Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi

Vol. 1, No.1, Oktober 2012 183

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA


SMKN 1 JAKARTA

Dwi Wulandari

Psikologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


Jl. Sunter Bentengan V Rt. 005/05, No. 7, Jakarta Utara

E-mail : Landa.chiby@yahoo.com

Abstract

Jakarta. This research took at SMKN 1 Jakarta from February 2012 until June 2012. Populations of the research

first and second grades.


Researcher uses a description method by quantitative approach. Technique to take the sample is by using

.The result shows that SMKN 1

level category of emotional intelligence.

1. Pendahuluan teknologi. Pada tahun 2010 dengan dukungan dari


pemerintah, SMKN 1 Jakarta mengembangkan diri

SMKN 1 Jakarta merupakan salah satu mulai dari perawatan hingga perbaikan bangunan

sekolah tertua yang masih mempertahankan dan fasilitas. Semua usaha SMKN 1 Jakarta dalam

bangunan kuno khas peninggalan Belanda. Sekolah berbenah tidak sia-sia. Tak perlu waktu lama bagi

ini cenderung dicap negatif karena siswanya sekolah ini untuk menuai hasilnya. Pada tahun

seringkali terlibat tawuran dengan sekolah lain. 2010, SMKN 1 Jakarta meraih beberapa juara untuk

Buruknya "reputasi" SMKN 1 Jakarta terdengar perlombaan Olimpiade Sains Terapan tingkat

hingga ke telinga pejabat Kementerian Pendidikan. Nasional (OSTN). Berikut prestasi yang mampu

Niat untuk memperbaiki citra sekolah pun mulai diraih oleh SMKN 1 Jakarta :

tampak pada tanggal 18 Agustus 2009, saat


Tabel 1. Prestasi yang diraih SMKN 1 Jakarta
pemerintah menjadikan SMKN 1 Jakarta sebagai
No. Mata Pelajaran Juara
sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf
1. Kimia Terapan I dan II
Internasional).
2. Matematika III
Berawal dari sekolah yang terkenal dengan 3. Fisika Terapan III

budaya tawuran, SMKN 1 Jakarta menjelma 4. Matematika Teknologi I

menjadi sekolah kejuruan unggulan di bidang


Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 184

Prestasi ini disertai dengan kepercayaan kelenjar hormon. Kondisi ini disebabkan karena
yang diberikan Direktorat Pembinaan Sekolah remaja di bawah tekanan sosial dan menghadapi
Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan kondisi baru (Wahyuni, 2005: 178).
Nasional, SMKN 1 Jakarta dilibatkan dalam Masa remaja yang identik dengan
program Esemka. Sebanyak dua guru dan lima lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat
siswa terlibat dalam perancangan, pembuatan, dan mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri
perakitan mesin Esemka. Mereka dipercaya merakit secara efektif. Pada umumnya masa remaja lebih
15 dari 1.000 mesin yang dikerjakan dalam banyak menghabiskan waktunya di sekolah.
program Esemka. Sejak itu identitas SMKN 1 Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder.
Jakarta yang terkenal suka tawuran semakin luntur. Sekolah menawarkan peluang untuk belajar
Sekolah dapat dikatakan unggul apabila informasi, menguasai keterampilan baru, dan
sekolah tersebut memiliki kemauan dan menajamkan keterampilan yang sudah ada. Sekolah
kemampuan dalam menyesuaikan semua praktek tidak hanya memberi kontribusi bagi keunggulan
sekolah dengan perbedaan individual dalam akademis, tetapi juga karena perkembangan sosial
perkembangan fisik, kognitif dan sosial murid- dan emosional dinilai sebagai sesuatu yang secara
muridnya (Santrock, 2002: 16). Aspek lain dari intrinsik penting dalam sekolah bagi remaja. Tidak
SMK yang efektif adalah menekankan pentingnya mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap
menciptakan lingkungan yang positif bagi perkembangan remaja cukup besar (Sarlito, 2002:
perkembangan sosial dan emosional remaja 124).
(Santrock, 2002: 18). Dalam memenuhi tugas perkembangan masa
Tujuan ini ditetapkan tidak hanya karena remaja, khususnya siswa SMK, kecerdasan
lingkungan semacam ini memberi kontribusi bagi emosional sangat berperan penting. Goleman
keunggulan akademis, tetapi juga karena menyatakan, keberhasilan dalam hidup tidak hanya
perkembangan sosial dan emosional dinilai sebagai ditentukan oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional lah
sesuatu yang secara intrinsik penting dalam sekolah yang memegang peranan (Goleman, 2003: 38).
bagi remaja. Kebijakan-kebijakan sekolah semacam Kecerdasan emosional dilontarkan pertama kali
ini mencerminkan perhatian dan kepedulian pribadi pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari
terhadap orang-orang yang memiliki kebutuhan- Harvard University untuk menerangkan kualitas-
kebutuhan perkembangan yang mendesak kualitas emosional yang tampaknya penting bagi
khususnya remaja (Santrock, 2002: 18). keberhasilan (Shapiro, 2003: 5). Salovey dan Mayer
Masa remaja merupakan masa perjalanan (dalam Shapiro, 2003: 8)
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan
oleh periode transisional panjang. Masa remaja sosial yang melibatkan kemampuan memantau
dimulai pada usia 11 atau 12 sampai dengan 20 perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada
tahun, dan masa tersebut membawa perubahan orang lain, memilah-milah semuanya dan
besar saling bertautan dalam semua ranah menggunakan informasi ini untuk membimbing
perkembangan (Papalia, Old & Feldman, 2008:
534). Masa remaja dikenal dengan masa storm and Kecerdasan emosional adalah kemampuan
stress dimana terjadi ketegangan emosi yang individu untuk dapat memotivasi diri sendiri,
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 185

dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan 2. Mengelola emosi


kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga Kemampuan individu dalam menangani
agar bebas stres, tidak melumpuhkan kemampuan perasaan agar dapat terungkap dengan tepat,
berfikir, berempati dan berdoa (Goleman, 2003: sehingga tercapai keseimbangan dalam
45). dirinya. Untuk memiliki keterampilan ini
Menurut Reuven Bar-On (dalam Stain dan sebelumnya individu harus menguasai
Book, 2002: 157-158)), kecerdasan emosional kesadaran diri terhadap emosi yang
adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan dirasakannya. Kemampuan mengelola emosi
kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi mencakup kemampuan untuk menghibur diri
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi sendiri, mengendalikan rasa marah,
tuntutan dan tekanan lingkungan. melepaskan kecemasan, kemurungan atau
Dilanjutkan oleh Conny R. Semiawan (1997: ketersinggungan dan akibat-akibat yang
153) yang mengemukakan bahwa kecerdasan ditimbulkannya serta kemampuan untuk
membaca pikiran bangkit dari perasaan-perasaan yang
diri sendiri dan pikiran orang lain sehingga mampu menekan. Orang yang memiliki kemampuan
menempatkan diri dalam situasi orang lain dan ini mampu bangkit dari keterpurukan yang
sedang dialaminya. Mengelola emosi
Menurut Salovey dan Mayer (dalam mencakup kemampuan untuk menerima
Goleman, 2003: 57-59), ada lima aspek dalam kegagalan, mengelola perasaan, dan
kecerdasan emosional yaitu: menyelesaikan masalah.
1. Mengenali emosi diri
3. Memotivasi diri sendiri
Kemampuan individu untuk mengenali
Motivasi diri adalah kemampuan individu
perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu
untuk mengendalikan dorongan hati,
terjadi, serta mengetahui penyebab
menunda kepuasan, mengatur suasana hati,
terjadinya. Kemampuan ini merupakan dasar
memotivasi diri untuk bertahan dan terus
dari kecerdasan emosional. Para ahli
berusaha menemukan banyak cara untuk
psikologi menyebutkan kesadaran diri yakni
mencapai tujuan (Goleman, 2003: 134).
kesadaran individu akan emosinya sendiri.
Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan
Orang yang mampu memantau emosinya
ini adalah memiliki kepercayaan diri yang
secara cermat adalah orang yang dapat
tinggi, optimis dalam menghadapi keadaan
mengendalikan hidupnya, mereka tidak
yang sulit, cukup terampil, inisiatif dan
hanya sadar akan perasaan dirinya, namun
bertindak sangat efektif dalam menemukan
mereka juga sadar akan pikiran dan tindakan
cara alternatif agar sasaran tercapai.
yang mereka lakukan. Kesadaran diri
(Goleman, 2003: 114) Orang yang memiliki
mencakup kemampuan mengenali emosi diri
keterampilan ini cenderung lebih produktif
sendiri, menerima diri sendiri, mengenali
dan efektif dalam hal apapun yang mereka
hubungan antara perasaan dan tindakan.
kerjakan. Motivasi diri mencakup
kemampuan untuk meningkatkan prestasi,
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 186

menumbuhkan optimisme, dan mempunyai Sejauhmana perkembangan kepribadian


tanggung jawab. individu dapat dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukan.
4. Empati
Membina hubungan mencakup kemampuan
Kemampuan individu untuk mengenali
mempunyai relasi dengan orang lain, mampu
emosi orang lain disebut juga empati.
bekerjasama, dan menyelesaikan konflik
Individu yang memiliki kemampuan empati
dengan orang lain.
lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial
tersembunyi yang mengisyaratkan apa saja Kecerdasan atau kompetensi seseorang

