Anda di halaman 1dari 10

Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

KONSOLIDASI DEMOKRASI

Kris Nugroho
Dosen FISIP Unair; lulusan Unair (S -1) dan UI (S-2)

Abstract

Political transition in Indonesia is a crucial phase that determines


political stability in the future. Indonesian political system will be
more democratic if it has two conditions: (a) the political instit u-
tions work as political instrument for political accomodation of
the people, and (b) political elite reduces their political conflicts,
develops a strong concensus for the future of political reform.

Keywords: Indonesia, elite, consolidation, political reform,


democratisation, consolidation

Kelangsungan masa depan suatu berapa negara Eropa Timur lebih


sistem politik yang tengah men- berhasil melalui masa-masa tran-
galami transisi menuju demokrasi sisi demokrasi dengan sukses yang
sangat bergantung sekali pada k e- ditandai dengan pelaksanaan
berhasilannya dalam melewati pemilu bebas yang diukuti banyak
proses transisi menuju demokrasi partai. Tapi untuk kasus Uni S o-
politik secara stabil, dama i atau viet, agaknya berjalan lain, yaitu
non kekerasan. Adanya transisi transisi demokrasi yang dipelopori
politik secara damai akan memberi dengan munculnya ide-ide radikal
penekanan bahwa lembaga - tentang keterbukaan dan restru k-
lembaga politik yang ada beserta turisasi politik dari presiden M i-
elitenya baik pada lapisan elite chael Gorbachev menghasilkan
mau pun pada lapisan masyarakat Uni Soviet yang terpecah-pecah ke
berada pada ketahanan yang dalam ikatan-ikatan negara-
tinggi dalam menghadapi perub a- negara etnik.
han-perubahan politik yang ber-
langsung beserta konsekuensi- Di Indonesia, proses transisi
konsekuensinya. demokrasi yang diawali dari k e-
jatuhan regim orde baru Soeharto
Beberapa sistem politik ber- tahun 1998 berlangsung degnan
hasil dalam proses transisi d e- penuh gejolak konflik elite, konflik
mokrasi, tapi ada pula beberapa di etnik, agama dan munculnya
antaranya yang melaluinya (tra n- gerakan pemisahan (separatisme).
sisi demokrasi) dengan penuh ge- Melihat situasi dan perkembangan
jolak bahkan berada dalam anca- terakhir dalam politik nasional,
man keruntuhan nasional. B e- ada kecenderung bahwa transisi

