulit untuk diubah.
2.2. Wujud, Unsur, Tujuan, Peran, dan Fungsi Kebudayaan
a. Wujud Kebudayaan
Koentjaraningrat dalam Mattulada (1997) menyatakan bahwa
kebudayaan memiliki tiga wujud. Pertama, wujud kebudayaan sebagai

3
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya. Wujud ini memiliki bentuk abstrak karena berasal dari
pikiran manusia dan tidak bisa dilihat secara langsung wujudnya oleh
mata manusia. Wujud pertama kebudayaan ini memiliki makna bahwa
pada dasarnya kebudayaan merupakan sesuatu yang tertanam di dalam
pikiran manusia, seperti pengetahuan, pendapat, saran, dan sebagainya.
Bagaimana manusia memiliki etos (pandangan hidup), pikiran akan suatu
kepercayaan, kebiasaan, atau persepsi mengenai suatu hal, semua
berawal dari dalam pikiran manusia. Begitu pula dengan kebudayaan.
Kebudayaan tercipta dari gagasan yang disampaikan ke dalam kelompok
manusia, dilakukan terus-menerus dari waktu ke waktu, dan memiliki
strukturnya tersendiri.
Kedua, wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini merupakan kegiatan
antar manusia yang dilakukan secara sistematis, konkret, dan dapat
didokumentasikan atau diabadikan melalui sebuah foto. Contohnya
seperti upacara adat, tarian, suatu pertunjukkan, atau kegiatan budaya
lainnya. Wujud kebudayaan yang kedua ini juga dapat disebut sebagai
suatu adat istiadat.
Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia. Wujud kebudayaan ini juga bisa disebut dengan kebudayaan
fisik. Kebudayaan fisik adalah karya yang dihasilkan oleh manusia.
Bentuknya nyata dan banyak diantaranya masih dapat dijumpai hingga
saat ini. Contoh dari kebudayaan fisik ini adalah sebuah bangunan
peninggalan masa lalu, candi, peralatan bertahan hidup (masak, makan,
tidur, dan berburu atau kegiatan sejenisnya), artefak, dan lain-lain.
Pada dasarnya, kebudayaan adalah bentuk perilaku atau aktivitas
manusia yang datang dari kelompok manusia itu sendiri. Manusia
memberi gagasan, ide, dan merealisasikannya menjadi bentuk yang
nyata. Muhammad Bahar Akkase Teng (2017: 72) menyatakan bahwa
hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan yang

4
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya.
b. Unsur-Unsur Kebudayaan
Budaya universal atau budaya semesta adalah kebudayaan
menyeluruh yang terdapat di dalam setiap masyarakat maupun di dunia.
Menurut Koentjaraningrat, terdapat tujuh unsur kebudayaan universal,
yaitu :
1. Pertama, unsur bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (KBBI).
Bahasa dikategorikan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan tulisan.
Penyebab terjadi perbedaan bahasa dan dialek dikarenakan oleh
faktor biologis (terutama warna suara), psikologis, geografis, sosial
(stratifikasi sosial), dan ekonomi. Dalam konteks bahasa lisan,
manusia menyesuaikan bahasa mereka dengan kondisi geografis
tempat tinggalnya. Karena itu, bahasa yang digunakan di setiap
daerah pasti berbeda dan memiliki ciri khasnya masing-masing.
Sedangkan bahasa tulisan memiliki jangkauan yang lebih luas yaitu
antar negara. Setiap negara memiliki struktur penggunaan bahasa
tulisan yang unik. Contohnya huruf yang digunakan di Indonesia
berbeda dengan China, Jepang, maupun Korea. 
2. Kedua, sistem pengetahuan. Sistem pengetahuan meliputi ruang
pengetahuan tentang alam sekitar seperti flora, fauna, pembagian
waktu, dan memahami kondisi geografi di sekitarnya. Kebudayaan
setiap kelompok manusia berbeda karena mereka memiliki peralatan
dari lingkungannya sendiri.
3. Ketiga yaitu sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial.
Organisasi sosial merupakan kesatuan yang terdiri atas beberapa
individu yang bersatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal
ini, tujuannya berupa pembagian fungsional untuk menyelesaikan
kewajiban bersama dalam masyarakat

