LP Heart Failure
LP Heart Failure
a. Takikardia
b. Takipnea
c. Ronki paru
d. Efusi pleura
e. Peningkatan tekanan vena jugularis
f. Edema perifer
g. Hepatomegali
h. Kardiomegali
i. Suara jantung ke 3
j. Murmur jantung
k. Abnormalitas dalam gambaran elektrokardiografi
l. Kenaikan peptida natriuretik.
Menurut Tambayong (2000) gagal jantung dimanifestasikan sesuai
klasifikasinya:
a. Gagal jantung kiri, ditandai:
1) Edema Pulmo (penumpukan cairan pada rongga dada)
2) Dispnea (sesak nafas)
3) Wheezing (mengi)
4) Mudah lelah
5) Ansietas (perasaan cemas)
b. Gagal jantung kanan, ditandai:
1) Oedem depend (penumpukan cairan pada daerah distal dari
jantung)
2) Hepatomegali (pembesaran hati)
3) Asites (penumpukan cairan pada rongga peritoneum)
4) Distensi vena jugularis (adanya bendungan pada vena jugularis)
4. Patofisiologi Heart Failure
Bila reservasi jantung (cardiac reserved) normal untuk berespons
terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic
tubuh, maka jantung gaggal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa
dan akibatnya terjadi gagal jantung. Pada tingkat awal, disfungsi
komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung.
Terdapat empat mekanisme respons primer terhadap gagal jantung
meliputi:
a. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis.
b. Meningkatnya beban awal aktibat aktivasi neurohormon.
c. Hipertrofi ventrikel
d. Volume cairan berlebih (overload volume).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali
(rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah
kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau
kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali
tidak berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
b. Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada
sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan
ST-T, hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
c. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan
klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik
dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan
penyakit katub jantung dapat disinggirkan.
d. Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai
fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus
selalu dilakukan.
e. Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai
fungsi ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari
ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu
dalam menilai fungsional penyakit jantung koroner.
6. Komplikasi Heart Failure
a. Efusi pleura : Terjadi karena peningkatan tekanan kapiler pleura
b. Aritmia : Pembesaran ruang jantung menyebabkan
gangguan jalur elektrik normal.
c. Thrombus ventrikel kiri : Pembesaran ventrikel kiri dan penurunan
curah jantung meningkatkan kemungkinan pembentukan thrombus.
d. Hepatomegali : Pada gagal ventrikel kanan, kongesti vena
merusak sel hepar, terjadi fibrosis dan sirosis hepar.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Umum dan Faktor Gaya Hidup
1) Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas
yang sesuai menurunkan tonus simpatik, mendorong penurunan
berat badan, dan memperbaiki gejala dan toleransi aktivitas pada
gagal jantung terkompensasi dan stabil.
2) Oksigen merupakan vasorelaksan paru, merupakan afterload RV,
dan memperbaiki aliran darah paru.
3) Merokok cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan
denyut jantung, dan meningkatkan resistensi vascular sistemik dan
pulmonal dan harus dihentikan.
4) Konsumsi alkohol merubah keseimbangan cairan, inotropik
negatif, dan dapat memperburuk hipertensi. Penghentian
konsumsi alcohol memperlihatkan perbaikan gejala dan
hemodinamik bermakna.
b. Terapi obat-obatan
1) Diuretik
Digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki
peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan
gagal jantung (Tjay, 2007). Diuterik yang sering digunakan
golongan diuterik loop dan thiazide. Diuretik Loop (bumetamid,
furosemid) meningkatkan ekskresi natrium dan cairan ginjal
dengan tempat kerja pada ansa henle asenden, namun efeknya
bila diberikan secara oral dapat menghilangkan pada gagal
jantung berat karena absorbs usus. Diuretik ini menyebabkan
hiperurisemia. Diuretik Thiazide (bendroflumetiazid, klorotiazid,
hidroklorotiazid, mefrusid, metolazon). Menghambat reabsorbsi
garam di tubulus distal dan membantu reabsorbsi kalsium. Diuretik
ini kurang efektif dibandingkan dengan diuretic loop dan sangat
tidak efektif bila laju filtrasi glomerulus turun dibawah 30%.
Penggunaan kombinasi diuretic loop dengan diuretic thiazude
bersifat sinergis. Tiazide memiliki efek vasodilatasi langsung pada
arterior perifer dan dapat menyebabkan intoleransi karbohidrat
(Gibbs CR, 2000).
2) Digoksin
Glikosida seperti digoksin meningkatkan kontraksi miokard yang
menghasilkan inotropisme positif yaitu memeperkuat kontraksi
jantung, hingga volume pukulan, volume menit dan dieresis
diperbesar serta jantung yang membesar menjadi mengecil (Tjay,
2007).
3) Vasodilator
Dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding
ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen
moikard, menurunkan konsumsi oksigen miokard dan
meningkatkan curah jantung. Vasodilator dapat bekerja pada
system vena (nitrat) atau arteri (hidralazin) atau memiliki efek
campuran vasodilator dan dilator arteri (penghambat ACE,
antagonis reseptor angiotensin, prazosin dan nitroprusida).
