Bab Ii
Bab Ii
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Widodo, 2010) koping terdiri atas usaha
kognitif dan perilaku yang dilakukan untuk mengatur hubungan eksternal dan internal
tertentu yang membatasi sumber seseorang. Koping individu merupakan proses yang
individu, mengurangi dampak stres dalam kehidupan. Menurut Taylor (2009) koping
didefenisikan sebagai pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan
internal maupun eksternal dari situasi yang menekan. Menurut Rogers (2008)
menyatakan bahwa koping adalah respon individu untuk mengatasi masalah, respon
tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan untuk mengontrol,
mentolerir dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi. Menurut Carver
(2008 dalam Widodo, 2010) koping meliputi segala usaha yang disadari untuk
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi koping adalah segala usaha individu untuk
dimaksud terdiri dari pikiran-pikiran khusus dan perilaku yang digunakan individu
8
9
untuk mengatur tuntutan dan tekanan yang timbul dari hubungan individu dengan
2010).
mendefinisikan strategi koping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu untuk
mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stres. Effendi
(2009) mengemukakan bahwa pada esensinya, strategi koping adalah strategi yang
sumber-sumber personal (yaitu karakteristik pribadi yang relatif stabil seperti self-
sosial dan keluarga atau sumber finansial. Friedman (2008) mengatakan bahwa
strategi koping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi
kepada upaya untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan,
10
artinya koping yang muncul terfokus pada masalah individu yang akan
cenderung menggunakan strategi ini ketika mereka percaya bahwa tuntutan dari
menekan dengan cara agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan
pengambilan resiko,
menyelesaikan masalah.
positif. Problem focused coping digunakan untuk mengontrol hal yang terjadi
pada lingkungan maupun pada diri sendiri. Folkman (2003 dalam dalam
Widodo, 2010) menyatakan bahwa PFC juga dapat berupa pembuatan rencana
diinginkan.
11
akibatnya.
menelesaikan masalah.
situasi lebih buruk, dan melihat sesuatu yang baik di luar dari masalah. Individu
cenderung untuk menggunakan strategi ini ketika mereka percaya mereka dapat
yang menekan
bersifat religious
untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila
masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri, namun strategi ini
menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas
masalah tersebut.
13
situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain, seperti
atau pengertian.
(2) Mencari makna positif, Individu berusaha mencari hikmah atau makna
terbagi menjadi dua bentuk yaitu: problem focused coping dan Emotional
Focused Coping, kedua bentuk tersebut yang nantinya akan membentuk delapan
strategi coping yang dikemukakan oleh Folkman (dalam Smet, 1994) problem
(hikmah) dari suatu kejadian, mengharap simpati dan pengertian orang lain, atau
mencoba melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang telah
menekan emosinya, namun hanya bersifat sementara (Folkman & Lazarus, 2003
hikmah atau nilai dari segala usaha yang telah dilakukan sebelumnya dan
merupakan bentuk EFC adaptif. Hal ini bertujuan agar beban dapat berkurang
dengan cara represi yaitu berusaha menekan masalah yang dihadapinya. Namun
waktu saja.
penyangkalan yaitu dengan berpura-pura seakan masalah tidak ada atau tidak
penyakit tersebut tidak dialami dan merindukan saat-saat yang indah. Hal ini
mengatasi masalah.
mempunyai dua bentuk yaitu problem focused coping yang lebih mengarah pada
maupun pada diri sendiri. Sedangkan strategi coping yang lainnya adalah
15
emotion focused coping. Strategi coping ini lebih berorientasi pada emosi yang
merupakan usaha untuk meredakan atau mengelola stres emosional yang muncul
(1) Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau mengelabui
(3) Kontrol diri, individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetisi atau
(4) Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, yaitu sebagai nasihat,
(5) Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional, yaitu melalui dukungan
(6) Penerimaan, sesuatu yang penuh dengan stres dan keadaan yang memaksanya
keagamaan.
16
(1) Kepribadian
berdasarkan tipenya. Tipe A dengan ciri-ciri ambisius, kritis terhadap diri sendiri,
tidak sabaran, melakukan pekerjaan yang berbeda dalam waktu yang sama,
mudah marah dan agresif, akan cenderung menggunakan strategi coping yang
dengan ciri-ciri suka rileks, tidak terburu-buru, tidak mudah terpancing untuk
marah, berbicara dan bersikap dengan tenang, serta lebih suka untuk memperluas
bentuk coping yaitu EFC dan PFC. Wanita lebih cenderung berorientasi pada
emosi sedangkan pria lebih berorientasi pada tugas dalam mengatasi masalah,
Menaghan (dalam Mc. Crae, 1984) seseorang dengan tingkat pendidikan yang
17
semakin tinggi akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula
sebaliknya. Hal ini memiliki efek besar terhadap sikap, konsepsi cara berpikir dan
tingkah laku individu yang selanjutnya berpengaruh terhadap strategi koping nya.
penerimaan suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atau
ancaman.
akan menampilkan koping yang kurang aktif, kurang realistis dan lebih fatal
(2008) dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal atau nonverbal,
bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
bagi individu. Lebih lanjut Pramadi dan Lasmono mengatakan jenis dukungan
informatif. Sebagai makhluk sosial, individu tidak bisa lepas dari orang-orang
strategi koping sedangkan tidak ada atau rendahnya dukungan sosial yang
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
individu, apabila individu dalam keadaan rapuh, sakit, ataupun ataupun lelah
maka tidak mampu melakukan coping dengan baik, sehingga kesehatan fisik
yang baik memungkinkan individu tersebut menjalin hubungan yang baik dan
dimasyarakat.
