Anda di halaman 1dari 51

Arahan Kebijakan dan Rencana

Strategis Infrastruktur Bidang Cipta


Karya Kota Balikpapan

3-1
3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN
PENATAAN RUANG KOTA BALIKPAPAN
3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kota Balikpapan
Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya berisikan tentang arahan pembangunan
berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta
Karya 2015-2019.

A. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019


RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil
penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi,
Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015-
2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang
kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan
bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi
negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya
peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan
kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong,
dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian
yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif,
berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan
bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta
makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu,
ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah
terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi.
Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung
agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka
dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk
mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar
(perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi

3-2
untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal
perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan
peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun
2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang
didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air
minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka
meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air,
hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya
terhadap lingkungan.

B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.


visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang terpadu
dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum dan pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman.”
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada
dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta
Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman serta penataan
bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan

3-3
Strategis (WPS).
3. Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan dalam
rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional
dengan menerapkan prinsip good governance.
Tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah: Penyelenggaraan dukungan
layanan infrastruktur dasar permukiman yang berkualitas dengan prinsip “infrastruktur
untuk semua” melalui pembangunan yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran strategis Ditjen Cipta Karya adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat,
dengan indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;
2. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang
layak, dengan indikator persentase penurunan luasan permukiman kumuh perkotaan;
3. Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dengan
indikator persentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang


Arahan Penataan Ruang, antara lain berisikan arahan penetapan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), Kawasan
Strategis Nasional (KSN) pada kabupaten/kota sesuai dengan amanat PP No. 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Bagian ini juga berisikan arahan spasial untuk Bidang Cipta Karya berdasarkan RTRW
Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 merupakan salah satu peraturan pelaksana kebijakan
penataan ruang nasional yang diamanahkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. RTRWN sebagai instrumen dan matra spasial pembangunan nasional dapat
mendorong perwujudan keterpaduan pembangunan nasional, dan keterpaduan
perencanaan tata ruang wilayah, keterpaduan pemanfaatan ruang, pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan, keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah

3-4
serta kegiatan antarsektor, dan perwujudan pertahanan keamanan negara.
RTRWN bertujuan untuk mewujudkan:
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keterpaduan
a. RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota;
b. Pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi;
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
3. Pemanfaatan sumber daya alam bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
4. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah dan antarsektor; dan
5. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

3-5
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
1. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Nasional

3-6
Ketentuan yang Harus, Boleh, Boleh tetapi Terbatas, dan Tidak Boleh/Dilarang,
terhadap:
a. perwujudan Struktur Ruang Nasional
b. Perwujudan Pola Ruang Nasional
2. Arahan Perizinan
Ketentuan mengenai prosedur pemberian izin pemanfaatan ruang (sistem nasional), dan
kekhususan pada pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting
3. Arahan Insentif-Disinsentif
a. Ketentuan Umum mengenai pemberian insentif dan disinsentif (sistem nasional)
b. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang,
rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan zonasi
c. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya
d. Ketentuan mengenai insentif dan disinsentif
4. Arahan Sanksi: Sanksi Administratif
Ketentuan mengenai bentuk pelanggaran dan bentuk sanksi administrasi (sistem
nasional)
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, Kota
Balikpapan mengemban fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan
Strategis Nasional (KSN). Adapun fungsi dan peran Kota Balikpapan dalam konteks
perwilayahan pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional.
Aktivitas-aktivitas yang ada di Kota Balikpapan diarahkan mempunyai skala pelayanan
tingkat nasional serta diarahkan untuk dapat menjadi wilayah maju dan mempunyai
peran dominan terhadap perkembangan perekonomian Negara Indonesia.
Beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan tingkat nasional adalah status
Balikpapan yang merupakan produsen komoditi industri pengolahan minyak (1,3 juta
ton) dalam lingkup nasional. Produsen dan konsumen komoditi industri pengolahan non
migas (852 ribu dan 679 ribu ton) dengan lingkup antar pulau dan nasional. Dalam RTRW
Provinsi disebutkan pula bahwa kota Balikpapan diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Orde
I, sehingga Balikpapan berfungsi sebagai pusat yang melayani seluruh wilayah Provinsi
Kalimantan Timur dan Wilayah Nasional/Internasional.
Adapun fungsi utama Kota Balikpapan sebagai Pusat Pelayanan Orde I yaitu:
 Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
 Pusat Distribusi dan kolektor barang dan jasa regional
 Pusat Pelayanan Jasa Transportasi Laut, Udara, Sungai dan Darat

3-7
 Pusat Industri Pengolahan
 Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata
2. Peran Balikpapan sebagai lokasi Pelabuhan Laut Internasional
Untuk mendukung fungsi Kota Balikpapan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) maka
keberadaan sarana prasarana pendukung segala aktivitas yang berlangsung dalam
wilayah PKN itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka di wilayah Kota Balikpapan dikembangkan Pelabuhan
Laut Internasional sebagai transit point distribusi barang skala nasional dan
internasional. Kondisi ini didukung oleh lokasi Kota Balikpapan yang berbatasan langsung
dengan laut yang merupakan ALKI II.
3. Peran Balikpapan sebagai Kawasan Lindung Nasional, yang memiliki:
 Hutan Lindung S. Wain seluas 9.872,9 Ha.
 Hutan Lindung S. Manggar seluas 4.999 Ha.
4. Kawasan Andalan yang berada di kawasan Bontang-Samarinda Tenggarong-Balikpapan,
Penajam dan sekitarnya dengan aktivitas seperti:
 Industri
 Perkebunan
 Pertambangan
 Kehutanan
 Perikanan
 Pariwisata
5. Peran Kota Balikpapan Sebagai Pendukung MP3EI
Kota Balikpapan merupakan kota yang strategis dalam Master Plan Pengembangan dan
Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), mengingat di wilayah Kota Balikpapan terdapat
kegiatan ekonomi utama untuk minyak dan gas dikoridor Ekonomi Kalimantan
direncanakan terdapat di lokus Balikpapan berupa proyek-proyek utama seperti
penambahan kapasitas produksi BBM dan berbagai pembangunan infrastruktur yang
mendukung Kalimantan sebagai koridor III dalam pengembangan perekonomian nasional.
Adapun kegiatan-kegiatan penting yang ada di Kota Balikpapan dalam kaitannya dengan
MP3EI tersebut tergambar pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Kegiatan Pembangunan Infrastruktur MP3EI


