Anda di halaman 1dari 25

Critical Book Review

“PENELITIAN TINDAKAN KELAS”


DOSEN PENGAMPU : Drs. JAMALUM PURBA, M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

NO. NAMA MAHASISWA NIM


1. PERNANDO SITEPU 4173331039
2. SENARI CHRINSITIN BR. GINTING 4183331001

3. SRI DEWI SAPUTRI 4181131016


4. TINI WILANDARI SIREGAR 4183131041
5. TRISNA YULINA 4183131039
6. YOPITA SARI SIHOMBING 4183331039

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA D 2018


MATA KULIAH : PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report untuk pemenuhan
tugas dalam mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Dengan tersusunnya tugas ini penulis
berharap dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar tidak hanya untuk penulis tetapi
juga para pembacanya. Selain itu penulis juga berharap memperoleh nilai yang baik untuk
tugas ini.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampuh yang sudah memberikan bimbingannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini.Mengingat bahwa manusia memiliki
kelebihan maupun kekurangan dalam mengerjakan sesuatu hal, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca semua agar bisa lebih baik lagi dalam hal penulisan karya
selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan
bagi pembaca.

Medan, 24 Maret 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................i


Daftar Isi ................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
D. Identitas Jurnal ...........................................................................................................2
Bab II Ringkasan Isi Buku
A. Ringkasan Isi Buku Utama ........................................................................................3
B. Ringkasan Isi Buku Pembanding ...............................................................................10
Bab III Pembahasan
A. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama ..................................................................19
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding .........................................................19
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ................................................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................................21
Daftar Pustaka ........................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru pasti berhadapan dengan berbagai
persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode
pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat rofessional
judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga
harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi
belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Menurut
Permenegpan & RB Nomor 16 tahun 2009, tentang Jabatan funsional Guru dan
Angka Kreditnya, guru wajib dinilai kinerjanya dan melaksanakan kegiatan
Pengembangan Kepfofesian Berkelanjutan (PKB). Salah satu kegiatan PKB yang
dapat dilakukan oleh guru adalah melaksanakan penelitian.
Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus mempunyai kemampuan meneliti,
khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun kenyataannya banyak guru yang
belum mampu melakukan penelitian, penelitian masih merupakan kegiatan yang
dirasakan sangat sulit bagi guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, dan mendorong
agar guru mampu melakukan penelitian khususnya penelitian tindakan kelas, guru
perlu memahami dan mengerti konsep PTK dan pentingnya PTK bagi peningkatan
mutu pembelajaran di kelas. Dengan membaca Artikel Penelitian Tindakan Kelas ini
diharapkan guru mampu mamahami dan mengerti manfaat PTK yang akhirnya mau
melakukan PTK di kelasnya
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibuat dalam makalah ini, yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas?
2. Apa saja ciri-ciri penelitian tindakan kelas?
3. Apa saja manfaat penelitian tindakan kelas?
4. Apa saja karakteristik penelitian tindakan kelas?
5. Apa saja jenis penelitian tindakan kelas?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui pengertian dari penelitian kelas.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri penelitian tindakan kelas.
3. Untuk mengetahui manfaat penelitian tindakan kelas.

1
4. Untuk mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelas.
5. Untuk mengetahui jenis penelitian tindakan kelas.
D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul Buku : Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik
2. Penulis : Dr. Mu’alimin, M.Pd.I dan Rahmat Arofah Hari Cahyadi,
S.Pd., M.Pd.I
3. ISBN : 978-602-1638-43-9
4. Tahun Terbit : 2014
5. Penerbit : Ganding Pustaka
Buku Pembanding
1. Judul Buku : Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah Penjaskes SD
2. Penulis : Prof. Dr. H.M.E. Winarno, M.Pd, Drs. Mu’arifin, M.Pd , dan
Drs. Setyo Budiwanto, M.Kes
3. ISBN :-
4. Tahun Terbit : 2012

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Ringkasan Isi Buku Utama
1. Pengertian PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan Classroom Action Research.
Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2) “action research is a form of self-
reflective enquiry undertaken by participant (teacher, student or principals, for
exemple) in social (including educational) situations in order to improve the
rationality and justice of (1) their own social or educationa practice, (2) their
understanding of these practices, and (3) the situations (and institutional) in which
the practice are carried out.
Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan
dengan penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan
melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah.
3. Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik pendidikan.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan


belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama.