yang dibutuhkan atau dikehendaki orang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor

lain. Kunci untuk memahami perasaan orang internal yaitu faktor pembawaan yang bersifat

lain adalah mampu membaca pesan genetik dan faktor eksternal yaitu faktor yang

nonverbal, nada bicara, gerak-gerik, ekspresi mempengaruhi perkembangan kecerdasan

wajah dan sebagainya. Menurut penelitian seseorang secara akumulatif sejak kecil seperti

Robert Rosenthal (dalam Goleman, 2003: pendidikan dan pengalaman yang dimiliki

136), menunjukkan bahwa orang-orang yang seseorang.

mampu membaca perasaan dan isyarat non


Faktor genetik mempengaruhi seseorang
verbal lebih mampu menyesuaikan diri
menggunakan pemikiran intelektual dan emosinya.
secara emosional, lebih populer, lebih
Pengendalian emosi dengan kecerdasan emosional
mudah bergaul, dan lebih peka. Empati
(emotional intelligence) dapat mempengaruhi
mencakup kemampuan mengenali emosi
keseimbangan antara penggunaan pusat emosi
orang lain, memiliki rasa peduli terhadap
(amygdala) dan penggunaan pemikiran intelektual
orang lain, dan menghargai pendapat orang
(prefrontal neocortex). Dengan mengendalikan
lain.
emosi, seseorang dapat mengatur kapan dia harus

5. Membina hubungan lebih banyak menggunakan pemikiran intelektual

Membina hubungan adalah kemampuan yang bersifat kognitif dan kapan dia dapat

individu untuk mengelola emosi orang lain menggunakan emosi (Hutapea & Thoha, 2008: xvi).

dengan baik ketika berhubungan dan dengan


Menurut Goleman (2003: 268), sekolah
cermat membaca situasi, serta mampu
pertama untuk mempelajari emosi adalah
berinteraksi dengan lancar. Kemampuan
kehidupan keluarga. Semua interaksi sekecil
dalam membina hubungan merupakan suatu
apapun antara orang tua dan anak mempunyai nilai
keterampilan yang menunjang popularitas,
emosional, dan dalam pengulangan pesan selama
kepemimpinan dan keberhasilan antar
bertahun-tahun pada anak akan membentuk
pribadi. Orang-orang yang hebat dalam
pandangan hidup serta kemampuan emosionalnya.
keterampilan membina hubungan ini akan
Anak adalah murid yang pintar, mereka sangat peka
sukses dalam bidang apapun. Orang-orang
terhadap transmisi emosi yang paling halus sekali
ini populer dalam lingkungannya dan
pun dalam kehidupan keluarga. Pembelajaran emosi
menjadi teman yang menyenangkan karena
yang diterima anak bukan hanya melalui hal-hal
kemampuannya dalam berkomunikasi.
yang diucapkan atau dilakukan orang tua secara
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 187

langsung, melainkan juga contoh-contoh yang Individu dengan keterampilan emosional yang
diberikan orang tua sewaktu menangani berkembang baik berarti kemungkinan besar ia
perasaannya sendiri. Faktor lain yang akan berhasil dalam pelajaran, menguasai kebiasaan
mempengaruhi proses perkembangan emosional pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
adalah sekolah dan masyarakat. Dalam lingkungan Sebaliknya siswa yang tidak dapat menghimpun
tersebut seseorang belajar bagaimana merasakan kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan
perasaan diri sendiri dan bagaimana orang lain mengalami pertarungan batin yang merampas
menanggapi perasaan tersebut, bagaimana berpikir kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada
tentang perasaan-perasaan itu dan pilihan-pilihan pelajaran ataupun untuk memiliki pikiran yang
apa yang dimiliki untuk bereaksi, serta bagaimana jernih, sehingga bagaimana siswa diharapkan
membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa berprestasi kalau mereka masih kesulitan mengatur
takut. emosi mereka (Goleman, 2003: 48).
Berdasarkan paparan teori ditas, penelitian
Mengingat bahwa masa remaja merupakan
ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
masa yang paling banyak dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional pada siswa SMKN 1 Jakarta.
lingkungan keluarga dan teman-teman sebaya,
maka untuk menghindari hal-hal negatif yang dapat
2. Metode Penelitian
merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja
hendaknya memahami dan memiliki apa yang
disebut kecerdasan emosional. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian
Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal- ini dilakukan di SMKN 1 Jakarta. Subjek dalam
hal seperti bagaimana remaja mampu untuk penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMKN 1
memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang
mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, digunakan dalam penelitian ini adalah insidental
berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, sampling. Sampel yang dijadikan sumber data
dapat mengendalikan perasaan dan mampu sebanyak 50 orang. Berikut ini data sampel yang
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dijadikan sumber data dalam penelitian ini :
dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan
orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
Tabel 2. Data Sampel Penelitian
Menurut Daradjat (dalam Kasdin, 1999: 11),
kemampuan mengendalikan emosi merupakan
Jenjang Frekuensi Persentase
kebutuhan yang harus dimiliki oleh remaja. Dengan Kelas (%)
kemampuan inilah remaja akan mempunyai sikap X 30 60
XI 20 40
yang lebih stabil. Total 50 100

