Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA MATA

Disusun Oleh

DIANA CICI ARIYANI

2011040131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERO

2020/2021
A. DEFINISI
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa) baik
oleh zat kimia ataupun oleh benda keras dan tajam.Trauma mata merupakan penyebab
umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda; kelompok usia ini mengalami
sebagian besar cedera mata yang parah. Dewasa muda-terutama pria-merupakan
kelompok yang paling mungkin mengalami trauma tembus mata. Kecelakaan
dirumah, kekerasn, ledakan aki, cedera yang berhubungan dengan olahraga, dan
kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-keadaan yang paling sering menyebabkan
trauma mata. Selain itu, semakin banyak trauma mata yang terjadi akibat kecelakaan
oleh tali bungee atau senapan angin paintball. Pemakaian sabuk pengaman mobil
mengurangi insidens cidera akibat kaca yang berasal dari pecahan kaca mobil bagian
depan. Masih belum jelas apakah kantong udara (air bag) meningkatkan atau
menurunkan insidens cedera pada mata. Trauma mata yang berat dapat menyebabkan
cedera multiple pada palpebrae, bola mata, dan jaringan lunak orbita.

B. ETIOLOGI
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya
trauma.Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya
benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun
dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari
tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan
tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.
Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan
penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata, terlepasnya
selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan sehingga menimbulkan
kebutaan menetap.
Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada
trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan dan
penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat fatal karena
dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahan-lahan.
Trauma Mekanik
1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan menyebabkan
kromatolisis sel.
2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa sehingga
aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah
maka terjadi edema.
3.  Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera
dan sebagainya.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Trauma Tembus
 Tajam penglihatan yang menurun
 Tekanan bola mata yang rendah
 Bilik mata yang dangkal
 Bentuk dan letak pupil berubah
 Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
 Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca
atau retina
 Konjungtiva kemotis
2. Trauma Tumpul
 Rasa sakit
 Mata merah
 Mual dan muntah karena kenaikan tekanan intra okuler
 Penglihatan yang kabur
 Penurunan visus
 Infeksi konjungtiva
 Pada anak-anak sering terjadi somnolen
D. PATOFISIOLOGI

Trauma yang terjadi bisa mengenai :

1. Palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis dapat


menyebabkan suatu ptosis yang permanen.

2. Saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga
hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.

3. Konjungtiva

Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.

4.   Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata
dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar dapat disertai prolap
jaringan bola mata, bola mata menjadi injury.

5.    Kornea

Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena fungsi kornea
sebagai media refleksi. Bisa juga tembus kornea menyebabkan iris prolaps, korpus
vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.

6.   Uvea

Bila ada luka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya cahaya yang masuk
sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.

7. Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga menurunkan
daya refleksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya akomodasi tidak
adekuat.
8. Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga badan
kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan benda melayang dalam badan kaca bisa juga
teri oblaina retin

E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Trauma Tumpul
 Laboratorium (tes fungsi hati, protohombin, trombosit dan waktu
perdarahan)
 Pemeriksaan visus
 Pemeriksaan lampu celah
 Pemeriksaan goneoskopi (untuk mencari pembuluh darah yang rusak dan
resesif sudut)
2. Trauma Tembus
 Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radilogi pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakan diagnosa, terutama apa bila ada benda asing. Pemeriksaan
ultrasonografi untuk menentukan letaknya, dengan pemeriksaan ini dapat
diketahui benda tersebut pada bilik mata depan, lensa retina.
 Pemeriksaan (Computed Tomogaphy) / (CT)
Suatu tomogram dengan menggunakan komputer dan dapat dibuat scaning
dari organ tersebut.