No Proyek Nilai Investasi Periode Periode
(IDR Miliar) mulai selesai
PEMERINTAH
1. Pembangunan jembatan Pulau Balang bentang 3.600 2013 2015
panjang 1.314 meter

3-8
2. Pengembangan pelabuhan Internasional Balikpapan 713 2008 2012
yaitu Terminal Peti Kemas Kariangau
3. Satker sementara pembangunan fasilitas pelabuhan 598 2015 -
Penajam Pasir Utara dan kariangau/Balikpapan
4. Pembangunan jembatan pulau balang bentang 488 2008 2011
pendek 470 meter
5. Pembangunan waduk Wain untuk kebutuhan air baku 290 2015 -
BUMN
1. Bandara Balikpapan 1.600 2011 2014
2. Pembangunan Pembangkit listrik Kaltim-PLN 7.270 2011 2015
3. Pembangunan fasilitas transmisi kelistrikan di Kaltim- 1.035,16 2011 2015
PLN
Sumber: RTRWN

B. RTRW Provinsi Kalimantan Timur


Berdasarkan RTRW Provinsi Kalimantan Timur, Kota Balikpapan yang diarahkan sebagai
Pusat Pelayanan Primer di Provinsi Kalimantan Timur yaitu pusat yang melayani wilayah
Provinsi Kalimantan Timur, wilayah Kalimantan bagian utara dengan wilayah internasional
dan wilayah Kalimantan bagian timur dengan wilayah nasional. Kota Balikpapan memiliki
fungsi kegiatan sebagai:
1. Pusat pemerintahan kota,
2. Pusat perdagangan regional,
3. Pusat industri,
4. Pusat transportasi udara internasional,
5. Pusat pengolahan migas.
Dari penetapan ruang tersebut maka arah dan strategi pengembangan ruang wilayah Kota
Balikpapan mengarah ke kawasan Perdagangan dan Jasa Regional, dan Industri Pengolahan
sebagai faktor dan elemen pembentuk ruang.
Hal ini didasarkan:
1. Kota Balikpapan merupakan Pintu gerbang Wilayah Indonesia Timur. Hal ini sesuai
dengan kedudukannya sebagai PKN dan potensinya sebagai kota jasa, kota transit yang
dilengkapi dengan fasilitas jasa dan transportasi. Balikpapan sebagai Gerbang
Wilayah/Regional ditandai dengan keberadaan Bandara Internasional atau pelabuhan
laut utama serta pelabuhan pengumpan regional yang lengkap dibanding kawasan lain di
Kalimantan bahkan Wilayah Indonesia Timur;
2. Balikpapan merupakan simpul utama kegiatan di Kalimantan Timur. Mengingat kota ini
merupakan jalur distribusi dan outlet dari dan ke kabupaten/kota dan Provinsi
Kalimantan Timur

3-9
C. TRW Kota Balikpapan
Kebijakan penataan ruang merupakan arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh
pemerintah kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota khususnya Kota
Balikpapan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun. Kebijakan penataan ruang Kota
Balikpapan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa pokok kegiatan penataan ruang.
Kebijakan penataan ruang di wilayah kota meliputi:

Tabel 3.2 Kebijakan Penataan Ruang Kota Balikpapan


Visi Kota Balikpapan tahun Terwujudnya Balikpapan sebagai Kota 5 Demensi : Jasa,
2005 - 2025 Industri, Perdagangan, Pariwisata, Pendidikan & Budaya
dalam Bingkai Madinatul Iman.
Konsep Perumusan Penataan - Berdemensi industri, perdagangan, jasa, pariwisata,
Ruang Kota Balikpapan budaya dan pendidikan.
- Berwawasan lingkungan.
- Berkelanjutan.
Tujuan Penataan Ruang Menjadikan Balikpapan sebagai kota jasa yang dinamis,
selaras dan hijau guna mendukung fungsinya sebagai
Pusat Pertumbuhan Nasional.
Kebijakan Penataan Ruang - Penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan,
- Peningkatan aksesibilitas antar kawasan,
- Peningkatan pelayanan sistem jaringan prasarana yang
terpadu, merata dan ramah lingkungan (zero waste),
- Perwujudan kelestarian kawasan lindung,
- Peningkatan RTH yang proporsional di seluruh wilayah
kota,
- Pengembangan kawasan budidaya yang produktif dan
berwawasan lingkungan,
- Pengembangan kawasan strategis kota,
- Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan
keamanan Negara.
Sumber : RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012 - 2032

Strategi penataan ruang wilayah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang ke


dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam
penyusunan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kota. Strategi
penataan ruang kota wilayah Balikpapan lebih detail adalah sebagai berikut:
1. Strategi Penguatan fungsi pusat-pusat pelayanan meliputi:
a. Memperkuat peranan pusat pelayanan kota sebagai kawasan pemerintahan serta
perdagangan dan jasa yang berkarakter unik;
b. Mengembangkan subpusat pelayanan kota di kawasan yang belum berkembang;
c. Mengembangkan pusat lingkungan secara merata di kawasan pinggiran.
2. Strategi Peningkatan aksesibilitas antar kawasan meliputi:
a. Mendukung pengembangan jaringan jalan Trans Kalimantan;
b. Mendukung pengembangan jaringan perkeretaapian di bagian utara kota;
c. Meningkatkan ruas-ruas jalan utama