25
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

menuju demokrasi secara damai Wahid sebagai presiden. Dampak


atau non kekerasan masih jauh pemanasan suhu politik elite n a-
dari kenyataan. Sebaliknya, sional ini membuat hubungan
fenomena dan ancaman terjadinya antara massa NU -Muhammdyah
kekerasan politik tetap lah tinggi, berada dalam situasi saling curiga
terutama di wilayah-wilayah yang karena salah satu motor oposisi
sedang bergolak seperti Aceh, terhadap Presiden Wahid adalah
kepulaun Maluku dan Papua (Irian ketua MPR sekaligus ketua umum
Jaya). Konflik kedaerahan -- PAN dan tokoh poros tengah
primordial dalam perspektif, etnis Amien Rais.
dan agama-- menunjukkan pen-
ingkatannya. Konvergensi antara model
konflik horisontal ( primordial) dan
Dampak konflik antar elite vertikal (elite) tidak saja akan
politik, elite vs massa serta mu n- mempengaruhi relasi-relasi kekua-
culnya fenomena kekerasan saan di tingkat nasional mau pun
daerah demikian akan meren g- lokal tapi juga akan memupuskan
gangkan hubungan antar elemen - harapan bagi berkembangnya in-
elemen bangsa, menciptakan stitusionalisasi nilai-nilai dan ke-
ketegangan hubungan antara sepakatan-kesepakatan demokrasi
pusat dan daerah serta berpotensi yang dulunya pernah menjadi cita -
ke arah terjadinya disintegrasi cita bersama para elite di awal
bangsa. gerakan reformasi. Semua indik a-
tor ketidakstabilan politik domes-
Sementara itu, tak dipung- tik di atas memberi penekanan
kiri, suhu politik juga makin men- bahwa konsolidasi demokrasi
inggi di pusat kekuasaan (Jakarta) kalangan sipil di indonesia secara
berkait dengan respon kalangan politik sangat lemah yang salah
partai-partai politik di DPR yang satu sebabnya adalah kuatnya k e-
menilai bahwa kinerja pemerin- pentingan-kepentingan politik
tahan presiden Abdurrahman W a- mereka yang terfragmentasi
hid sangat buruk. Tekanan agar
Presiden Wahid mundur secara
suka rela digemakan kalangan Konsep Konsolidasi Demokrasi
oposisi dan mahasiswa. Sementara
upaya untuk mempertahankan Konsolidasi demokrasi dapat dia r-
posisi kepresidenan Wahid makin tikan sebagai (proses) penggabu n-
kecil, maka akhir pemerin- gan beberapa elemen demokrasi
tahannya tinggal menghitung hari. untuk bersama-sama secara padu
Upaya untuk melakukan SI MPR memfasilitasi demokratisasi
guna menurunkan Presiden Wahid politik. Unsur yang terlibat dalam
pun dilancarkan terutama oleh konsolidasi demokrasi adalah lem-
kalangan parpol seperti poros ten- baga atau institusi politik, baik
gah, PDI P dan Golkar yang pa da partai politik, elite, kelompok -
SU 1999 mendukung tampilnya kelompok kepentingan mau pun

26
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

masyarakat politik (O’Donnel dan atau pihak ketiga. Dengan


Schmitter, 1993: 24-6). Unsur demikian, liberalisasi dikaitkan
penting lainnya dalam konsolidasi dengan iklim pengembangan
demokrasi adalah adanya ke- kekebasan hak-hak untuk men-
sepakatan bersama menyangkut jalin atau mendapatkan akses
“nilai-nilai politik” yang bisa politik yang lebih luas dari
mendekatan dan mempertemukan masyarakat. Hal ini bisa berarti
berbagai elemen politik di atas liberalisasi politik dalam konteks
menjadi suatu kekuatan yang r e- timbulnya pluralisme politik.
latif padu selama transisi menuju
demokrasi. Dalam bahasa Giovanni Sa r-
tori (1997:62), pluralisme politik
Suatu regime politik sipil diidentikan dengan “diversification
presiden yang sedang mengalami of power” atau polyarchy yaitu
transisi demokrasi diperhadapkan kondisi di mana distribusi keku a-
dua pilihan. Pertama, menjalani saan politik terpencar di sejumlah
transisi demokrasi dengan tingkat kekuatan-kekuatan atau kelom-
konsolidasi elite yang padu (solid) pok-kelompok kepentingan dalam
ke arah satu tujuan tercapainya masyarakat. Atau dengan kata
demokratisasi politik. Kedua, men- lain, tidak ada lagi monopoli k e-
jalani transisi demokrasi yang ber- kuasaan politik di satu struktur
liku-liku dengan tingkat kepaduan kekuasaan tertentu (monolitik).
elite sangat rapuh, penuh konflik Yang terjadi adalah dinamika peta
dan gejolak politik massa. isu-isu politik dan kepentingan,
masyarakat “terbelah” ke dalam
Sedangkan makna transisi asosiasi-asosiasi kepentingan yang
demokrasi berarti fase peralihan saling berkonflik, berkonsensus
atau perubahan dari suatu fase dan bahkan bertoleransi untuk
tertentu ke fase yang lain yang tak mencapai keseimbangan baru.
sama dengan fase pertama.
Kongkritnya, transisi demokrasi Berikutnya adalah proses
diartikan sebagai fasse peralihan demokratisasi politik, yaitu men-
regim politik dari tipe otorier gacu pada proses-proses di mana
menuju regim politik pasca otoriter aturan-aturan dan prosedur-
(O’Donnel dan Schmitter 1997:6- prosedur kewarganegaraan dit-
7). erapkan pada lembaga -lembaga
politik secara stabil. Meminjam is-
Menurut O’Donnel dan tilah Huntington, demokratisasi
Schmitter (1997), masa transisi dikaitkan dengan institusionalisasi
umumnya ditandai dengan mu n- politik di mana tuntutan-tuntutan
culnya “liberalisasi”, yaitu proses serta dukungan-dukungan politik
pengefektifan hak-hak tertentu dari publik mendapat tempat s e-
yang melindungi individu dan cara prosedural dalam kerangka
kelompok-kelompok sosial dari suatu penyelesaian konflik.
tindakan sewenang-wenang atau
tidak sah yang dilakukan negara