2. Manfaat PTK
Penelitian tindakan kelas merupakan kebutuhan bagi seorang guru, dimana
PTK berguna untuk meningkatkan profesionalitas seorang guru. Manfaat PTK
bagi guru sebagaimana berikut:
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap
dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap
apa yang dia dan muridnya lakukan. Daya reflektif dan kritis akan membawa
perubahan baik pada guru itu sendiri maupun pada muridnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru
tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang

3
dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi,
namun juga sebagai peneniliti dibidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam, terhadap
apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru
semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang
dikelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak
perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang
terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk
melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai
teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk


memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional;
mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan
efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada
komunitas guru.

3. Ciri-Ciri PTK
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khas yang berbeda dengan penelitian
pada umumnya. Adapun ciri khas penelitian tindakan kelas adalah :
1. Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2. Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3. Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan
pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
4. Prinsip dalam PTK
Penyusunan PTK harus mengacu pada prinsip-prinsip PTK. Hopkins
mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu:

4
1. Metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen
sebagai pengajar;
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran;
3. Metodologi yang digunakan harus reliable;
4. Masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan, dan
didasarkan pada tanggung jawab professional;
5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan
memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan
dengan pekerjaannya;
6. PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu
melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Menurut Suharsimi (2008:6-12) prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas


sebagai berikut :

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin PTK dilakukan oleh peneliti tanpa
mengubah situasi rutin dengan harapan bahwa peneliti akan mendapatkan data
dalam situasi wajar sehingga hasil PTK dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan proses belajar mengajar.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja. Pada dasarnya manusia
bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi ada keinginan pada tiap diri
manusia untuk menginginkan sesuatu yang lebih baik. PTK dilakukan oleh
seorang guru bukan dalam konteks keterpaksaan atau permintaan dari pihak
lain akan tetapi atas kesadaran atau inisiatif guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang akan berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik.
3. SWOT (strength: kekuatan, weakness: kelamahan, opportunity: kesempatan,
threat :ancaman) sebagai dasar berpijak. Kekuatan dan kelemahan yang ada
pada diri peneliti dan subyek tindakan diidentifikasi secara cermat. Sementara
kesempatan dan ancaman dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dari pihak
yang ada diluar guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subyek yang
dikenai tindakan.
4. Upaya empiris dan sistematis. Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari
prinsip ketiga.

5
5. Prinsip SMART yaitu : spesifik : khusus tidak terlalu umum, managable :
dapat dikelola, dapat dilaksanakan, acceptable : dapat diterima lingkungan
atau achievable : dapat dicapai, realistic : operasional, tidak diluar jangkauan,
Time bond: diikat oleh waktu, terencana.
5. Karakteristik PTK
Menurut Richart Winter (1996) ada enam karekteristik PTK, yaitu:
1. Kritik Refleksi
Salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai
latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud
dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu
adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap
perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis
Dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan
kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh
yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b)
Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang
memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun
sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif
Dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain
seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya
itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber
4. Resiko
Dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko
yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya
tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui
keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan
mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya
diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan
pandangannya berubah.

6
5. Susunan Jamak Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional
berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan
tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat
dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan
dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua
komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya
yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya
harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan
pembelajaran, interaksi belajarmengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan
sebagainya.
6. Internalisasi Teori dan Praktik Menurut pandangan para ahli PTK bahwa
antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan
tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung,
dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi.
6. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini
peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar
penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani
perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat
di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah
apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam
proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan.
Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat,
selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya
proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan
pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik

7
atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam
belajarmengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam
rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
7. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin; PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian
tindakan sebagai suatu proses spiral yang meliputi perencanaa, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus terdiri
dari empat langkah, yaitu: a. Perencanaan (planning), b. aksi atau tindakan
(acting), c. Observasi (observing), d. refleksi (reflecting).
2. Model Kemmis dan Mc Taggart Model yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Taggart tampak masih begitu dekat dengan model Lewin.
Karena didalam satu siklus atau putara terdiri dari empat komponen seperti
yang hanya dilaksanakan oleh Lewin yaitu meliputi : 1) perencanaan, 2)
tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Namun setelah suatu siklus selesai
dilaksanakan, khususnya sesudah refleksi kemudian diikuti dengan adanya
perencanaan ulang atau revisi terhadap implementasi siklus sebelaumnya.
Berdasarkan perencanaan ulang tersebut dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri, demikian seterusnya sehingga PTK bisa dilakukan dengan
beberapa kali siklus. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan olej Kurt Lewin, hanya
perbedaanya pada tahap acting (tindakan) dengan observing (pengamatan)
dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal ini karena kedua tahap tersebut oleh
adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing
merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan (Rochiati, 2008: 66) PTK
model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkatperangkat
atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat tahap yaitu :
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap meruapakan
satu kesatuan dalam siklus.

8
3. Model John Elliot; Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model
yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-
McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci.
Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri
dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk
kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK
Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara
taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau
tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran
terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam
kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam
beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK
yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya.
4. Model Dave Ebbutt Menurut Dave model-model PTK yang ada seperti yang
diperkenalkan oleh Elliot, Kemmis dan Taggart dipandang sudah cukup
bagus. Akan tetapi didalam model-model tersebut masih ada beberapa hal
atau bagian yang belum tepat dan perlu adanya pembenahan. Pada dasarnya
Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan Kemmis dan Elliot
tetapi tidak sependapat mengenai beberapa interpretasi Elliot mengenai karya
Kemmis. Ebbutt mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk
menggambarkan proses refleksi-aksi (action-reflection). Berdasarkan
beberapa model PTK di atas yang paling sering dipakai dalam dunia
pendidikan adalah model PTK yang dikemukakan oleh John Elliot. PTK
model Elliot lebih mudah dipahami dalam pelaksanaanya dengan
menekankan pada model spiral yang diawali dengan perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan yang dilakukan oleh PTK
adalah terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi
dan refleksi. Keempat tahapan merupakan bagian yang tidak bisa dihilangkan
dalam PTK.

9
Debora South Menyebutkan langkah-langkah penelitiannya sebagai
penelitian tindakan dialektik (dialetic action research) yang terdiri dari empat
langkah yaitu identifikasi suatu daerah fokus masalah, pengumpulan data,
analisis dan interpretasi data, perencanaan tindakan. (Syaodih, 2013:146)
dalam penelitian tindakan Debora menekankan pada identifikasi masalah
sebelum melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
B. Ringkasan Isi Buku Pembanding
1. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom action Research merupakan
suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian
tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946.
Menurut Stephen Kemmis (1983), PTK atau action research adalah suatu bentuk
penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang
mereka lakukan sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut,
dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44).
Sedangkan tim pelatih proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik
pembelajaran tersebut dilakukan (M. Nur, 2001).
Sejalan dengan pengertian diatas, Prabowo (2001) mendefinisikan makna dari
penelitian tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu
kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok
tersebut.
Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat Kemmis dalam Kardi (2000) yang
menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya
memperbaiki praktik pendidikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik
mereka sendiri dan merefleksikannya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh
kegiatan tersebut. Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya
mengujicobakan ide dalam praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah

10
sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa, PTK merupakan penelitian
tindakan yang dilaksanakan di kelas. Penelitian tindakan adalah upaya penelitian
yang tidak hanya ditujukan untuk memperoleh pengetahuan, tetapi sekaligus
melakukan tindakan untuk perbaikan dn meningkatkan kualitas situasi yang ada
Menurut Ebbut (1985):
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan studi sistematis yang dilakukan
dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan
tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut.
PTK adalah bentuk penelitian praktis yang membumi yang dilaksanakan oleh
pendidik untuk menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya agar
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
2. Karakteristik PTK
 IMPROVEMENT: memperbaiki dengan tindakan nyata
 INVOLVEMENT-KOLABORATIF: melibatkan guru lain dalam
memperbaiki pembelajaran
 PARTISIPATORIS-KOOPERATIF (KOLEGIAL): dilakukan guru beserta
kolega guru lain yang sebidang
 IMPLEMENTATIF: berangkat dari masalah actual dalam pembelajaran dan
penerapan teori dalam praktik perbaikan langsung
 PROSEDUR ON THE SPOT: menangani masalah konkrit yang ada di kelas
pada saat ini (HERE & NOW) dengan prosedur/kerangka kerja yang teratur
berdasarkan hasil observasi nyata dan data yang otentik dari subyek PTK
 FLEXIBILITY & ADAPTABILITY: peka terhadap perubahan di kancah
penelitian
Beberapa karakterisitik PTK menurut Dasna (2009).
 Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian
tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian.
 Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu
tertentu (antara 2 -- 3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang
diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
 Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi
dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnya pun tidak untuk

11
digeneraliasikan meskipun mungkin dapat diterapkan oleh orang lain dan di
tempat lain yang konteksnya mirip.
 Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda,
yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.
 Bersifat emik, artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang
orang dalam yang tidak berjarak dengan hal yang diteliti; bukan menurut sudut
pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
 Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu
terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain
demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
 Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu
dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; tidak
menggarap masalah-masalah besar.
 Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan
PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan,
kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.
 Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel
secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang
sederhana, bukan yang rumit.
 Bermaksud mengubah kenyataan, keadaan, dan situasi pembelajaran menjadi
lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan
menguji hipotesis.
3. Perbedaan PTK dengan Penelitian Formal
Salah satu penyebab para guru jarang melakukan penelitian adalah kurangnya
kemampuan teknis dalam metodologi dan keterbatasan waktu. Metodologi
penelitian yang dikenal guru kebanyakan adalah penelitian formal, bukan PTK,
sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu khusus di luar jam-jam
kerjanya. Untuk mengetahui perbedaan karakterisik PTK dengan penelitian
formal, berikut ini disajikan paparan dalam bentuk tabel 1.1.
Tabel 1.1: Perbandingan Penelitian Formal dengan PTK
Aspek Penelitian Formal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

12
Pelaksana Dilakukan oleh orang luar Dilakukan oleh guru, guru
Penelitian berkolaborasi dengan guru lain
atau dosen

Masalah Dapat berasal dari peneliti Masalah yang terjadi di kelas (hasil
sendiri, dari luar kelas observasi dan refleksi guru)

Sampel Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak


penelitian (terwakili), dipilih dengan teknik menjadi persyaratan penting.
tertentu (misal acak) Subyek penelitian adalah kelas yang
mempunyai masalah

Validitas Mengutamakan validitas internal Lebih mengutamakan validitas internal


(kesahihan) dan eksternal

Analisis Menuntut penggunaan analisis Tidak menuntut penggunaan analisis


statistik yang rumit statistik yang rumit

Hipotesis Mempersyaratkan hipotesis yang Tidak selalu menggunakan hipotesis.


menunjukkan hubungan antara Hipotesis menggambarkan dampak
variabel bebas dan terikat tindakan yang akan dilakukan

Tujuan Mengembangkan teori atau Memperbaiki praktik pembelajaran


mencari temuan baru secara langsung

Hasil Hasil penelitian merupakan Hasil penelitian merupakan metode


penelitian produk ilmu atau penerapan ilmu praktis peningkatan mutu
pembelajaran

Prosedur Berlangsung linear (bergerak Berlangsung siklis dan fleksibel


maju). terhadap perubahan rancangan
Menggunakan rancangan dan
kontrol yang ketat

4. Langkah-langkah Melakukan Kegiatan PTK


1. Kegiatan dalam melaksanakan PTK meliputi hal-hal berikut.
2. Mengindentifikasi masalah
3. Menganalisis dan menetapkan masalah yang akan diteliti

13
4. Menetapkan tindakan yang akan dilakukan
5. Merumuskan hipotesis
6. Menyusun rencana pelaksanaan tindakan pembelajaran
7. Melaksanakan tindakan pembelajaran
8. Mengumpukan dan analisis data,
9. Melakukan refleksi.
Mengidentifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah adalah mengenal masalah, karena penelitian harus
berangkat dari masalah, yaitu wujud dari situasi dan kondisi yang menunjukkan
ada kesenjangan antara harapan/teori dengan kenyataan/praktik.
Masalah dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani olahraga dan Kesehatan
Penelitian dimulai dari munculnya minat peneliti terhadap suatu fenomena
yang sedang menjadi perhatian peneliti.Pada suatu saat selalu ada fenomena yang
belum sepenuhnya dimengerti atau mungkin terjadi perbedaan pendapat tentang
suatu fenomena tertentu.
Dalam situasi tertentu tidak dapat berjalan dengan semestinya sesuai rencana
dan prosedur yang telah ada. Masalah adalah suatu kesenjangan:
 antara harapan dengan capaian,
 antara yang seharusnya dengan kenyataan,
 antara yang diperlukan dengan yang tersedia

Identifikasi Masalah Penelitian Tindakan Kelas


Untuk dapat mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran pendidikan
jasmani perlu dikenali variabel-variabelnya yang pada kenyataanya variabel-
variabel tersebut saling berkaitan Veriabel tersebut antara lain:
1. Guru (kompetensi)
2. Siswa
3. Perangkat pembelajaran
4. Media pembelajaran
5. Alat, perlengkapan, dan fasilitas
6. Proses pembelajaran
Langkah-langkah mengidentifikasi masalah
Guru melakukan refleksi awal atas masalah-masalah pembelajaran yang ada di
kelasnya, yang dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan cara-

14
cara yang lain. Mengklasifikasi masalah ke dalam dua kategori, yaitu masalah
rendahnya kualitas proses pembelajaran dan rendahnya kualitas hasil belajar.
Menggali akar masalah yang menyebabkan masalah-masalah lain. Perlu juga
diketahui bahwa masalah di kelas merupakan kumpulan dari beberapa masalah.
Menganalisis hasil refleksi dan temuan dalam pembelajaran yang dianggap belum
optimal. Memilih dan menetapkan masalah yang paling penting untuk segera
dipecahkan.
Pengelompokan Masalah Pembelajaran yang Bersifat Penting
Dari berbagai masalah tersebut, hanya masalah-masalah pembelajaran yang
bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan.melalui penelitian tindakan
kelas. Masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
 masalah rendahnya keterampilan siswa
 masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran
 masalah interaksi dalam kelas.
 masalah evaluasi pembelajaran
 masalah alat dan perlengkapan yang digunakan dalam pembelajaran
Analisis Masalah
Setelah sejumlah masalah ditemukan, langkah berikutnya adalah menganalisis
masalah untuk memilih dan menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang
perlu dipilih adalah:
 yang sangat strategis
 mendesak untuk segera diatasi
 bisa dilaksanakan oleh guru
 sesuai dengan prioritas program sekolah

Merumuskan Masalah
Fenomena sebagai suatu kesenjangan yang terjadi dikelas tersebut kemudian
disusun menjadi rumusan masalah penelitian yang lebih jelas dan sistematis
dengan memanfaatkan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam literatur yaitu
teori. Rumusan masalah penelitian adalah sesuatu yang perlu dicari pemecahannya
dan jawaban melalui kegiatan penelitian
Setelah dilakukan identifikasi permasalahan, selanjutnya permasalahan
tersebut dirumuskan menjadi masalah penelitian yang lebih konkrit dan spesifik.
Rumusan masalah merupakan pernyataan gagasan peneliti yang terkandung dalam