3-10
d. Mengembangkan jalan yang menghubungkan antar pusat-pusat pelayanan di wilayah
kota;
e. Mengembangkan jalan yang menghubungkan pusat lingkungan dengan kawasan
permukiman;
f. Menghubungkan jalan antar kawasan permukiman;
g. Meningkatkan pelayanan terminal angkutan penumpang;
h. Mengembangkan terminal angkutan barang;
i. Meningkatkan pelayanan pelabuhan penyeberangan;
j. Mengembangkan jembatan antar pulau; dan
k. Meningkatkan pelayanan kebandarudaraan.
3. Strategi Peningkatan pelayanan sistem prasarana yang terpadu, merata dan ramah
lingkungan (zero waste) meliputi:
a. Mengembangkan sistem jaringan energi yang handal dan merata;
b. Mengembangkan prasarana telekomunikasi secara merata;
c. Mengembangkan sistem jaringan sumber daya air yang memadai;
d. Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah kota; dan
e. Mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu.
4. Strategi Perwujudan kelestarian kawasan lindung meliputi:
a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara;
b. Menjaga keberlanjutan hutan lindung;
c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya;
d. Merehabilitasi kawasan cagar budaya; dan
e. Mengintegrasikan fungsi kawasan lindung dengan fungsi wisata.
5. Strategi Peningkatan RTH yang proporsional di seluruh wilayah kota meliputi:
a. Menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas wilayah kota;
b. Mengembangkan ruang terbuka hijau di kawasan sempadan; dan
c. Mengembangkan ruang terbuka hijau di kawasan rawan bencana.
6. Strategi Pengembangan kawasan budidaya yang produktif dan berwawasan lingkungan
meliputi:
a. Mengembangkan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang dan
terjangkau dengan pusat-pusat pelayanan;
b. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang merata dan berhirarki;
c. Mengembangkan kawasan peruntukan industri yang terintegrasi dengan terminal peti
kemas dan selaras dengan kawasan sekitarnya.
7. Strategi Pengembangan kawasan strategis kota meliputi:

3-11
a. Menetapkan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan lingkungan;
b. Memprioritaskan pengembangan sistem prasarana di kawasan strategis; dan
c. Mengembangkan kawasan penyangga yang sesuai dengan kawasan strategis yang ada.
8. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan keamanan Negara
meliputi:
a. Mendukung penetapan kawasan unutuk peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan untuk
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. Mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun
disekitar kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagai zona penyangga; dan
d. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

Tabel 3.3 Luas Pola Ruang Kota Balikpapan Berdasarkan RTRW 2012-2032
2012 - 2032
NO. PEMANFAATAN LAHAN
LUAS (Ha) %
A. KAWASAN LINDUNG
Kawasan Hutan Lindung
1 Kawasan Hutan Lindung (13,379.07 Ha) Perluaasan HLSW 14,781.46 29.37
(1,402.39 Ha)
Kawasan Perlindungan Bawahan
2 Kawasan Resapan Air 920.00 1.83
Kawasan Perlindungan Setempat
3 Kawasan Buffer Zone
a HLSW (1.766,53Ha), HLSM (1.243,35 Ha) 3,009.88 5.98
b TPA 4.95 0.01
c Bendali/Embung 955.94 1.90
d Peternakan Teritip 32.78 0.07
e Waduk Wain (160.52 Ha), Waduk Teritip (138.12 Ha) 298.64 0.59
f Sub Pusat Kota Ke-2 86.51 0.17
g KIKS 2.47 0.00
4 Kawasan Sepadan Jalan Tol 229.69 0.46
5 Kawasan Sepadan Pantai 317.76 0.63
6 Kawasan Sepadan Sungai 160.03 0.32
7 Kawasan Waduk dan Embung 1,914.22 3.80
8 Kawasan Hutan Bakau 1,859.22 3.69
Kawasan Ruang Terbuka Hijau
9 Kawasan Hutan Kota 224.91 0.45
10 Kawasan RTH Kota 302.95 0.59
Kawasan Suaka Alam, Perlindungan Alam dan Cagar Budaya
11 Kawasan Agro Wisata 67.84 0.13
12 Kawasan Kebun Raya 254.76 0.50
13 Kawasan Penagkaran Buaya 4.22 0.04

3-12
2012 - 2032
NO. PEMANFAATAN LAHAN
LUAS (Ha) %
14 Kawasan Wanawisata 19.16 0.04
Kawasan Jalur Migrasi Satwa
15 Kawasan Jalur Evakuasi Satwa 196.50 0.39
16 Sungai 672.39 1.32
TOTAL KAWASAN LINDUNG 52.28
26,316.28
B. KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan Perumahan
1 Kawasan Perumahan 10,779.86 21.42
Kawasan Perdagangan dan Jasa
2 Kawasan Perdagangan dan Jasa 1,869.50 3.71
Kawasan Perkantoran
3 Kawasan Perkantoran 90.09 0.18
Kawasan Industri
4 Kawasan Industri Besar 4,736.99 9.41
5 Kawasan Industri Kecil 2.97 0.01
6 Kawasan Industri Sedang 384.91 0.76
Kawasan Pertanian
8 Kawasan Pertanian Hortikultura 1,251.67 2.49
9 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 145.45 0.29
10 Kawasan Peternakan 58.06 0.12
11 Kawasan Perkebunan 2,076.18 4.13
Kawasan Perikanan
12 Kawasan Perikanan 582.19 1.16
Kawasan Wisata
13 Kawasan Pariwisata 458.99 0.91
Kawasan Pertahanan Keamanan
14 Kawasan Pertahanan Keamanan 264.47 0.53
Kawasan Pelayanan Umum
15 Kawasan Balikpapan Islimic Center 14.87 0.03
16 Kawasan Bandara 372.06 0.74
17 Kawasan DOME 4.87 0.01
18 Kawasan Fasilitas Pemerintah 215.49 0.43
19 Kawasan Gereja 1.22 0.00
20 Kawasan Masjid Agung 0.94 0.00
21 Kawasan Minapolitan 190.56 0.38
22 Kawasan Pelabuhan 29.23 0.06
23 Kawasan Persampahan 18.17 0.04
24 Kawasan Rumah Sakit 0.93 0.00
25 Kawasan Stadion Olahraga 24.45 0.05
26 Kawasan Terminal 13.46 0.03
Kawasan Pendidikan
27 Kawasan ITK 340.73 0.68

3-13
2012 - 2032
NO. PEMANFAATAN LAHAN
LUAS (Ha) %
28 Kawasan PONPES Syarif Hidayatullah 85.83 0.17
TOTAL KAWASAN BUDIDAYA 47.71
24,014.14
TOTAL 50,330.42 100.00
Sumber RTRW Kota Balikpapan 2012-2032
2012

