Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH NYERI AKUT PADA PASIEN


POST OP FRAKTUR DI RSU ANWAR MEDIKA
SIDOARJO

OLEH :
ULFA KUMALA DEWI
NIM : 201504034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINNGI ILMU KEPERAWATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018
LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH NYERI AKUT PADA PASIEN


POST OP FRAKTUR DI RSU ANWAR MEDIKA
SIDOARJO

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)


Pada Program Study DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto

Oleh :

ULFA KUMALA DEWI


201504034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas


rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan KTI desain studi kasus
dengan Judul “Asuhan keperawatan dengan Masalah Nyeri Akut pada Pasien
Fraktur di Rsu Anwar Medika Sidoarjo
Selesainya penulis KTI ini adalah berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati tulus dan ikhlas kepada :
1. Dr. Nungki Tania sari.M.ARS. Selaku direktur RSU Anwar Medika Krian
yang telah memberi izin penelitian.
2. Dr. Muhammad Sajidin.S.Kep.,M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menempuh pendidikan di STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto.
3. Ima Rahmawati selaku Ka.Prodi DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
4. Duwi basuki. M.Kep Selaku penguji yang telah meluangkan waktu
5. Moch Achwandi,S.Kep.Ns,M.kep Selaku Pembimbing 1 yang telah
Meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Agus Haryanto, S.Kep.Ns.M.Kes Selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan kepada penulis.
7. Staff dosen dan karyawan Stikes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto yang
telah membantu terselesaikannya pembelajaran di Stikes Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto.
Akhirnya penulis menyadari bahwa KTI dengan Desain Studi kasus ini masih
jauh dari sempurna,karenanya mengharap Kritik dan saran yang membangun yang
diharapkan akan menyempurnakan KTI ini.
Mojokerto, 06 Juni 2018

Penulis,

vi
PERSEMBAHAN

Persembahan :

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkan ku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau
berikan akhirnya studi kasus yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat
serta salam selalu terlimpahkan keharibaan rasulullah muhammad SAW.
Kupersembahkan karya tulis ilmiah ini kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya tercinta yang menjadi penyemangat walaupun
saya selalu bandel, malas mengerjakan sering mengeluh ingin menyerah
dengan slalu revisi melulu tetapi kedua orang tua saya bilang ke saya “sabar
dan jangan pantang menyerah nak” saya salut dengan kedua orang tua saya
slalu menyemangatiku sampai akhirnya study akhir saya selesai juga, serta
memberikan kasih sayang-mu yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat
kubalas hanya selembar kertas yang tertuliskan kata cinta dan persembahan.
Terima kasih Ibu... terima kasih Ayah sayang kalian berdua.
2. kakakku tersayang firman wahyu H, yang selalu menjadi penyemangatku
semoga menjadi anak yang sholeh.
3. Seluruh dosen dan staff Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto dalam memberikan
pembelajaran selama 3 tahun ini.
4. Moch Achwandi,S.kep.Ns,M.Kep, Dan Agus haryanto.S.Kep.,M.Kes selaku
pembimbing studi kasus iniyang rela meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
sehingga studi kasus ini dapat terselesaikan dengan tepat waktunya.
5. Duwi Basuki.S.Kep.Ns.M.Kep selaku penguji utama studi kasus yang saya
buat ini, yang rela meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk menguji
saya, sehingga studi kasus ini dapat terselesaikan pada waktunya.
6. Teruntukmu sahabat tercinta terima kasih atas doa dan jalinan persahabatan
yang selama ini kalian berikan kepadaku, tanpa kalian semua aku bukanlah
apa-apa, semoga kita selalu bersatu dalam jalinan persaudaraan dan
persahabatan yang indah dan menjadi orang sukses dimasa yang akan datang.

vii
7. Yang ter Richo Pradana P. Terima kasih atas doa yang Selama ini kau
berikan, serta yang mengajariku untuk menghadapi proses hidup dengan
kesabaran yang selalu mendukungku. Semoga kamu membaca skripsi
aku, kamu gak tau betapa aku sering mengeluh tetapi kamu slalu tetap
menyemangati hingga selesai study kasus aing . Thanks bigg boss :-p

viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH NYERI AKUT PADA PASIEN


POST OP FRAKTUR DI RSU ANWAR MEDIKA
SIDOARJO

Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap inegritas


seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun spikologis yang
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif
dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal maupun
nonverbal. Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan nyeri
akut pada pasien post op fraktur di RSU Anwar Medika . Metode yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus, data diperoleh daari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dn meihat
rekam medis. Penelitian dilakukan di RSU Anwar Medika pada Juli 2018. Hasil
analisa kualitatif kedua pasien tidak sama. Dalam 3 hari implementasi adalah
masalah keperawatan pasien teratasi sebagian, tetapi sudah menunjukan
perubahan terhadap cara mengontrol nyeri. Teknik analisis digunakan dengan cara
observai luka pasien dan studi data pasien untuk selanjutnya di interprestasikan
dan dibandingkan dengan teori untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi
tersebut. Hal ini dikarenakan fase penyembuhan luka pada kedua partisipan
membutuhkan waktu lebih dari 3 hari. Peneliti berharap sebaiknya dilakukan
kerjasama yang lebih Antara pasien dan petugas kesehatan sehingga membantu
berjalanya asuhan keperawatan yang optimal.

Kata kunci : Post Op Fraktur, Nyeri

ix
ABSTRACT

NURSING CARE WITH ACUTE PAIN IN POST OP FRACTURE PATIENTS IN


ANWAR MEDIKA HOSPITAL
SIDOARJO

Fracture is a potential and actual threat to a person's integrity, so that it will


experience physiological and spicological disorders that can cause a response in
the form of pain. The pain is a subjective state in which a person shows
discomfort verbally or nonverbally. The purpose of this study was to carry out
acute pain nursing care in post-fracture patients at Anwar Medika General
Hospital. The method used in this study uses descriptive method with a case study
approach, data obtained from interviews, observation, physical examination and
seeing medical records. The study was conducted at Anwar Medika General
Hospital in July 2018. The results of the qualitative analysis of the two patients
were not the same. In the 3 days of implementation, the patient's nursing problem
was partially resolved, but it had shown a change in pain control. The analytical
technique is used by observing the wound of the patient and the study of patient
data for further interpretation and compared with the theory to provide
recommendations in the intervention. This is because the wound healing phase in
both participants takes more than 3 days. Researchers hope that more cooperation
between patients and health workers should be carried out so as to help provide
optimal nursing care.

Keywords: Post Op Pain Fracture

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ................................................................................................. i


SAMPUL DALAM................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.4 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.4.1 Tujuan umum .................................................................................. 5
1.4.2 Tujuan khusus ................................................................................. 5
1.5 Manfaat .................................................................................................. 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 5
1.5.2 Manfaat Praktis. .............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Nyeri ................................................................................ 7
2.1.1 Pengertian ...................................................................................... 7
2.1.2 Proses Terjadinya Nyeri dan Manifestasi Fisiologis Nyeri ........... 8
2.1.3 Skala Nyeri .................................................................................... 12
2.1.4 Respon Nyeri ................................................................................. 14
2.1.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi Nyeri ................................... 15

xi
2.2 Konsep Fraktur........................................................................................ 19
2.2.1 Definisi Fraktur.............................................................................. 19
2.2.2 Etiologi .......................................................................................... 20
2.2.3 Patofisiologi .................................................................................. 20
2.2.4 Pathway ......................................................................................... 22
2.2.5 Manifestasi Klinis ......................................................................... 25
2.2.6 Proses penyembuhan fraktur ......................................................... 26
2.2.7 Penatalaksanaan ............................................................................ 28
2.3.1 Diagnosa Keperawatan ................................................................. 29
2.3.2 Intervensi Keperawatan ................................................................. 29
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................. 31
2.4.1 Pengkajian ..................................................................................... 31
2.4.2 Diagnosa keperawatan ................................................................... 34
2.4.3 Intervensi keperawatan .................................................................. 35
2.4.4 Implementasi .................................................................................. 36
2.4.5 Evaluasi .......................................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 37
3.2 Batasan Istilah ......................................................................................... 38
3.3 Partisipan................................................................................................. 39
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 39
3.5 Pengumpulan Data .................................................................................. 40
3.6 Uji keabsahan Data ................................................................................. 40
3.7 Analisa Data ............................................................................................ 41
3.7.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 41
3.7.2 Mereduksi Data .............................................................................. 41
3.7.3 Penyajian Data ............................................................................... 42
3.7.4 Simpulan ........................................................................................ 42
3.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 43
3.8.1 informed concent ............................................................................ 43
3.8.2 Anonimity (tanpa nama) ................................................................. 43

xii
3.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ............................................................ 43
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................................... 45
4.1.2 Pengkajian ...................................................................................... 45
4.1.3 Analisis Data .................................................................................. 51
4.1.4 Diagnosa Keperawatan .................................................................. 53
4.1.5 Rencana Keperawatan ................................................................... 54
4.1.6 Implementasi .................................................................................. 56
4.1.7 Evaluasi .......................................................................................... 62
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 65
4.2.1 Pengkajian ...................................................................................... 65
4.2.2 Diagnosis Keperawatan.................................................................. 67
4.2.3 Perencanaan ................................................................................... 69
4.2.4 Implementasi ................................................................................. 70
4.2.5 Evaluasi .......................................................................................... 75
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................. 77
5.2 Saran......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.................................................................. 39

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway ...................................................................................... 11


Gambar 2.2 Visual Analog Scale (VAS) ....................................................... 30
Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS) ........................................................ 31
Gambar 2.4 Numeric Rating Scale (NRS) ..................................................... 32
Gambar 2.5 Wong Baker pain Rating Scale .................................................. 32

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Ijin Pendahuluan dan Penelitian....................................... 49

Lampiran 2: Surat BalasanTempat Penelitian ................................................ 50

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden ............................... 51

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................. 52

Lampiran 4: Lembar Pengkajian Keperawatan .............................................. 53

Lampiran 5: Lembar Bimbingan .................................................................... 61

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap

inegritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun

spikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut

adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan

ketidaknyamanan secara verbal maupun nonverbal. (Mediarti, 2015).

Fraktur juga dikenal dengan istilah patah tulang, yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat

berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005

dalam Fadlani, 2012).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), kasus fraktur

terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka

prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kuranglebih 18

juta orang dengan angka prevalensi sebesar 4,2%. Tahun 2010 meningkat

menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,5%. Terjadinya fraktur

tersebut termasuk didalamnya insiden kecelakaan,, cedera olah raga, bencana

kebakaran, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono,2010).

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Depkes RI tahun 2007 di Indonesia terjadi

kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,

1
2

kecelakaan lalulintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa

terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829

kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang

(8,5%) dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur

sebanyak 236 orang (1,7%) (Riskesdas Depkes RI, 2007). Survey kesehatan

Nasional mencatat bahwa kasus fraktur pada tahun 2008 menunjukan bahwa

prevalensi fraktur secara nasional sekitar 27,7%. Prevalensi ini khususnya

pada laki-laki mengalami kenaikan dibanding tahun 2009 dari 51,2% menjadi

54,5%. Sedangkan pada perempuan sedikit menurun yaitu sebanyak 2% di

tahun 2009, pada tahun 2010 menjadi 1,2% (Depkes RI,2010)

Berdasarkan data rekam medis RS. Anwar Medika pasien yang

mengalami post op fraktur radius ulna dengan masalah nyeri selama bulan

mei – juni 2018 sebanyak 23 orang. Berdasarkan data observasi pada tanggal

6 februari 2018 di instalasi gawat darurat (IGD) RSU Anwar Medika, Krian –

sidoarjo didapat 2 klien dengan fraktur dan masalah nyeri akut. Hal ini terjadi

akibat kecelakaan motor. Pasien gelisah, tingkat kesadaran menurun, muntah,

terdapat pada kantong jejas di radius ulna bangian kanan.

Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain

seperti proses degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap

terjadinya fraktur (Depkes RI, 2014). Selain itu fraktur akan bertambah

dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli

lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler

nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union,
3

delayed union, non union atau bahkan perdarahan. (price, 2005) Berbagai

tindakan bisa dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan

rehabilitasi. Meskipun demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti

sampai itu saja dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi.

Dampak yang timbul pada pasien dengan fraktur yaitu dapat

mengalami perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera, merasakan

cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang dirasakan, resiko terjadinya

infeksi, resiko perdarahan, gangguan integritas kulit, serta berbagai masalah

yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Selain itu fraktur juga dapat

menyebabkan kematian (Septiani, 2015).