baik dapat menjadi sumber strategi coping pada individu.Secara umum masalah
pilihan dalam strategi coping untuk bertindak.Salah satu manfaat material bagi
dan lain-lain. Hal ini menyebabkan individu yang memiliki materi dapat
adaptif.
menganut oleh pendapat Taylor (2006) yaitu faktor internal dalam hal ini tiepe
kepribadian dan juga gaya coping, factor ekstrenal yaitu materi, dukungan
sosial, serta stressor lainnya. Dalam hal ini peneliti menggunakan tipe
20
2.1.3.1 Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai oleh hiperglikemia,
Soegondo (2012 DM adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif. Sedangkan menurut Lemone & Burke (2008),
metabolik dengan kumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula darah atau hiperglikemik akibat penurunan sekresi insulin dan kerja insulin di
pankreas.
2.1.3.2 Etiologi
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel. Dalam keadaan insulin
tidak normal glukosa tidak dapat masuk sel sehingga glukosa akan tetap berada
glukosa dalam darah akan otomatis meningkat. Inilah yang terjadi pada DM tipe 1
Pada DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependet Diabetes Millitus ) jumlah
insulin normal, malah mungkin lebih banyak, jumlah reseptor insulin ini dapat
diibaratan sebagai lubang-lubang kunci pintu masuk kedalam sel (Soegondo, 2012).
1. Diabetes Mellitus tipe 1 atau dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (IDDM).
Mellitus tipe 1 terjadi kerusakan pada sel beta dalam menghasilkan insulin karena
proses autoimun. Sebagai akibatnya pasien kekurangan insulin bahkan tidak ada
insulin, sehingga memerlukan terapi insulin agar gula darah dalam batas terkontrol.
Tipe ini terjadi sekitar 5-10% dari keseluruhan penderita diabetes (Smeltzer &
Bare, 2013).
2. Diabetes Mellitus tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non Insulin Dependent
individu mengalami penurunan sensitivitas terhadap insulin atau yang lebih dikenal
dengan resistensi insulin dan kegagalan fungsi sel beta yang mengakibatkan
penurunan produksi insulin. Diabetes Mellitus tipe 2 ini mengenai 90-95 % pasien
dengan Diabetes Mellitus. Insiden ini terjadi lebih umum pada usia > 30 tahun dan
3. DM tipe lain, disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pangkreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia,
infeksi, sebab imunologik yang jarang dan sindrom genetik lain yang berkaitan
pada 14 % dari semua wanita hamil dan meningkat risikonya pada mereka yang
bersangkutan, dan akhir-akhir ini hal tersebut menjadi perhatian dunia. Peningkatan
1. Faktor Usia
setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah
berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga menderita DM, karena
baik, tetapi resiko terkena DM juga tergantung pada faktor kelebihan berat
Obesitas bukan karena makanan yang manis dan kaya lemak saja, tetapi juga
disebabkan karena konsumsi yang terlalu banyak yang disimpan didalam tubuh
5. Faktor Demografi.
b) Urbanisasi.
d) Kurang gizi.
glukosa plasma puasa normal, atau toleransi glukosa setelah makan. Jika
hiperglikeminya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul
glikosuria.
24
2. Polidipsia (Peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
3. Polifagia
kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar (polifagia) mungkin akan
timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Kelaianan kulit berupa gatal -gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit
6 Kelainan ginekologis
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein, akibatnya
8. Kelemahan tubuh
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
25
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes mellitus bahan protein banyak
Yunir & Soebardi, (2012) pada dasarnya manajemen ini dilakukan dengan dua
1. Terapi Farmakologis
Dalam pengaturan makanan maupun dalam olah raga secara teratur harus
oral atau dengan suntikan. Dan jenis obat yang diberikan adalah berupa obat
26
pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi, meningkatkan aktivitas
fisik dan olahraga/jasmani dan program edukasi yang diberikan secara terus
menerus.
panjang, sehingga hal ini akan menimbulkan munculnya stresor. Untuk mengatasi
stresor diperlukan adanya strategi koping yang baik, dimana menurut Lazarus &
Folkman dalam Widodo (2010) strategi koping dibagi dua, yaitu Problem Focused
Coping (FPC) dan Emotion Focused Coping (EFC). Problem Focused Coping (PFC)
berorientasi kepada individu membuat rencana dan tindakan lebih lanjut meliputi :
lingkungan dan sumber, individual, status sosial ekonomi, dukungan sosial, kesehatan
keterampilan sosial dan sumber material. Bila strategi koping buruk atau maladaptif,
27
maka kadar gula darah tidak terkendali dan sebaliknya bila strategi koping baik atau
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
Balita di imunisasi
campak akan terhindar
dari penyakit campak
Adaptif Maladaptif
Balita tidak di
Diteliti imunisasi campak,
Tidak Diteliti Sumber : Diadopsi dari Lazarus & Folkman,
akan dalam
terjangkit
Alur Penelitian (Tidak diteliti) Widodo (2010) dan Carver dalam Hanoem (2014)campak
penyakit