15
ruang lingkup masalah penelitian dan menjadi pusat perhatian peneliti.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data (Budiwanto: 2009).
Cara Menulis Rumusan Masalah PTK
Rumusan masalah harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
 Aspek substansi atau isi:
nilai manfaat dari pemecahan masalah melalui tindakan yang dipilih, dan
keterterapannya pemecahan masalah yang dihadapi peneliti.
Aspek orisinalitas:
pemecahan masalah dengan model tindakan yang dilakukan adalah hal baru
penerapan model-model pembelajaran dalam konteks yang berbeda.
Aspek formulasi:
 perumusan masalah berupa kalimat-kalimat naratif sebaiknya
menggunakan kalimat pertanyaan perumusan masalah tidak bermakna
ganda memuat secara eksplisit dan spesifik tentang masalah yang akan
diteliti, dan memuat tindakan yang diharapkan dapat
 menyelesaikan masalah
 memuat subyek penelitian
 mencantumkan tempat penelitian
 memuat waktu yang berkaitan dengan peristiwa permasalahan
Aspek teknis:
 kelayakan masalah
 menunjukkan kemampuan peneliti dalam memecahkan masalah
 memilih masalah yang bermakna
 memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi
 memberikan kontribusi untuk memperoleh pengalaman
belajar untuk pengembangan keprofesionalannya
Contoh:
1. Apakah penerapan metode Inklusi dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran keterampilan renang bagi Siswa Kelas VI SDN
3 Punten Batu?
2. Apakah penggunaan bola modifikasi dapat meningkatkan frekuensi latihan
dan keaktifan Siswa Kelas III SDN Karangploso 2 Kabupaten Malang

16
dalam pembelajaran keterampilan lempar tangkap permainan bola kasti?
3. Apakah pembelajaran menggunakan pendekatan permainan lompat tali
dapat meningkatkan keterampilan lompat dan loncat siswa kelas IV SDN
Landungsari 1 Kota Malang?
Pemilihan Tindakan:
Tindakaan yang ditetapkan guru untuk mengatasi masalah yang ada di kelas
harus dijelaskan dengan alasan yang rasional. Misalkan alasan tersebut antara lain:
 Memberi peluang pada siswa melakukan aktivitas, sehingga siswa menjadi
aktif
 (learning by doing)
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran tertentu
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
Merumuskan Hipotesis Pengertian dan Fungsi Hipotesis
Merupakan dugaan sementara mengenai perubahan yang akan terjadi apabila
suatu tindakan tertentu dilakukan. Perumusan hipotesis didasarkan pada kajian
teoritik. Dugaan sementara tersebut harus diuji secara empirik, dengan
menggunakan data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan tindakan.
Dugaan tersebut secara teoritis adalah yang paling mungkin dan mempunyai
tingkat keberhasilan yang paling tinggi. Hipotesis berfungsi sebagai pengarah atau
pemandu dalam penelitian yang memungkinkan peneliti memperoleh jawaban
atau hasil tindakan yang dilakukan.
Contoh Rumusan Hipotesis PTK
 Jika penerapan metode Inklusi dilakukan, maka aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran keterampilan renang Siswa Kelas VI SDN 3 Punten Batu akan
meningkat.
 Jika pembelajaran dengan bola modifikasi dilakukan pada permainan bola
kasti, maka keterampilan lempar-tangkap bola & keaktifan siswa kelas III
SDN Karangploso 2 Kabupaten Malang akan meningkat.
 Jika pendekatan permainan lompat tali dilakukan, maka keterampilan dasar
lompat dan loncat siswa kelas IV SDN Landungsari 1 Kota Malang akan
meningkat.
Menyusun Rencana PelaksanaanTindakan Pembelajaran
1. Menyiapkan perangkat pembelajaran:

17
2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup
komponen penting dalam pembelajaran, yaitu tujuan, materi, strategi,
dan evaluasi, termasuk di dalamnya penyiapan alat, sarana dan prasarana,
media, dan instrumen penilaiannya.
3. Menetapkan rancangan dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
4. Memperkirakan siklus-siklus yang akan dilaksanakan sesuai keluasan
masalah.
5. Menetapkan jumlah tatap muka atau jumlah pertemuan pelaksanaan
pembelajaran
6. Menetapkan subyek penelitian, yaitu pelaksana tindakan, pengamat, dan siswa
7. Menetapkan lokasi penelitian tindakan kelas
8. Menetapkan petugas pembantu peneliti:
9. Pada umumnya guru mengalami kesulitan melaksanakan dua kegiatan
sekaligus sehingga memerlukan bantuan pengamat oleh teman sejawat.
10. Petugas pembantu dalam mengumpulkan data menggunakan tes atau
kuesioner.
11. Menetapkan waktu pelaksanaan PTK dengan membuat tahapan dan jadwal
kegiatan.
Melakukan Refleksi.
Berdasarkan data dan analisis data yang dilakukan guru atau tim peneliti
melakukan refleksi Peneliti mengkaji apakah target yang ditetapkan sebelum
pelaksanaan pembelajaran telah tercapai atau belum.
Bila telah tercapai 100% maka penelitian dapat berhenti sampai pada siklus
tersebut. Bila belum tercapai maka dilakukan perbaikan perencanaan pada siklus
kedua. Bila siklus kedua juga belum mencapai target yang ditetapkan maka
dilakukan siklus ketiga, keempat dan seterusnya.