Untuk mempermudah pembacaan tabel tersebut di bawah ini disajikan visualisasi luas
rencana pola ruang dalam bentuk diagram batang pada gambar di bawah ini.
; [VALUE]
Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Perlindungan Bawahan

Kawasan Perlindungan Setempat

[VALUE] Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Suaka Alam, Perlindungan Alam dan


Cagar Budaya
[VALUE] Kawasan Jalur Migrasi Satwa

Kawasan Perumahan

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan Perkantoran
[VALUE]
Kawasan Industri

[VALUE] Kawasan Pertanian

Kawasan Perikanan
[VALUE] Kawasan Wisata
[VALUE]
[VALUE] [VALUE]
[VALUE] [VALUE] [VALUE] Kawasan Pertahanan Keamanan
[VALUE] [VALUE] [VALUE] [VALUE]
Kawasan Pelayanan Umum

Kawasan Pendidikan

Gambar 4.6 Rencana Tata Guna Lahan Kota Balikpapan Kota Balikpapan 2012-
2032
Sumber : Hasil Analisis Penyusunan RPIJM 2015

3-14
Gambar 4.7 Rencana Pola Ruang Darat Kota Balikpapan Berdasarkan RTRW 2012-2032

3-15
Gambar 4.8 Rencana Pola Ruang Laut Kota Balikpapan

3-16
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPIJM Bidang
Cipta Karya Kota Balikpapan 2016, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kota
Balikpapan 2012-2032 adalah sebagai berikut:
1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
a. Arahan pengembangan pola ruang:
 Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
 Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa,
maupun Agropolitan.
2. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
a. Pertahanan keamanan
b. Ekonomi
c. Lingkungan hidup
d. Sosial budaya
e. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
3. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus
diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
4. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang
Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur
Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan
dapat terwujud. Tabel 7.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW Kota untuk Bidang Cipta
Karya, Tabel 7.2 memaparkan identifikasi Kawasan Strategis Kota (KSK), serta Tabel 7.3
memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk Bidang Cipta Karya.

Tabel 3.4 Arahan RTRW Kota Balikpapan untuk Bidang Cipta Karya: STRUKTUR
RUANG
NO ARAHAN STRUKTUR RUANG
I. Sistem Drainase
A. Kebijakan Pengaturan Sistem Tata Air Kota Balikpapan
1 Mengembangkan DAS sebagai daerah tangkapan air hujan dan rawa-rawa serta pesisir
laut

3-17
NO ARAHAN STRUKTUR RUANG
a. Konservasi kawasan sungai di perbukitan (hulu sungai) dari masing-masing DAS
Sungai melalui pengamanan sekitar DAS di Areal A
b. Penataan / Penanganan kawasan dataran sungai (hilir sungai) dari masing-masing
DAS Sungai dan memeksimalkan fungsi rawa terhadap ekologi daratan, melalui
normalisasi penampang sungai dan penyediaan fasilitas drainase di Areal B, untuk
mengatasi banjir dan mengatasi ekologi rawa-rawa daratan
c. Penataan / Penanganan terhadap Kawasan Pesisir sungai (Outlet Sungai) melalui
konservasi kawasan pesisir dan penyediaan fasilitas bangunan pesisir pantai di Areal
kawasan C, untuk pengendalian pasang surut dan ekologi pantai
2 Meningkatkan kondisi hutan lindung sebagai daerah resapan air
a. Konservasi hutan lindung dengan meningkatkan fungsi hutan lindung
b. Pencegahan penebangan / perambahan hutan lindung
c. Mengendalikan ekplorasi tambang dikawasan hutan lindung
d. Penataan potensi sistem Tata Air
e. Penataan kawasan hunian sebagai daerah resapan dengan pengaturan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB)
B. Kebijakan Pengaturan Sistem Drainase Kota Balikpapan
1. Pengendalian terhadap bahaya banjir
a. Penataan/pengaturan Sistem Drainase berdasarkan fungsi dari nomenklatur
b. Mengendalikan sedimentasi yang cukup tinggi dengan membuat Check Dam di
beberapa wilayah aliran sungai
c. Penataan/penanganan sistem drainase
d. Pengembangan daerah kawasan permukiman, meliputi membuat sistem resapan di
kawasan areal B
e. Mengendalikan sistem aliran buangan air hujan/banjir kawasan
2. Pengaturan sistem drainase di perumahan dan permukiman
a. Penataan / Penanganan Sistem Drainase di areal perumahan dan pemukiman
b. Pengembangan sistem penghijauan kota daerah kawasan pemukiman, juga meliputi
membuat sistem Resapan di kawasan Areal B (Daerah Perumahan)
c. Mengendalikan sistem limbah air buangan (limbah Rumah tangga) dengan air
hujan/ banjir Kawasan
d. Mengendalikan pengembangan pemukiman dan perumahan yang cukup tinggi di
beberapa wilayah aliran hulu sungai dan bantaran sungai

3. Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai


daerah tangkapan air hujan
a. Konservasi kawasan perbukitan sungai (Hulu
Sungai) dari Masing-Masing DAS Sungai melalui
pengamanan sekitar DAS di Areal A
b. Penataan/Penanganan kawasan dataran sungai
(Hilir Sungai) dari Masing - Masing DAS Sungai
melalui normalisasi penampang sungai dan
penyedian fasilitas drainase di Areal B. Untuk
mengatasi Banjir
c. Penataan/Penanganan terhadap Kawasan Pesisir
sungai (Outlet Sungai) melalui konservasi Pengendalian limbah buangan
kawasan pesisir dan penyediaan fasilitas di aliran bantaran sungai
bangunan pesisir pantai di Areal C. Untuk
pengendalian Pasang Surut

II. Sistem Air Bersih

3-18
NO ARAHAN STRUKTUR RUANG
1. Melindungi sumber air baku terhadap aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas
a. Konservasi kawasan perbukitan dan hutan lindung, berfungsi untuk menyangga dan
resapan air hujan di masing-masing DAS Sungai sebagai potensi air baku keperluan
air bersih
b. Penataan / Penanganan daerah kawasan resapan air di kawasan Hilir Sungai
melalui penghijauan dan pembuatan sumur resapan dikawasan hunian dan
permukiman, berfungsi pula untuk mengendalian banjir
c. Penataan / Pengaturan / perlindungan sumber-sumber air baku permukaan dan
sumber air baku tanah dalam melalui penataan wilayah tata air kawasan terhadap
pencemaran lingkungan