4) Antikoagolan adalah zat-zat yang dapat mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin. Antagonis
vitamin K ini digunakan pada keadaan dimana terdapat
kecenderungan darah untuk memebeku yang meningkat, misalnya
pada trombosis. Pada trobosis koroner (infark), sebagian obat
jantung menjadi mati karena penyaluran darah kebagian ini
terhalang oleh tromus disalah satu cabangnya. Obat-obatan ini
sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita
(Tjay, 2007).
5) Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut
dengan jalan menormalisasi frekuensi dan ritme pukulan jantung.
Kerjanya berdasarkan penurunan frekuensi jantung. Pada
umumnya obat-obatn ini sedikit banyak juga mengurangi daya
kontraksinya. Perlu pula diperhatikan bahwa obatobatan ini juga
dapat memeperparah atau justru menimbulkan aritmia (Tjay,
2007). Obat antiaritmia memepertahankan irama sinus pada gagal
jantung memberikan keuntungan simtomatik, dan amiodaron
merupakan obat yang paling efektif dalam mencegah AF dan
memperbaiki kesempatan keberhasilan kardioversi bila AF tetap
ada (Gibbs, 2000).
8. Pathway
Aritmia
ventrikuler Tercetusnya Gagal
aktifasi (after Jantung
potential), Kongesti
otomatisasi, pulmonalis >>
Kematian
Curah jantung
mendadak
Tekanan
hidrostatik >>
Peningkatan aktivitas Aktifasi system Renin- Hipertrofi tekanan osmotik
adenergik simpatik angiotensin- Aldostreron ventrikel
Pembesaran
Vasokontriksi sistemik Angiotensin Pemendekan cairan ke aveoli
I ACE II miokard
Perubahan metabolisme
Peningkatan hipoksia Syok kardiogenik Kelemahan fisik
miokardium
jaringan miokardium
Gangguan
kematian pemenuhan
Nyeri dada Iskemia aktivitas sehari-
miokardium hari
Kondisi dan prognosis
Pemenuhan nutrisi penyakit
Resiko tinggi
kurang dari Infark miokardium trauma
kebutuhan
Resiko tinggi
infeksi
konstipasi Kurang Koping individu Resiko tinggi
pengetahuan tidak efektif ketidakpatuhan Gangguan
pengobatan pemenuhan
istirahat dan
tidur
kecemasan
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Heart Failure (Gagal
Jantung)
3. Pengkajian
Biodata : yang perlu dicantumkan adalah nama, umur, pekerjaan,
alamat
dan agama
Keluhan utama :
Kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas.
Q (Quality of pain):
Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas
yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan
menggunakan alat atau otot bantu pernapasan).
T (Time):
Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan aktifitas
biasanya
timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun
saat
beraktivitas.
Integritas ego
- Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
- Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
Eliminasi
- Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
Makanan/cairan
- Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan
diuretic.
- Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan
dn pitting).
Higiene
- Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
- Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
Neurosensori
- Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
- Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku
dan mudah tersinggung.
Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit pada otot.
- Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
Pernapasan
- Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
- Tanda :
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot
asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk
terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih
(edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
Keamanan
- Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
Interaksi sosial
- Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I : Penurunan curah jantung (00029)
II.4.1 Definisi
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh
Perubahan preload
Distensi vena jugularis
Edema
Keletihan
Murmur jantung
Peningkatan berat badan
Peningkatan CVP
Peningkatan PAWP
Penurunan pulmonary artery wedge pressure (PAWP)
Penurunan tekanan vena sentral (central venous pressure)
Perubahan afterload
Dipsnea
Kulit lembab
Oliguria
Pengisian kapiler memanjang
Peningkatan PVR
Peningkat SVR
Penurunan nadi perifer
Penurunan resistansi vaskularparu
Penurunan resistensi vascular sistemik
Perubahan tekanan darah
Perubahan warna kulit
Perubahan kontraktilitas
Batuk
Bunyi napas tambahan
Bunyi S3
Bunyi S4
Dispnea paroksimal noktural
Ortopnea
Penutunan fraksi ejeksi
Penurunan indeks jantung
Penurunan stroke volume
Perilaku/Emosi
Ansietas
Gelisah
5. Perencanaan
Diagnosa I : Penurunan curah jantung
II.5.1 Tujuan dan kriteria hasil
Pasien mempertahankan kestabilan hemodinamik. Tekanan darah
dan nadi tetap berada pada rentang yang diharapkan.
Kulit tetap hangat dan kering
Penurunan atau ketiadaan episode dispnea.
Tidak ada tanda-tanda pusing atau sinkop
Tidak ada keluhan nyeri dada
Pasien mempraktikkan teknik pengurangan stress setiap 2 jam.
Curah jantung tetap adekuat.
Tidak ada aritmia pada pasien.
Pemahaman pasien tentang gejala, diet, pengobatan, dan tingkat
aktivitas.
Black & Hawks. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Mnagement for Positive
Outcomes. elseveir Saunders
Noer, S., 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Gaya Baru
Taylor, Cynthia M (2010). Diagnosis keperawatan : dengan rencana asuhan
keperawatan Ed.10. Jakarta : EGC.
Preseptor klinik,