Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Disusun Oleh

Ayu Yuliawati

Desta Alpa Masripah

PSIK 2B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

SERANG-BANTEN

2017/2018
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur dapat
diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai
pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
pertama haid terakhir. Menurut Rukiyah (2010), partus preterm adalah persalinan
pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-
2499 gram.

Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa partus prematurus iminiens


(PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya tanda-
tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu)
dan berat badan lahir bayi kurang dari 250 gram.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Faktor resiko PPI menurut wiknjoasastro (2010) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,
kpd, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,
polihidramnion
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK,infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi
serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan
imun/resus.
Namun menurut Nugroho (2010) ada beberapa resiko yang dapat
menyebabkan partus prematurus yaitu:
1. Faktor resiko mayor : kehamilan multitiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 mnggu,
serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada trimester II
lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor: penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervagina setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut manuaba (2009), faktor predisposisi
partus prematurus adalah sebagai berikut :
1. Faktor ibu : gizi saat hamil kurang, umurkurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat, penyakit menahun ibu seperti, hipertensi, jantung,
gangguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre
eklampsi, ketuban pecah dini.
3. Faktor janin : cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

C. Patofisiologi

Persalinan prematur menunjukan adanya kegagalan mekanisme yang


bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan atau
membebani jalur persalinan normal sehingga memicu dimulainya proses
persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi, regangan dan
perdarahan ( Nowrintz, 2007)

Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada
janin, menyebabkan kelahiran yang belum ada waktunya sehingga terjadilah
imanuritas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya tejadilah manuritas paru
yang menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi
pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya pengetahuan untuk
merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
D. Tanda dan gejala

Partus prematurus iminiens ditandai dengan:

1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit


2. Rasa berat panggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenenorea
4. Keluarnya cairan pervagina
5. Nyeri puggung
Menurut manuaba (2009), jika persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda
klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 manit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80% bahkan terjadi penipisan serviks.

E. Diagnosis
Beberapa kriteria dapat dicapai sebagai diagnosis ancaman PPI
(Wiknjosastro,2010), yaitu :
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari
2. Kontraksi uterus (HIS) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya
sertiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit
3. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain)
4. Mengeluarkan lendir pervagina, mungkin bercampur darah
5. Pemeriksaandalam menunjukan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm
6. Selaput amnion seringkali telah terjadi
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
Pemriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis
PPI:
1. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan ABO,
faktor rhesus, urinalis, bakteriologi vagina, amnosentesis : surfaktan,
gas dan PH darah janin.
2. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, aktivitas biofisik,
cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta, volume cairan tuba dan
kelainan uterus

F. Komplikasi

Menurut Nugroho (2010), komplikasi partus prematurus iminiens yang


terjadi pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan
infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki resiko
infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko diastress, pernafasan, sepsis neonatal
nectrotizing enterrocolitis dan perdarahan intraventikuler

G. Penatalaksanaan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk
mencegah morbitas dan mortalitas neonatus preterm ialah :
1. Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu :’
a) Kalsium antagonis : nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutksn tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan
lagi jika timbul kontraksi berulang. Dosis maintenance 3x10 mg.
b) Sulfas magnesikus : dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv,
secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4 gr/jam (maintenance).
Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat
timbulnya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya jadi
edema paru, latergi, nyeri dada dan depresi pernafasan (pada ibu dan
bayi).
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasie juga perlu
membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas
seksual.
Kontradikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauoerine terbukti tidak baik, seperti :
a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preelakmsia berat
d) Hasil nonstrss test tidak reaktif
e) Hasil conctration stress test positif
f) Perdarahan pervagina dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan
pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g) Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h) Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaaan
betamimetik
2. Akselarasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid
Pemberian terapi kortikkosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan resiko respiratory distress syndrome (
RDS), mencegah perdarahan intraventrikuler necrotising enterocolitis,
dan duktus arteriousus, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason.Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid.
a) Betameson 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
b) Deksametason 4x6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam
3. Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkaqn, bahwa pemberian
antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnitis
dan sepsis neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana
kehamilan mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada aksus
KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3x
500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain seperti
klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksilaf karena risko
necrotising enterocolitis.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM KLIEN
1. Initial Klien : Ny.R
2. Usia : 30 tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan Terakhir : SMA
Penanggung Jawab
1. Initial Suami : Tn. S
2. Usia : 29 tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Pendidikan Terakhir : SMA

Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaa Ket


Persalina Kelami Lahir n Bayi
n n waktu
1 2012 SC Rumah L 2700 Normal -
Sakit gr

Riwayat Menyusui : Ya

Berapa Lama : 1 tahun 8 bulan


Riwayat Kehamilan Saat ini

1. Berapa kali periksa Kehamilan : Tiap bulan


2. Masalah Kehamilan : Tidak Ada

Riwayat Ginekologi

1. Masalah Ginekologi : tidak ada


2. Riwayat KB : KB suntik selama 5 Tahun

B. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status Obstetrik : G2P1A0

Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis

BB/TB : 65 kg/ 147 Cm


Tanda Vital

Tekanan darah : 100/80 mmhg

Nadi : 78 x/menit

Suhu : 36,8

Pernafasan : 20 x/menit

Kepala Leher

Kepala : Bentuk simetris, Tidak ada Nyeri tekan

Mata : Konjungtiva Ananemis, seklera anikterik, reflek pupil baik

Hidung : Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan

Telinga : simetris, tidak ada nyeri tekan

Leher : simetris, tidak ada peningkatan kelenjar tyroid dan Limfe.


Dada

Jantung : Perkusi dallnes ICS2-ICS5, Auskultasi S1S2 ICS2-ICS5

Paru : Perkusi Resonan ICS1-ICS12, Auskultasi Vesikuler ICS1-12

Payudara : Simetris , tidak ada nyeri tekan, terdapat hiperpigmentasi

Putting susu : Menonjol

Pengeluaran Asi : -

Eliminasi

Urin : kebiasaan BAK : >1000 cc / hari

BAK saat ini : >1000 cc tidak ada nyeri

BAB : Kebiasaan BAB 1 x sehari

BAB saat ini : 1x sehari tidak ada konstipasi

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur, Lama 7-8 jam Frekuensi : Nyenyak

Pola tidur saat ini : < 8 jam

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat Mobilisasi : Aktif

Latihan/ senam : Belum pernah

Nutrisi dan Cairan

Asupan Nutrisi : Baik Nafsu Makan : Baik

Asupan Cairan : Baik Cukup


Keadaan Mental

Keadaan Psikologis : Baik

Obat- Obatan :

- Nifedipin 3x10 mg
- Fe / kaik 1x1

Hasil Pemeriksaan Penunjang

USG : Janin Tunggal Hidup . BPD / AC 35 Mg EFW 2644 gr, Keterangan Cukup.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, biologis, kimia,
psikologis), kontraksi otot dan efek obat-obatan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipersensitivitas otot/seluler,
tirah baring, kelemahan
3. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng
dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
4. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan
dan prognosis berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN

No Dx. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Lakukan
berhubungan tindakan keperawatan pengkajian nyeri
dengan agen selama 3x 24 jam Pasien secara komprehensif
injuri (fisik, tidak mengalami nyeri, termasuk lokasi,
biologis, kimia, dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
psikologis), a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan
kontraksi otot nyeri (tahu penyebab faktor presipitasi
dan efek obat- nyeri, mampu b. Observasi reaksi
obatan menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, c. Bantu pasien dan
mencari bantuan) keluarga untuk
b. Melaporkan bahwa mencari dan
nyeri berkurang dengan menemukan dukungan
menggunakan d. Kontrol
manajemen nyeri lingkungan yang dapat
c. Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
nyeri (skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
frekuensi dan tanda pencahayaan dan
nyeri) kebisingan
d. Menyatakan rasa e. Kurangi faktor
nyaman setelah nyeri presipitasi nyeri
berkurang f. Kaji tipe dan
e. Tanda vital dalam sumber nyeri untuk
rentang normal menentukan intervensi
f. Tidak mengalami g. Ajarkan tentang
gangguan tidur teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
h. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
i. Tingkatkan
istirahat
j. Berikan
informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
k. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2 Intoleransi Setelah dilakukan a. Observasi adanya
aktivitas tindakan keperawatan pembatasan klien
berhubungan selama 3x24 jam Pasien dalam melakukan
dengan bertoleransi terhadap aktivitas
hipersensitivitas aktivitas dengan Kriteria b. Kaji adanya
otot/seluler, Hasil : faktor yang
tirah baring, a. Berpartisipasi dalam menyebabkan
kelemahan. aktivitas fisik tanpa kelelahan
disertai peningkatan c. Monitor nutrisi
tekanan darah, nadi dan dan sumber energi
RR yang adekuat
b. Mampu melakukan d. Monitor pasien
aktivitas sehari hari akan adanya kelelahan
(ADLs) secara mandiri fisik dan emosi secara
c. Keseimbangan berlebihan
aktivitas dan istirahat e. Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia,
sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
f. Monitor pola
tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
g. Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam merencanakan
progran terapi yang
tepat.
h. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
i. Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan
spiritual

3 Ansietas, Setelah dilakukan a. Jelaskan pada


ketakutan tindakan keperawatan pasien tentang proses
berhubungan selama 3x24 jam takut penyakit
dengan krisis klien teratasi dengan b. Jelaskan semua
situasional, kriteria hasil : tes dan pengobatan
ancaman yng a. Memiliki informasi pada pasien dan
dirasakan atau untuk mengurangi takut keluarga
aktual pada diri b. Menggunakan tehnik c. Sediakan
dan janin. relaksasi reninforcement positif
c. Mempertahankan ketika pasien
hubungan sosial dan melakukan perilaku
fungsi peran untuk mengurangi
d. Mengontrol respon takut
takut d. Sediakan
perawatan yang
berkesinambungan
e. Kurangi stimulasi
lingkungan yang dapat
menyebabkan
misinterprestasi
f. Dorong
mengungkapkan
secara verbal perasaan,
persepsi dan rasa
takutnya
g. Perkenalkan
dengan orang yang
mengalami penyakit
yang sama
h. Dorong klien
untuk mempraktekan
tehnik relaksasi

DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C dan Pernoll, Martin L. 2012. Buku Saku Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Surabaya : Himpunan Kedokteran

Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC

NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification, Philadelphia, USA

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor and

Birth). Yogyakarta : YEM.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, Sarwono

Prawirohardjo.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA

Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai