Anda di halaman 1dari 2

Nama : Destri Putri Yani

NIM : 11950125030

4TIFB

1. Apa pendapat saudara tentang Bagaimana peran Akidah Akhlak dalam mengatasi
dekadensi moral saat ini ?
Jawab : menurut pendapat saya Secara umum, peran akidah akhlak dalam mengatasi
dekadensi moral dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti pendidikan, yaitu
proses pembentukan kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Melalui
pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui
pendidikan di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya yang berada di bawah naungan
pemerintah. Pada saat yang sama, pendidikan informal dapat diperoleh melalui orang-
orang terdekat. Dengan memberikan perlakuan dan sikap yang baik, serta bimbingan
orang tua misalnya membimbing perhatian orang tua atau orang dewasa atau bahkan
orang lain dengan cara yang sangat bijak dan sesuai dengan karakteristik itu sendiri.
Memperkuat profesionalisme guru dan supervisi siswa di institusi manapun baik itu guru
maupun pemimpin dalam pendidikan, guru merupakan roda yang terus berputar untuk
menjalankan proses pendidikan.Lembaga pendidikan yang berhasil mendidik siswa yang
berkualitas tidak dapat terlaksana tanpa peran guru sebagai tenaga professional serta
meningkatkan perhatian publik terhadap Pendidikan

2. Apa pendapat Saudara saat ini banyak manusia yang kosong akidahnya walau dia
beragama ?apa yang terjadi jika jiwanya kosong dari Akidah?
Jawab : menurut pendapat saya, banyaknya manusa yang kosong akidahnya walaupun
dia beragama itu karena faktor kurangnya pendidikan. Karena pendidikan yang lemah,
kepercayaan masyarakat juga mudah terguncang. Oleh karena itu, pendidikan iman harus
diajarkan sedini mungkin. Padahal, dalam Islam, untuk melahirkan anak yang shalih,
pendidikan agama dimulai sebelum menikah. Sejak itu, anak-anak yang masih dalam
kandungan, saat lahir, setelah lahir, dan selama masa pertumbuhannya juga diajarkan
tentang kepercayaan. Faktor rusaknya keimanan yaitu ekonomi. Ekonomi yang lemah
akan mengguncang kepercayaan masyarakat. Kemiskinan menyebabkan orang mengubah
keyakinannya. Faktor ketiga adalah politik. Ini seperti yang terjadi ketika Indonesia
dijajah oleh Belanda non-Muslim. Selain merampas sumber daya alam, penjajah juga
memikul misi menyebarkan agama kepada masyarakat sekitar. Faktor lain yang dapat
merusak iman adalah masyarakat. Ketika konflik yang mengarah pada teror terjadi di
masyarakat, masyarakat akan mencari perlindungan terhadap seseorang atau kelompok
yang dipercaya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Namun, berbahaya jika
individu / kelompok yang akan dilindungi berasal dari kelompok non-muslim. Dalam hal
ini, keyakinan seseorang akan terpengaruh.
Diantara semua faktor tersebut, yang terpenting adalah faktor orang tua. Rasulullah SAW
bersabda dalam Hadist bahwa setiap anak lahir dalam keadaan wajar. Kemudian, orang
tuanya menjadikannya seorang Yahudi, Kristen, dan orang bijak. Ini menunjukkan
seberapa besar peran orang tua dalam menentukan keyakinan masing-masing anak.
Orang yang tidak memiliki aqidah maka hidupnya akan sulit jiwanya tidak akan tenang
(sehat), Orang yang jiwanya kosong dari akidah kadang-kadang terjatuh pada berbagai
kesesatan dan khurafat dan jauh dari agama.

3. Bagaimana cara mengukur keimanan seseorang dalam kehidupan sehari-hari?


Jawab : mengukur keimanan seseorang dapat dilihan dari sifat perilaku dan perbuatannya
seperti punya rasa takut kepada allah, khusyuk saat melaksanakan sholat, menjauhakan
diri dari kegiatan yang sia-sia, senang mendengar bacaan ayat suci al-qur’an,
menunaikan zakat, meneladani rasul, tawakkal, sabra, mempunyai akhlak yang baik, dan
selalu bersyukur. Tingkat keimanan seseorang berbeda-beda. Ada 6 tingkat keimanan
manuasia terhadap allah Pertama, iman taklid. Keimanan ini didasarkan pada ucapan
orang lain (ulama biasanya) tanpa memahami dalilnya. Keimanan orang ini sah-sah saja
meski ia terbilang bermaksiat karena meninggalkan upaya pencarian dalil sendiri bila ia
termasuk orang yang dalam kategori mampu melakukan pencarian dalil. Kedua, iman
ilmu atau ilmul yaqin. Keimanan ini didasarkan pada pemahaman aqidah berikut dalil-
dalilnya.
Ketiga, iman ‘iyan atau ainul yaqin. Dengan keimanan ini seseorang mengetahui
Allah (makrifatullah) dengan jalan pengawasan batin. Dengan keimanan ini, Allah tidak
ghaib sekejap pun dari mata batinnya. Bahkan “gerak-gerik” Allah selalu hadir di dalam
batinnya seakan ia memandang-Nya. Ini maqam muraqabah. Keempat, iman haq atau
haqqul yaqin. Dengan keimanan ini, seseorang memandang Allah melalui batinnya. Ini
yang dibilang oleh para ulama bahwa “arif (orang dengan derajat makrifat) memandang
Tuhannya pada segala sesuatu.” Ini maqam musyahadah. Dengan demikian, yang tampak
padanya hanya Allah belaka. Kelima, iman hakikat. Dengan keimanan ini, orang menjadi
lenyap karena Allah dan dimabuk oleh cinta kepada-Nya. Ia tidak menyaksikan apapun
selain Allah. Bahkan ia sendiri tidak menyaksikan dirinya. Seperti tenggelam di laut, ia
tidak melihat adanya pantai. Orang ini berada di maqam fana.
Sementara keimanan pada tingkatan berikutnya merupakan laduni, wahbi, atau
anugerah ilahi yang tidak bisa diikhtiarkan karena didasarkan pada kehendak Allah.
Keenam, iman pada tingkat maqam baqa. Dengan keimanan ini, seseorang memandang
Allah dan makhluk-Nya sekaligus tanpa terkecoh. Dengan keimanan ini, seseorang
memandang dua entitas berbeda, yaitu Allah sebagai ujud hakiki dan makhluk-Nya
sebagai ujud majazi. Tingkatan keimanan keenam ini yang disebut juga maqam akmal
atau maqam lebih sempurna karena ia tetap menjaga hubungan dengan alam, manusia,
hewan, selain menjaga hubungan dengan Allah.

Anda mungkin juga menyukai