5
4. Keempat, peralatan hidup dan teknologi. Unsur kebudayaan yang
paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi senjata,
wadah makanan dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal,
dan alat-alat transportasi. Hal-hal ini mencerminkan seluruh
kebudayaan yang terdapat di setiap kelompok masyarakat.
5. Kelima yaitu sistem mata pencaharian hidup. Unsur kebudayaan ini
merupakan unsur yang menjelaskan bagaimana mata pencaharian
atau usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia didapatkan.
Sama dengan unsur-unsur yang sebelumnya, unsur kebudayaan ini
juga berbeda tergantung dengan kondisi geografis setiap kelompok.
Mata pencaharian yang dilakukan manusia biasanya seperti berburu
dan mengumpulkan makanan, bertani atau bercocok tanam,
beternak, dan berdagang.
6. Keenam, sistem religi. Manusia merupakan makhluk yang
membutuhkan sesuatu untuk diyakini supaya dapat memberikan
kekuatan moral dan mampu melewati setiap ujian yang ada di dunia.
Sistem religi ini merupakan keyakinan yang berhubungan dengan
praktik keagamaan atau hal-hal suci seperti ritual tertentu yang tidak
dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Bentuk praktik
keagamaan inilah yang akhirnya dapat disebut sebagai sebuah
kebudayaan. Jenis-jenis sistem religi atau kepercayaan yang
menyebar antara lain yaitu :
a) Animisme
Kepercayaan yang meyakini akan adanya kekuatan roh. Seperti
percaya adanya roh penunggu di gunung merapi, menyiapkan
sesajen untuk para arwah, acara buang sial ke laut (larung), dan
kepercayaan kepada Nyi Roro Kidul, tuyul, kolor ijo,
genderuwo, kalong wewe, dan sebagainya.
b) Dinamisme
Kepercayaan yang meyakini bahwa setiap benda mempunyai
kekuatan gaib. Contohnya memandikan keris pusaka karena

6
diyakini mempunyai kekuatan, mempercayai kekuatan susuk,
jimat, batu cincin, air yang diberi mantera, dan sebagainya.
c) Totemisme
Kepercaaan terhadap hewan yang dianggap suci, seperti ular,
sapi, harimau, dll.
d) Panteisme
Kepercayaan akan adanya dewa-dewi.
e) Monoteisme
Kepercayaan yang meyakini bahwa Tuhan itu satu (paham
agama Islam).
f) Politeisme
Kepercayaan yang meyakini bahwa Tuhan lebih dari satu.
g) Henoteisme
Suatu paham tentang Tuhan nasional. Paham ini terdapat dalam
perkembangan keagamaan masyarakat Yahudi.
7. Ketujuh, yang terakhir, yaitu kesenian. Kesenian adalah hasrat
manusia terhadap keindahan. Kesenian menjadi bagian dari unsur
kebudayaan karena hal ini merupakan bukti konkret akan adanya
suatu kebudayaan. Tidak akan menjadi sebuah kebudayaan apabila
seni tidak termasuk di dalamnya. Kesenian tercipta dari imajinasi
manusia. Macam-macam kesenian antara lain, seni rupa, seni suara,
dan seni tari.
c. Tujuan Kebudayaan
Tujuan budaya antara lain yaitu:
1. Sebagai pedoman hubungan antar individu maupun kelompok.
Apabila dalam suatu kelompok masyarakat terdapat sebuah tradisi
atau adat yang mengatur mengenai suatu hubungan antar manusia,
maka kegiatan bermasyarakat akan menjadi harmonis dan
terorganisir. Dengan adanya pedoman ini juga maka tujuan dalam
kelompok masyarakat akan lebih mudah tercapai.

7
2. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik individu
maupun masyarakat. Dengan adanya kebudayaan, maka akan
tercipta kelompok atau lembaga masyarakat yang mewadahi
anggota kelompok untuk bersama-sama melakukan pekerjaan atau
mata pencaharian untuk bertahan hidup. Seperti misalnya, suatu
masyarakat yang tinggal di sekitar laut maka otomatis mereka akan
memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melaut di daerah pesisir
pantai. Tujuan kebudayaan di sini adalah membuat lembaga atau
organisasi sosial sehingga anggota masyarakat dapat melaut
bersama dengan anggota lainnya. Semakin banyak individu yang
bergabung, semakin efektif dan menyenangkan pula pekerjaan
yang dilakukan.
3. Sebagai pendorong adanya perubahan dalam masyarakat.
Kebudayaan memiliki banyak jenis, diantaranya adala budaya 
modern dan tradisional. Semakin berkembangnya zaman, maka
kebudayaan lama pun otomatis akan tergeser oleh budaya baru.
Kebudayaan bergerak mengikuti arus zaman. Maka dari itu,
kebudayaan juga membantu manusia untuk keluar dari kukungan
budaya lama dan mengikuti arus zaman agar tidak terdapat celah
atau jarak di antara sesama manusia.
d. Peran dan Fungsi Kebudayaan
Seorang pakar Antropologi, Bronislaw Malinowski, mencetuskan
sebuah teori yang dinamakan Fungsionalisme Kebudayaan. Teori ini
menjelaskan bahwa fungsi esensial dari kebudayaan pada awalnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan hidup
mendasar bagi manusia antara lain yaitu, makanan, perlindungan,
bekerjasama, berkomunikasi, rasa ingin tahu, dan kebutuhan spiritual.
Maka dari itu, kebudayaan berfungsi untuk memproduksi dan mengolah
makanan, membuat rumah dan pakaian, membentuk organisasi,
memiliki keterkaitan bahasa antara individu satu dengan lainnya,

8
mempelajari ilmu pengetahuan, dan juga kebudayaan memiliki sistem
religi untuk memenuhi kebutuhan spiritual manusia. 

2.3. Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Nilai


a. Hakikat Nilai
Pada dasarnya, nilai merupakan suatu persoalan yang kompleks.
Terdapat nilai baik buruk berupa etika, nilai benar salah dalam bentuk
logika, nilai indah jelek dalam hal estetika, dan lain sebagainya. Hal
tersebut menunjukkan bahwasanya nilai memiliki cakupan yang luas.
Secara definisi  menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, nilai
adalah kadar, mutu, atau sifat yang penting, dan berguna bagi
kemanusiaan.
Adapun pengertian secara umum, dalam buku Soerjasih,dkk (2016)
beliau menuliskan bahwasanya nilai merupakan konsep umum mengenai
sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, dan pantas. Keberadaannya
dicita- citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari- hari. Nilai menjadi pedoman kehidupan bersama di dalam suatu
kelompok masyarakat, baik kelompok sosial terkecil seperti keluarga
bahkan hingga kelompok besar seperti halnya suku, bangsa, bahkan
masyarakat internasional. Dari kutipan tersebut menunjukkan
bahwasanya nilai merupakan sesuatu yang baik dan diharapkan dalam
kehidupan manusia.
Menurut Horton dan Hunt dalam Soerjasih, dkk (2016), beliau
menyampaikan, pada hakikatnya nilai dapat mengarahkan perilaku dan
pertimbangan seseorang, akan tetapi nilai tidak menghakimi suatu
perbuatan benar atau salah. Hal ini menunjukkan bahwasanya nilai dapat
menentukan gerak langkah kita dalam kehidupan, nilai dapat menjadikan
manusia memutuskan perilaku atau tindakan yang hendak dilakukannya.
b. Jenis-Jenis Nilai 
Dalam buku Soerjasih, dkk (2016) Notonegoro membedakan nilai
menjadi tiga jenis, antara lain sebagai berikut:

9
1) Nilai material. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai ini menjadi sesuatu yang berguna
memenuhi kebutuhan jasmani atau ragawi manusia.
2) Nilai vital. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna untuk dapat
menunjang aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
3) Nilai kerohanian. Sedangkan nilai kerohanian adalah segala seuatu
yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dapat berupa
nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan, dan nilai religius
(agama).
c. Sifat Nilai
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki suatu nilai yang diyakininya
dapat mengarahkan perilaku dan tindakan mereka dalam kehidupan.
Seperti yang telah disampaikan pada penjelasan di atas, bahwasanya nilai
memiliki sifat yang kompleks dan unik. Rokeach (1973) dalam jurnal
Adisubroto (1993) menuliskan beberapa sifat dari nilai, antara lain yaitu:
1) Nilai memiliki sifat tahan lama
Terbentuknya nilai dalam individu memiliki proses yang lama
seperti halnya membentuk sikap dan kepribadian. Sebab, masing-
masing individu memiliki arti dan interpretasi tersendiri terhadap
suatu nilai. Melalui pengalaman, sesuatu yang dipelajari, yang
kemudian mengintegrasikan suatu nilai kedalam sistem yang
terorganisir. Sehingga, hal itu menunjukkan bahwasanya nilai
memiliki sifat bertahan lama sebab nilai merupakan milik pribadi
dan menjadi bagian dari diri yang terbentuk melalui proses yang
lama. Menurut Rokeach, apabila seseorang yang telah memagang
teguh sesuatu dan matang, maka dia akan melawan situasi yang tidak
sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 
2) Nilai sebagai keyakinan
Nilai merupakan bagian dari pribadi, Rokeach menuliskan
bahwasanya terdapat tiga hal yang menunjukkan bahwa nilai
merupakan suatu keyakinan; (a) Keyakinan yang deskriptif, (b)

