LISTEN:
Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau stinggin trakea (stridor ekspirasi)
Hoarnes, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang membutuhkan
napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi gagal napas
Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam
atas.
Sumber :
Prasenohadi. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. FK UI, Jakarta, 2010.
A = AIRWAY MANAGEMENT (Pengelolaan Jalan Nafas)
Tujuan: Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran gas/ udara secara
normal. Gangguan jalan nafas dapat diketahui dengan cara:
- Look (L) : Melihat pergerakan nafas (adanya pengembangan dada)
- Listen (L) : Mendengar aliran udara pernafasan
- Feel (F) : Merasakan adanya udara pernafasan
Tanda-tanda Objektif adanya Sumbatan Jalan Nafas
o Surgical
Krikotiroidotomi
trakeostomi
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas
agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat
diberikan hanya 16–17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari
korban / pasien setelah diberikan bantuan napas.
C (CIRCULATION) Bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2 tahapan :
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban / pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan
meraba arteri karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari
tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher
sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau
kiri kira–kira 1–2 cm, raba dengan lembut selama 5–10 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan
korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai
pernapasan korban / pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan
jika bernapas pertahankan jalan napas.
2. Melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat
diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik
60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung
(cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai
dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya
tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
D (DEFRIBILATION)
Defibrilation atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan istilah defibrilasi adalah suatu
terapi dengan memberikan energi listrik. Hal ini
dilakukan jika penyebab henti jantung (cardiac
arrest) adalah kelainan irama jantung yang disebut
dengan Fibrilasi Ventrikel. Dimasa sekarang ini
sudah tersedia alat untuk defibrilasi (defibrilator)
yang dapat digunakan oleh orang awam yang disebut
Automatic External Defibrilation, dimana alat
tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atau
tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada
penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan
sirkulasi saja
I. Disability (Neurologic Evaluation)
During the primary survey a basic neurological assessment is made, known by the
mnenomic AVPU (alert, verbal stimuli response, painful stimuli response, or
unresponsive). A more detailed and rapid neurological evaluation is performed at the
end of the primary survey. This establishes the patient's level of consciousness, pupil
size and reaction, lateralizing signs, and spinal cord injury level.
The Glasgow Coma Scale is a quick method to determine the level of consciousness,
and is predictive of patient outcome. If not done in the primary survey, it should be
performed as part of the more detailed neurologic examination in the secondary
survey. An altered level of consciousness indicates the need for immediate
reevaluation of the patient's oxygenation, ventilation, and perfusion
status. Hypoglycemia and drugs, including alcohol, may influence the level of
consciousness. If these are excluded, changes in the level of consciousness should be
considered to be due to traumatic brain injury until proven otherwise.
Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway) dan mencegah
aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn pernapasan secara berkala
(Resuscitation Council UK, 2010).
BASIC LIFE SUPPORT (BLS) PRIMARY SURVEY
Assess Action
Airway Buka airway menggunakan teknik non-
- Apakah jalan napasnya terbuka? invasif (headtilt-chinlift / jaw thrust tanpa
mengextensikan kepala jika duiduga
trauma).
Breathing Look, listen, and feel. Jika tak ada napas,
- Apakah respirasinya adekuat? beri 2x bantuan napas. Beri sekitar 1 detik
setiap bantuan napas. Setiap bantuan napas
harus membuat dada korban terangkat.
Jangan melakukan ventilasi terlalu cepat
atau terlalu banyak (volume).
Circulation Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa) atau a.
- Apakah ada pulsasi? Femoralis / a. brachialis (infant) paling tidak
5 detik tapi tidak lebih lama dari 10 detik.
Defibrillation Siapkan shock jika ada indikasi. Ikuti segera
- Jika pulsasi tidak ada, periksa bila setiap shock dengan CPR, mulai dengan
ada irama yang shockable maka kompresi dada.
gunakan defibrillator atau AED
(Automated External Defibrillation)
Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006
Tingkat kesadaran
10. Apa saja suara nafas tambahan akibat hambatan jalan nafas ?
Tergantung penyebab :
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan
jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka
lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka
mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang
menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda
tersebut
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti
di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari
yang sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-
cairan).
c. Crowing : stridor. suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan
maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support
Tingkat kesadaran