Manajemen untuk mengatasi nyeri dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi.Manajemen

farmakologi yaitu manajemen yang berkolaborasi antara dokter dengan

perawat, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu

menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan manajemen non farmakologi

merupakan manajemen untuk menghilangkan rasa nyeri dengan

menggunakan teknik yaitu pemberian kompres dingin atau panas, teknik

relaksasi, terapi hypnothis, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf

elektrik transkutan, stimulus, terapi music dan massage kutaneus (Mediarti,

2015).

Peran perawat dalam mengatasi post op fraktur pemberi sangat penting

untuk meminimalkan efek-efek samping nyeri post op fraktur. Empat hal

penting yang perlu adalah antibiotik profilaksis, debridement urgent pada


4

luka dan fraktur, stabillisasi fraktur, penutupan luka segera secara definitif.

Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan tindakan pengobatan

(farmakologis) dan tanpa pengobatan (non farmakologis). Tindakan

farmakologis yaitu dengan memberikan obat-obatan seperti obat analgesik,

analgesik non narkotika dan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (potter,

2006). Secara non farmakologis ada beberapa metode yang digunakan untuk

membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan terapi

fisik (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupuntur untuk

nyeri kronik (gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi tubuh-pikiran

(musik, hipnosis, terapi kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik

pada sistem saraf (TENS, Spinal Cord Stimulation, Intracerebral Stimulation)

(Andarmoyo, 2013)

Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui

dan mengangkat masalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan

masalah nyeri akut pada pasien fraktur ” di RSU Anwar Medika, Krian -

Sidoarjo

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan

Dengan Masalah Nyeri akut pada pasien post op fraktur di RS anwar med ika

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Klien yang mengalami

masalah nyeri akut pada pasien post op fraktur


5

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami nyeri akut

dengan pasien post op fraktur

1.4.2 Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Masalah

Nyeri dengan pasien post op fraktur

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Masalah

Nyeri dengan pasien post op fraktur

3. Menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami Masalah

Nyeri dengan pasien post op fraktur

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

Masalah Nyeri dengan pasien post op fraktur

5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Masalah Nyeri dengan

pasien post op fraktur

1.5 Manfaat

1.5.1 Teoritis

Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang penyabab dan cara

pembarian asuhan keperawatan yang tepat pada klien Masalah Nyeri dengan

pasien post op fraktur.


6

1.5.2 Praktis

Menambah informasi dan menambah wawasan dalam melakukan studi

kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang memberikan asuhan keperawatan

pada klien Masalah Nyeri dengan pasien post op fraktur.

1. Bagi Perawat

Mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat tentang asuhan

keperawatan pada pasienpost op fraktur dengan masalah nyeri dan

sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan fraktur.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat di jadikan sebagai masukan untuk memberikan asuhan

keperawatan yang tepat untuk pasienpost op fraktur dengan masalah

nyeri.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan referensi tentang asuhan keperawatan pasein

post op fraktur dengan masalah nyeri sehingga dapat melaksanakan

asuhan keperawatan dengan sebaik baiknya.

4. Bagi Klien

Dapat memperbaiki gangguan rasa nyaman nyeri agar pasien tenang dan

lebih nyaman.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan tentang : 1) Konsep Nyeri, 2) Konsep fraktur 3)

Konsep asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah Nyeri

2.1.1 Konsep Dasar Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Alimul

Aziz,2006)

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007)

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang

muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau

menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir

yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi

Nyeri Internasional) awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat hingga kahir yang dapat diantisipasi atau di prediksi (Nanda,

2015).

7
8

Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan

hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dprediksi dan

berlangsung kurang lebih 3 bulan (Nanda, 2012).

2.1.2 Proses Terjadinya Nyeri Dan Manifestasi Fisiologis Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik emosi dan prilaku, Nyeri

mengarah pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan

hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik degan nyeri yang

merupakan gejala umum

Proses Terjadinya Nyeri

a) Reseptor nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang

ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke

Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri

dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan

hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin

dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut

Aδ berperan dalam menghantarkan “Nyeri cepat” dan menghasilkan persepsi

nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan

“nyeri Lambat” dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan

perasaan tidak enak.Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri

berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke

atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari

talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
9

b) Transduksi

Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah

menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.

Stimuli inidapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia

(substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator

nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran

nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya

nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut

di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena

rangsang yang sebelumnya tidak menimbul kan nyeri misal nya rabaan.

Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu

hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan

perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.

Rangsangan nyeri diubah .

c) Transmisi

Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer

melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi

sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron

presinaps ke pasca sinap melewati neuro transmiter.

d) Modulas

Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat

meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri.Hambatan terjadi

melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam


10

neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan

neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan

menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis.

Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau

supraspinalis.

e) Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls

nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf

sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional

(hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang

dirasakan

Manifestasi fisiologi nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang

baik untuk memahami pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga

komponen fisiologis berikut, yakni : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil

nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf saraf perifer. Serabut nyeri

memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf

dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla

spinalis.terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,

mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa

ahambatan ke kortek serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan

memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta


11

asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry ,

2009).

1). Berdasarkan sumbernya

a) Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan

subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar) ex: terkena ujung

pisau atau gunting

b) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,

pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada

cutaneus

ex: sprain sendi

c) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga

abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,

iskemia, regangan jaringan

2). Berdasarkan lokalisasi/letak

a) Radiating pain

Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac

pain)

b) Referred pain

Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dari

jaringan penyebab

c) Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)


12

d) Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang

e) Berdasarkanpenyebab:

- Fisik

- Psycogenic

Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut

f) Menurut Serangannya

- Nyeri akut

- Nyeri kronik

2.1.3 Skala Nyeri

1). Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang

lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi

yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.

Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.. Alat VDS ini memungkinkan klien

memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.

2). Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila

digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm


13

3). Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS

adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus

dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien

kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat

merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu

kata atau satu angka (Potter, 2009)

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.
14

2.1.4 Respon Nyeri

Ada beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri:

Respon fisiologis terhadap nyeri

1.) Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial) Dilatasi

saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

a) Peningkatan heart rate

b) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

c) Peningkatan nilai gula darah

d) Diaphoresis

e) Peningkatan kekuatan otot

f) Dilatasi pupil

g) Penurunan motilitas GI

2.) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan HR dan BP

d) Nafas cepat dan irregular

e) Nausea dan vomitus

f) Kelelahan dan keletihan

3.) Respon tingkah laku terhadap nyeri

a) Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

b) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)

c) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)


15

d) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan

gerakan jari & tangan

e) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,

Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd

aktivitas menghilangkan nyeri)selama beberapa menit atau menjadi

kronis.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi

pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan

faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini

sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang

baik.

a) Usia

Menurut Potter & Perry (2009) usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.

Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang

dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum

mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan

secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji


16

respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika

sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2010).

b) Jenis kelamin

laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai

respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin

merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak

laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat

menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk.

(1989) dikutip dari Potter & Perry, 2009 mempelajari kebutuhan narkotik post

operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

c) Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh

kebudaayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri

Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien

dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup

menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti menangis atau meringis

yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya yang lain bisa

berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang

mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku

berbeda dari satu pasien ke pasien lain.

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami

mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu


17

untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan

nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan

mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih

akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga

efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer&Bare, 2009).

d) Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,

mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak

memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri

juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif

menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau

berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap

nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi

pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum,

cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan

pengobatan nyeri ketimbangm ansietas (Potter & Perry, 2009).

e) Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,

makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan

diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri,

akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih

parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui

ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat.


18

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian

nyeri selama rentang kehidupannya.

f) Efek plasebo

Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau

tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar

bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek

positif.Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan

keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak

petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif

intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu medikasi

diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami peredaan

nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang

didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat yang

positif dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek

plasebo (Potter & Perry, 2009).

g) Keluarga dan Support Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran

dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering

bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi.

Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri

semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting

untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 2009).


19

h) Pola koping

Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit

adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien

kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk

nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik

maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama

nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga,

latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport

klien dan menurunkan nyeri klien.Sumber koping lebih dari sekitar metode

teknik. Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-

anak, keluarga atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat

meminimalkan kesendirian. Kepercayaan pada agama dapat memberi

kenyamanan untuk berdo’a, memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi

ketidaknyamanan yang datang (Potter & Perry, 2009).

2.2.1 Konsep Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

(Sjamsuhidayat, 2014).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya

disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptura,

kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan

sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang

lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smeltzer, 2014).
20

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar

dari yang diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem

(Bruner & Sudarth, 2012).

2.1.3 Etiologi

Menurut (kusuma, 2016) penyebab fraktur antara lain:

1. Fraktur traumatik, disebabkan oleh trauma yang tiba – tiba mengenai

tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan

trauma tersebut sehingga menjadi fraktur.

2. Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau

penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor,

kelainan bawaan)dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan.

3. Fraktur stres, terjadi karena adanya stres yang kecil dan berulng – ulang

pada daerah tulang yang menompang berat badan. Fraktur stes jarang

sekali di temukan pada anggota gerak atas.

2.1.4 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan (apppley, 2013)Tapi apabila tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka

terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau

terputusnya kontinuitas tulang (carpenito, 2012)Setelah terjadi fraktur,


21

periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan

yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses

penyembuhan tulang nantinya (carpenito, 2012)

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur sebagai berikut :

1. Faktor ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang

tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat

menyebabkan fraktur.

2. Faktor intrinsic

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya

tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,

elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

3. Biologi penyembuhan tulang

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.

Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah

dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.

Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang.


22

2.1.5 Pathway

Post op Fraktur

Luka insisi
Efek anastesi

Mual,muntah Inflamasi bakteri

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
Resiko infeksi

Perubahan status kesehatan


Cidera sel

Kurangnya informasi

Degranulasi sel mast Terapi restrictif

Kurang pengetahuan
Pelepasan
radiator kimia Gangguan mobiitas fisik

Nociceptore

Korteks serebi

Medulla spinalis
Nyeri

Gambar 2.1 Pathway


23

Klasifikasi fraktur

Menurut (Zairin N, 2012)fraktur dapat di bagi 5 jenis berdasarkan

letak garis fraktur seperti dibawa ini :

1. Fraktur introkhnter

Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari, sering

terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki

resiko nekrotik terjadi avaskuler yang rendah sehingga prognosanya

baik.penatalaksanaannya sebaiknya dengan reduksi terbuka dan

pemasangan fiksasi internal. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada

penderita yang sangat tua dan tidak dapat dilakukan dengan anestesi

general.

2. Fraktur subtrokhanter

Garis fraktur berada 5 cm dista dari trochanter minor,

diklasifikasikan menut fielding & magliato sebagai berikut ; 1) tipe 1

adalah garis fraktur satu level dengan trochanter minor;2) tipe 2 adalah

garis patah berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trochanter minor;

3)tipe 3 adalah 2-3 inci dari batas trochanter minor. Penatalaksanaannya

dengan cara reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan tertutup dengan

pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu kemudian dilanjutkan

dengan hip elastic bandage selama tuju minggu yang merupakan

alternative pada pasien dengan usia muda.


24

3. Fraktur Batang

Frakur batang biasanya disebabkan oleh terauma langsung, secara

klinis dibagi menjadi: 1) fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan

jaringan lunak, resiko infesi dan antibiotika serta fiksasi internal maupun

eksternal ; 2) Faktur tertutup dengan penatalaksanaan konservatif berupa

pemasangan skin traksi serta operatif dengan pasangan plate – screw.

Fraktur suprakhondiler

Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan

tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan sters valgus atau varus dan disertai

gaya rotasi. Penatalaksanaan berupa pemasangan traksi berimbang

dengan mengguakan bidai Thomas dan penahan lutut pearson, cast-

bracing dan spika pinggul serta operatif pada kasus yang gagal

konservatif dan fraktur terbuka dengan pemasangan dengan nailphroc

dare screw.

4. Fraktur kondiler

Mekanisme trauma fraktur ini biasaya merupakan kombinasi dari

gaya hiperabduksi dan adduksi disertai denagn tekanan pada sumbu ke

atas. penatalaksanaannya berupa pemasangan traksi tulang selama 4 – 6

minggu dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan elastic bandage

minispika sampai union sedangkan reduksi terbuka sebagai alternative

apabiala konservatif gagal.