10
keyakinan yang evaluatif, yaitu mampu menilai benar atau salah
serta baik dan buruk suatu hal, (c) keyakinan yang preskriptif atau
proskriptif, yaitu bersifat menganjurkan atau memerintah dan
bersifat melarang atau mencegah. 
3) Nilai sebagai alat dan tujuan akhir
Nilai sebagai alat berkaitan dengan cara bertingkah laku. Sedangkan
nilai sebagai tujuan akhir ditunjukkan dari dua hal, yaitu bersifat
personal dan sosial. Rokeach (1973) mengatakan bahwasanya
kenaikan pada nilai sosial akan berakibat menurunnya nilai personal,
dan begitupun sebaliknya.
4) Nilai sebagai suatu konsepsi tentang sesuatu yang disukai secara
individual dan sosial
Nilai memiliki sifat dapat diterapkan bergantung situasi atau keadaan
tertentu. Hal itu menunjukkan bahwasanya nilai dapat diterapkan
secara pribadi maupun sosial. 

2.4. Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Norma


a. Hakikat Norma
Berbeda dengan nilai, Secara definisi, norma berasal dari bahasa
Belanda yaitu ‘norm’ yang memiliki arti patokan, pedoman, pokok
kaidah. Hal itu menunjukkan bahwa norma adalah kaidah yang menjadi
sebuah petunjuk, pedoman untuk seseorang untuk bertindak serta
bertingkah laku di kehidupan sosial.
Norma sendiri merupakan perwujudan dari nilai- nilai sosial di
dalam masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan- aturan, kaidah, baik
dalam bentuk tertulis maupun tidak. Norma berfungsi mengatur
kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Maka dari itu, norma sendiri
membahas perilaku- perilaku yang pantas dilakukan dalam berinteraksi. 
Soerjasih, dkk (2016) menyebutkan bahwa pada dasarnya norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam lingkup masyarakat dapat
berlangsung tertib sesuai harapan. 

11
b. Jenis-Jenis Norma
Beberapa jeis norma yang berlaku di masyarakat antara lain sebagai
berikut:
1) Norma berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, norma dibagi menjadi norma formal dan
norma non formal. Norma formal adalah norma yang dibuat oleh
lembaga atau kelompok yang sifatnya resmi. Sedangkan norma non
formal adalah sebuah aturan yang tidak diketahui siapa dan
bagaimana pencipta dari norma tersebut.
2) Norma berdasarkan daya pengikatnya
Berdasarkan daya pengikatnya, norma dibagi menjadi cara (usage),
kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), adat istiadat, dan
hukum (laws)
3) Norma berdasarkan yang berlaku di lingkungan masyarakat
Jenis- jenis norma yang berlaku di masyarakat antara lain, norma
agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.
c. sifat norma
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, bahwasanya
norma adalah sesuatu yang mengatur bagaimana individu dapat bersikap
dan berinteraksi di tengah masyarakat. Maka dari itu, norma memiliki
sifat memaksa. Sehingga seluruh anggota harus dapat menaati dan
bertindak sesuai dengan norma- norma yang telah disepakati sebelumnya.
Adapun, jika mendapati pelanggaran akan mendapatkan sanksi sesuai
dengan yang telah disepakati.

2.5. Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Adat 


a. Hakikat Adat Kebiasaan 
Secara etimologi, adat berasal dari bahasa arab yang memiliki arti
kebiasaan. Adapun menurut tokoh Juriani dalam jurnal Muallim (1995),
secara istilah adat merupakan suatu perbuatan yang secara terus menerus
dan berulang- ulang dikerjakan oleh manusia mengenai masalah-

