Air merupakan materi esensial bagi kehidupan manusia. Air yang kita gunakan untuk keperluan
sehari-hari mengandung berbagai jenis mikroba (patogen dan nonpatogen) di dalamnya. Seiring
dengan berkembangnya jumlah penduduk, dengan segala perilakunya, bertambahnya luas areal
pemukiman, serta berkembangnya industri didaerah urban, maka ketersediaan akan air bersih
yang layak diminum semakin langka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menilai
kelayakan / kualitas air agar aman untuk dikonsumsi adalah jenis bakteri yang terkandung di
dalamnya.
Kondisi air yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat menyebabkan berbagai penyakit
seperti diare, kolera, gigi keropos, kerusakan ginjal dan keracunan logam berat, bahkan
kematian.
Pengujian Kualitas air dalam menjamin air minum aman adalah kegiatan pengujian kualitas air
di sumber air maupun di HU, KU maupun SR di masyarakat untuk memastikan bahwa kualitas
air yang digunakan memenuhi syarat kesehatan. Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan
mengenai standar kualitas air minum No. 492/Menkes/Per/IV/2010 sebagai acuan dasar
parameter yang harus diperiksa. Pengujian Kualitas air juga diharapkan dilakukan secara berkala
minimal 6 bulan sekali.
Pamsimas saat ini telah mencapai akses air minum 15,819,637 jiwa di 23.088 desa dan pada
akhir program tahun 2020 mempunyai target 22,7 juta di 27.000 desa. Bayangkan apa yang akan
terjadi jika air yang dikonsumsi tidak memenuhi standar kesehatan? Oleh karena itu menjadi
tanggungjawab kita untuk memastikan air yang dikonsumsi warga memenuhi standar kesehatan.
Diare disebabkan air yang tercemar oleh bakteri E. Coli dan bakteri Coliform. Jika bakteri
tersebut jumlahnya berada di atas jumlah ambang batas yang diperbolehkan (di sumber air
dan hasil olahan), maka potensi warga yang terkena diare akan cukup tinggi. Efek bagi warga
yang mengkonsumsi air seperti ini adalah terganggunya penyerapan zat makanan oleh usus
sehingga mengakibatkan tubuh kekurangan zat gizi. Apabila hal ini terjadi pada balita maka
akan menyebabkan pertumbuhan dibawah normal atau gizi buruk, kejadian infeksi berulang
yang dampaknya menjadi stunting.
Jika di dalam air minum terdapat logam berat (Arsen, Cadmium, Sianida, dsbnya) yang
kemudian dikonsumsi oleh warga dalam jangka cukup lama, maka akan menyebabkan
kerusakan pada hati, ginjal, dan ujung-ujungnya adalah kematian.
Untuk memastikan kualitas air minum yang memenuhi standar kesehatan tersebut, maka
dibutuhkan pengecekan kualitas air yang dilakukan secara periodik dan terbiayai untuk
menjamin seluruh sumber air dan air hasil olahan di sarana Pamsimas memenuhi standar.
a. Parameter Fisik
Beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi suhu,
kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat terlarut, rasa, bau.
Bau. Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat.
Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat
disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum
yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
Jumlah Zat padat terlarut. Dalam air alam, ditemui dua kelompok zat yaitu zat
terlarut (seperti garam dan molekul organis) serta zat padat tersuspensi dan koloidal
(seperti tanah liat dan kwarts). Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini
ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-partikelnya. Jumlah dan sumber materi
terlarut dan tidak terlarut yang terdapat dalam air sangat bervariasi. Pada air minum,
kebanyakan merupakan materi terlarut yang terdiri dari garam anorganik, sedikit
materi organik, dan gas terlarut. Total zat padat terlarut dalam air minum berada pada
kisaran 20 – 1000 mg/L. Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS)
merupakan bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6
mm – 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang
tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm.
TDS tidak diinginkan dalam badan air karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan
bau yang tidak sedap. Beberapa senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan
merupakan senyawa organik bersifat karsinogenik. Akan tetapi, beberapa zat dapat
memberi rasa segar pada air minum.
Rasa. Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek
yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab
timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat
dikonsumsi manusia adalah tidak berasa.
Suhu. Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi pelarutan zat
kimia pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-
reaksi biokimia di dalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah
berkembang biak.