Banyak bukti memperlihatkan bahwa


individu yang cakap secara emosional mampu Teknik pengumpulan data dalam penelitian
mengetahui dan menangani perasaan mereka ini menggunakan skala. Skala pengukuran yang
sendiri dengan baik, serta mampu membaca dan digunakan oleh peneliti adalah model likert. Dalam
menghadapi perasaan orang lain secara efektif. penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengukur
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 188

kecerdasan emosional adalah Emotional skor yaitu 168,02, sedangkan skor terbanyak adalah
Intelligence Inventory (EII) yang dimodifikasi oleh 167. Standar deviasi yang diperoleh dari
peneliti, berdasarkan konsep yang diajukan perhitungan adalah 11, 186.
Goleman. Analisis data statistik yang digunakan Berikut deskripsi frekuensi skor kecerdasan
dalam penelitian ini adalah perhitungan kategorisasi emosional siswa dari hasil perhitungan dengan
skor keseluruhan aspek yang digolongkan menggunakan program SPSS versi 12 :
berdasarkan dua kategori, yaitu tinggi dan rendah.
Penentuan katergorisasi skor ini dilihat dengan cara Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor
membandingkan nilai yang diperoleh dengan mean Kecerdasan Emosional Siswa SMKN 1 Jakarta
teoritiknya. Apabila nilai x > (mean teoritik) maka
tergolong dalam kategori tinggi, begitu juga No. Interval Kelas Kelas Frekuensi Persentase
sebaliknya apabila nilai x < (mean teoritik) maka Skor Atas Bawah (%)
tergolong dalam kategori rendah. Perhitungan 1. 148-154 153,5 147,5 4 8
kategorisasi skor dilakukan dengan cara manual 2. 155-161 160,5 154,5 13 26
maupun dengan menggunakan program perhitungan 3. 162-168 167,5 161,5 12 24
SPSS versi 12. 4. 169-175 174,5 168,5 7 14
5. 176-182 181,5 175,5 9 18
3. Hasil dan Diskusi
6. 183-189 188,5 182,5 4 8
7. 190-196 195,5 189,5 - -
Penelitian dimulai dari bulan Februari
8. 197-203 202,5 196,5 1 2
sampai dengan Juni 2012. Total sampel yang
Total 50 100
disebar sebanyak 50. Data yang diperoleh berupa
skor kecerdasan emosional siswa, dideskripsikan
menurut pemusatan dan penyebarannya. Hasilnya
Histogram
dapat dilihat pada tabel berikut :

10
Tabel 3. Pemusatan dan Penyebaran Skor
Kecerdasan Emosional
8
N Valid 50
Missing 0
Mean 168,0200 6

Median 167,0000
Mode 167,00 4

Std. Deviation 11,18580


Variance 125,122
2
Range 50,00
Minimum 148,00 Mean = 168.02
Std. Dev. = 11.1858
N = 50
Maximum 198,00 0
140.00 150.00 160.00 170.00 180.00 190.00 200.00
Sum 8401,00 KE
Percentiles 30 160,0000
Gambar 1. Grafik Skor Kecerdasan emosional
Dari keseluruhan skor kecerdasan emosional Siswa SMKN 1 Jakarta
siswa SMKN 1 Jakarta, diperoleh rata-rata (mean )
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 189