12
masalah yang dapat diterima oleh akal. Adat kebiasaan ini dapat berupa
perkataan maupun perbuatan. 
Adat atau kebiasaan dianggap memiliki nilai- nilai yang harus
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat. Maka dari itu, pada hakikatnya
adat atau kebiasaan adalah suatu bentuk norma atau perilaku yang
tumbuh, berkembang, dan didukung oleh suatu masyarakat secara turun
temurun. 
b. Jenis-Jenis Adat
Beberapa macam atau jenis yang terdapat pada adat antara lain sebagai
berikut:
1) Adat asli. 
Adat ini merupakan adat yang berasal dari daerah tersebut, tanpa ada
campur tangan dari tradisi luar. Beberapa sumber menuliskan
bahwasanya, adat asli ini terjadi pada daerah yang masih belum
terjangkau oleh manusia luar. Sehingga, paham masyarakat yang
menganut jenis adat ini sulit menerima perubahan peradaban dan
terkenal dengan sikap etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sikap
menjunjung tinggi kebudayaannya tanpa mengindahkan kebudayaan
dari golongan lain. 
2) Adat yang diadatkan
Jenis adat ini terbentuk dari adanya gabungan dari adat lain. Adat
yang diadatkan ini mampu untuk membentuk suatu kebudayaan
baru. Hal ini terjadi karena kebudayaan asli di suatu daerah telah
tercampur dengan kebudayaan dari daerah lain. Hal ini dikenal
dengan sebutan akulturasi dan asimilasi.
3) Adat tertulis
Sama seperti nama dari jenis ini, adat tertulis merupakan adat yang
ditulis  dan sudah teratur dalam peraturan tertentu. Jenis adat ini
memiliki kekuatan hukum yang tinggi. 
4) Adat tidak tertulis

13
Adat tidak tertulis merupakan adat yang belum tertuliskan, namun
telah menjadi suatu keyakinan dan kepercayaan turun temurun
masyarakat luas.
c. Sifat Adat Kebiasaan
Adat kebiasaan adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi
tingkatannya, sehingga harus menjadi pegangan setiap individu dalam
menjalani kehidupan sosial di masyarakat. Maka dari itu, adat kebiasaan
memiliki sifat yang kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap
masyarakat yang memilikinya.
2.6. Hakikat, Jenis, Tipe, dan Sifat Tradisi 
a. Hakikat Tradisi
Secara bahasa, tradisi berasal dari bahasa Latin yang mengandung
arti “diteruskan”. Sebab, tradisi merupakan adat istiadat atau kebiasaan
yang diwariskan secara turun temurun untuk dijalankan di masyarakat.
Adapun secara istilah, tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok. Tradisi sendiri
juga dapat dikatakan sebagai pewaris norma-norma, kaidah-kaidah, dan
kebiasaan kebiasaan. 
Tradisi tersebut bukanlah suatu hal yang tidak dapat diubah, tradisi
justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat
dalam keseluruhannya. Hal ini dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu
cara atau model terbaik sebelum munculnya alternatif lain.
b. Jenis-Jenis Tradisi
1) Tradisi ritual agama
Indonesia sendiri merupakan negara majemuk, terdiri dari berbagai
pemeluk agama. Beraneka ragam ritual agama yang dilakukan di
negara ini menunjukkan adanya perbedaan yang disebabkan oleh
adanya lingkungan tempat tinggal, adat, serta tradisi yang diwariskan
secara turun temurun.
2) Tradisi ritual budaya

14
Selain agama, negara ini juga menyimpan ritual budaya yang
kaya. Dari satu daerah ke daerah lain sudah memiliki ciri khas atas
ritual yang berbeda. Sebagai contoh yaitu wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat  yang memiliki banyak tradisi di segala aspek
kehidupan. Upacara dan tradisi yang dilakukan di daerah Jawa ini pun
berbeda- beda. 
c. Sifat Tradisi
Seperti yang telah dituliskan pada poin sebelumnya, Tradisi
merupakan suatu kebiasaan yang diberikan dan dilestarikan secara turun
menurun dalam sebuah masyarakat. Tradisi sendiri identik dengan
sifatnya yang luas. Luas yang dimaksud pada tradisi ini meliputi segala
kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan, sebab tradisi
bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani
manusia yang hidup pula. 

2.7. Perbedaan pada Nilai, Norma, Adat Kebiasaan, dan Tradisi


Setelah mengetahui berbagai hakikat, jenis, maupun sifat dari nilai,
norma, adat kebiasaan, dan tradisi. Tentu diantaranya memiliki hubungan
perbedaan, antara lain sebagai berikut:
a. Perbedaan Nilai dan Norma
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, nilai merupakan
pegangan yang penting bagi individu maupun kelompok. karena nilai
merupakan keyakinan dan pedoman bagi segala aktivitas yang dilakukan
individu atau kelompok yang telah memiliki orientasi terhadap suatu
nilai. Adapun norma yang terdapat di masyarakat ini adalah bentuk
perwujudan nilai, ukuran baik/buruk yang dipakai sebagai pengarah,
pedoman, pendorong perbuatan manusia di dalam kehidupan bersama.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Peursen (1988) dalam Parmono
(1995), bahwasanya norma dan nilai itu berhubungan erat, bahkan
merupakan satu kesatuan, terutama nilai kebaikan. Sebab norma
merupakan perwujudan aktif dari nilai. 