2. Meningkatkan sistem pelayanan air bersih


a. Meningkatkan sistem pengolahan air bersih (IPA)
di masing-masing kawasan yang mempunyai
potensi air baku untuk sumber air bersih
b. Penataan/penanganan daerah Zona kawasan
pelayanan Air Bersih di Daerah Kawasan Eksisting
dan wilayah pengembangan Kawasan perumahan
dan pemukiman
c. Penataan/Pengaturan distribusi sumber-sumber
air baku permukaan dan sumber air baku tanah
dalam melalui penataan wilayah tata air
kawasan khusus untuk industri Perluasan penyediaan pipa air
d. Penataan/Pengaturan/penggunaan/peningkatan bersih di daerah Karang Joang
sistem jaringan pelayanan air bersih ke wilayah
kawasan perumahan dan pemukiman
3. Memperkecil angka/nilai kebocoran yang relatif masih besar
a. Pengontrolan sistem produksi air bersih (IPA) di tiap kawasan yang mempunyai
potensi kebocoran sumber air bersih dengan dengan pemasangan Water Meter
b. Penataan/Penanganan sistem distribusi Zona kawasan pelayanan Air Bersih di
Daerah Kawasan Eksisting dan wilayah pengembangan Kawasan perumahan dan
pemukiman dengan Sistem Loof ( Melingkar )
c. Penggantian pipa-pipa distribusi lama yang tidak layak dan mengadakan
pengecekan secara berkala
d. Meningkatkan sistem pengelolan / pencatatan Pembacaan water meter ke
pelanggan
e. Penataan sistem Administrasi Pengolahan air bersih
III. Sistem Pengelolaan Air Limbah
1. Penanganan air limbah domestik Kota Balikpapan
melalui pengelolaan air limbah secara terpadu
a. Pengembangan teknis pengelolaan air limbah
domestik dengan sistem setempat (on site
sanitation) dan sistem terpusat (of site
sanitation) yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan dengan target pelayanan sesuai standar
nasional
b. Pembentukan institusi khusus dan peraturan yang
mengatur serta mengelola air limbah
2. Penanganan air limbah non domestik melalui sistem Pengembangan teknis pengelolaan
pengelolaan limbah non domestik yang tidak air limbah domestik (IPAL)
mencemari lingkungan
a. Penerapan sistem pengelolaan air limbah non domestik yang tidak mencemari
lingkungan disesuaikan dengan karakteristik industri yang ada
b. Pengendalian dan monitoring dalam pengelolaan air limbah non domestik

IV. Sistem Pengelolaan Persampahan

3-19
NO ARAHAN STRUKTUR RUANG
1. Penanganan persampahan Kota Balikpapan melalui
pengelolaan persampahan secara terpadu
a. Pengaturan pengelolaan sampah dengan fungsi,
tugas dan tanggung jawab yang jelas
b. Teknik operasional sampah dilakukan secara
terpadu melalui pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah
c. Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pengelolaan persampahan kawasan
d. Perlakuan hukum untuk menunjang keberhasilan
dalam pengelolaan sampah Perwadahan dan pengumpulan
persampahan kawasan

2. Penanganan sistem pembuangan akhir sampah yang tidak mencemari lingkungan


sekitarnya dengan upaya efisiensi lahan dan pemanfaatan sisa sampah agar lebih
berguna dengan metode yang tepat guna
a. Pengolahan sampah yang dapat mereduksi timbulan sampah sebesar 30 % serta
pemanfaatan sisa sampah untuk memperbaiki struktur serta kinerja tanah pada
lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang kurang subur serta kegiatan
penghijauan
b. Penetapan lokasi dan kebutuhan lahan pembuangan akhir sampah sesuai dengan
kriteria dan dilakukan proteksi terhadap lechate (air sampah) dan gas dengan
metode yang tepat
c. Pembuatan Buffer Zone kawasan TPA selebar mungkin
d. Penetapan kawasan 10 km dari TPA sebagai kawasan Rawan Pencemaran TPA
e. Pembatasan budidaya dan atau permukiman (yang sudah ada) di kawasan Garis
Sempadan TPA untuk menghindari dampak pencemaran sampah
f. Pembatasan untuk pengembangan kawasan budidaya dan atau permukiman baru
pada Kawasan Rawan Pencemaran TPA
Sumber : RTRW Kota Balikpapan 2012-2032, Diolah 101

Tabel 3.5 Arahan RTRW Kota Balikpapan untuk Bidang Cipta Karya: POLA RUANG
NO ARAHAN POLA RUANG
I. Zona Lindung
A. RTH Kota Balikpapan
1. Mengkonservasi Kawasan Hutan Kota Eksisting
2. Menambah Hutan Kota Baru pada kawasan dengan kemiringan > 45% berdasarkan
usulan dan kesepakatan masyarakat
3. Mengembangkan taman RT, Taman Kelurahan, Taman Kecamatan dan Taman Kota
Ruang terbuka hijau Kota Balikpapan dibentuk oleh ruang terbuka hijau yang bersifat
publik/ umum dan ruang terbuka hijau yang bersifat privat/ pribadi. Rencana ruang
terbuka hijau Kota Balikpapan 50.336,83 ha atau 42% terhadap kawasan perkotaan
Balikpapan adalah sebagai berikut :
B. RTH Publik & Privat
(1) RTH publik yang direncanakan di Kota seluas 10.302 ha atau kurang lebih 29
persen dari luas kawasan perkotaan, yang meliputi :
a. Kecamatan Balikpapan Kota dan Selatan dengan luas kurang lebih 626 hektar;
b. Kecamatan Balikpapan Utara dengan luas kurang lebih 2.756 hektar;
c. Kecamatan Balikpapan Barat dengan luas kurang lebih 4.592 hektar;
d. Kecamatan Balikpapan Timur dengan luas kurang lebih 2.204 hektar; dan
e. Kecamatan Balikpapan Tengah dengan luas kurang lebih 122 hektar.