G. PENATALAKSANAAN
1. Trauma Tumpul
Posisi berbarang 30-45o akan menyebabkan darah berkumpul dibawah dan akan
menurunkan tekanan darah sistemik sehingga mengurangi hivema ulangan,
pemberian tetes mata :
 Xicloplegi (obat parasimpatolitik)
 Medriatikum
 Miotik lebih baik dihindari karena menyebabkan inflamasi
 Tetes mata steroid untuk mengurangi rasa tidak enak akibat evitis dan
untuk mencegah terjadinya hivema ulangan
 Pencucian bilik mata depan dianjurkan jika TIO naik lebih dari 24 jam
 Tindakan operatif (untuk mencegah kenaikan TIO)
2. Trauma Tembus
Bila terlihat salah satu tanda diatas atau dicurigai adalah perforasi bola mata,
maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera
dikirim kepada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Sebaiknya dipastikan
apakan ada benda asing yang masuk kedalam mata dengan membuat foto pada
pasien dengan luka tembus bola mata. Selamanya diberikan antibiotik sistemik
atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan titik. Pasien
juga diberikan antitatnus profilaksis, dan kalau perlu diberikan penenang.
H. FOKUS PENGKAJIAN

Pemeriksaan Khusus Pada Mata

1.    Visus : menurun atau tidak ada.

2.    Gerakan bola mata : terjadi pembatasan atau hilang sebagian pergerakan bola
mata.

3.    Konjungtiva bulbi : adanya hiperemi atau adanya nekrosis.

4.    Kornea : adanya erosi, keratitis, sampai dengan nekrosis pada kornea.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d prolaps jaringan bola mata
2. Gangguan persepso sensori melihat b.d penurunan visus
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan dan informasi tahap prosedur pembedahan

J. PERENCANAAN TINDAKAN
1. Nyeri b.d prolaps jaringan bola mata
Tujuan : Tercapai penurunan rasa nyeri
Kriteria hasil :
 Klien dapat mengekspresikan nyeri berkurang/ hilang.
 Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
 Klien dapat mendemonstrasikan tehnik relaksasi
 Skala nyeri menurun menjadi 3
Rencana tindakan :
 Kaji derajat nyeri selama 3 jam, dan catat hasilnya.
 Berikan klien posisi nyaman, dengan posisi semi fowler.
 Lakukan kompres dingin pada sekitar mata.
 Kolaborasi dengan dokter pemberian TRUNAL-DX RETARD.

2. Gangguan persepso sensori melihat b.d penurunan visus


Tujuan : Masalah gangguan persepsi sensori teratasi
Kriteria hasil :
 Penglihatan klien tidak kabur.
 Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat
 Mengurangi bahaya dalam lingkungan.
 Tajam penglihatan 5/5 atau 6/6
Rencana tindakan :
 Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah salah satu mata masih dapat
melihat.
 Anjurkan pasien untuk bedrest.
  Bantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
 Kurangi penggunaan lampu yang terang.

3. Ansietas b.d kurang pengetahuan dan informasi tahap prosedur


pembedahan
Tujuan : Masalah ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Klien mengatakan sudah mengerti tengtang prosedur pembedahan.
 Klien aktif dalam melakukan tindakan yang diberikan perawat.
  Klien dapat menerangkan kembali tentang penanganan yang akan
dilakukan
 Klien nampak lebih tenang dan tidak gelisah

Rencana tindakan :
 Pantau respon fisik seperti takikardi dan gelisah.
 Terangkan kepada pasien tentang prosedur pembedahan.
 Berikan lingkungan tenang.
 Beritahu kepada keluarga untuk mendukung dan bedo’a untuk
kesembuhan klien.
 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat penenang.
Daftar Pustaka

Aldy F. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mara Di Kabupaten Tapanuli Selatan


(Tesisi). Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 5. Jakarata : Badan Penerbit
FKUI. 2015
Pradana PAS, Yuliawati P, Djalantik AAAS. Kriteria Pasien Trauma Okulin Di
RSUP Sanglah Denpasar Bulan Juli 2011 – Februari 2015. Med, 2017
Salao D. Gambaran Paien Trauma Mata di IGD RSUP RD Mdjamil Padang. 2014.
(Skripsi) Padang : Universitas Andalas 2016

Anda mungkin juga menyukai