15
Berdasarkan sifat dan hakikat dari nilai dan norma, berikut
perbedaan di antara keduanya antara lain; (1) Norma memiliki sanksi
yang jelas, sedangkan nilai tidak; (2) Nilai dapat bernilai positif dan
negatif. Apabila bernilai positif, maka nilai tersebutharus dijaga dan
dipelihara, sehingga diperlukan norma untuk menjaga dan
memeliharanya; (3) Nilai merupakan bentuk ekspresi seseorang,
kelompok, atau masyarakat mengenai hal hal yang baik, buruk, benar,
maupun salah; (4) Adapun norma memiliki sanksi yang jelas, sehingga
ketika terdapat individu yang melanggarnya maka akan dikenakan
hukuman yang sesuai. 
b. Perbedaan Adat Kebiasaan dan Tradisi
Pada adat kebiasaan dan tradisi pun memiliki perbedaan di
dalamnya. Adat sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Sedangkan pada Tradisi adalah kebiasaan yang
turun temurun dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya, kebudayaan adalah bentuk perilaku atau aktivitas manusia
yang datang dari kelompok manusia itu sendiri. Manusia memberi gagasan,
ide, dan merealisasikannya menjadi bentuk yang nyata. Kebudayaan dan
manusia adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Sesuai dengan
tujuannya, kebudayaan dibuat dan dilestarikan untuk membangun hubungan
antara individu dengan individu lainnya, sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan hidup, dan juga memiliki tujuan untuk mendorong ke depan
kelompok masyarakat yang tertinggal. 

3.2. Saran
Saran penulis adalah sebagai mahasiswa, hendaknya kita juga ikut
melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Walaupun zaman perlahan
mulai berubah, jangan jadikan itu sebagai alasan untuk tidak meneruskan
kebudayaan yang sudah ada dari zaman nenek moyang. Kami sebagai penulis
juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila pembaca berkenan
memberikan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

17
Daftar Pustaka

Adisubroto, Dalil. 1993. Nilai: Sifat dan Fungsinya. Buletin Psikologi. 1(2): 8-33
dosenpendidikan.co.id. (2020, 21 Oktober). Kebudayaan Adalah. Diakses pada 24
Februari 2021, dari https://www.dosenpendidikan.co.id/kebudayaan-
adalah/. 
dosensosiologi.com. Anonim. (2020, 31 Januari). Tujuan dan Konsep Sosial
Budaya di Masyarakat. Diakses pada 25 Februari 2021, dari
https://dosensosiologi.com/tujuan-budaya/. 
kompasiana.com. Habibullah, Wildan. (2014, 28 Juni). Sistem Religi dalam
Ranah Kebudayaan. Diakses pada 25 Februari 2021, dari
https://www.kompasiana.com/wildan_habibulloh/54f6d6dba33311265e8b4a
31/sistem-religi-dalam-ranah-kebudayaan. 
majalahpendidikan.com. Merry. (2020, 29 Desember). Pengertian Animisme,
Dinamisme, Politeisme, Monoteisme, dan Henoteisme. Diakses pada 25
Februari 2021, dari https://majalahpendidikan.com/pengertian-animisme-
dinamisme-politeisme-monoteisme-dan-henoteisme/. 
Muallim, Amir. 1996. Adat Kebiasaan Dan Kedudukannya Dalam Perkembangan
Hukum Islam di Indonesia. Al Mawarid. (V): 14-23
Parmono. 1995. Nilai dan Norma Masyarakat. Jurnal Filsafat. (23): 20- 27
Pujaastawa, Ida Bagus Gde. 2015. Filsafat Kebudayaan. Makalah. Bali:
Universitas Udayana. Diunduh pada 25 Februari 2021.
Rosana, Ellya. 2017. Dinamisasi Kebudayaan Dalam Aliran Sosial. Jurnal Studi
Lintas Agama. 12(1): 18.
Soerjasih, Indrijati dkk. 2016. Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Antropologi
Sekolah Menengah Atas (SMA). Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan
Teng, Muhammad Bahar Akkase. 2017. Filsafat Kebudayaan dan Sastra (Dalam
Perspektif Sejarah). Jurnal Ilmu Budaya. 5(1):72

18

Anda mungkin juga menyukai