Berdasakan tabel dan gambar di atas, maka menunjukkan bahwa 50 responden memiliki skor
dapat diketahui bahwa skor kecerdasan emosional kecerdasan emosional dengan kategori tinggi.
tertinggi adalah 198 dan terendah 148, sedangkan
skor kecerdasan emosional terbanyak adalah 26%
Pembahasan
siswa yang memiliki skor kecerdasan emosional
Berdasarkan pengolahan data yang telah
155-161 (13 orang).
dilakukan dengan teknik statistik deskriptif, hasil
Data tersebut kemudian dikelompokkan
pengkategorisasian skor kecerdasan emosional
berdasarkan kategorisasi skor kecerdasan
secara keseluruhan menunjukkan bahwa di SMKN
emosional. Sebelum dikategorisasikan, terlebih
1 Jakarta cenderung didominasi oleh siswa yang
dahulu dilakukan uji normalitas guna untuk
memiliki skor kecerdasan emosional dengan
menguji bahwa data sampel berasal dari populasi
kategori tinggi.
yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, Siswa yang tinggi kecerdasan emosionalnya,
karena jumlah sampel penelitian kurang dari 100. secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka,
Berikut hasil uji normalitas data : tidak mudah takut atau gelisah. Mereka
berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas orang-orang atau permasalahan, untuk memikul
tanggung jawab dan mempunyai pandangan moral,
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. mereka simpatik dan hangat dalam hubungan-
KE 0,972 50 0,266
hubungan mereka. Kehidupan emosional mereka
kaya tap wajar, mereka merasa nyaman dengan
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai
dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dunia
signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal.
pergaulan lingkungannya.
Berdasarkan uji normalitas data, data skor
kecerdasan emosional terdistribusi normal, maka Siswa dengan keterampilan emosional yang
kriteria skor kecerdasan emosional berdasarkan berkembang baik berarti kemungkinan besar ia
kategorisasi ordinal dengan asumsi data akan berhasil dalam pelajaran, menguasai kebiasaan
terdistribusi normal. pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
Tingginya kecerdasan emosional siswa tidak
Tabel 6. Kategorisasi Skor Kecerdasan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
Emosional Siswa SMKN 1 Jakarta perkembangan kecerdasan emosional siswa.

Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase


Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi oleh
(%) beberapa faktor yaitu faktor internal (faktor
X > 132,5 Tinggi 50 100
X< 132,5 Rendah - - pembawaan yang bersifat genetik) dan faktor
Jumlah 50 100 eksternal (faktor yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan seseorang secara
Hasil perhitungan kategorisasi skor akumulatif sejak kecil seperti pendidikan dan
kecerdasan emosional berdasarkan kategorisasi pengalaman yang dimiliki seseorang).
dengan asumsi data berdistribusi normal
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 190

4. Kesimpulan Shapiro, Lawrence E. (2003). Mengajarkan


Emotional Intelligence pada Anak,
terjemahan Alex Tri Kantjono. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Gramedia.
dalam menganalisis gambaran kecerdasan
emosional siswa SMKN 1 Jakarta, maka dapat Sitohang, Kasdin. (1999). Upaya Mengurangi
disimpulkan sebagai berikut : Tawuran Pelajar. Respons, Vol. 4, No. 3.
Gambaran kecerdasan emosional pada siswa
SMKN 1 Jakarta tahun 2012 cenderung tinggi. Hal Wahyuni, Esa Nur. (2005). Model Pelatihan

ini menunjukkan bahwa siswa SMKN 1 Jakarta Pengendalian Emosi. Jurnal Ilmiah Psiko-

mampu mengenali, mengontrol emosi dan Edukasi, Vol. 3, No. 2.

memusatkan pikiran pada pelajaran serta dapat


http://smkn1jakarata.net/index.php?page=berita,
mengekspresikan sesuai dengan aturan yang
diakses pada tanggal 12 Juli 2012, pukul
berlaku di lingkungannya.
14.00.

5. Daftar Pustaka http://www.boedoet19a.com/2012/01/ada-mesin-


boedoet-di-mobil-esemka.html, diakses pada
Goleman, Daniel. (2003). Emotional Intelligence, tanggal 12 Juli 2012, pukul 14.00.
terjemahan oleh T. Hermaya, Jakarta:
http://www.boedoet19a.com/2012/01/anak-
Gramedia.
boedoet-dari-atwuran-hingga-kiat.html,
Hutapea MBA, Parulian & Dr. Nurianna Thoha diakses pada tanggal 12 Juli 2012, pukul
MBA. (2008). Kompetensi Plus. Jakarta: 14.00.
Gramedia Pustaka Utama.

J. Stein, Steven dan Book, Howard E. (2002).


Ledakan EQ. Bandung: Kaifa

Papalia, Diane E., Sally Wendkos Olds, dan Ruth


Duskin Feldman. (2008). Human
Development (Psikologi Perkembangan),
terjemahan A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Santrock, John W. (2002). Life-Span Development


Perkembangan Masa Hidup, Jilid II.
Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi Remaja,


Edisi Revisi.

Semiawan, Conny R. (1997). Perspektif Pendidikan


Anak Berbakat. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai