03 Krisnugroho
03 Krisnugroho
KONSOLIDASI DEMOKRASI
Kris Nugroho
Dosen FISIP Unair; lulusan Unair (S -1) dan UI (S-2)
Abstract
25
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
26
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
27
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
28
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
29
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
30
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
saat ini sedang berjalan, dihara p- rat konsekuensi yang akan terjadi
kan akan mengungkapkan posisi jika halangan-halangan demokrasi
sebenarnya Presiden Wahid dalam tidak bisa diatasi. Sistem yang
kasus Bulog ini. tengah dibangun akan ambruk s e-
cara politik kalau misalnya
Dalam setahun ini kita juga wilayah-wilayah yang bergolak
melihat, suhu politik meningkat memilih eksistensi politiknya
seiring makin buruknya komun i- sendiri. Tatanan politik juga tera n-
kasi politik antara politisi DPR cam hancur jika tensi pergolakan
dengan pemerintah. Buruknya politik kedaerahan tumpang tindh
komunikasi politik keduanya ini dengan kepentingan-kepentingan
tidak saja disebabkan oleh perb e- politik lokal dan nasional sehingga
daan kepentingan politik praktis tidak mampu diselesaikan secara
antara pemerintah dengan keku a- damai.
tan partai-partai, tapi juga dise-
babkan oleh tidak adanya konsen- Pemburukan situasi politik
sus politik minimal yang dib u- ini jelas akan memudarkan ren-
tuhkan sebagai modal menyusun tang kendali legitimasi Jakarta.
desain besar reformasi politik ke Pemerintah mulai kehilangan kon-
depan. Yang justru terjadi adalah trol kewenangan politiknya atas
gesekan-gesekan politik yang dire- masyarakat. Kewibawaan pemerin-
spon secara emosional oleh elite tah pun dipertanyakan mengingat
pemerintah dan non pemerintah. ketidakmampuannya mengen-
dalikan konflik-konflik horisontal
Sebagai contoh, dinamika yang saat ini di Aceh Maluku dan
politik sepanjang 2000 diwarnai Papua.
oleh benturan interpretasi h u-
kum/normatif atas beberapa lan g- Dengan demikian, masa
kah kebijakan Presiden Wahid (ka- transisi menuju demokrasi di In-
sus pencopotan Laksamana, Kalla donesia cenderung akan berjalan
dan Rusdihardjo) yang dinilai par- keras atas dasar pertimbangan
tai-partai di luar kubu Presiden konvergensi faktor struktural dan
Wahid sebagai tidak konstitu- kultural berikut : ketiadaan kew i-
sional. Artinya, kita melihat, d e- bawaan hukum, pijakan norma -
mokrasi normatif dan institusonal norma demokrasi masih lemah,
(UUD, partai politik dan parlemen) perbedaan tafsir elite atas arah r e-
yang berfungsi sebagai instrumen formasi politik, adanya elite-elite
pelembagaan konflik dalam ken- oportunis politik yang hanya seke-
yataannya, tidak mampu menjadi dar ingin berkuasa dan potensi tak
payung politik yang menaungi ke- terkendali aksi-aksi kekerasan
pentingan-kepentingan politik massa yang dengan mudah
bangsa yang lebih luas. menyulut terjadinya kerusuhan
sosial. Konvergensi demikian
Titik krusial dinamika politik dalam kenyataannya telah
saat ini adalah bagaimana elite- menghasilkan pusaran dinamika
elite politik menyadari betapa b e-
31
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
32
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
33
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.
34