18
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama


1. Buku Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik oleh Dr. Mu’alimin, M.Pd.I
DAN Rahmat Arofah Hari Cahyadi, S.Pd, M.Pd.I memiliki tebal buku sebanyak
89 halaman sehingga menjadikan buku kurang untuk dibawa – bawa.
2. Topic bahasan di buku Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik sangat
lengkap mulai dari pengertian PTK dan model yang digunakan dalam PTK dan
juga dikemukakan pendapat-pendapat para ahli.
3. Bahasa yang digunakan pada buku mudah dipahami.
4. Pada buku Penelitian Tindakan Kelas Teori tidak terdapat latihan soal-soal yang
dapat melatih kemampuan berpikir.
5. Pada buku Penelitian Tindakan Kelas Teori bahasa yang digunakan masih sering
berulang-ulang sehingga membuat pembaca menjadi jenuh dalam membaca.
B. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding
1. Topic bahasan di buku Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik sangat
lengkap mulai dari pengertian PTK dan model yang digunakan dalam PTK dan
juga dikemukakan pendapat-pendapat para ahli.
2. Bahasa yang diguanakan pada buku mudah dipahami.
3. Pada buku Penelitian Tindakan Kelas Teori terdapat latihan soal-soal yang dapat
melatih kemampuan berpikir.
4. Buku ini tidak dilengkapi dengan ISBN dan tidak mencantumkan penerbit
bukunya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan pengembangan dari penelitian tindakan.
Penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari
penyelesaian terhadap masalah sosial. Penelitian tindakan diawali dengan kajian
terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk
menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah
tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan
observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil
refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta
penyempurnaan tindakan selanjutnya.
2. Adapun ciri-ciri penelitian tindakan kelas, yakni:
1) Munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan selama ini terjadi masalah dan perlu diselesaikan.
2) Dilakukan melalui refleksi diri. Dimana guru melakukan refleksi terhadap
proses belajar mengajarnya sendiri.
3) Penelitian dilakukan di dalam kelas, sehingga penelitian fokus pada kegiatan
pembelajaran berupa prilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.
4) Memiliki tujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
3. Adapun manfaat penelitian tindakan kelas, yakni:
1) PTK sangat kondusif
2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru
3) Guru mampu memperbaiki proses belajar
4) PTK merupakan kegiatan penelitan yang terintegrasi dengan pelaksanaan
proses pembelajaran
5) Guru menjadi lebih kreatif karena dituntut melakukan berbagai inovasi.
4. Adapun karakteristik penelitian tindakan kelas, yakni:
Menurut Richart Winter (1996) ada enam karekteristik PTK, yaitu:
1) kritik reflektif
2) kritik dialektis
3) kolaboratif
4) resiko

20
5) susunan jamak
6) internalisasi teori dan praktek.
5. Adapun jenis-jenis penelitian tindakan kelas, yakni:
1) PTK Diag nostik
2) PTK Partisipan
3) PTK Eksperimental

B. Saran
Menurut kelompok kami berdasarkan penjelasan isi buku yang telah kami review,
buku ini dapat disarankan menjadi refrensi belajar, namun pembaca juga harus
mencari referensi dari buku lainnya agar kita dapat mengetahui lebih rinci terkait
materi. Isi pada buku tersebut juga harus dikembangkan lagi sehingga wawasan
pembaca lebih mendalam dan cakupannya luas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mu’alimin., dan Cahyadi, RS. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Ganding
Pustaka.
Winarno., Mu’arifin., dan Budiwanto, S. (2012). Penelitian Tindakan Kelas dan Karya
Ilmiah Penjaskes SD.

22

Anda mungkin juga menyukai