3-20
NO ARAHAN POLA RUANG
(2) RTH privat yang direncanakan di Kota kurang lebih 4.731 ha atau 13 persen dari
luas wilayah kota yang terdiri atas:
a. RTH pekarangan rumah tinggal seluas 1.684 hektar;
b. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas 481 hektar;
c. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas 1.118 hektar;
d. RTH kawasan fasum fasos seperti kawasan peruntukan pendidikan kesehatan,
peribadatan, pelabuhan dan terminal, dan TPA seluas 100 hektar.
e. RTH kawasan industri seluas 1.249 hektar;
f. RTH kawasan pertahanan dan keamanan seluas 26 hektar.
Rencana pengembangan RTH publik meliputi:
(1) Konservasi Kawasan Hutan Kota Eksisting ( 14 Hutan Kota yang berdasarkan SK
Walikota tentang Hutan Kota No. 188.45-176/1996
(2) Penambahan Hutan Kota Baru pada kawasan dengan kemiringan > 45%
berdasarkan usulan dan kesepakatan masyarakat
(3) Pengembangan taman RT, Taman Kelurahan, Taman Kecamatan di Kecamatan
Balikpapan Timur, Kecamatan Balikpapan Utara, Kecamatan Balikpapan Barat;
Kecamatan Balikpapan Kota, Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan
Balikpapan Tengah
(4) Pengembangan RTH Sempadan Pantai meliputi kelurahan Karingau, Kelurahan
Baru Ulu, Kelurahan Baru Ilir, Kelurahan Baru Tengah dan Kelurahan Margasari
Kecamatan Balikpapan Barat;
(5) Pengembangan RTH Sempadan sungai
(6) Rencana pengembangan RTH privat meliputi:
(7) Pengembangan taman di kawasan perumahan
(8) Pengembangan RTH di kawasan perdagangan jasa
(9) Pengembangan RTH di kawasan perkantoran
(10) Pengembangan RTH di kawasan pelayanan umum/ fasilitas umum dan sosial
(11) Pengembangan RTH di kawasan industri
(12) Pengembangan RTH di kawasan pertahanan keamanan
II. Zona Budidaya
A. Perumahan & Permukiman
a. Pembangunan perumahan dan pemukiman diarahkan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan keluarga dan masyarakat
b. Pembangunan perumahan dan pemukiman untuk masyarakat yang berpenghasilan
rendah dengan memperhatikan rencana tata ruang dan keterkaitan dengan
lingkungan sosial sekitarnya
c. Meningkatkan peran koperasi dan swasta untuk pembiayaan pembangunan
perumahan
d. Upaya pengentasan kemiskinan, khususnya pemukiman kumuh perlu dicarikan
pemecahannya agar terwujud lingkungan pemukiman yang bersih dan sehat
e. Penciptaan lingkungan perumahan dan pemukiman yang layak, bersih, sehat, dan
aman perlu terus ditingkatkan
B. Peternakan
1. Kawasan Peruntukan Peternakan (KUNAK)
Pengembangan kegiatan peternakan diarahkan di Kelurahan Teritip, Kecamatan
Balikpapan Timur dengan luas lokasi sebesar kurang lebih 100 Ha.
 Mengembangkan kawasan pusat peternakan yang dimanfaatkan untuk menampung
berbagai macam kegiatan peternakan dan pendukungnya.
 Mengembangkan kawasan sempadan (buffer zone) untuk mengurangi dampak
perkembangan kegiatan petenakan itu sendiri kawasan peternakan dan untuk
meminimalisasi jumlah limbah yang dihasilkan dari hasil kegiatan tersebut.
C. Perikanan
1. Kawasan Minapolitan
Pengembangan kawasan sektor kelautan dan perikanan berbasis sektor perikanan
tangkap. Zona ini terletak di Kelurahan Manggar dan Manggar Baru, yaitu disekitar
muara Sungai Manggar
 Peningkatan dan Perluasan PPI
 Pengembangan TPI

3-21
Sumber : RTRW Kota Balikpapan 2012-2032, Diolah

Tabel 3.6 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkan RTRW


Kawasan Strategis Kabupaten/Kota Sudut Kepentingan
No. SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN
1 Pertumbuhan Ekonomi  Kawasan Pusat Kota Lama Balikpapan
 Kawasan Pusat Kota Kedua (Karangjoang)
 Kawasan Pusat Kota Ketiga (Teritip)
 Kawasan Industri Kariangau (KIK)
 Kawasan Minapolitan Manggar
2. Sosial Budaya  kawasan Permukiman Nelayan Margasari di Balikpapan
Selatan
 Kawasan Pendidikan Skala Regional Institut Teknologi
Kalimantan (ITK).
3. Daya Dukung Lingkungan  Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain
Hidup  Kawasan Hutan Lindung Sungai Manggar
Sumber : RTRW Kota Balikpapan 2012-2032, Diolah

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Kota Balikpapan


Kota Balikpapan merupakan bagian dari Wilayah Pengmbangan Strategis (WPS) di Pulau
Kalimantan, yaitu bagian dari WPS 2. Kawasan Balikpapan-Samarinda-Maloy. Arahan WPS 2.
Kawasan Balikpapan-Samarinda-Maloy terhadap pembangunan infrastruktur bidang CK di
Kota Balikpapan antara lain dalam pengembangan Kota Samarinda harus mendukung
pembangunan Kawasan Balikpapan-Samarinda-Maloy. Untuk Lebih jelasnya dilihat pada
Gamabr 3.2 dan Gambar 3.3 berikut.

3-22
Gambar 3.2
WPS 2. Kawasan Balikpapan-Samarinda-Maloy

Sumber: Referensi WPS oleh BPIW, 2016

Gambar 3.3
Infrastuktur PUPR untuk mendukung Kawasan Pusat Pertumbuhan dan Hinterland
Balikpapan-Samarinda-Maloy

Sumber: Referensi WPS oleh BPIW, 2016

3-23
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah Kota Balikpapan
Berisikan arahan pembangunan daerah sesuai dengan RPJMD Provinsi, RPJMD
Kabupaten/Kota, dan Renstra SKPD terkait untuk pembangunan infrastruktur Bidang Cipta
Karya.
A. Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) Kota Balikpapan
Penyusunan RPJMD Kota Balikpapan Tahun 2011–2016 berpedoman pada RPJP Daerah Kota
Balikpapan Tahun 2006–2026, memperhatikan RPJM Provinsi Kalimantan Timur dan
mengacu pada RTRW Kota Balikpapan, baik RTRW Kota Balikpapan Tahun 2005-2015
maupun Draft RTRW Kota Balikpapan Tahun 2011-2031. Sesuai pasal 71 Permendagri Nomor
54 Tahun 2010, penyusunan RPJMD Kota Balikpapan ini diselaraskan pula dengan RTRW
Provinsi Kalimantan Timur, RPJMN dan RTRW Kabupaten Kutai Kertanegara dan Penajam
Pasir Utara.
Arah kebijakan untuk Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut.
1. Misi 6: Meningkatkan Infrastruktur Kota Yang Representatif
a. Peningkatan aksesbilitas dan pengurangan kemacetan lalu lintas.
b. Penyediaan prasarana pejalan kaki.
c. Penyediaan prasarana pendukung transportasi.
d. Penyediaan transportasi yang aman dan efisien.
e. Peningkatan ketersediaan air baku.
f. Peningkatan cakupan pelayanan air minum
g. Pembangunan bozem dan normalisasi drainase.
h. Peremajaan perumahan tidak layak huni.
i. Penyediaan rumah sederhana untuk PNS.
j. Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran.
k. Penyediaan hunian veritkal.
l. Peningkatan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan permukiman.
m.Penyusunan rencana Tata Ruang.
n. Peningkatan luas Hutan Lindung.
o. Peningkatan luas RTH.
p. Peningkatan pemanfaatan Kawasan Pesisir.
q. Pengendalian Tata Ruang berdasar pada RTRW Kota.
2. Misi 8: Memperkuat daya dukung lingkungan hidup dan mengembangkan pariwisata serta
melestarikan keragaman budaya dan kegotongroyongan.
a. Peningkatan pengelolaan ruang terbuka hijau.
b. Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
c. Pembangunan Fasilitas Pendukung Kebun raya.

3-24
d. Peningkatan pengelolaan persampahan terpadu.
e. Melestarikan dan mengembangkan budaya gotong royong dalam masyarakat.
f. Peningkatkan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan.
g. Pengelolaan persampahan berkelanjutan berbasis masyarakat.
Infrastruktur perkotaan merupakan fasilitas fisik yang harus disediakan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga berperan sangat penting dalam
pembangunan. Pembangunan infrastruktur perkotaan tersebut telah dapat dirasakan oleh
masyarakat, namun patut diakui belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan. Sektor
infrastruktur terdiri atas prasarana transportasi, sumber daya air, dan prasarana
permukiman yang berperan sebagai pembentuk struktur ruang, pemenuhan kebutuhan
wilayah, serta pengikat antar wilayah. Peningkatan dan pemeliharaan infrastruktur harus
terus dilakukan dalam mendukung perekonomian.
Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memiliki pengaruh positif terhadap tingkat
daya saing daerah. Berikut ini diuraikan fasilitas wilayah/infrastruktur ke-PU-an yang ada
di Kota Balikpapan.
1. Jaringan Jalan dan Transportasi
Sarana jalan raya adalah bagian dari sistem perhubungan utama di Kota Balikpapan.
Selain itu ada sarana perhubungan pelabuhan Semayang dan perhubungan udara
Internasional Sepinggan. Sebagai sarana utama jalan raya di Kota Balikpapan, panjang
jalan di Kota Balikpapan (status tahun 2010) adalah sepanjang 799,52 km dengan rincian
sesuai status jalan sebagai berikut :
 Jalan Nasional :115,00 Km
dalam kondisi baik sepanjang 97,65 km atau 84,91%, kondisi sedang sepanjang 15,33
Km atau 13,33% dan kondisi rusak 2 km.
 Jalan Propinsi : 221,07 Km
kondisi baik sepanjang 146,43 km atau 66,23%, kondisi sedang sepanjang 51,43 Km
atau 23,23% dan kondisi rusak 23,3 Km atau 10,49%.
 Jalan Kota : 463,35 Km
dalam kondisi baik sepanjang 305,42 km atau 65,91%, kondisi sedang sepanjang 96,99
Km atau 20,93% dan kondisi rusak 60,94 Km atau 13,15%.
Kerusakan jalan tersebut disebabkan oleh kapasitas drainase jalan yang mengalami
penurunan standar teknis, pengembangan permukiman yang cukup tinggi sehingga
membuka jaringan jalan baru yang belum permanen, kondisi indisipliner dari para supir
yang memuat kendaraan yang melebihi tonase jalan yang ditetapkan, namun lebih
diutamakan oleh faktor daya dukung tanah (lempung, podsolik merah kuning) yang
kurang memenuhi persyaratan teknis jalan sementara secara teknis minimal daya

