Anemia IV
Anemia IV
MUHAMMAD RISWAN
BABI
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
I. SEJARAH.
Pada abad kedua sebelum masehi, Galenus mengemukakan bahwa besi
merupakan anugerah dari Mars dan pada waktu itu dipakai sebagai obat kuat,
sehingga para tabib masa purba banyak menggunakan zat besi sebagai obat
terutama pada penderita anemia yang ditandai dengan badan lemas.2,12
Pada pertengahan abad ke XVI kekurangan besi digambarkan sebagai
penyakit yang dikenal dengan nama Klorosis. Orang yang pertama sekali memakai
istilah Klorosis adalah Verandeus untuk mengantikan nama " de morbo vergineo "
yang dikemukakan oleh Lange pada tahun 1554 untuk suatu penyakit dengan gejala -
gejala muka pucat kehijauan, palpitasi, edem, sakit disendi, dan gangguan
gastrointestinal berupa obstipasi, serta nyeri tekan pada epigastrium.2,12
Klorosis merupakan suatu anemia kekurangan zat besi yang dijumpai pada
gadis- gadis berumur 14- 17 tahun dan ibu- ibu muda. Gambaran klinis dari penyakit
tersebut ialah muka pucat berwarna kuning kehijauan sebagai akibat dari kadar zat
besi dalam darah yang tidak adekuat, disamping adanya kebutuhan zat besi yang
meningkat untuk pertumbuhan dan karena haid. 2,12
Pada tahun 1830 Hoefer, Popp, Foedrich berturut- turut membuktikan bahwa
anemia hipokromik disebabkan oleh kekurangan besi. 2,12
Anemia merupakan manifestasi lebih lanjut dari adanya defisiensi besi, tetapi
gejala anemia ini sebenarnya dapat dimisalkan seperti puncak gunung es dalam laut,
dimana sesungguhnya masalah- masalah yang berkaitan dengan adanya kekurangan
zat besi jauh le bih besar. 2,12
Zat besi sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan,
bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh, menanggulangi adanya infeksi-
infeksi, membantu kemampuan usus untuk menetralisir zat-zat toksit dan yang
paling penting ialah diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu
kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat dan dapat
mengurangi prestasi kerja. Dengan demikian walaupun terkadang belum jelas
didapatkan tanda- tanda anemia, kekurangan zat besi sudah bisa menyebabkan
akibat- akibat yang buruk pada tubuh, maka seyogianya perlu mendeteksi
kekurangan zat besi sedini mungkin. 2,3,12
Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam
hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan
metabolisme dalam jaringan- jaringan. Sebagian lain dari zat besi terikat dalam
sistem retikuloendotelial (Reticulo Endothelial System = RES) hepar dan sumsum
tulang sebagai depot besi untuk cadangan. Sebagian kecil dari zat besi dijumpai
dalam transporting iron binding protein (transferin ), sedangkan sebagian kecil sekali
didapati dalam enzim- enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada proses
metabolisme dalam tubuh. Fungsi- fungsi tersebut diatas akan terganggu pada
penderita anemia defisiensi besi. 12,15,16
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana
zat besi digunakan secara terus- menerus. Sebagian besar zat besi yang bebas dalam
tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian kecil sekali
yang diekresikan melalui air kemih, feses dan keringat.2,15
a. Feritin.
Dapat larut dalam air dan merupaka n suatu persenyawaan zat besi dan
protein dengan berat molekul 900.000 yang terdiri dari apoferitin dan suatu koloid
ferriphosphat hidroksida. Zat besi yang dikandungnya bervariasi jumlahnya, pada
umumnya 20- 30 % dari berat molekulnya, atau 5000 atom Fe permolekul. Dengan
pemeriksaan elektroforesis maka dapat diketahui bahwa feritin yang berasal dari
limpa, hati, dan retikulosit ternyata mempunyai mobilitas yang berbeda- beda.
Perbedaan ini tidak berdasarkan atas banyaknya zat besi yang dikandungnya, akan
t etapi didasari atas muatan listrik pada permukaannya, yang dapat mengadakan
reaksi dengan anti feritin antibodi.
Dalam sumsum tulang dijumpai 2 jenis feritin:
1. Feritin anabolik
Feritin sumsum tulang dengan mobilitas yang sama seperti feritin yang terdapat
dalam gel retikulosit (SDM yang sedang tubuh).
2. Feritin katabolik
Feritin sumsum tulang dengan mobilitas yang sama seperti feritin didalam limpa
dan jaringan RES lainnya.
b.Hemosiderin.18,22
Mempunyai sifat tidak larut dalam air, merupakan persenyawaan zat besi
dengan protein yang berpartikel besar, dan merupakan kompleks koloidal Fe(OH)2
dengan fosfat, sebagai suatu derivat dari feritin.
Ada 3 cora mengevaluasi kadar zat besi cadangan (depot iron):
a. Dengan flebotomi.
Cara ini ketepatannya untuk me nghitung kadar feritin baik sekali, akan tetapi
sulit dilaksanakan secara praktis, karena darah yang diambil dari penderita harus
cukup banyaknya.
b. Dengan pewarnaan Prussian Blue ( iron staining) sediaan sumsum tulang.
V. ETIOLOGI 26,30
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan.
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalarn makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan Pencernaan dan absorbsi.
1 .Hemoglobin ( Hb )
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kwantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
Metode pemeriksaan Hb adalah mudah, sederhana dan penting bila prevalensi
kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan.
Keterbatasan pemeriksaan Hb adalah spesifisitasnya kurang. Untuk
mengidentifikasi anemia defisiensi besi, pemeriksaan Hb, dan hematokrit biasanya
sekaligus diukur serta haruss diukur bersama - sama dengan pengujian status besi
lain yang lebih selektif, pemeriksaan Hb sensitifitasnya 80-90 % dan spesifisitasnya
65-99%.
9. Serum feritin.
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk
menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam
praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik
untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga
dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi. Rendahnya serum
feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan
beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang
benar dari serum feritin terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan
spesifik untuk usia dan jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih
rendah pada wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada
wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil atau naik
secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah sampai usia 45
tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria yang berusia 60 - 70 tahun,
keadaan ini mencerminkan penghentian mensturasi dan melahirkan anak. Pada
wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II
dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi. Serum feritin
IX. DIAGNOSA.18,36
1 Hemoglobin
Laki- laki dewasa < 13 15 gr/dl
Wanita dewasa (tidak hamil) < 12 13 – 14 gr/dl
Wanita dewasa (hamil) < 11 12 gr/dl
2 MCHC <31 32 – 35 %
The Centers for Disease Control and Prevention ( CDC ) sedikit berbeda
dengan WHO, menurut CDC kriteria anemia pada kehamilan adalah Hb kurang dari
11 gr / dl untuk trimester I dan III, serta Hb kurang dari 10,5 gr / dl untuk trimester
II.
NHANES II dan III ( National Health And Nutrition Examination Survey)
membuat definisi Defisiensi Zat Besi adalah bila didapati 2 dari 3 pemeriksaan
laboratorium tidak normal, meliputi :
1. Eritrosit Protoporphirin.
2. Jenuh Transferin.
3. Serum Feritin.
Anemia defisiensi besi disebut bila ditemu kan adanya defisiensi besi disertai dengan
penurunan kadar hemoglobin.40,41
X. PENGOBATAN. 42-45
BAB III
PENELITIAN SENDIRI
3.3 HIPOTESA
3.3.1 Pada wanita hamil terjadi anemia defisiensi besi.
3.3.2 Pada wanita hamil terjadi kekurangan cadangan besi tubuh.
3.3.3 Kekurangan zat besi tubuh pada wanita hamil akan bertambah dengan
bertambahnya usia kehamilan.
3.7.3. HEMOGLOBIN
Pada kelompok trimester I didapati 4 orang (20%) yang kadar hemoglobinnya
dibawah 11 gr/dl. Pada kelompok trimester II sebanyak 14 orang (70%) yang kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl, pada kelompok trimester III sebanyak 14 orang
(70%) dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl, sedangkan pada kelompok
kontrol terdapat 2 orang (10%) dengan kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl. Nilai
hemoglobin rata-rata dari trimester I,II, III an kelompok kontrol adalah 11.74 ± 0.74
gr/dl; 10.91 ± 0.90 gr/dl; 10.41 ± 0.92 gr/dl dan 13.21 ± 0.81 gr/dl, kalau
dibandingkan antara kelompok wanita hamil dan kelompok kontrol secara statistik
berbeda bermakna (p<0.05). Tabel 3
Tabel 4. Perbandingan penderita anemia pada kelompok wanita hamil dan kontrol
Hamil 32 28 60
Kontrol 2 18 20
Jumlah 34 46 80
Pada tebel 4 ini terlihat bahwa proporsi penderita anemia pada wanita hamil
sebanyak 32 orang ( 53,33 % ), sedangkan pada kelompok kontrol hanya 2 orang
(10 % ) , dan ini secara statistik berbeda bemakna ( p < 0,001 ).
Trimester I 4 16 20
Trimester II 14 6 20
Trimester III 14 6 20
Kontrol 2 18 20
Jumlah 34 46 80
3.7.4 FERITIN
Ka dar Feritin serum rata- rata pada wanita hamil trimester I adalah 47.9 ±
26.2 ng/ml, trimester II 34.0 ± 17.29 ng/ml, trimester III 26.4 ± 19.23 ng/ml,
sedangkan kelompok kontrol adalah 49.65 ± 43.37 ng/ml, terlihat terjadi penurunan
kadar feritin serum sesuai dengan tuanya kehamilan, dan ini secara statistik berbeda
bermakna (p < 0,05). Tabel 6
Tabel 6. Kadar feritin serum rata- rata kelompok wanita dan kelompok kontrol
Tabel 7.Perbandingan penderita defisiensi besi kelompok wanita hamil dan kontrol
Kontrol 3 17 20
Jumlah 15 66 80
Trimester II 3 17 20
Trimester III 6 14 20
Kontrol 3 17 20
Jumlah 14 66 80
Dari tabel 8 ini terlihat terjadi peningkatan defisiensi besi dengan makin
tuanya usia kehamilan. Angka penderita defisiensi besi pada trimester I,II,III dan
kelompok kontrol adalah: 2 orang, 3 orang, 6 orang dan 3 orang.
3.7.5 HEMATOKRIT
Kadar Hematokrit rata- rata didapati penurunan yang bemakna sesuai dengan
tuanya usia kehamilan. Kadar Hematokrit rata- rata pada kelompok trimester I, II, III
dan kelompokkontrol adalah 33.65 ± 2.44%; 31.07 ± 3.06%; 28.78 ± 2.45% dan
37.95 ± 2.32 %, kalau dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok wanita
hamil secara statistik berbeda bermakna ( p < 0,05 ). ( Tabel 9 ).
Tabel 9. Kadar rata- rata Hematokrit kelompok wanita hamil dan kelompok kontrol.
3.7.7 TIBC
Dari tabel 11 terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai TIBC dengan makin
tuanya kehamilan. Nilai rata- rata TIBC kelompok wanita hamil trimester I, II, III dan
kelompok wanita yang tidak hamil (kontrol) adalah: 333.35 ± 108.15 µg % ; 381.30±
100.43 µg % ; 420.05 ± 109.37 µg % ; dan 328.75 ± 115.02 µg % dan secara
statistik berbeda bermakna ( p < 0,05 ).
Dari tabel 12 terlihat terjadi penurunan jenuh transferi dengan meningkatnya usia
kehamilan. Nilai rata-rata JT kelompok trimester I,II,III dan kontrol adalah: 15.32 ±
1.91%; 12.21 ± 2.11%; 10.41 ± 3.29 %; dan 17.41 ± 3.35 %.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang kami lakukan terhadap 80 orang wanita, dijumpai
60 wanita hamil yang terdiri dari 20 orang kehamilan trimester I, 20 orang
kehamilan trimester II, 20 orang kehamilan trimester III dan 20 orang lagi sisanya
adalah wanita yang tidak hamil sebagai kelompok kontrol. Umur rata- rata kelompok
trimester I adalah 26,60 ± 4,95 tahun, kelompok trimester II 27,90 ± 5,01 tahun,
kelompok trimester III 27,90 ± 6,91 tahun, sedangkan kelompok kontrol dengan
kelompok wanita hamil secara statistik tidak berbeda bermakna (p<0,05
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN :
1. Anemia defisiensi besi dapat terjadi pada wanita hamil.
2. Anemia defisiensi besi pada wanita hamil meningkat sesuai dengan tuanya usia
kehamilan.
3. Cadangan besi pada wanita hamil rendah.
II. SARAN:
1. Pada wanita hamil dianjurkan secara dini untuk diberika makanan yang bergizi
dan mengandung cukup kandungan zat besinya.
2. Lee GR. Iron deficiency and Iron deficiency anemia. In : Wintrobe MM, Lee GR,
Boggs DR, Bithell TC, Atheus JW , editors. Clinical Hemotology. 7th ed,
Philadelphia: Lea Febiger; 1994: 621-670.
7. Lautan J , Sinaga HSRP. The iron status of pregnant mothers in a semi urban
area of Medan city. (abstrak ). The 2th Asean conference on medical sciences
Medan 2002:154
9.SulabhaMS.AnemiaandPregnancy. http/www.hsph.Harvard.edutgrhf/Sasia/forums/Nutrition/SO
15.HTM.
10. Rosline H, Ainul SAZ, Hazlina N, Zaidah W. Anemia and iron status of malay
ladies attending antenatal clinic in Kubang Kerian. (abstrak ).In : Breaching new
frontiers in Hematology. The 4th Malaysian National Hematology scentific
meeting. Penang Malaysia 2002: 78.
13. Tambunan KL, Djurban Z. Anemia defisiensi besi. Dalam Soeparman, editor, Ilmu
penyakit dalam jilid II. Jakarta Balai penerbit FK- UI; 1993 : 404- 409.
14. Linker CA. Anemias. In: Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA, editors. Current
Medical Diagnosis & Treatment. 38th ed. San Francisco: lange medical book;
1999:485- 488.
16. Metabolisme zat besi, Anemia defisiensi zat besi dan Anemia mikrositik
hipokromik yang lain. Dalam Kuswidayati, editor: Catatan kuliah Hematologi.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.1994: 67- 93.
18. Nasution B. Evaluasi hasil pengobatan anemia defisiensi besi pada penderita
Ankilostomiasis. Medan, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK- USU .1985. Tesis.
19. Bothwell TH. Iron requirements in pregnancy and strategies to meet them.Am J
Clin Nutr 2000;72(suppl):257s- 264s.
21. Beaton GH. Iron needs during pregnancy: dowe need to rethink our targets. Am
J Clin Nutr 2000;72(suppl): 265s- 271s.
24. Siddik D. Kehamilan resiko tinggi. Penerbit Universitas Sumatera Utara, USU
Press. Februari 2001: 43- 45.
25. Aboulafia DM. Hematologic complications of pregnancy. In: Lemcke DP, Pattison
J, Marshal LA, Cowley DS editors, Primary care of woman 1 th ed, a Lange
Medical Bokk; 1995 : 370- 372.
27. Cunningham FG,Mac Donald PC, Gant NF, Levino KJ, Gilstapin LC. Hematologic
Disorders. In : William's Obstetrics. 19th ed. By Appleton & Lange; 1993 : 1171-
1174.
33. Kar AS. Diagnosa dan manajemen anemia. Bagian Penyakit Dalam FK- USU
Medan. 2002: 1- 5.
34. Price SA, Wilson LM. Anemia defisiensi besi pada patofisiologi. Penterjemah
Catherine M Balgy .Edisi 4 ECG. Jakarta 1994: 232-234.
37. Iron Deficiency Anaemia, Assessment, Prevention, and Control, Aguide for
programme managers. WHO. 2001.
38. Ruiz - Aruelllews GJ. Clinical utility of the laboratory reports provided by blood cell
counters and blood film examination. J Hematol. 2000: 11- 13.
40. Looker AC, Dallman PR, Carroll MD, Gunter EW, Jhonson CI. Prevalence of iron
deficiency in the United States. Jama 1997; 227 (12): 973- 976.
41. Current trends CDC Criteria for Anemia in Children and Childbearing- Aged
Women. http://wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000169.asp.
43. Benson RC, Pernoll ML. Hematology disorders. in Hand book of obstetrics and
Gynecology. 9th ed, Mc Graw- Hill1994: 388- 390.
45. Wahab SN, Sakode AM. Dietary pattern of pregnant women attending
U.H.C.Nagpur.The Inddian Journal ofNitrition; 2002: 1- 4.
46. Gani RA, Arnan AK. Hemoglobin concentration, transferin saturation and serum
feeritin in pragnancy. (abstrak). The 29th World Congress of the International
Society of Hematology, Seul 2002.