Warna. Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air
disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam
(besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya
oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l
dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada
perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari
daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik,
misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan
yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
b. Parameter Kimia
Air tidak pernah terdapat dalam keadaan benar-benar murni. Bahan/unsur yang terdapat
di dalam air umumnya berasal dari tanah, udara dan metabolisme jasad air. Unsur-
unsur/bahan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu: (1) gas, (2) unsur
anorganik, dan (3) organik. Distribusi ketiga golongan unsur/bahan kimia tersebut di atas,
sangat menentukan sifat-sifat kimia air. Unsur-unsur/bahan kimia yang terdapat dalam
air ada yang dapat larut dan ada yang tidak larut. Parameter kimia yang dilihat adalah
derajat keasaman (Ph), oksigen terlarut, karbondioksida bebas, Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Organic Mater (TOM) yaitu
kesadahan, nitrogen terlarut, karbon organic.
2. Parameter Langsung
a. Parameter Mikrobiologi
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang
meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat
dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran.
Pemeriksaan kualitas air minum dilakukan untuk mengetahui apakah air tersebut
mengandung bakteri Escherichia coli yang membahayakan bagi manusia, sehingga dapat
diketahui layak atau tidaknya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya suatu
bakteri Escherichia coli dan coliform dalam air menunjukkan rendahnya kualitas air yang
dimiliki. Menurut Kemenkes, semakin banyak bakteri Escherichia coli dan coliform,
kualitas airnya semakin menurun. Ciri-ciri bakteri coliform adalah bersifat gram negatif,
bentuk morfologi batang pendek, dan dapat memfermentasi medium laktosa cair dengan
membentuk asam dan gas (Pelczar, 1988).
Menurut Suraiman (2008), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia.
Uji kualitas air yang dilakukan dengan mengambil sampel air di sumber air, untuk
memastikan bahwa sumber air yang akan digunakan memenuhi syarat “aman”.
Berdasarkan Petunjuk teknis Perencanaan Tingkat Masyarakat Program Pamsimas Tahun
2018, disebutkan bahwa yang berperan melakukan surveilans kualitas air atau uji kualitas
air yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sanitarian/petugas puskesmas.
2. Uji kualitas air paska kontruksi
Uji kualitas air paska kontruksi adalah uji kualitas air yang dilakukan setelah sarana air
minum tersambung ke masyarakat dengan menggunakan anggaran RKM. Pengambilan
sampel air di SR/Sambungan Rumah, HU, KU, untuk memastikan SPAM yang akan
dilaksanakan telah sesuai dengan hasil pemeriksaaan kualitas air sumber air baku. Pelaku
uji kualitas air adalah sanitarian atau petugas puskesmas, karena sanitarian yang
bertanggung jawab dalam melakukan surveilans kualitas air.
Langkah-langkahnya :
a. Sanitarian dan TFM mengambil sampel air pada air di SR/Sambungan Rumah
didampingi KKM, Satlak untuk dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan
bakteriologis dan kimia terbatas.
c. Jika hasil uji kualitas air, tidak memenuhi syarat (TMS) maka sanitarian /petugas
puskemas bertanggungjawab untuk melakukan treatment atau pengolahan terlebih
dahulu agar air yang dikonsumsi masyarakat “aman”.
Uji kualitas air secara berkala adalah uji kualitas air yang dilakukan secara rutin setiap 6
bulan sekali, baik dilakukan di sumber air baku maupun di SR, HU, KU untuk
memastikan bahwa air yang digunakan oleh masyarakat secara kualitas “aman”. Uji
kualitas air menjadi tanggungjawab dari KP-SPAMS selaku pengelola air minum di desa
untuk menjaga kualitas air minum yang dikelolanya. Dana uji kualitas air diambil dari
biaya operasional KP-SPAMS.
Langkah-langkahnya :
a. Pengambilan sampel air untuk uji kualitas air, dilakukan oleh sanitarian atau petugas
puskesmas yang sudah memiliki keahlian didampingi oleh KP SPAMS.
b. Dokumen hasil uji kualitas air, diserahkan ke KP-SPAMS dan hasilnya harus
ditampilkan secara tranparan ke seluruh masyarakat, agar masyarakat paham bahwa
air minum yang digunakan “aman”
c. Jika hasil uji kualitas air, tidak memenuhi syarat (TMS) maka sanitarian /petugas
puskemas bertanggungjawab untuk melakukan treatment atau pengolahan terlebih
dahulu agar air yang dikonsumsi masyarakat “aman”.
TABEL REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT MENURUT JENIS PARAMETER