27
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

Masa transisi sangatlah kr i- dalam hal ini, regim sipil Presiden


tis sebab tak ada jaminan bahwa Wahid bisa dikatakan mewakili r e-
proses transisi akan selalu gime transisi dari authoritarian r e-
menghasilkan regim demokratis. gime ke post authoritarian regime
Pergolakan-pergolakan internal yang lebih demokratis, dengan k e-
yang disebabkan faktor-faktor cenderungan-kecenderungan visi
ekonomi, budaya dan politik ber- dan misi politiknya yang masih
peluang menjadi ketidakpuasan perlu diperdebatkan.
massal yang mengancam kohesi
sosial masyarakat. Begitu pula, s i- Hal lain mengapa konslidasi
kap-sikap politik otoriter akan demokrasi perlu dilakukan adalah
kembali lagi berkuasa bilamana untuk membangun regime demok-
kohesi regim transisi lemah atau ratis yang kuat dan melembaga
tidak kredibel secara politik s e- setelah runtuhnya regiem otoriter.
hingga mendorong kekuatan - Setelah regime otoriter berakhir,
kekuatan pro regim lama yang situasi politik tidak menentu
otoriter bangkit kembali. (chaos), fragmentasi sipil, militer
frustrasi dan merasa terpojokan
Untuk kasus Indonesia, atas perannya mendukung regime
transisi demokrasi dimulai dengan masa lalu dan norma, aturan dan
tanda-tanda berikut: krisis eko- prosedur (rule of the game) baru
nomi domestik yang berdampak yang mewakili sistem demokrasi
pada krisis keuangan dan per- belum terbentuk. Itulah sebabnya
bankan serta munculnya p e- konflik-konflik menjadi terbuka
nolakan massa terhadap peran g- dan sulit dikendalikan mengingat
kat-perangkat politik regim seperti penguasa baru belum punya pija-
militer, Golkar sebagai partai pen- kan politik yang bisa absah diter-
guasa, birokrasi dan presiden. P e- ima semua kelompok politik guna
nolakan massa atas simbol-simbol melembagakan konflik-konflik
regim ini menggoyahkan kemapan - politik yang muncul.
an politik yang dibangun 3 dekade
melalui instrumen kekerasan mil i- Dengan demikian, tahapan
ter, ideologi dan pengeka ngan berikutnya yang dilakukan pen-
oposisi. guasa demokrratis baru setelah
pemerintahan otoriter runtuh
Dalam konteks perubahan adalah dibangunnya regime d e-
politik dan dikaitkan terjadinya mokratis yang meliputi nilai,
gelombang demokratisasi politik norma dan institusi demokrasi
yang melanda banyak sistem serta pengkonsolidasian regime
politik di era 1990-an, transisi demokratis baru (Huntington
demokrasi ditandai dengan mu n- 1995:45).
culnya regim-regim politik baru di
kawasan Asia, Amerika Latin dan Asumsi di balik perlunya
Afrika yang sedang bergerak konsolidasi demokrasi adalah l e-
menuju demokrasi. Termasuk mahnya kekuatan-kekuatan sipil
demokrasi, yang di awal keruntu-

