Hak atas tanah ialah “hak yang memberikan wewenang untuk mempergunakan permukaan bumi atau tanah yang bersangkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk keperluan yang langsung dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut UU ini dan peraturan hukum lain yang lebh tinggi.” Secara hierarkis tata susunan hakpenguasaan atas tanah ialah: 1. Hak bangsa indonesia, diatur dalam ketentuan pasal 1 UUPA 2. Hak menguasai dari negara, diatur dalam ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 3. Hak-hak individu a. Hak atas tanah, terbagi 2 yaitu: primer (hak tetap yang diatur oleh UUPA pasal 16) dan sekunder (hak sementara yang diatur dalam UU pasal 53) b. Wakaf c. Hak jaminan atas tanah Berdasarkan pengertian ,jangka waktu berlakunya dan subjek yang dapat memiliki hak atas tanah dibedakan menjadi: A. Hak atas tanah yang bersifat tetap 1. Hak Milik : Hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang tanah dengan mengingat ketentuan psal 6 UUPA. Hak ini hanya diberikan kepada orang (WNI) atau badan hukum dan dapat beralih dan diperalihkan kepada pihak lain. Hak milik yang dipunyai WNI dan Badan Hukum diatur dalam PP No. 38/1963. Hak milik bisa beralih karena suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan untuk memindahkan hak milik kepada orang lain dan karena peristiwa hukum (khusunya kematian) 2. Hak Guna Usaha : Hak Guna Usaha (HGU) tergolong hak atas tanah yang kuat, HGU bisa diwariskan,dijadikan jaminan hutang, diperalihkan kepada pihak lain,dpat dilepaskan si empunya, hanya dapat dipergunakan untuk keperluan usaha pertanian ,perikanan dan peternakan. HGU terjadi karena penetapan pemerintah dan dengan cara lain, yaitu terjadi karena konvensi menurut UUPA. Hak-hak lama yang dikonverensi menjadi HGU ialah : Hak erfpacht, hak milik adat dan hak lainnya yang sejenis sebagaimana disebut dalam pasal II ketentuan koversi. Pemindahan HGU memerlukan izin dai instansi yang berwenang serta HGU bisa hapus karena: jangka waktu yang berakhir, dicabut untuk kepentingan umum,karena ketentuan pasal 30 (2) UUPA,dsb. Peraturan lebih lanjut HGU dalam PP No.40/1996 . tanah yang dapat diberikan dengan HGU adalah tanah negara dengan ketentuan yang berlaku salah satunya tanah yang akan diberikan dengan HGU adalah tanah negara yang merupakan kawasan hutan, maka pemberian HGU dapat dilakukan setelah tanah yang bersangkutan dikeluarkan dari statusnya kawasan hutan, luas minimum tanah yang dapat diberikan adalah 5Ha dan maksimum yang dapat diberikan ialah 25 Ha. Terjadinya HGU ialah dengan keputusan pemberian hak oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pemberian hak guna usaha wajib didaftar dalam buku tanah pada kantor pertanahan sebagai tanda bukti hak(sertifikat hak atas tanah)kepada pemegang hak guna usaha (pasal7) Jangka waktu yang diberikan paling lama35 tahun dan dapat diperpanjang utnuk jangka waktu paling lama 25 tahun.sesudah jangka waktu dan perpanjangan berakhir,diberikan pembaharuan hak guna usaha diatas tanah yang sama (pasal 8). 3. Hak guna bangunan : ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu. HGB dapat terjadi karena penetapan pemerintah terhadap tanah yang dikuasai negara dan terjadi karena perjanjian yang berbentuk autentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akan memperoleh HGB. Hak ini tidak dapat dibebani dengan hak atas tanah lainnya yang bertujuan agar pemegang hak baru itulah yang mendirikan bangunan diatasnya dan memiliki bangunan tsb.HGB dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak bangunan.adapun hapusnya HGB atas tanah negara mengakibatkan tanahnya menjadi tanah negara ,sedangkan hapusnya HGB atas hak pengelolaan mengakibatkan tanah kembali kedalam penguasaan pemegang hak pengelolaan. 