25

2.1.6 Manifestasi Klinis

Penderita fraktur terbuka biasanya datang dengan suatu trauma, baik

trauma hebatmaupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan

untuk menggunakan anggotagerak. Riwayat trauma kecelakaan lalu lintas,

jatuh dari tempat ketinggian, luka tembak dengan kecepatan tinggi atau

pukulan langsung oleh benda berat akan mengakibatkan prognosis jelek

dibanding trauma sederhana atau trauma olah raga. Faktor trauma

kecepatanrendah atau taruma kecepatan tinggi sangat penting dalam

menentukan klasifikasi fraktur terbuka karena akan berdampak pada

kerusakan jaringan itu sendiri. Penting adanya deskripsi yang jelas

mengenai keluhan penderita, biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri

serta faktor umur dan kondisi penderita sebelum kejadian, seperti adanya

riwayat hipertensi dan diabetes melitus merupakan faktor yang penting

untuk ditanyakan. Apabila trauma yang menyebabkan fraktur adalah trauma

ringan perlu dicurigai adanya lesi patologi. Keluhan umum penderita adalah

nyeri, memar, dan pembengkakan merupakan gejalayang sering ditemukan,

tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan

lunak,sehingga perlu diperhatikan ada tidaknya deformitas dan krepitasi

karena lebih mendukungterjadinya fraktur. Selain keluhan umum, pada

anamnesis juga perlu ditanyakan trauma yang terjadi merupakan trauma

langsung atau trauma tidak langsung serta ada tidaknya luka pada daerah

trauma dan fraktur, penting juga menanyakan mengenai gejala-gejala cedera

yang berkaitan, seperti baal atau hilangnya gerakan, kulit yang pucat atau
26

sianosis, darah dalam urin, nyeri perut, hilangnya kesadaran untuk

sementara, juga tentang riwayat cedera sebelumnya dan kemungkinan

terjadinya fraktur di daerah lain.

2.1.7 Proses penyembuhan fraktur

Fraktur akan menyatu baik di bebat atau tidak, tanpa suatu mekanisme

alami untuk menyatu. Namun tidak benar bila anggap bahwa penyatuan

akan terjadi jika suatu fraktur dibiarkan tetap bergerak bebas. Sebagian

besar fraktur dibebat, tidak untuk memastikan penyatuan, tetapi untuk

meringankan nyeri, memastiakan bahwa penyatuan terjadi pada posisi yang

baik dan untuk melakukan gerakan lebih awal dan mengembalikan fungsi

(Smeltzer, 2013)Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai dengan jenis

tulang yang terkena dan jumlah gerakan di tempat fraktur. Penyembuhan

dimulai dengan tahap - tahap sebagai berikut:

1. Tahap kerusakan jaringan dan pembentukan hematom ( 1- 3 hari)

Pada tahap ini dimulai dengan robeknya pembuluh darah dan terbentuk

hematoma di sekitar dan di dlam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur,

yang tidak mendapat persediaan darah, akan mati sepanjang satu atau dua

millimeter. Hematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan

sel jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi

jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya (sjamsuhidayat, 2011)

2. Tahap radang dan proliferasi seluler ( 3- 2minggu)

Setelah pembentukan hematoma terdapat reaksi radang akut

disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla


27

yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel yang

menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan –

lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam

daerah tersebut (sjamsuhidayat, 2011)

3. Tahap pembentukan kalus ( 2- 6 minggu )

Sel yang berkembangbiak memiliki potensi kondrogenik dan

osteogenik, bila diberikan yang tepat , sel itu akan mulai membentuk

tulang dan dalam beberapa keadaan, juga kartilago.populasi sel juga

mencakup osteoklas yang mulai membersihkan tulang mati. Massa sel

juga tebal, dengan pulau – pulau tulang yang imatur dan kartigo,

membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal.

Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada

tempat fraktur semakin berkurang pada 4 minggu setelah fraktur

menyatu (sjamsuhidayat, 2011)

4. Osifikasi ( 3 minggu 6 bulan )

Kalus (woven bone ) akan membentuk kalus primer dan secara

perlahan – lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas

osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di

resorpsi yang menjadi bertahap. Pembentukan kalus di mulai 2 – 3

minggu setelah patah tulang melalui proses penulangan endrokondrial.

Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar – benar bersatu

(sjamsuhidayat, 2011)
28

5. Konsolidasi (6 - 8 bulan )

Bila aktivitas osteoklasik dan osteoblastik berlanjut,fibrosa yang

imatur berubah menjadi tulang lamellar. Sistem itu sekarang cukup kaku

untuk memungkinkan osteoklas menerobos mulai reruntuhan pada garis

fraktur, dan dekat di belakangnya osteoblas mengisi celah – celah yang

tersisa antara fragmen dengan tulang yang baru

(sjamsuhidayat, 2011)

6. Remodeling ( 6 – 12 bulan )

Fraktur telah dijebatani oleh suatu manset tulang yang padat.

Selama beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar

ini dibentuk ulang oleh proses resopsi dan pembentukan tulang akan

memperoleh bentuk yang mirip bentuk normalnya (sjamsuhidayat, 2011)

2.1.8 Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur menurut (nurarif, 2015)meliputi :

1. Reduksi

Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis reduksi tertutup, megembalikan

fragmen tulang ke posisinya ( ujung – ujungnya saling berhubungan )

dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya

traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan

bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku.
29

2. Imobilisasi

Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna

mempertahankan dan mengembalikan fungsi ststus neurovaskuler selalu

dipantau meliputi peredaran darah, nyeri , perabaan, gerakan. Perkiraan

waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang

mengalami fraktur adalah kurang lebih 3 bulan.

2.3.1 Diagnosa Keperawatan

Nyeri (post operasi ) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan tulang (Doenges. M.E, 2010)

2.3.2 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan.

Diagnosa : nyeri (post op) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

tulang ( Doenges.ME,2010).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 jam diharapkan nyeri dapat

terkontrol.

KH:

1. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri , mampu menggunakan

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang skala 1-4 dengan menggunakan

manajemen nyeri

3. Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat


30

Intervensi:

1. Observasi nyeri secara komprehensif ( intensitas, lokasi, factor pencetus,

kualitas, frekuensi )

Rasional

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri. penggunaan skala rentang membantu

klin dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk keefektifan

mengontrol nyeri2.

2. Observasi tanda – tanda vital

Tekanan darah : (100-120/80-90 mmHg ), Suhu: (36,5 – 37,5ºC), Nadi: (80 –

100x/ menit), Respiratory rate (16-20x/menit )

Rasional

Mengontrol peningkatan dan penurunan nyeri

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti posisi, suhu

Rasional

Penurunan kelemahan dan penghematan energy, meningkatkan kemampuan

koping

4. ruangan, dan kebisingan

rasional

Nafas dalam dan mobilisasi dini membantu memperlancar peredaran darah,

mngurangi resiko kekakuan otot dan sendi, system imun lebih terperbaiki.

melalui penjauhan konsentrasi dari titik nyeri atau daerah operasi.


31

5. Ajarkan teknik distraksi relaksasi

(teknik nafas dalam dan mobilisasi dini)

Rasional

Pereda nyeri yang optimal dengan menggunakan analgesic terdiri dari

menemukan rute yang dipilih, obat dosis dan frekuensi sesuai indikasi.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat pereda nyeri yang optimal

analgesic yang sudah di resepkan

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Pengkajian identitas meliputi, Nama, usia, jenis kelamin dan

pekerjaan alamat dan tanggal masuk rumah sakit.

2. Keluhan utama

Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

a. Provoking incident :peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri

Close Fraktur Qulity of Pain: rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien, seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

b. Region : radiotio, relief : rasa sakit bisa reda atau tidak,rasa sakit

menjalar atau menyebar atau tidak,dan lokasi rasa sakit yang terjadi

c. severity (skala of paint: seberapa jauh sakit yang dirasakan klien, bisa

berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rsasa

sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.


32

d. Time : lama nyeri berlangsung, kapan,bertambah buruk atau tidak

pada malam hari atau siang hari.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini biasanya berupa kronologi terjadi penyakit tersebut

sehingga nanti bias ditentukan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang

terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan

bias diketahui luka kecelakaan yang lain.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji riwayat penyakit dahulu kemungkinan pasien pernah

menderitaadanya penyakit

5. Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit seperti

diabetes, hipertensi, kanker tulang atau penyakit atau penyakit menular

seperti tbc.

6. Pemeriksaan fisik

a. B1(Breathing)

Pada klien dengan open fraktur pemeriksaan pada system pernafasan

inspeksi biasanya tidak ada kelainan. Palpasi thorax didapatka taktil

premitus seimbang kana dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan suara

nafas tambahan.

b. B2 (BLOOD)
33

DS : pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi

peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, respirasi oleh nyeri.

DO : biasanya pada pasien fraktur akan terjadi perdahan,tampak pucat

adanya edema pada daerah fraktur, terjadinya peningkatan suhu.

c. B3 ( BRAIN)

DO: biasanya pada pasien fraktur radius ulna tidak mengalami

penurunan kesadaran,

1) Muka /wajah terlihat menahan sakit, tidak ditemukan kelainan pada

fungsi maupun bentuk.

2) Mata, apabila terjadi perdarahan berlebih pada saat terjadi fraktur

maka pasien akan mengalami mengalami penurunan hemoglobin

yang akan menyebabkan konjungtiva anemis.

3) Sistem sensorik, pada klien fraktur daya rabanya berkurang

terutama pada bagian distal fraktur, sedangkan pada indra yang lain

tidak mengalami gangguan.

d. B4 (Bladder)

Biasanya karena general anastesi terjadi retensi urin.

e. B5 (Bowel)

Akibat general anastesi terjadi penuruna peristaltic

f. B6 (BONE)

DO: terjadi pembengkakan pada ekstresmitas atas terutama pada

daerah yang terjadi fraktur yaitu radius ulna.


34

Adanya fraktur akan mengganggu secara lokal baik fungsi motorik

sensorik dan peredaran darah

1) Look : sistem integumen: terdapat nyeri tekan, apabila terjadi open

fraktur didapatkan tanda – tanda trauma pada jaringan lunak

sampai pada kerusakan integritas kulit. Adanya tanda – tanda

cidera dan kemungkinan keterlibatan bekas neorovaskuler (saraf

dan pembulu darah). Adanya keluhan nyeri pada daerah fraktur.

2) Feel: adanya nyeri tekan atau tenderness dan adanya krepitasi pada

daerah fraktur

3) Move: terdapat keluhan nyeri ketika terjadi pergerakan

7. Data penunjang

a. X-ray: untuk menentukan lokasi atau luasnya

b. Skentulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas

c. Arteriogram: memastikan ada atau tidaknya kerusakan vaskuler

d. DL/ darah lengkap

e. Kreatinin

f. Profil koagulasi perubahan ddapat terjadi pada kehilangan darah.

(muttaqin, 2011)

2.4.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri (post operasi) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan tulang (Doenges. M.E, 2010)


35

2.4.3 Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

NO INTERVESI RASIONAL
1 Observasi nyeri secara komprehensif 1. Membantu dalam evaluasi
( intensitas, lokasi, factor pencetus, gejala nyeri. penggunaan skala
kualitas, frekuensi ) rentang membantu klin dalam
mengkaji tingkat nyeri dan
memberikan alat untuk
keefektifan mengontrol nyeri.
2 Observasi tanda – tanda vital
2. Mengontrol peningkatan dan
Tekanan darah : (100-120/80-90 penurunan nyeri.
mmHg ), Suhu: (36,5 – 37,5ºC),
Nadi: (80 – 100x/ menit),
Respiratory rate (16-20x/menit )

3 Kontrol lingkungan yang dapat 3. Penurunan kelemahan dan


mempengaruhi nyeri seperti posisi, penghematan energy,
suhu ruangan, dan kebisingan meningkatkan kemampuan
koping
Ajarkan teknik distraksi relaksasi 4.Nafas dalam dan mobilisasi
4.
dini membantu memperlancar
(teknik nafas dalam dan mobilisasi peredaran darah, mngurangi
dini) resiko kekakuan otot dan sendi,
system imun lebih terperbaiki.
melalui penjauhan konsentrasi
dari titik nyeri atau daerah
operasi.
5.Nyeri Pereda nyeri yang
Kolaborasi dengan tim medis dalam optimal dengan menggunakan
5. pemberian obat pereda nyeri yang analgesic terdiri dari
optimal analgesic yang sudah di menemukan rute yang dipilih,
resepkan obat dosis dan frekuensi sesuai
indikasi
(nurarif, 2015)
36

2.4.4 Implementasi

Merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang

telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai

hal, diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada apsien, teknik

komunikasi, prosedur dalam pelaksanaan tindakan, pemahaman tentang

hak-hak pasien tingkat perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan

terdapat dua tindakan yaitu tindakan kolaborasi dan tindakan mandiri.

(muttaqin, 2011)

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria yang telah di terapkan untuk melihat

keberhasilannya. Pada tahap ini evaluasi menggunakan SOAP secara

operasional dengan tahapan sumatif yang dilakukan selama proses

keperawatan tanpa evaluasi akhir atau disebut formatif . (Arif (muttaqin,

2011)
BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan yang digunakan dalam menyelenggarakan

studi kasus.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang biasa

mempengaruhi validity suatu hasil, selain itu desain riset juga berguna

sebagai petunjuk peneliti dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian

untuk mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pernyataan (nursalam,

2008)

Desain penelitian ini adalah Case Study yaitu meneliti suatu

permasalahan melalui studi kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal

disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena masalah.

Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi

faktor yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor yang

mempengaruhi, maupun kejadian yang muncul sehubungan dengan kasus

serta tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu

(Notoatmodjo, 2012).

37
38

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus dengan judul “asuhan keperawatan

pada masalah nyri akut pada kasus fraktur di RSU Anwar Medika, Krian -

Sidoarjo” adalah sebagai berikut:

Post operasi closed fraktur merupakan post operatif adalah periode

akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan

diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium

fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.

Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada

fungsi optimalnya dengan cepat,aman dan nyaman (potter, 2006)Post operasi

close fraktur dapat menimbulkan maslah nyeri akut akibat luka pembedahan

dan pemasangan ORIF.nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara

mendadak dan cepat menghilang,yang tidak melebihi 6 bulan menurut

(carpenito, 2012)Batasan karakteristik nyeri akut adalah sebagai berikut:

1. Melaporkan tentang kualitas nyeri dan intensitasnya

2. Untuk klien yang tidak mampu melaporkan tentang kualitas nyeri dan

intensitasnya:

a. Adanya kondisi patologis atau prosedur yang diketahui menyebabkan

nyeri

b. Respon fisiologis seperti:

1. Diaphoresis

2. Perubahan tekanan darah atau nadi

3. Dilatasi pupil
39

4. Perubahan frekuensi nafas

5. Postur tubuh berhati – hati(guarding)

6. Meringis

7. Mengerang

8. Gelisah

c. Respon terhadap uji analgesic

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan sejumlah orang yang turut berperan serta

dalam suatu kegiatanseperti klien, petuas panti/perawat dan teman dekat si

pasien semua harus ada, ke ikut sertaan dan peran serta dari awal sampai

akhir (Latipun,2010). Partisipan pada studi kasus ini dipilih menggunakan

metode purpose. Metode purposive adalah metode pemilihan partisipan dalam

suatu studi kasus dengan menentukan terlebih dahulu kriteri yang akan

dimasukan dalam studi kasus, dimana partisipan yang diambil dapat

memberikan informasi yang berharga bagi studi kasus (Saryono,2013).

Subyek yang digunakan adalah 2 klien dengan fraktur dengan nyeri

diatas 5 pada pasien fraktur di RSU Anwar Medika Sidoarjo.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Anwar Medika, Krian - Sidoarjo

dalam rentang waktu bulan Juli 2018. Penelitian dilakukan minimal selama 3

hari berturut-turut pada setiap partisipan.


40

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian : dilakukan melalui wawancara dengan partisipan atau

keluarga yang berisi tentang riwayat keperawatan yaitu data biografi,

riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan

keuarga, riwayat psikososial dan pola fungsi kesehatan.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik: data yang didapatkan dari hasil

pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

yaitu keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan head

to toe

3. Studi dokumentasi: didapatkan dari hasil rekam medik partisipan berupa

hasil pemeriksaan diagnostik yaitu tes widal, igM immunoserologis

salmonella dan pemeriksaan penunjang lain yaitu SGPT, SGOT, dan

jumlah darah lengkap.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Di

samping integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan:

1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu partisipan, perawat, dan keluarga yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.


41

3.7 Analisa Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Pada bagian ini secara ringkas teknik pengumpulan data penulisan

dan jenis instrument yang digunakan untuk pengumpulan data dilakukan

dengan metode wawancara kepada klien, serta orang-orang yang terdekat

dengan klien. Pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan metode

observasi melalui pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop,

thermometer serta melihat dari hasil pemeriksaan laboratorium klien.

Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format pengkajian

yaitu identitas klien, riwayat kesehatan klien dan keluarga, pola-pola

fungsional (model konsep fungsional Gordon), pemeriksaan fisik inspeksi,

adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang

diperiksa melalui pengamatan missal terdapat luka pada bagian fraktur, luka

kemerahan, Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan Misalnya

terdapat oedema pada daerah fraktur, krepitasi, Perkusi adalah pemeriksaan

fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan

atau alat bantu untuk mengetahui reflek seseorang. Pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium, serta data subjektif dan data objektif.

3.7.2 Mereduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,


42

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan

(Sugiyono, 2012).

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data

subjektif dan data objektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan

diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3.7.3 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan tabel dan teks naratif. Kerahasiaan

partisipan terjamin dengan mengaburkan identitas dari partisipan. Data yang

disajikan, kemudian dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian

terdahulu, dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

3.7.4 Simpulan

Penarikan simpulan dilakukan dengan metode induksi. Metode

induksi yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang khusus yang diarahkan

kepada hal-hal yang umum untuk mengetahui jawaban dari permasalahan

dalam penelitian. Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi selama

penelitian berlangsung, dengan melihat kembali reduksi data maupun pada

penyajian data. Sehingga kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari


43

rumusan masalah dan tidak menyimpang dari permasalahan penelitian, yaitu

Asuhan Keperawatan nyri akut pada pasien fraktur.

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari

STIKES Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto serta mengajukan

permohonan kepada Kepala RSU Anwar Medika krian - sidoarjo untuk

mendapatkan persetujuan dilakukan penelitian. Setelah membuat persetujuan,

selanjutnya penelitian dilakukan dengan menekankan etika penelitian yaitu:

3.8.1 Informed concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, tujuanya adalah

subjek mengetahui dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama

mengumpulkan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar penelitian, jika menolak maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya. Penyampaian inform consent

kepada responden dilakukan dengan bantuan perawat di RSU Anwar

medika sidoarjo.

3.8.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden penelitian tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar observasi yang diisi oleh responden,

lembar tersebut hanya di beri nomor kode tertentu

3.8.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah masalah lainnya.


44

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2012).
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.2 Hasil

4.1.1 Pengkajian
Tabel 4.1 : Pengkajian Data Umum Partisipan Studi kasus Nyeri Akut
Pada Pasien Post Op Fraktur Di RSU Awar Medika
Sidoarjo
Identitas klien Partisipan 1 Partisipan 2

Nama Sdr. B Tn. S


Umur 18 tahun 45 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SLTA
No. RM 1694xx 5675xx
Tgl. MRS 23 Juli 2018 27 Juli 2018
pukul 10.20 pukul 14.00
Tgl. Pengkajian 25 Juli 2018 28 Juli 2018

Dx medis Post op F. Multiple Post op F. cruris

45
46

1. Pola Fungsional Kesehatan


Tabel 4.2 Pola Fungsional Kesehatan Partisipan Studi Kasus Nyeri
Akut Pada Pasien Post Op fraktur Di RSU Anwar Medika
Sidoarjo

Pola Fungsional Partisipan 1 Partisipan 2


Kesehatan
1. pola persepsi Pasien mengeluh nyeri pada Pasien mengeluh nyeri pada
kesehatan tangan sebelah kanan dan kiri kaki sebelah kiri setelah
a. keluhan setelah operasi operasi
utama P : ekstremitas tangan kanan P : Ekstremitas bawah
dan kiri, nyeri jika digerakkan. bagian kiri
Q : nyeri seperti tertusuk- Q : nyeri seperti tertusuk-
tusuk tusuk
R : humerus sebelah kanan kiri R : Cruris sebelah kiri
S : Skala Nyeri 5 saat S : Skala nyeri 5 saat
dilakukan pengkajian post dilakukan pengkajian post
operasi hari ke 2 operasi hari ke 3
T : Hilang Timbul T : Hilang Timbul

b. Riwayat Pasien mengatakan nyeri pada sebelah kiri sejak


Penyakit kedua tangan kanan dan kiri mengalami jatuh saat mau
sekarang sejak kecelakaan kemarin. mengantarkan anaknya
Nyeri pada lengan tangan pergi ke sekolahan, lalu
kanan dan kiri, nyeri dirasakan dibawa ke RSU Anwar
saat tangan digerakkan, skala Medika pasien dibawa
nyeri 5 (nyeri sedang). Pasien Pukul 14.00 di IGD dan
mengalami kecelakaan pasien didiagnosa
kemaren hari Senin 23 Juli mengalami fraktur cruris
2018 pukul 10.20 dan langsung Pada pukul 19.00 pasien
dibawa ke Rumah sakit Anwar dibawa keruangan Dahlia
medika di IGD dan pasien di 30 untuk diberi perawatan.
diagnosis mengalami close Saat pengkajian pasien
fraktur humerus kanan dan mengatakan nyeri pada
kiri. Akhirnya pada pukul kaki bagian kiri post
14.00 juni 2018. Pasien di operasi hari ke tiga, nyeri
pindahkan keruangan dahlia timbul saat digerakan, nyeri
29 untuk mendapatkan hilang timbul dan seperti
perawatan. Saat dikaji pasien tertusuk tusuk.
mengatakn nyeri pada lengan
kanan dan kiri post operasi hari
ke dua. Nyeri timbul pada saat
digerakan, nyeri hilang timbul
seperti tertusuk tusuk .
47

c. Riwayat Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


Penyakit pernah mengalami fraktur pernah mengalami fraktur
Dahulu sebelumnya sebelumnya
d. Riwayat Keluarga tidak ada yang Keluarga tidak ada yang
Penyakit mengalami Patah tulang atau mengalami Patah tulang atau
Keluarga fraktur , darah tinggi maupun fraktur , darah tinggi
penyakit menular, menurun maupun penyakit menular,
dan menahun seperti menurun dan menahun
hipertensi, diabetes militus dan seperti hipertensi, diabetes
lainnya. militus dan lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.3 Pemeriksaan fisik Pada Partisipan Studi Kasus Nyeri Akut Pada Pasien
Post Op Fraktur Di RSU Awar Medika Sidoarjo

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

Keadaan Umum Lemah Lemah


Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS 4-5-6 4-5-6
Keuluhan utama Nyeri, skala 5 Nyeri, skala 6
TTV TD : 130/70 mmHg TD : 140/100 mmHg
N : 86 x/menit N : 96 x/menit
RR : 21 x/menit RR : 20 x/menit
S : 38ºC S : 37ºC
Kepala Tidak ada benjolan Rambut ber uban,tidak ada
abnormal, rambut hitam, lesi, tidak ada ketombe
kulit kepala bersih, tidak
ada cedera, teraba basah
berkeringat
Wajah simetris, terdapat goresan simetris, terdapat goresan
luka,berkeringat,sesekali luka, berkeringat,sesekali
meringis karena nyeri, meringis karena nyeri,
skala nyeri 5 ( nyeri skala nyeri 6 ( nyeri
sedeng) setelah di operasi sedang) setelah di operasi.
Mata Simetris, kornea jernih, Simetris, kornea jernih,
sklera putih, konjungtiva sklera putih, konjungtiva
merah muda merah muda,terlihat
kantung mata.
Hidung tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, bentuk agak
tidak ada secret mngembang,warna kulit
(kuning langset),tidak
terdapat secret.
48

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

Telinga Simetris,bersih, tidak ada Simetris, bersih, tidak ada


serumen serumen
Mulut Bibir lembab, tidak ada Bibir lembab, tidak ada
stomatitis,mukosa mulut stomatitis
lembab
Leher Tidak ada trauma leher, tidak ada lesi, tidak ada
tidak ada pembesaran nyeri tekan,gerakan flexi
kelenjar tyroid, tidak ada dam rotasi
pembesaran limfe, tidak rentang(normal).
ada bendungan vena
jugularis
Dada Bentuk simetris,tidak ada Bentuk dada simetris, tidak
terikan dinding dada,vocal edema, tidak ada nyeri
fremitus sumbang, perkusi dada, tidak ada sianosis,
sonor,tidak ada nafas tidak teraba ictus cordis,
tambahan (vesikuler) tekanan darah 140/100
mmHg, frekuensi nadi
96x/menit, CRT <2 detik,
suara jantung redup, S1 S2
tunggal

Abdomen Tidak ada pembengkakan, Supel, tidak ada lesi dan


nyeri tekan (-), perkusi pendarahan, Perut simetris,
abdomen tympani, bising tidak ada pembengkakan
usus (16x/ menit)
nyeri tekan (-) perkusi
abdomen tympani. bising
usus 20x/menit

Ekstremitas Atas Pergerakan ekstremitas Pergerakan ekstremitas


kanan dan kiri atas kanan dan kiri sama,
terbatas,terpasang infus terpasang infus RL 20 tpm
RL 20 tpm, di tangan kiri di tangan kiri,
serta Panjang luka operasi keadaan luka dibagian
5cm, lebar luka 3cm, cruris kemerah-merahan,
keadaan luka dibagian luka basah dan tidak
humerus kemerah- berbau, ada
merahan, luka kering dan pembengkakan
tidak berbau, tidak ada
pembengkakan.
49

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

Ekstremitas Bawah Simetris, pergerakan


normal pada ekstremitas Simetris, pergerakan
bawah bagian kanan dan terbatas pada ekstermitas
kiri. bawah sebelah kiri ( cruris)
selesai di operasi, pasien
tidak bisa menggerakkan
sama sekali kaki sebelah
kiri.
Panjang luka operasi 6 cm,
lebar luka 3cm, keadaan
luka kemerah-merahan,
skala nyeri 6 (nyeri
sedang), luka merembes,
tidak berbau, terjadi
pembengkakan.

3. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.4 Pemeriksaan Penunjang Pada Partisipan Studi Kasus Nyeri Akut Pada
Pasien Post Op Fraktur Di RSU Awar Medika Sidoarjo

Parameter Klien 1 Klien 2 Nilai Normal


Laju Endap Darah - - -
BUN 11 12 mg/ 6-20 mg/Dl
mg/Dl Dl
Kreatinin darah 0, 61 0,88 mg/ 0,7-1,3 mg/Dl
mg/dL Dl
WBC (Leukosit ) 13,2 20,4 4,0 – 11,0µL

RBC (Eritrosit ) 4,73 5,22 4,5 - 5,5/µL


HGB (Hemogoblin) 10,9 15,9 12- 18 g/ Dl
MCV 72,2 91,2 79- 99 Fl
MCH 23,1 30,5 27- 31 pg
MCHC 32.0 33,5 32- 37 g/Dl
PLT (Trombosit ) 150-450
288 167
10 ^ 3 /µL
UA-Iiq - - 2,5 – 5 mg/ dL
Cholesterol 140-220 mg/dL
- -
Triglycerides 35 – 150 mg/dL
- -
50

Parameter Klien 1 Klien 2 Nilai Normal


SGOT/AST - 8 5 – 40 U/L
SGPT/ALT - 6 5 – 41 U/L
Bilirubin Direk 0 – 0, 2 mg/ dL
- 0.1
Bilirubin Total 0,3 – 1,2 mg/ dL
- 0,3
70 – 105 mg/dL

Total colestorol 123 <200 mg/dl

LDL 100 <150 mg/dl

Triglisarida 116 <200 mg/dl

Clorida 99 96-110 Mmol/l

KALIUM 4,8 3,50-5,50Mmol/l

NATRIUM 127 136-150mmol/l

4. Terapi
Tabel 4.5 Terapi Partisipan Studi Kasus Nyeri Akut Pada Pasien Post Op Fraktur
Di RSU Awar Medika Sidoarjo

No Klien 1 Klien 2
1. Range laktat 1500 Range laktat 1500 cc/24jam
cc/24jam
2. Ketorolac 30 mg/6jam Vicillin Sx 2 x 1,5mg
3. Ranitidin 2 x 1 injeksi iv Ketorolac 30 mg / 8 jam
4. Ceftriaxone 2 x 1 injeksi Ceftriaxone 2 x 1 grm
iv
51

4.1.2Analisa Data
Tabel 4.6 Analisa Data Studi Kasus Nyeri Akut Pada Pasien Post Op
Fraktur Di RSU Awar Medika Sidoarjo

No. Data Etiologi Masalah


Px
1. Data Subyektif : Post op Fraktur Nyeri
Pasien mengatakan
nyeri luka post
operasi hari ketiga
pada kaki kiri kiri. Kerusakan sel
Data Obyektif :
1. P : Ekstremitas
bawah bagian kiri,
skala nyeri 6.
Q : Nyeri seperti Luka insisi
tertusuk tusuk
R : Cruris sebelah
kiri
S : Skala nyeri 6 Inflamasi
saat dilakukan
pengkajian post
operasi hari ke tiga
T : Nyeri hilang Resiko infeksi
timbul
2. Keadaan umum :
Lemah
3. Kesadaran Nyeri Akut
composmentis
4. GCS : 4-5-6
5. Ekspresi wajah
menyeringai
6. Terdapat luka
operasi 5 cm
7. Pada luka post op
terpasang
penampung (drine)
dan terpasang
perban
8. Leukosit : 10,0 / µL
9. TTV:
TD: 140/100 mmHg
N : 96 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 37ºC
52

2. Data Subyektif : Post op Fraktur Nyeri


Pasien mengatakan
nyeri luka post
operasi hari ketiga Kerusakan sel
pada kaki kiri kiri.
Data Obyektif :
10. P : Ekstremitas Luka insisi
bawah bagian kiri,
skala nyeri 6.
Q : Nyeri seperti Inflamasi
tertusuk tusuk
R : Cruris sebelah kiri
S : Skala nyeri 6 saat Resiko infeksi
dilakukan pengkajian
post operasi hari ke
tiga Nyeri Akut
T : Nyeri hilang
timbul
11. Keadaan umum :
Lemah
12. Kesadaran
composmentis
13. GCS : 4-5-6
14. Ekspresi wajah
menyeringai
15. Terdapat luka operasi
5 cm
16. Pada luka post op
terpasang penampung
(drine) dan terpasang
perban
17. Leukosit : 10,0 / µL
18. TTV:
TD: 140/100 mmHg
N : 96 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 37ºC
53

4.1.3 Diagnosis Keperawatan

1. Partisipan 1

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan

pasien mengatakan nyeri pada luka post op nya. P: Ekstremitas kanan dan

kiri,nyeri jika digerakkan, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Humerus

sebelah kanan dan kiri, S: Skala nyeri 5,saat dilakukan pengkajian post operasi

hari ke 2 T: Hiang Timbul. di dapatkan hasil menunjukkan wajah meringis

menyeringai, kontak mata kurang mata tertutup dan berfokus pada nyeri yang

dirasakan, panjang luka operasi 5cm, S: 36,5ºC, N: 91x/menit, TD: 130/70

mmHg, RR: 21x/menit.cm, panjang luka 5cm, Pada luka post op terpasang

penampung (drine) dan terpasang perban, keadaan luka dibagian humerus

kemerah-merahan,

1. Partisipan 2

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan

pasien mengatakan nyeri pada luka post op nya. P: extermitas bawah

sebelah kiri,Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk,R: Nyeri pada cruris sebelah

kiri, S: Skala nyeri 6, T: Nyeri dirasakan hilang timbul.

di dapatkan hasil wajah menunjukkan tampak lemah menyeringai, kontak

mata baik kooperatif saat wawancara, ada luka post op terbalut pada bagian

bawah sebelah kiri sepanjang 6cm, terpasang penampung (drine) dan

terpasang perban, S: 37ºC, N: 96x/menit, TD: 140/100 mmHg, RR:

20x/menit.
54

4.1.4 Intervensi keperawatan


Tabel 4.7 Intervensi Keperawatan Studi Kasus Nyeri Akut Pada
Pasien Post Op Fraktur Di RSU Awar Medika Sidoarjo
Diagnose keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan. Kriteria hasil)
Partisipan 1
Nyeri (post op) 6. Observasi nyeri secara 3. Membantu dalam
berhubungan komprehensif ( evaluasi gejala nyeri.
terputusnya kontinuitas intensitas, lokasi, penggunaan skala
jaringan factor pencetus, rentang membantu
Tujuan : Setelah kualitas, frekuensi ) klin dalam mengkaji
dilakukan tindakan 7. Observasi tanda – tingkat nyeri dan
keperawatan 3 x 24 tanda vital memberikan alat
jam diharapkan nyeri Tekanan darah : (100- untuk keefektifan
dapat terkontrol. 120/80-90 mmHg ), mengontrol nyeri.
Kriteria Hasil : Suhu: (36,5 – 4. Mengontrol
4. Mampu 37,5ºC), Nadi: (80 – peningkatan dan
mengontrol nyeri 100x/ menit), penurunan nyeri
( tahu penyebab Respiratory rate (16- 5. Penurunan kelemahan
nyeri , mampu 20x/menit ) dan penghematan
menggunakan 8. Kontrol lingkungan energy, meningkatkan
teknik non yang dapat kemampuan koping
farmakologi mempengaruhi nyeri 6. Nafas dalam dan
untuk seperti posisi, suhu mobilisasi dini
mengurangi ruangan, dan membantu
nyeri) kebisingan memperlancar
5. Melaporkan 9. Ajarkan teknik peredaran darah,
bahwa nyeri distraksi relaksasi mngurangi resiko
berkurang skala (teknik nafas dalam kekakuan otot dan
1-4 dengan dan mobilisasi dini) sendi, system imun
menggunakan 10. Kolaborasi lebih terperbaiki.
manajemen nyeri dengan tim medis melalui penjauhan
6. Tampak rileks, dalam pemberian obat konsentrasi dari titik
mampu tidur / pereda nyeri yang nyeri atau daerah
istirahat dengan optimal analgesic operasi.
tepat yang sudah di 7. Pereda nyeri yang
resepkan optimal dengan
menggunakan
analgesic terdiri dari
menemukan rute
yang dipilih, obat
dosis dan frekuensi
sesuai indikasi.
55

Klien 2 : 1. Observasi nyeri secara 1. Membantu dalam


Nyeri (post op) komprehensif ( evaluasi gejala nyeri.
berhubungan intensitas, lokasi, penggunaan skala
terputusnya kontinuitas factor pencetus, rentang membantu
jaringan kualitas, frekuensi ) klin dalam mengkaji
Tujuan : Setelah 2. Observasi tanda – tingkat nyeri dan
dilakukan tindakan tanda vital memberikan alat
keperawatan 3 x 24 Tekanan darah : (100- untuk keefektifan
jam diharapkan nyeri 120/80-90 mmHg ), mengontrol nyeri.
dapat terkontrol. Suhu: (36,5 – 2. Mengontrol
Kriteria Hasil : 37,5ºC), Nadi: (80 – peningkatan dan
1. Mampu 100x/ menit), penurunan nyeri
mengontrol nyeri Respiratory rate (16- 3. Penurunan kelemahan
( tahu penyebab 20x/menit ) dan penghematan
nyeri , mampu 3. Kontrol lingkungan energy, meningkatkan
menggunakan yang dapat kemampuan koping
teknik non mempengaruhi nyeri 4. Nafas dalam dan
farmakologi seperti posisi, suhu mobilisasi dini
untuk ruangan, dan membantu
mengurangi kebisingan memperlancar
nyeri) 4. Ajarkan teknik peredaran darah,
2. Melaporkan distraksi relaksasi mngurangi resiko
bahwa nyeri (teknik nafas dalam kekakuan otot dan
berkurang skala dan mobilisasi dini) sendi, system imun
1-4 dengan 5. Kolaborasi dengan tim lebih terperbaiki.
menggunakan medis dalam melalui penjauhan
manajemen nyeri pemberian obat pereda konsentrasi dari titik
Tampak rileks, mampu nyeri yang optimal nyeri atau daerah
tidur / istirahat dengan analgesic yang sudah operasi.
tepat di resepkan 5. Pereda nyeri yang
optimal dengan
menggunakan
analgesic terdiri dari
menemukan rute
yang dipilih, obat
dosis dan frekuensi
sesuai indikasi.
4.1.5 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan pada partisipan Studi kasus Nyeri Akut Pada Pasien Post Op Fraktur Di RSU Awar
Medika Sidoarjo
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi
keperawatan
Partisipan 1 25 juli ( kamis) 26 Juli ( jum.at) 27 Juli ( sabtu)
Nyeri 08: 1. Mengobservasi 08: 1. Mengobservasi riwayat 08: 1.Mengobservasi riwayat nyeri
berhubunga 00 riwayat nyeri. 00 nyeri 00 Hasil :
n post hasil : Hasil : pasien mengatakan nyeri pada
berhubunga pasien mengatakan nyeri pasien mengatakan nyeri luka post op nya.
n pada luka post op nya. pada luka post op nya.
terputusnya P: ektermitas kanan dan P: ektermitas kanan dan kiri,nyeri
kontinuitas kiri,nyeri jika digerakan P: ektermitas kanan dan jika digerakan ,
jaringan Q: nyeri seperti tertusuk kiri,nyeri jika digerakan , Q: nyeri seperti ditusuk tusuk
tusuk, Q: nyeri seperti tertusuk R: Humerus sebelah kanan dan
R: Humerus sebelah kanan tusuk, kiri,
dan kiri R: Humerus sebelah kanan S: Skala nyeri 3 dilakukan
S: Skala nyeri 5 saat dan kiri, pengkajian post op hari ke empat,
dilakukan pengkajian post S: Skala nyeri 4 saat T: Nyeri dirasakan hilang timbul.
op hari ke dua, dilakukan pengkajian post op menunjukkan wajah lebih fresh
T: Nyeri dirasakan hilang hari ke tiga,
timbul T: Nyeri dirasakan hilang 2. Mengobservasi Tanda – tanda
menunjukkan wajah timbul 08: vital
meringis menyeringai, menunjukkan wajah lebih 10 Hasil :
kontak mata kurang, fresh S : 36,2ºC
menutup mata dan berfokus 2. Mengobservasi Tanda – N : 82x/menit
pada nyeri yang dirasakan 08: tanda vital TD : 120/70 mmHg