28
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

han regime otoriter tercerai-berai memperoleh respon-respon


akibat pandangan politik yang masyarakat terhadap terhadap
beragam, mereka berangkat dari perintah-perintahnya, yaitu b a-
kepentingan dan motivasi serta sis legitimasi dan dukungan;
ideologi politik yang juga berbeda.
Di samping itu, visi elite menyan g- 2. hubungan antara negara dan
kut prioritas kebijakan-kebijakan ekonomi;
politik apa yang harus diambil di 3. distribusi kekuasaan dan
era transisi belum terbentuk atau otoritas di antara dan di dalam
kalau pun ada masih cenderung institusi-institusi politik dan
terpolarisasi. Mengutip pendapat kenagaraan yang utama (kepala
Chalmers Johnson, dalam era p e- negara, militer, kehakiman,
rubahan politik, khususnya kelompok-kelompok kepentin-
revolusi dan reformasi politik b e- gan, partai-partai politik, birok-
sar, ketidakseimbangan selalu rat pusat, daerah dan lokal);
muncul yakni suatu situasi di
mana nilai-nilai, persepsi-persepsi 4. hubungan antara sistem eko-
atau kepercayaan-kepercayaan nomi dan sistem politik negara
para elite politik, masyarakat, in- dengan dunia luar.
stitusi-institusi politik dan sistem
ekonomi tidak tersinkronisasi dan
tidak saling memperkuat. Dengan Kasus Indonesia: Ketidakpastian
situasi tersebut, konflik-konflik
politik acapkali berlangsung ter- Mengamati proses transisi menuju
buka. demokrasi untuk kasus Indonesia
akan nampak bahwa fase transisi
Prioritas politik menyangkut demokrasi akan ditempuh relatif
arah transisi demokrasi menjadi panjang dan bergejolak. Diwarnai
faktor penting yang harus konflik elite politik, konflik pr i-
disepakati oleh para elite politik. mordial dan ancaman-ancaman
Dalam permasalahan ini (transisi pemisahan diri dari beberapa pr o-
demokrasi), kata reformasi politik pinsi (Aceh dan Papua/Irian Jaya),
menjadi substansial karena tujuan transisi demokrasi di Indonesia
selama fase transisi adalah berlangsung dalam konteks ren-
menghadirkan regim politik baru dahnya kohesi sosial.
dengan prioritas kebijakan -
kebijakan reformasi politik besar. Hal ini nampak sejak awal
Kebijakan-kebijakan reformasi tampilnya partai-partai politik
politik besar ini meliputi empat baru yang kini memperoleh kursi
aspek (Michael dan Dickson di DPR masih jauh dari adanya
1998:4-5). kepaduan misi politik guna
menyukseskan demokratisasi
1. Hubungan antara negara dan politik. Bahkan pembagian “his-
masyarakat, khususnya basis toris politis” antara kelompok
yang dipakai negara untuk status quo --yang diidentikan pen-

29
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

dukung orde baru -- dengan oleh MPR atas pasal-pasal UUD


kelompok pro reformasi kian jelas. 1945, terutama pasal-pasal yang
Kini garis kepentingan politik b u- memberi bobot kekuasaan yang
kan ditentukan oleh masa lalu besar kepada lembaga kepreside-
yang anti status quo, tapi oleh s e- nan. Desakralisasi lembaga kepr e-
jauhmana terjalin titik temu yang sidenan ini akan menjadi babakan
sama di antara kekuatan - baru dalam hubungan DPR- presi-
kekuatan politik untuk melanca r- den (pemerintah) di mana yang
kan tindakan politik bersama ke pertama diharapkan akan mampu
arah suatu kepentingan politik ter- memainkan peran kontrol politi-
tentu. Misalnya, politisasi kasus knya atas pemerintah secara pr o-
pencopotan Laksamana Sukardi porsional.
dan Jusuf Kalla, dan Buloggate
guna mengejar Presiden Wahid Titik didih untuk mema suki
sampai pada tingkat bersalah s e- babakan politik yang secara kual i-
hingga layak di-SI-kan. tatif penuh kekerasan sebetulnya
telah dimulai tatkala terjadi per-
Dalam satu segi pemerin- ang pernyataan antar elite politik
tahan sipil Presiden Wahid cukup berkenaan dengan karakteristik
berhasil dalam memperlebar sayap pemerintahan Presiden Wahid.
“masyarakat warga”, yang ditandai
dengan makin bebasnya wacana Banyak kalangan politisi
demokrasi, kebebasan, ind e- yang dulu mendukung Presiden
pendensi politik dan mendidik Wahid, sekarang berbalik menyer-
masyarakat untuk mampu mem- angnya. Aliansi strategis partai-
bedakan antara wilayah kewena n- partai pendukung Presiden Wahid
gan pemerintah/negara dan satu per satu menyatakan kek e-
wilayah di mana masyarakat bisa cewaan mereka atas kinerja p e-
mengurus kepentingannya sendiri. merintahannya yang dinilai kon-
Dengan kata lain, Presiden Wahid troversi dan one man show.
setidaknya telah mengupayakan Mereka mengritik keras Presiden
satu aspek dari empat aspek yang Wahid atas kegagalannya dalam
oleh Oksenberg dan Dickson menanganni Aceh dan Papua.
(dikemukakan terdahulu). Mereka juga menilai pemerin-
tahannya tidak punya visi yang j e-
Dalam bahasa politis, Pr e- las dalam menangani kasus -kasus
siden Wahid telah melakukan BLBI, mengintervensi BI dan terl i-
proses dekonstruksi legitimasi bat bagi-bagi posisi di departemen
politik antara negara dan basah. Tuduhan neo KKN pun
masyarakat dan di satu sisi men- mencuat seiring meledaknya
gurangi efek politis atas lembaga skandal uang 35 milyar milik
kepresidenan yang sangat Yanatera Bulog yang diduga mel i-
dikeramatkan oleh di masa orde batkan Presiden Wahid. Adanya
baru. Dekonstruksi politik ini ter- penyeledikan intensif DPR dengan
jadi berkat adanya amandemen membentuk Pansus Bulog yang

30
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

saat ini sedang berjalan, dihara p- rat konsekuensi yang akan terjadi
kan akan mengungkapkan posisi jika halangan-halangan demokrasi
sebenarnya Presiden Wahid dalam tidak bisa diatasi. Sistem yang
kasus Bulog ini. tengah dibangun akan ambruk s e-
cara politik kalau misalnya
Dalam setahun ini kita juga wilayah-wilayah yang bergolak
melihat, suhu politik meningkat memilih eksistensi politiknya
seiring makin buruknya komun i- sendiri. Tatanan politik juga tera n-
kasi politik antara politisi DPR cam hancur jika tensi pergolakan
dengan pemerintah. Buruknya politik kedaerahan tumpang tindh
komunikasi politik keduanya ini dengan kepentingan-kepentingan
tidak saja disebabkan oleh perb e- politik lokal dan nasional sehingga
daan kepentingan politik praktis tidak mampu diselesaikan secara
antara pemerintah dengan keku a- damai.
tan partai-partai, tapi juga dise-
babkan oleh tidak adanya konsen- Pemburukan situasi politik
sus politik minimal yang dib u- ini jelas akan memudarkan ren-
tuhkan sebagai modal menyusun tang kendali legitimasi Jakarta.
desain besar reformasi politik ke Pemerintah mulai kehilangan kon-
depan. Yang justru terjadi adalah trol kewenangan politiknya atas
gesekan-gesekan politik yang dire- masyarakat. Kewibawaan pemerin-
spon secara emosional oleh elite tah pun dipertanyakan mengingat
pemerintah dan non pemerintah. ketidakmampuannya mengen-
dalikan konflik-konflik horisontal
Sebagai contoh, dinamika yang saat ini di Aceh Maluku dan
politik sepanjang 2000 diwarnai Papua.
oleh benturan interpretasi h u-
kum/normatif atas beberapa lan g- Dengan demikian, masa
kah kebijakan Presiden Wahid (ka- transisi menuju demokrasi di In-
sus pencopotan Laksamana, Kalla donesia cenderung akan berjalan
dan Rusdihardjo) yang dinilai par- keras atas dasar pertimbangan
tai-partai di luar kubu Presiden konvergensi faktor struktural dan
Wahid sebagai tidak konstitu- kultural berikut : ketiadaan kew i-
sional. Artinya, kita melihat, d e- bawaan hukum, pijakan norma -
mokrasi normatif dan institusonal norma demokrasi masih lemah,
(UUD, partai politik dan parlemen) perbedaan tafsir elite atas arah r e-
yang berfungsi sebagai instrumen formasi politik, adanya elite-elite
pelembagaan konflik dalam ken- oportunis politik yang hanya seke-
yataannya, tidak mampu menjadi dar ingin berkuasa dan potensi tak
payung politik yang menaungi ke- terkendali aksi-aksi kekerasan
pentingan-kepentingan politik massa yang dengan mudah
bangsa yang lebih luas. menyulut terjadinya kerusuhan
sosial. Konvergensi demikian
Titik krusial dinamika politik dalam kenyataannya telah
saat ini adalah bagaimana elite- menghasilkan pusaran dinamika
elite politik menyadari betapa b e-

31
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

politik yang sangat destruktif kuasaan politik yang makin me-


bahkan di beberapa wilayah, tertib mudar. Pada saat yang sama ia d i-
politik terancam runtuh. tuntut untuk menggolkan salah
satu misi reformasi, yaitu pen-
Ancaman ambruknya insti- gusutan kasus dugaan KKN Soe-
tusi demokrasi ini dimungkinan harto dan kroni-kroninya. Tapi
selain karena gagalnya resolusi pada saat yang sama politisasi
konflik, juga dimungkinkan oleh atas kasus-kasus seperti Bulog
makin banyaknya onflik-konflik dan BI akan membuat citranya
sosial politik yang cenderung dis e- makin merosot.
lesaikan lewat jalur non institu-
sional (kekerasan). Politik Keberhasilannya untuk me-
kekerasan ini tak harus berwuud mulihkan kredebilitas politik p e-
fisik, tapi juga ancaman-ancaman merintahannya tergantung pada
ideologi dan penggunaan bahasa kemampuannya membalik arah
(jargon politik) sebagai pembenar pendulum politik, dari pihak yang
kekuasaan politik tertentu. diserang menjadi pihak yang men-
gendalikan dan menyerang
Adanya perilaku elite baik di musuh-musuhnya. Tapi kalau ti-
dalam pemerintah dan di luar pe- dak, posisi kepresidenannya tidak
merintah yang masih menggun a- akan bertahan sampai SU MPR
kan bahasa-bahasa ancaman 2001.
seperti ini, menggambarkan b e-
tapa institusi demokrasi saat s e- Dengan demikian dapatlah
dang di ambang keambrukannya. dikatakan, transisi demokrasi me-
Seiring gejala ini, kewibaan pemer- rupakan titik krusial yang harus
intah, institusi politik dan hukum dilalui dengan aman di mana r e-
makin menurun, setidaknya hal spon-respon elite terhadap pers o-
ini terlihat dari kecenderungan lan-persoalan politik domestik h a-
masyarakat menggunakan cara - rus menghasilkan konsensus
cara kekerasan sebagai jalan k e- minimal atau political pact antar
luar menyelesaikan suatu ma- aktor politik yang berkonflik (P a-
salah. Hal menggambarkan juga, triadi, 2001:7). Artinya antar elite
betapa legitimasi politik dan h u- harus tercipta kondisi politik yang
kum sudah di ambang keambr u- kondusif bagi lahirnya komitmen
kannya. Dengan sendirinya, l e- untuk menyelamatkan arah refor-
gitimasi pemerintah pelan -pelan masi politik dengan munculnya
mulai tercabut dan membuat p e- kesepakatan-kesepa-katan mini-
merintahan saat ini terlalu sulit mal menyangkut persoalan -
untuk mengonsentrasikan diri persoalan reformasi domestik.
guna melakukan konsolidasi d e- Skala prioritas politik apa yang
mokrasi secara luas. harus diwujudkan di awal transisi
juga harus dirundingkan di antara
Secara politik, kewibawaan elite tanpa mengurangi hak-hak
Presiden Wahid sudah tidak ada dan kewenangan politik pihak
apa-apanya dengan jangkauan ke-

32
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

yang memegang kendali pemerit- gan langkah-langkah sebagai beri-


nahan. kut :
Dalam konteks perubahan Pertama, melakukan kon-
politik yang cepat dan terfragmen- solidasi antar kekuatan politik
tatif seperti di Indonesia ini, tepa t- guna mencapai konsensus min i-
lah kalau elite mengembangkan mal politik guna menggagas desain
consosional democracy (Przeworski, reformasi yang diinginkan.
1995:11) Inti demokrasi kon-
sosional ini adalah antar politik Kedua, berinisiatif pranata -
yang rivalitas saling mengakui pranata sosial politik yang hancur
bahwa mereka memiliki perb e- di wilayah-wilayah konflik, seti-
daan-perbedaan yang esensial daknya hal ini akan mengurangi
yang perlu diselesaikan. Dari sumber-sumber ketegangan politik
sinilah muncul kebutuhan untuk di daerah.
saling mengakui eksistensi setiap Ketiga, konsisten dalam
segmen politik yang ada sehingga penegakan hukum terutama ka-
yang muncul adalah pergolakan sus-kasus KKN baik yang saat ini
politik transisional yang terkend ali terganjal diusut.
tanpa mengorbankan hakekat r e-
formasi itu sendiri. Untuk itu arah Keempat, membuka jalur
pergolakan politik harus berubah dialog multi poros politik, seti-
dari corak zero sum conflict ke non daknya untuk menghindari fru s-
zero sum conflict di mana terdapat trasi politik pihak-pihak yang ti-
konsensus-konsensus guna me- dak terakomodasi dalam pemerin-
nyelamatkan arah reformasi tahannya.
politik.
Untuk itu, arah permainan
politik harus berubah di dua arah, Daftar Pustaka
dari arah presiden yang harus s e-
cepatnya mengubah gaya per-
mainan politiknya dengan mencip- Guillermo O’ Donnel dan Phillipe
takan “solusi damai“ dengan p o- C. Schmitter, Transisi
ros-poros kekuasaan yang kini d i- Menuju Demokrasi (Jakarta:
jauhinya dan dari arah oposisi LP3ES, 1993).
(terkonsentrasi di DPR) yang
cenderung konfrontatif terhadap Oksenberg, Michel dan Dickson J.
presiden. Solusi damai ini seti- Bruce, Kerangka Teoritis Re-
daknya untuk meminimalkan formasi Politik (terj) New
korban-korban kemanusiaan (cost York, Harper-Collins Pub-
of life) yang terjadi selama proses lishers, 1991
transisi demokrasi. Solusi damai
ini artinya, Wahid harus melak u- Patriadi, Bayu, "Lembaga Politik
Dan pelembagaan D e-
kan konsolidasi demokrasi, den-
mokrasi," makalah seminar

33
Kris Nugroho, "Konsolidasi Demokrasi," Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 2, April 2001, 25 -34.

nasional yang diselenggara-


kan Universitas Negeri Jem-
ber kerjasama dengan Setjen
MPR, 2-3 Februari 2001

Samuel P. Huntington, Gelombang


Demokratisasi Ketiga (Ja-
karta: Grafiti, 1995)

Sartori, Giovanni, "Understanding


Pluralism," Journal of De-
mocracy, Vol. 8, No. 4, Octo-
ber 1997.

34

Anda mungkin juga menyukai