1241 2504 1 SM
1241 2504 1 SM
E-ISSN : 2655-3201
ABSTRAK
Demostrasi adalah salah satu hak setiap warga negara untuk menyampaikan aspirasi dimuka
umum tentang permasalahan negara yang dianggap tidak berpihak kepada keadilan masyarakat.
Menyampaikan aspirasi dimuka umum memiliki syarat dan aturan yang harus di penuhi, jika
unsur-unsur yang telah diatur maka dapat mengakibatkan permasalahan yang fatal seperti
kerusuhan atau tindakan represif. Maraknya aksi kerusuhan yang terjadi belakangan ini di tanah
air, adalah karena terjadinya ketidakadilan di masyarakat, tidak tegaknya hukum, adanya
arogansi kekuasaan dari oknum aparat, tersumbatnya aspirasi masyarakat, serta adanya jurang
antara si kaya dan si miskin. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan
diteliti adalah Bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya unjuk rasa yang berakibat
anarkis? Bagaimana Tanggung Jawab Hukum Terhadap Penghasut Untuk Melakukan Unjuk
Rasa yang berakibat anarkis? Metode pendekatan dalam penelitian menggunakan pendekatan
yuridis dan spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian
deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Tanggung jawab
pidana penghasut terhadap aksi unjuk rasa yang berakhir anarkhis adalah apabila ia memenuhi
unsur-unsur Pasal 160 KUHP maka kepadanya dapat dikenakan sanksi pidana berupa pidana
penjara dan atau denda. Menyadari proses terjadinya anarki yang amat cepat, maka sebenarnya
terdapat fase (yang juga amat singkat) dimana polisi masih bisa melakukan tindakan awal dalam
rangka pencegahannya. Lepas dari fase tadi, kemungkinan besar dinamika massa telah
berkembang menjadi sesuatu yang harus ditangani secara keras.
253
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
254
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
2 3
S.R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum C.S.T. Kansil dan Christine S.T.
Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Kansil, 2004, Pokok-pokok Hukum Pidana,
Jakarta: Storia Grafika, hal. 204 Jakarta:Pradnya Paramita, hal 77.
255
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
256
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
penyakit jiwa dan keadaan ini harus Kemudian yang ketiga ialah
terus menerus. petanggung jawaban yang tidak adanya
2. Syarat Psychologis ialah gangguan jiwa unsur pembenaran dalam penghasutan yang
itu harus pada waktu si pelaku mengakibatkan anarkis sehingga
melakukan perbuatan pidana, oleh sebab pertanggungwaban pidana, ada pembagian
itu suatu gangguan jiwa yang timbul antara “dasar pembenar” (permisibilry) dan
sesudah peristiwa tersebut, dengan “dasar pemaaf” (ilegal execuse). Dengan
sendirinya tidak dapat menjadi sebab adanya salah satu unsur pembenaran
terdakwa tidak dapat dikenai hukuman. tersebut akan terlihat mana suatu larangan
Dalam menentukan persyarat dan mana suatu kealpaan dalam bertindak,
tersebut harus pula meninjau suatu tatanan tidakan seperti itu menimbang bahwa tidak
pertanggung jawaban baik ia telah melawan adanya perintah dari orang-orang yang
hukum yang terjadi, ia telah menyebabkan bekepentingan terhadap pemerintahaan
orang bertindak anarkis sehingga dapat yang ada. Kepentingan yang timbul akibat
diketahui orang-orang yang terlibat dalam dari anarkis itu akan membuat banyak
anarkis tersebut, aparat penegak hukum orang yang melakukan aksi dalam
dapat menghentikan dan menangkap para penyampaian pendapat melakukan
pelaku penghasut dalam tejadinya anarkis kerusuhan.
tersebut agar tidak menyebabkan Dasar penghapus pidana atau juga
keberlanjutan anarkis tersebut. bisa disebut alasan-alasan menghilangkan
Kealpaan mengandung dua syarat, sifat tindak pidana ini termuat di dalam
yaitu: Buku I KUHP, selain itu ada pula dasar
1. Tidak mengadakan penduga-duga penghapus diluar KUHP yaitu:
sebagaimana diharuskan hukum. 1. Hak mendidik orang tua wali terhadap
2. Tidak mengadakan penghati-hati anaknya/guru terhadap muridnya.
sebagaimana diharuskan hukum. 2. Hak jabatan atau pekerjaan.
Ketentuan diatas menyatakan Mengenai pembahasan diatas maka
bahwa orang dalam melakukan dapat diketahui bahwa syarat-syarat untuk
penghasutan karena adanya unsur yang dapat dilakukannya ancaman pidana telah
tidak jelas dalam hal ketidak jelasan ini memenuhi unsur-unsur dalam kuh pidana
ialah senang dalam melihat kerusuhan, dalam pasal 160.
perbuatan yang tidak disukai, adanya Dari sudut yang lain, dapat kita
kepentingan dan ingin menjatuhkan orang- amati bahwa adakalanya anarki tercipta
orang tertentu dalam pemerintah, namun secara kebetulan (by chance) atau
adanya unsur keapaan tersebut telah kecelakaan (by accident). Secara umum
menyebabkan banyak kerusuhan dan banyak kejadian demonstran dalam
kerusakan ia harus tetap mempertanggung melakukan anarki hanya permasalahan
jawabkan dimata hukum. Siapa saja yang hasutan, provokator yang tidak bertanggung
melakukan perbuatan tidak mengadakan jawab dan lain-lain. Namun yang ingin
penghati-hati yang semestinya, ia juga tidak disorot di sini adalah peran polisi yang bisa
mengadakan menduga-duga akan terjadi meredam anarki secara lebih meluas atau
akibat dari kelakuannya. namun dalam malah meng-incite atau membakar anarki
kenyataannya ada kealpaan baik disengaja yang lebih parah.
maupun tidak disengaja terjadi. Dengan
demikian tidak mengadakan penduga-duga Menyadari proses terjadinya anarki
yang perlu menurut hukum terdiri atas dua yang amat cepat, maka sebenarnya terdapat
kemungkinan yaitu: fase (yang juga amat singkat) dimana polisi
a. Terdakwa tidak mempunyai pikiran masih bisa melakukan tindakan awal dalam
bahwa akibat yang dilarang mungkin rangka pencegahannya. Lepas dari fase tadi,
timbul karena perbuatannya. kemungkinan besar dinamika massa telah
b. Terdakwa berpikir bahwa akibat tidak berkembang menjadi sesuatu yang harus
akan terjadi ternyata tidak benar. ditangani secara keras.
257
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
258
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201
Saran
Menyadari proses terjadinya anarki
yang amat cepat, maka sebenarnya terdapat
fase (yang juga amat singkat) dimana polisi
masih bisa melakukan tindakan awal dalam
rangka pencegahannya. Lepas dari fase tadi,
kemungkinan besar dinamika massa telah
berkembang menjadi sesuatu yang harus
ditangani secara keras.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
CST, Kansil, dkk, 2009, Tindak Pidana
Dalam Undang-Undang Nasional,
Jakarta: jala Permata Aksara.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang- Undang Dasar 1945.
259