56
2. Mengobservasi 10 Hasil : RR : 20x/menit
08: Tanda – tanda vital S : 37ºC 3. Kontrol lingkungan yang
10 Hasil : N : 80x/menit dapat mempengaruhi nyeri
S : 38ºC TD : 130/80mmHg 08: seperti posisi, suhu ruangan, dan
N : 86x/menit RR : 20x/menit 30 kebisingan
TD : 130/70 mmHg 3. Kontrol lingkungan Hasil : sesuai dengan apa yang
RR : 21x/menit yang dapat mempengaruhi diinginkan oleh pasien
3. Kontrol lingkungan yang 08: nyeri seperti posisi, suhu 4. Ajarkan teknik distraksi
08: dapat mempengaruhi 30 ruangan, dan kebisingan relaksasi
30 nyeri seperti posisi, suhu Hasil : sesuai dengan 08: (teknik nafas dalam dan
ruangan, dan kebisingan apa yang diinginkan 40 mobilisasi dini)
Hasil : sesuai dengan apa oleh pasien Hasil :
yang diinginkan oleh 4. Ajarkan teknik pasien kooperatif, mendengarkan
pasien distraksi relaksasi anjuran yang di ajarkan.
4. Ajarkan teknik distraksi (teknik nafas dalam dan
relaksasi mobilisasi dini)
08: (teknik nafas dalam dan 08: 5. Kolaborasi dengan tim
40 mobilisasi dini) 40 Hasil : 09: medis dalam pemberian obat
Hasil : pasien kooperatif, 30 pereda nyeri yang optimal
pasien kooperatif, mendengarkan anjuran yang analgesic yang sudah di
mendengarkan anjuran di ajarkan. resepkan
yang di ajarkan. Hasil :
5. Kolaborasi dengan Memberikan injeksi analgesic
tim medis dalam 5. Kolaborasi analgesic ketorolac 3x2ml,
09: pemberian obat 09: dengan tim medis Ranitidine 2x2 ml, Ceftriaxone
30 pereda nyeri yang 30 dalam pemberian 2x1 g
optimal analgesic obat pereda nyeri
yang sudah di yang optimal

57
resepkan analgesic yang sudah
Hasil : di resepkan
Memberikan injeksi Hasil :
analgesic ketorolac 3x2ml, Memberikan injeksi
Ranitidine 2x2 ml, analgesic ketorolac 3x2ml,
Ceftriaxone 2x1 g Ranitidine 2x2 ml,
Ceftriaxone 2x1 g

58
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi
keperawatan
Partisipan 2 27 Juli 2018 ( Jum’at ) 28 Juli 2018 ( Sabtu ) 29 Juli 2018 ( Minggu )
Nyeri 08: 1. Mengobservasi 08: 1. Mengobservasi 08: 1.Mengobservasi riwayat
berhubungan 00 riwayat nyeri 00 riwayat nyeri 00 nyeri
post Hasil : Hasil : Hasil :
berhubungan pasien mengatakan pasien mengatakan nyeri pasien mengatakan nyeri
terputusnya nyeri pada luka post op pada luka post op nya. pada luka post op nya.
kontinuitas nya. P: ektermitas bawah P: ektermitas bawah
jaringan P: ektermitas bawah sebelah kiri,nyeri jika sebelah kiri,nyeri jika
sebelah kiri,nyeri jika digerakan digerakan
digerakan Q: nyeri seperti tertusuk Q: nyeri seperti tertusuk
Q: nyeri seperti tusuk, tusuk,
tertusuk tusuk, R: cruris sebelah kiri R: cruris sebelah kiri
R: cruris sebelah kiri S: Skala nyeri 5 saat S: Skala nyeri 5 saat
S: Skala nyeri 6 saat dilakukan pengkajian dilakukan pengkajian post
dilakukan pengkajian post op hari ke empat, op hari ke lima,
post op hari ke tiga, T: Nyeri dirasakan T: Nyeri dirasakan hilang
T: Nyeri dirasakan hilang timbul timbul
hilang timbul menunjukkan wajah menunjukkan wajah lebih
menunjukkan wajah lelah, kontak mata baik fresh
meringis menyeringai, 08: 2. Mengobservasi Tanda 08: 2. Mengobservasi Tanda
kontak mata kurang, 10 – tanda vital 10 – tanda vital
menutup mata dan Hasil : Hasil :
berfokus pada nyeri S : 36,7ºC S : 36,5ºC
yang dirasakan N : 82x/menit N : 80x/menit
08: 2. Mengobservasi TD : 130/90 mmHg TD : 120/80 mmHg
10 Tanda – tanda vital RR : 19x/menit RR : 20x/menit

59
Hasil :
S : 37ºC 3. Mengontrol 3. Mengontrol
N : 96x/menit 08: lingkungan yang 08: lingkungan yang
TD : 140/100 mmHg 30 dapat 30 dapat mempengaruhi
RR : 20x/menit mempengaruhi nyeri seperti posisi,
nyeri seperti posisi, suhu ruangan, dan
3. Mengontrol suhu ruangan, dan kebisingan
08: lingkungan yang kebisingan Hasil : sesuai dengan
30 dapat Hasil : sesuai dengan apa yang diinginkan
mempengaruhi apa yang diinginkan oleh pasien
nyeri seperti posisi, oleh pasien
suhu ruangan, dan 4. Mengajarkan
kebisingan teknik distraksi
Hasil : sesuai dengan 09: 4. Mengajarkan 09: relaksasi
apa yang diinginkan 00 teknik distraksi 00 (teknik nafas dalam dan
oleh pasien relaksasi mobilisasi dini)
(teknik nafas dalam dan
4. Mengajarkan teknik mobilisasi dini) Hasil :
09: distraksi relaksasi Pasien kooperatif dan
00 (teknik nafas dalam Hasil : memperhatikan apa yang
dan mobilisasi dini) Pasien kooperatif dan telah diajarkan
Hasil : memperhatikan apa 5. Mengkolaborasikan
Pasien kooperatif dan yang telah diajarkan dengan tim medis
memperhatikan apa 5. Mengkolaborasikan 09: dalam pemberian
yang telah diajarkan dengan tim medis 50 obat pereda nyeri
5.Mengkolaborasikan dalam pemberian yang optimal
09: dengan tim medis obat pereda nyeri analgesic yang sudah
50 dalam pemberian obat yang optimal di resepkan

60
pereda nyeri yang analgesic yang Hasil :
optimal analgesic sudah di resepkan Memberikan injeksi
yang sudah di Hasil : analgesic vicilin sx
resepkan Memberikan injeksi 2x1,5 mg, ketorolac 30
Hasil : 09: analgesic vicilin sx mg/8 jam, ceftriaxone
Memberikan injeksi 50 2x1,5 mg, ketorolac 30 2x1 mg. terapi masuk
analgesic vicilin sx mg/8 jam, ceftriaxone sesuai anjuran dokter
2x1,5 mg, ketorolac 2x1 mg. terapi masuk
30 mg/8 jam, sesuai anjuran dokter
ceftriaxone 2x1 mg.
terapi masuk sesuai
anjuran dokter.

61
4.1.6 Evaluasi
Tabel 4.9 Evaluasi Partisipan Studi Kasus Nyeri Akut Pada Pasien Post Op Fraktur Di RSU Awar Medika Sidoarjo
Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3
Partisipan 1 S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri
pada luka post op yang dirasakan yang dirasakan
P: Nyeri luka post op berkurang berkurang
Q: Nyeri seperti P: Nyeri luka post op P: Nyeri luka post op
tertuusuk tusuk Q: Nyeri seperti Q: Nyeri seperti
R: humerus sebelah tertuusuk tusuk tertuusuk tusuk
kanan dan kiri R: humerus sebelah R: humerus sebelah
S: Skala nyeri 5 saat kanan dan kiri kanan dan kiri
dilakukan S: Skala nyeri 4 saat S: Skala nyeri 3 saat
pengkajian post op dilakukan dilakukan
hari ke dua pengkajian post op pengkajian post op
T: Nyeri hilang timbul hari ke dua hari ke dua
O : 1. Wajah pasien terlihat T: Nyeri hilang timbul T: Nyeri hilang timbul
menyeringai
2. Kontak mata baik O : 1. Wajah pasien terlihat O : 1. Wajah pasien terlihat
kooperatif saat lebih rileks lebih fresh
wawancara 2. Kontak mata baik 2. Kontak mata baik
3. Tanda – Tanda Vital kooperatif saat kooperatif saat
S : 38ºC wawancara wawancara
N : 86x/menit 3. Tanda – Tanda Vital 3. Tanda – Tanda Vital
TD : 130/70 mmHg S : 37ºC S : 36,2ºC
RR : 21x/menit N : 80x/menit N : 82x/menit
A : Masalah Asuhan TD : 130/80mmHg TD : 120/70 mmHg
Keperawatan Nyeri RR : 20x/menit RR : 20x/menit

62
belum teratasi A : Masalah Asuhan
P : Intervensi dilanjutkan Keperawatan Nyeri A : Masalah Asuhan
teratasi sebagian Keperawatan Nyeri
P : Intervensi dilanjutkan teratasi.
P : Intervensi dihentikan
pasien pulang

Partisipan 2 S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri S: Pasien mengatakan nyeri
pada luka post op yang dirasakan yang dirasakan
P: Nyeri luka post op berkurang berkurang
Q: Nyeri seperti P: Nyeri luka post op P: Nyeri luka post op
tertuusuk tusuk Q: Nyeri seperti Q: Nyeri cenut – cenut
R: Cruris sebelah kiri tertuusuk tusuk R: Nyeri pada abdomen
S: Skala nyeri 6 saat R: Cruris sebelah kiri bagian bawah
dilakukan S: Skala nyeri 5 saat S: Skala nyeri 5 saat
pengkajian post op dilakukan dilakukan
hari ke tiga pengkajian post op pengkajian post op
T: Nyeri hilang timbul hari ke empat hari ke lima
O : 1. Wajah pasien terlihat T: Nyeri hilang timbul T: Nyeri dirasakan saat
menyeringai O : 1. Wajah pasien terlihat bergerak dan
2. Pasien kurang menyeringai aktivitas
kooperatif 2. Pasien kurang O : 1. Wajah pasien terlihat
3. Tanda – Tanda Vital kooperatif lebih fresh
3. Tanda – Tanda Vital 2. Pasien kurang
S : 36,7ºC S : 36,5ºC kooperatif
N : 96x/menit N : 82x/menit 3. Tanda – Tanda Vital
TD : 140/100 mmHg TD : 130/90 mmHg S : 36,7ºC
RR : 20x/menit RR : 19x/menit N : 80x/menit

63
TD : 120/80 mmHg
A : Masalah Asuhan A : Masalah Asuhan RR : 20x/menit
Keperawatan belum Keperawatan Nyeri
teratasi teratasi sebagian A : Masalah Asuhan
P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan Keperawatan Nyeri
teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
pasien pulang(pulang
paksa)

64
65

1.3 Pembahasan

Pada sub bab ini berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan melalui

pengkajian, diagnosis, perencanaan, implemetasi, dan evaluasi dengan maksud

memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat diterapkan dengan

mudah pada kasus yang nyata. Sub bab ini juga membahas tentang perbandingan

klien 1 dan klien 2 antara kasus nyata dengan teori.

1.3.1 Pengkajian

Hasil pengkajian, kedua partisipan mempunyai keluhan yang berbeda

tetapi ada pula hal-hal sama telah dialami oleh kedua partisipan. Pada partisipan

pertama yaitu post op fraktur hari ke dua dengan indikasi terdapat raut wajah

menyeringai, kontak mata kurang dan berfokus pada nyeri yang dirasakan.

didapatkan hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri pada luka post-op nya,

kualitas nyeri dirasakan seperti tertusuk tusuk pada lengan bagian atas, saat

dilakukan pengkajian dengan menggunakan skala numeric, pasien mengatakan

nyeri yang dirasakan skala 5, dan nyeri dirasakannya hilang timbul. Dengan hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi

86x/menit, Suhu 38ºC, frekuensi nafas 19x/menit.

Pada partisipan 2 yaitu post op hari ke tiga dengan indikasi raut wajah

terlihat lemah menyeringai, kontak mata baik dan tidak kooperatif saat

wawancara. didapatkan hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri pada luka post-

op nya, kualitas nyeri seperti tertusuk tusuk pada ektermitas bagian bawah sebelah

kiri, saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan skala numeric pasien

mngatakan nyeri yang dirasakan skala 6, dan nyeri yang dirasakannya berkala.
66

Dengan hasil data pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah

140/100 mmHg , Nadi 96x/menit , Suhu 37ºC , frekuensi nafas 20x/menit.

Dilakukan operasi karena ada indikasi tertentu seperti dari faktor terdapat

(keadaan tulang yang hancur untuk menyambungkan tulang tulang dengan

memasang pen , Tindakan pembedahan dapat menyebabkan luka post op. Klien

post operasi akan merasakan nyeri saat klien sadar dari anestesinya. Nyeri akibat

insisi menyebabkan klien gelisah dan mungkin nyeri ini dapat mempengaruhi

tanda-tanda vital (Pristahayuningtyas, 2015).

Hasil dari peneliti pengkajian dari partisipan 1 dan partisipan 2 yaitu

kedua-duanya ada indikasi medis tertentu, dan sama-sama merasakan nyeri. Pada

partisipan 1 pasien mengatakan merasakan nyeri luka post op dengan kualitas

nyeri seperti tertusuk tusuk, saat dilakukan pengkajian nyeri dengan

menggunakan skala numeric pasien mengatakan intensitas nyeri nya skala 5 dan

nyeri dirasakan hilang tibul saat digerakkan. Pada partisipan 2 pasien mengatakan

nyeri luka post-op dengan kualitas seperti tertusuk tusuk, saat dilakukan

pengkajian nyeri dengan menggunakan skala numeric pasien mengatakan skala

nyeri 6 dan nyeri dirasakan hilang timbul.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik (Head to Toe) pada partisipan 1 dan

partisipan 2 mempunyai hasil berbeda. Pada partisipan 1 didapatkan raut wajah

lelah menyeringai dan kontak mata baik, partisipan tkooperatif saat wawancara ,

kontak mata baik, Pada partisipan 2 didapatkan raut wajah lemah menyeringai dan

kontak mata kurang , partisipan tidak kooperatif saat wawancara karena

keparahan patah yang di derita pasien yang mengakibatkan nyeri hebat.


67

Respon yang dialami pada penderita setelah merasakan nyeri ditandai

dengan kedaan lemah, keletihan, ekspresi wajah (lelah, , kontak mata dengan

orang lain menghindari percakapan, penurunan rentang perhatian ,fokus pada

aktivitas yang mengilangkan nyeri selama beberapa menit (Zakiyah,2015) .

Pada pemeriksaan tanda – tanda vital pada Partisipan 1 didapatkan hasil

Tekanan darah 130/70 mmHg, Nadi 86x/menit, Suhu: 38ºC, Frekuensi nafas

21x/menit. Pada Partisipan 2 didapatkan hasil tekanan darah 140/100 mmHg,

Nadi 96x/menit, Suhu: 37ºC, frekuensi nafas 20x/menit. Respon dari nyeri yang

tinggi dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang ditandai dengan

perubahan tekanan darah dan nadi, diaphoresis, dilatasi pupil, perubahan frekuensi

nafas (Diagnosa Keperawatan NANDA , 2015).

Hasil pemeriksaan pada Partisipan 1 dan partisipan 2 setelah

dilakukan tindakan operasi didapatkan wajah lelah dan menyeringai

namun kontak mata tetap baik dan kooperatif saat wawancara, dan tidak

terjadi perubahan tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas yang signifikan

karena nyeri yang dirasakan ringan. Pada partisipan 2 setelah dilakukan

tindakan operasi didapatkan pasien terlihat menyeringai, mata menutup

tidak kooperatifsaat wawancara dan berfokus pada nyeri yang dirasakan dan

sampai terjadi perubahan tekanan darah, nadi, dan frekuensi nafas karena

keparahan patah tulang yang mengakibatkan nyeri yang dirasakan berat.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti terdapat satu

diagnosa yang sesuai dengan batasan karakteristik. Diagnosa keperawatan


68

kedua partisipan, dengan diagnosanya terputusnya kontinuitas jaringan yaitu

: partisipan 1 klien mengatakan nyeri setelah operasi di bagian tangan sebelah

kanan dan kiri, nyeri hilang timbul dan saat di buat bergerak, TD: 130/70

mmHg, N : 86x/menit, S: 38º C, RR: 21x/menit, luka kemerah-merahan,

nyeri daerah tangan sebelah kanan dan kiri, nyeri skala 5, terdapat luka

operasi 5 cm, leukosit : 13,2/µL sedangkan partisipan 2 klien mengatakan

nyeri setelah operasi di bagian kaki kiri, TD: 140/100 mmHg, N : 96x/menit,

S: 37º C, RR: 20x/menit, kaki edema, luka kemerah-merahan, nyeri daerah

kaki sebelah kiri, nyeri skala 6, terdapat luka operasi 4 cm, leukosit : 20,4

/µL. Merurutku teori Nanda NIC NOC, 2015 diganosa keperawatan yang

pasti muncul pada pasien post operasi fraktur adalah gangguan rasa nyaman

(nyeri) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Dari

variasi yang luas pada respon non verbal terhadap nyeri. Respons perilaku

terhadap nyeri dapat dikontrol sehingga mungkin tidak terlalu menunjukkan

adanya nyeri. Pada orang tertentu, jarang ada respons perilaku yang jelas

karena individu mengembangkan gaya koping personal untuk mengatasi

nyeri, ketidaknyaman, atau penderitaan. (Berman, 2009). Dari pembahasan

teori yang dikatakan di atas sesuai dengan yang terjadi pada kedua partisipan

bahwa benar jika diagnosa gangguan rasa nyaman (nyeri) selalu muncul pada

pasien post operasi fraktur.


69

4.2.3 Perencanaan

Pada Perencanaan Keperawatan merupakan intervensi yang harus

dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini penulis

membuat rencana tindakan sesuai dengan teori yang meliputi tujuan dan kriteria

hasil yang dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya, serta penulisan rencana

tindakan yang operasional. Penulis membuat intervensi dengan tujuan setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan nyeri berkurang.

Dari hasil rencana keperawatan yang sudah dilakukan sudah sesuai dengan

diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan 1 dan partisipan 2. sehingga

disini ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dengan kasus yang dialami

partisipan 1 dan partisipan 2.

Penulis melakukan intervensi antara lain :

1. Observasi nyeri secara komprehensif ( intensitas, lokasi , factor pencetus ,

kualitas , frekuensi )

2. Observasi tanda – tanda vital

Tekanan darah: (100-120/80-90 mmHg), Suhu: ( 36,5 – 37,5ºC) , Nadi: ( 80 –

100x/ menit), Respiratory rate ( 16-20x/menit )

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti posisi, suhu

ruangan, dan kebisingan

4. Ajarkan teknik distraksi relaksasi ( teknik nafas dalam dan mobilisasi dini )

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat pereda nyeri yang optimal

analgesic yang sudah di resepkan.


70

4.2.4 Implementasi

Pelaksanaan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditunjukan pada perawat untuk membantu klien mancapaitujuan

yang diharapakkan. Oleh karena itu rencana tindakan ini yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien.(Carpenito,2009) . Pada pelaksaan studi kasus peneliti

melakukan impelementasi selama 3 hari.

Berikut ini merupakan tindakan serta hasil yang telah dilakukan pada

partisipan 1 dan partisipan 2 :

1. Mengobservasi nyeri secara komprehensif (intensitas, lokasi, factor pencetus,

kualitas, frekuensi )

a) Respon partisipan 1 :

Pada hari ke 1 pasien mengatakan nyeri pada luka post op nya. P :

extermitas kanan dan kiri nyeri jika digerakan, Q : nyeri seperti tertusuk

tusuk, R : humerus sebelah kanan dan kiri, S : Skala nyeri 5, T : Hilang

timbul , menunjukkan wajah meringis menyeringai, kontak mata baik,

pasien kooperatif saat wawancara. Pada hari ke 2 pasien mengatakan nyeri

pada luka post op nya, nyeri yang dirasakan panas, skala nyeri turun

menjadi 4, nyeri dirasakan saat bergerak. Pada hari ke 3 pasien

mengatakan nyeri jauh berkurang, wajah terlihat lebih fresh, nyeri hilang

timbul dan dirasakan saat pasien melakukan aktivitas.

b) Respon partisipan 2 :
71

Pada hari ke 1 pasien mengatakan nyeri pada luka post op nya. P : Nyeri

luka post op, Q : nyeri seperti tertusuk tusuk, R : cruris sebelah kiri, S :

Skala nyeri 6, T : Nyeri dirasakan hilang timbul. menunjukkan wajah lelah

menyeringai, kontak mata kurang, menutup mata dan berfokus pada nyeri

yang dirasakan. Pada hari ke 2 pasien masih mengatakan nyeri pada luka

post op nya, nyeri dirasakan saat bergerak, kualitas nyeri tertusuk tusuk,

skala nyeri turun skala 5. Pada hari ke 3 pasien mengatakan nyeri yang

dirasakan , nyeri yang dirasakan hilang timbul dan dirasakan saat

beraktivitas.

Menurut teori Nic-Noc (2015) pada batasan karakteristik pasien

dengan masalah nyeri pada post-op fraktur didapatkan adanya mengu

ngkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat, posisi

menghindari nyeri , memusatkan diri, raut wajah kesakitan (mata kuyu,

terlihat lelah, meringis), respon-respon autonom (diaphoresis, perubahan

tekanan darah dan nadi, perubahan frekuensi nafas).

Pada partisipan 1 dan partisipan 2 menunjukkan kesamaan pada penyebab

nyeri namun terdapat perbedaan pada skala dan kualitas nyeri yang

dirasakan dan pada data objektif pemeriksaan fisik.

2. Mengobservasi Tanda – tanda vital

a) Respon partisipan 1 :

Hari ke 1 : S: 38ºC, N : 86x/menit, TD: 130/70 mmHg, RR : 21x/menit

Hari ke 2 : S: 37ºC, N : 80x/menit, TD: 130/80 mmHg, RR : 20x/menit

Hari ke 3 : S: 36,2ºC, N :82x/menit, TD: 120/70 mmHg, RR : 20x/menit


72

b) Respon partisipan 2 :

Hari ke 1 : S: 36ºC, N : 96x/menit, TD : 140/100 mmHg, RR :20x/menit

Hari ke 2 : S: 36,5ºC, N : 82x/menit, TD : 130/90 mmHg, RR :19x/menit

Hari ke 3 : S: 36,7ºC, N : 80x/menit, TD : 120/80 mmHg, RR :20x/menit

Menurut teori Nic-Noc (2015) pada batasan karakteristik pasien dengan

masalah nyeri pada post-op fraktur didapatkan adanya mengungkapkan

secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat, posisi menghindari

nyeri, memusatkan diri, raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah,

meringis), respon-respon autonom(diaphoresis, perubahan tekanan darah

dan nadi, perubahan frekuensi nafas).

Pada partisipan 1 dan 2 menunjukkan hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital yang berbeda. hal ini disebabkan karena perbedaan intensitas nyeri

yang dirasakan dan intervervensi ini sangat tepat dilakukan untuk

mengontrol penurunan dan peningkatan nyeri.

c) Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Respon partisipan 1 :

Pada hari ke 1 pasien kooperatif dan mampu mendemostrasikan anjuran.

pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri turun skala 4

Pada hari ke 2 pasien kooperatif dan mampu mendemostrasikan anjuran

dan ingin segera sembuh dan pulang.. skala nyeri 3

Respon partisipan 2 :

Pada hari ke 1 pasien kooperatif dan melakukan anjuran. pasien

mengatakan nyeri , skala nyeri turun skala 5. Pada hari ke 2 pasien tidak
73

kooperatif karena keparahan patah tulang yang mengakibatkan pasien

tidak mau melakukan anjuran yang sudah di anjurkan skala nyeri 6.

teknik relaksasi dapat mengalirkan peredaran darah dan memberikan

efek dilatasi pada pembuluh darah yang akan menurunkan spasme otot dan

dapat mengurangi nyeri.

partisipan 1 dan 2 didapatkan respon yang berbeda karena pada

partisipan 1 kooperatif dan berfokus pada nyeri yang dirasakan dan juga

karena partisipan ingin segera pulang. Pada partisipan 2 tidak melakukan

anjuran dan tidak kooperatif . Pada hari ke 3 peneliti mengehentikan

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam karena dari partisipan 1 sudah

menunjukkan umpan balik positif dimana partisipan sudah memahami dan

mampu mendemonstrasikan anjuran. Sedangkan partisipan 2 tidak mau

melakukuan ajuran yang sudah di berikan jadi ada perbedaan antara

patisipan 1 dan partisipan 2.

d) Mengajarkan teknik distraksi dengan mobilisasi dini

Respon partisipan 1 :

Pada hari ke 1 pasien mau menjalankan anjuran karena ingin pulang dan

pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 5. Pada hari ke 2 pasien

mampu melakukan anjuran dengan sedikit bantuan pada saat mobilisasi

dini (belajar duduk), Pada hari ke 3 pasien mampu melakukan anjuran dan

mampu melakukan aktivitas kecil secara mandiri.

Respon partisipan 2 :
74

Pada hari ke 1 pasien belum mampu melakukan anjuran. pasien

mengatakan nyeri semakin terasa jika bergerak. Pada hari ke 2 pasien

mempu melakukan anjuran dengan sedikit bantuan padaa saat mobilisasi

dini (belajar duduk). Pada hari ke 3 pasien tidak mau melakukan anjuran.

Menurut teori mobilisasi akan mengurangi resiko kekakuan otot serta

sendi. Dengan kondisi demikian rasa nyeri akan lebih terhindarkan,

peredaran darah akan lebih terjamin, sistem imun akan lebih terperbaiki,

serta kerja fisiologis beberapa organ vital akan lebih diperbaharui (Astutik,

2014)

partisipan 1 dan partisipan 2 didapatkan respon yang berbeda. pada

partisipan 1 yang kooperatif menjalankan anjuran dan hasilnya partisipan

mengatakan intensitas nyeri berkurang, sedangkan pada partisipan 2 belum

mampu melakukan anjurkan dan pasien mengatakan nyeri semakin terasa

jika bergerak karena tingkat keparahan tulang yang patah.

e) Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgesic .

Respon partisipan 1 : Pada hari ke 1 peneliti melakukan tindakan dengan

mmberikan injeksi ketorolac 30mg/8jam, dan setelah mendapatkan obat

pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri turun skala 4. Pada hari ke

2 peneliti tetap memberikan inejksi ketorolac 30mg/8jam, dan setelah

mendapat obat pasien mengatakan nyeri kembali berkurang dibandingkan

sebelum mendapat injeksi lagi. Pada hari ke 3 pasien mendapat obat

analgesic.

Respon partisipan 2 :
75

Pada hari ke 1 pasien mengatakan nyeri berkurang setelah mendapat

injeksi ketorolac 30mg/8jam, skala nyeri turun skala 5. Pada hari ke 2

pasien tetap mendapat injeksi ketorolac 30mg/8jam dan pasien

mengatakan nyeri kembali berkurang. Pada hari ke 3 Nyeri bervariasi dari

nyeri ringan , sedang dan berat dan perlu penanganan untuk memudahkan

istirahat adekuat dan penyembuhan ( Wong , 2009)

Intervensi yang diberikan untuk menurunkan intensitas nyeri secara

optimal pada partisipan 1 dan partisipan 2 memberikan hasil berkurangnya

intensitas nyeri yang dirasakan. Namun pada hari ke 3 pasien

mengehentikan pemberian obat melalui injeksi karena pada hari ke 3

pasien sudah tidak lagi terpasang infus dan pasien persiapan pulang.

4.2.4 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan

pada waktu terakhir setelah melaksanakan tindakan keperawatan selama dalam

waktu yang telah ditentukan dalam perencanaan keperawatan. Hasil studi kasus

didapatkan hasil evaluasi pada Klien 1 setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam klien 1 atas nama sdr.B Nyeri teratasi, hal ini dapat dibuktikan dari

kriteria hasil yang sudah tercapai yaitu sdr.B. mengatakan nyeri yang dirasakan

sangat berkurang , dari pemeriksaan objektif pasien sudah terlihat lebih rileks,

nadi 82x/menit, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nafas 20x/ menit dan

menunjukkan wajah lebih fresh, pasien diperbolehkan pulang.


76

Evaluasi pada Klien 2 setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam

klien 2 atas nama tn.S. mengatakan nyeri yang dirasakan sudah sedikit berkurang.

Dari pemeriksaan objektif klien nadi 80x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg,

frekuensi nafas 20x/ menit.

Terdapat perbedaan respon dari kedua klien. kedua klien diberikan asuhan

keperawatan dengan managemen nyeri teknik distraksi relaksasi hasilnya klien 1

mampu mengatasi nyeri yang dirasakan dengan teknik distraksi mobilisasi dini.

sedangkan klien 2 mampu mengatasi nyeri yang dirasakan dengan teknik relaksasi

nafas dalam. namun terdapat persamaan dari kedua klien yaitu klien sama-sama

mampu mengatasi nyeri yang dirasakan, dan mengatakan nyeri berkurang dengan

teknik distraksi relaksasi, dan dioptimalkan dengan managemen nyeri secara

farmakologis dengan pemberian analgesic sesuai indikasi.

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam asuhan keperawatan.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami nyeri post-operasi fraktur di RSU Anwar medika selama 3 hari

bahwa :

5.1.1 Peneliti melakukan pengkajian secara subjektif dan obyektif yaitu skala

nyeri klien 1 mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri 5 dan klien 2

mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri 6.

5.1.2 Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan batasan karakteristik yaitu

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

5.1.3 Intervensi yang dilakukan meliputi : Observasi riwayat nyeri, observasi

tanda-tanda vital, ajarkan teknik distraksi relaksasi, kolaborasi dengan

tim medis pemberian analgesic sesuai indikasi dan resep yang didapat.

5.1.4 Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan

yaitu dengan mengobservasi riwayat nyeri, mengobservasi tanda-tanda

vital, mengajarkan teknik distraksi relaksasi, mengkolaborasikan

dengan tim medis pemberian analgesic sesuai indikasi dan resep yang

didapat. Sedangkan partisipan 2 tidak mau melakukan apa yang sudah

di anjurkan.

5.1.5 Evaluasi yang didapatkan setelah diberikan tindakan asuhan

keperawatan pada klien 1 mengatakan nyeri berkurang dan memenuhi

77
kriteria hasil yang ingin dicapai. Sedangkan klien 2 mengatakan masih

merasakan nyeri sedikit berkurang, masalah teratasi sebagian.

5.2 Saran

Berdasarakan hasil penelitian, penulis dapat memberikan saran :

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit )

Dapat di jadikan sebagai masukan untuk memberikan asuhan keperawatan

yang tepat untuk pasien post op fraktur dengan masalah nyeri.

2. Bagi pasien

Diharapkan klien mampu mengontrol dan mengatasi nyeri yang dirasakan

pada post-operasi fraktur dan mau bekerja sama dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yang direncanakan agar tujuan tercapai.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian serupa dengan melakukan pemeriksaan fisik

dan pengukuran TTV ketika menggunakan skala pengukuran tingkat nyeri

seperti numeric rating scale ( NRS ) atau skala ukur lain yang serupa

untuk mendapatkan hasil observasi yang relevan .

78
79

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. (2013). konsep & proses keprawatan nyari. jog jakarta: Ar-Ru zz.
apppley. (2013). penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi post fraktur coles 1/3
distal . jakarta : salemba.
Aziz, H. a. (2006). pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi konsep dan
proses keprewatan . jakarta: salemba medika.
carpenito, m. . (2012). Diagnosa keperawatan: aplikasi pada pratek klinis .
jakarta: EGC.
kusuma, H. (2016). aplikasi asuhan keperawatan berdasrkan diagnosa medis dan
NANDA NIC NOC. jogjakarta: mediaction publishing.
muttaqin, a. (2011). gangguan gastrointestinal : aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah. jakarta: salemba medika.
nurarif, H. a. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa medis
& NADA NIC NOC (revisi jilid satu). jogjakarta : Mediaction publishing.
nursalam. (2008). konsep dan penerapan metodologi penelitian keperwatan .
jakarta: salemba medika.
potter, P. &. (2006). buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik . jakarta : EGC.
Prasetyo. (2010). Konsep dan proses keperwatan nyeri . jogjakarta: graha ilmu.
price, w. &. (2005). konsep klinis proses proses penyakit. jakarta: EGC.
Reksoprodjo. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binapura.
sjamsuhidayat. (2011). Buku ajar ilmu bedah edisi ke 3 . jakarta: penerbit buku
kedokteran: EGC.
Smeltzer, S. C. (2013). Buku Ajar medikal bedah Bronner suddart. jakarta : EGC.
Wahit, M. I. (2015). Standart Asuhan Keperawatan dan Prosedur tetap dalam
praktik keperawatan kosep dan aplikasi klinik. Jakarta : Salemba Medika.
Wijaya, P. &. (2013). Keperwatan Medical Bedah, edisi 2. jogjakarta : nuha
medika.
yudiyanta. (2015). asesmen nyeri . CDK-226,42(3): 214-234.
Zairin N, H. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskeletal. jakarta : salemba
medika.
80

Lampiran 1
81

Lampiran 2
82

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa program studi DIII

Keperawatan Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Nama : Ulfa Kumala Dewi

Nim : 201504034

Dengan ini saya selaku mahasiswa yang sedang dalam menyelesaikan tugas akhir berupa
penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH
NYERI AKUT PADA PASIEN FRAKTUR DI RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO”

Maka dari itu saya memohon kepada bapak/ibu, saudara/I untuk menjadikan

responden dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kemudian saya selaku penulis

mohon saudara untuk bersedia saya observasi, dan untuk identitas beserta data

pribadi anda akan dijamin kerahasiaannya.

Demikian permohonan saya, atas kesediaan dan kerjasamanya, saya

sampaikan terimakasih.

Mojokerto, juni 2018


Hormat saya

ULFA KUMALA DEWI


83

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (inisial) :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penulis tugas akhir

karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh mahasiswa Stikes Bina Sehat PPNI

Kabupaten Mojokerto, maka saya

(Bersedia/tidak bersedia*)

Untuk berperan serta menjadi responden

NB:*)Coret yang tidak dipilih

Mojokerto, 2018
Yang bersangkutan
84
85
86

Lampiran 5

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Biodata

A. Identitas Klien
1. Nama : ..............................................................................
2. Tempat tgl lahir/usia : ..............................................................................
3. Jenis kelamin : ..............................................................................
4. Agama : ..............................................................................
5. Pendidikan : ..............................................................................
6. Alamat : ..............................................................................
7. Tgl masuk : ..(jam ............)
8. Diagnosa medik : ..............................................................................
B. Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : ..............................................................................
2. U s i a : ..............................................................................
3. Pekerjaan : ..............................................................................
4. Alamat : ..............................................................................
II. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan Utama :
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
B. Riwayat Penyakit Sekarang
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................

C. Riwayat Penyakit Dahulu


...........................................................................................................................
87

...........................................................................................................................
D. Riwayat Penyakit Keluarga
...........................................................................................................................
E. Riwayat Psikososial
1. Perasaan klien cemas sedih
2. Hubungan dengan orang lain baik kurang baik
F. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Aktivitas
a. Aktivitas malaise keletihan
kelemahan berkeringat
normal
b. Kardiovaskuler takikardi normal
c. Pernapasan dalam normal
2. Pola Istirahat
a. Gangguan tidur ya tidak
b. Kesulitan tidur ya tidak
c. Tidur di siang hari ya tidak
III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik Lemah Buruk


2. Kesadaran : Composmentis/apatis/somnolen/delirium
3. Tanda – tanda vital :
a. Denyut nadi : ..................................... x / menit
b. Suhu : ..................................... o C
c. Pernapasan : ..................................... x/ menit
Kedalaman : dalam dangkal

4. Integumen
Nyeri tekan : ada tidak ada

Teraba panas : ya tidak

Kemerahan : ya tidak
88

Diaforesis : ya tidak

5. Hidung & Sinus


Inspeksi

a. Pernafasan cuping hidung : Ada tidak ada


b. Epistaksis : Ada tidak ada
6. Mulut
Inspeksi

a. Lidah : Kotor tidak


7. Abdomen
Inspeksi

a. Membuncit : ya tidak
Palpasi

a. Hepatomegali : ya tidak
b. Splenomegali : ya tidak
c. Nyeri tekan : ya tidak
Auskultasi

Peristaltik : normal meningkat

Perkusi : Tympani Hipertympani Redup

8. Ekstremitas
Akral :

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Jumlah darah lengkap

1) Leukosit : .......................................... /mm3

b. SGPT dan SGOT


89

1) SGPT : .......................................... u/L

2) SGOT : .......................................... u/L

c. Pemeriksaan widal

1) Titer O : ..........................................

2) Titer H : ..........................................

3) Paratypi A : ..........................................

4) Paratypi B : .........................................

d. IgM Salmonella : .........................................

B. Analisa Data (Diagnosa Keperawatan)

No Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


90

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
91
D. Implementasi Keperawatan

No Waktu Waktu Catatan Perkembangan


Tindakan TT TT
Dx (Tgl & jam) (Tgl & jam) (SOAP)

92
93

E. EVALUASI
Nama Klien :………………………… No.Rekam Medik:……………
Diagnosa Tgl/Jam Catatan Perkembangan Paraf
keperawatan
94

Lampiran 6
95
96
97
98
99

Anda mungkin juga menyukai