4. Hak Pakai : hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang langsung dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain,yang memberikan wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya atau dalam perjanjiannya dengan pemilik tanah. Hak pakai bisa terjadi karena surat keputusan pemberian hak oleh pemerintah dan karena perjanjian juga bisa karena konversi hak-hak lama. Pengaturan lebih lanjut hak pakai dalam PP No.40/1996. Subjek hak pakai antara lain WNI, Badan Hukum yang didirikan menurut hukum indonesia dan berkududukan di indonesia, departemen lembaga pemerintah non departemen dan pemda,dsb. Adapun tanah yang dapat diberikan dengan hak pakai ada 3 , yaitu : 1. Tanah negara 2. Tanah hak pengelolaan, serta 3. Tanah hak milik. Hak pakai diberikan jangka waktu paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun atau diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. Pemegang hak pakai berkewajiban untuk : a. Membayar uang pemasukkan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya dan perjanjian lainnya. b. Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukkannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberiannya atau perjanjia lainnya. c. Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada diatasnya serta menjaga kelestarian lingkungan hidup d. Menyerahkan kembali tanha yang diberikan dengan hak pakai kepada negara, pemegang hak pengelolaan atau pemegang hak milik sesudah hak pakai tersebut hapus e. Menyerahkan sertifikat hak pakai yang telah hapus kepada kepala kantor pertanahan Peralihan hak pakai terjadi karena adanya jual-beli,tukar menukar,penyertaan dalam modal,hibah dan pewarisan. Apabila hak pakai atas tanah tidak diperpanjang dan diperbahrui maka bekas pemegang hak pakai wajib membongkar bangunan dan benda benda yang ada diatasnya dan menyerahkan tanahnya kepada negara dalam keadaan kosong selambat-lambatnya dalam waktu 1 tahun sejak hapusnya hak pakai. 5. Hak sewa : hak untuk mempergunakan tanah milik orang lain utnuk keperluan bangunan degan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa, yang dapat mempunyai hak sewa WNI, orang asing yang berkedudukan di indonesia serta badan hukum asing. Terjadinya hak sewa karena perjanjian antara pemilik tanah dan orang yang menyewa juga bisa terjadi karenan konvesi.
B. Hak Atas Tanah yang Bersifat Sementara
Ialah hak-hak selain hak atas tanah yang diperuntukkan dlam pasal 16 UUPA, dan pada waktu yang akan datang keberadaanya akan dihapuskan karena tidak sesuai dengan asas –asas hukum tanah nasional. Hak atas tanah yang bersifat sementara karena dianggap : 1. Bertentangan dengan prinsip pasal 10 UUPA. 2. Bertentangan dengan prinsip pasal 11 UUPA. 3. Bertentangan dengan prinsip Demokrasi Indonesia. 4. Bertentangan denga prinsip sosialisme Indonesia. 5. Mengandung sisa unsur leodal Hak-hak atas tanah yang bersifat sementara itu, sebagi berikut: - Hak Gadai adalah hubungan hukum antara sesorang dengan tanah kepunyaan orang lain,yang telah menerima uang gadai,selama uang gadai belum dikembalikan tanah tsb dikuasai oleh “pemegang gadai” - Hak Usaha Bagi Hasil muncul karena adanya perjanjian bagi hasil antara pemilik tanah dengan penggarap dengan imbangan hasil yang telah disepakati. - Hak Menumpang adalah hak yang memberi kepada seseorang untuk mendirikan dan menempati rumah diatas perkarangan orang lain. - Hak Sewa Bangunan diatur dalam ketentuan pasal 44 ayat 3 UUPA, hak sewa disediakan untuk bangunan-bangunan yag kiranya meliputi bangunan untuk perumahan,tempat penyimpanan barang,gedung pabrik,dsb. Yang dapat menjadi pemegang hak sewa adalah: WNI,WNA yang berkedudukan di Indonesia, Badan hukum indonesia dan badan hukum asaing yang memilikiperwakilan di indonesia,sengketa yang berkaitan dengan pemilikan dan pemanfaatan rumah diselsaikan melalui badan peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Hak Sewa Tanah Pertanian merupakan hak yang memberikan kewenangan untuk menguasai dan mengusahakan tanah pertanian kepunyaan orang lain.seusai dengan ketentuan pasal 10 UUPA.