3-25
dukung tanah minimal (angka CBR) 6%. Disamping itu belum terealisasinya SAUM sebagai
wujud penyelenggaraan transportasi menghubungkan antar moda transportasi.
Sebagai kota yang secara fisik berbatasan dengan laut, maka Kota Balikpapan memiliki
beberapa fasilitas pelabuhan baik pelabuhan umum maupun pelabuhan khusus.
Pelabuhan umum terdiri dari Pelabuhan Semayang, Pelabuhan Fery Kariangau,
Pelabuhan Kampung Baru. Sedangkan pelabuhan khusus terdiri dari Pelabuhan
Pertamina, Pelabuhan Pendaratan Ikan Manggar, dan Pelabuhan yang dimiliki oleh
perusahaan di Kawasan Industri Kariangau. Keberadaan Pelabuhan Semayang yang
berada di pusat kota saat ini menimbulkan bangkitan lalulintas yang cukup tinggi
terlebih lagi adanya peningkatan bongkar muat barang dan penumpang. Oleh karena itu,
di masa yang akan datang pelabuhan ini hanya akan dioperasionalkan untuk pelabuhan
penumpang. Sedangkan pelabuhan bongkar muat barang akan dikembangkan di
Kariangau.
Bandar Udara Sepinggan saat ini melayani penerbangan domestik dan internasional.
Namun kapasitas bandaranya relatif terbatas dalam menampung penumpang. Oleh
karena itu pengembangan bandara baik dari segi run way maupun terminal akan mampu
meningkatkan pelayanan Bandara Udara Sepinggan.
Secara umum kondisi perhubungan Kota Balikpapan saat ini mulai menghadapi masalah
serius dan semakin menjadi ancaman besar di masa datang bila tidak dilakukan
terobosan penting. Terlebih lagi dengan perkembangan kota dan pertumbuhan
kendaraan yang sangat tinggi. Sehingga sangat dibutuhkan sistem angkutan umum
massal sebagai salah satu solusinya.
2. Infrastruktur Lingkungan (Sanitasi, Drainase, Sampah)
Di bidang prasarana permukiman, tingginya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal
mengakibatkan tak terkendalinya konversi lahan yang mengakibatkan munculnya potensi
lingkungan kumuh dan masih tingginya angka backlog serta masih rendahnya akses
masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendahbanjir. Di samping itu pemenuhan layanan air bersih, sanitasi (air
limbah, sampah, dan drainase) terutama masyarakat berpenghasilan rendah masih
dirasakan minim. Sedangkan drainase masih kurang berfungsi optimal karena masih
tingginya sedimentasi dan ditemukannya sampah, terutama pada drainase lingkungan
permukiman, yang menimbulkan banjir pada beberapa lokasi dengan ketinggan
genangan > 30 cm yang memerlukan penanganan, meskipun telah mengalami
penurunan.
 Layanan pengelolaan air limbah di Kota Balikpapan saat ini baru mencapai 2% atau
sekitar 2188 sambungan rumah (SR) yang terdiri dari layanan IPAL Margasari sebanyak

3-26
1.308 SR, IPAL komunal sebanyak 228 SR, Sanimas mencapai 216 SR dan Septictank
komunal di rumah susun melayani 436 SR. 98% air limbah masih dibuang ke tanah
atau badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu.
 Terdapat 86 (delapan puluh enam) saluran atau sungai yang langsung bermuara di
teluk Balikpapan atau di Selat Makasar yang melayani pamatusan kota Balikpapan.
Tidak ada saluran primer drainase buatan yang dibuat khusus untuk mengalirkan air
pematusan dan air buangan keluar daerah perkotaan. Semua saluran primer drainase
yang ada sekarang merupakan saluran alam yang disesuaikan untuk kebutuhan
saluran drainase. Sistem drainase Kota Balikpapan dibagi menjadi 6 (enam) wilayah
yaitu wilayah Balikpapan Barat dengan total panjang sungai 22.341 m, wilayah Wain
dengan panjang sistem drainase 23.428 m, wilayah somber yang mempunyai panjang
36.022 m, wilayah Balikpapan selatan yang dilayani dengan sungai-sungai kecil yang
mempunyai outflow langsung ke Selat Makasar dengan total panjang drainase 110.869
m, wilayah manggar mempunyai panjang drainase 9.232 m dan wilayah Balikpapan
Timur 23.981 m. Kondisi drainase pada umumnya masih kotor oleh sampah dan
sedimen sehingga seringkali terjadi penyumbatan pada daerah tertentu dan
menyebabkan genangan jika hujan.
 Pengelolaan sampah secara garis besar saat ini dilayani TPA Manggar dengan sistim
sanitary landfill. Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap hari mencapai 294 ton/hari
(70%) dan selama tahun 2010 telah berhasil mengurangi produksi sampah sebesar
8,92% melalui program komposting sebesar 525 ton/bulan, recycle mencapai 564
ton/bulan dan penggunaan yang lain sebesar 86 ton/bulan. Untuk pengembangan TPA
saat ini sedang dilakukan peningkatan kapasitas pengelolaan air lindi dan
pembangunan cell 2 dan 3 yang akan mampu melayani 5 (lima) tahun kedepan.
Program pengurangan timbulan sampah dilakukan melalui pengembangan
composting, memacu program 3R dan pengembangan bank sampah.
Program pengembangan dan pengelolaan sanitasi yang meliputi air bersih, drainase,
persampahan serta pola hidup bersih dan sehat selama 5 (lima) tahun ke depan dalam
rangka mewujudkan clean land, clean water dan clean air telah disusun secara terpadu
dalam Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Balikpapan.
3. Air Minum (Air Bersih)
Di bidang sumberdaya air, ketersediaan air baku Kota Balikpapan saat ini hanya 1.104
liter/detik sedangkan kebutuhan air baku mencapai 1.206 liter/detik sehingga terjadi
defisit air baku sebesar 102 liter/detik. Rencana pembangunan Waduk Teritip dan Wain
masih terkendala oleh pembebasan lahan yang berdampak pada lambatnya proses
sertifikasi bendungan sehingga menghambat pelaksanaan fisik pembangunan bendungan

3-27
itu sendiri. Penggunaan air bawah tanah harus sudah mulai dibatasi mengingat kondisi
hidrologi Kota Balikpapan sangat terbatas. Target Kota Balikpapan sampai tahun 2016
adalah tersedianya air baku mencapai 1.400 lt/detik.
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Balikpapan dipenuhi dari beberapa sumber
yaitu jaringan perpipaan yang dikelola PDAM, PT.Pertamina dan kawasan perumahan
tertentu, hidrant umum yang dikelola PDAM, mobil tangki yang dikelola swasta, sumur
dalam, sumur dangkal dan air hujan.
Sumber air baku saat ini sangat tergantung pada Waduk Manggar untuk pelayanan
seluruh warga kota dan Waduk Pertamina di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain untuk
memenuhi kebutuhan operasional kilang dan perumahan PT.Pertamina.
Tingkat cakupan layanan air bersih oleh PDAM saat ini mencapai 72,15% atau sekitar
77.708 sambungan rumah dengan kapasitas produksi PDAM 1.108 lt/dt dan presentasi
kehilangan air bersih rata-rata pertahun 30,69%.
Kebutuhan air baku rata-rata pada tahun 2015 mencapai 1.506 lt/detik. Untuk
memenuhi kebutuhan air baku tersebut pembangunan Waduk Teritip dan Waduk Wain
harus dipercepat. Jika kedua waduk tersebut terbangun maka akan menghasilkan air
baku dengan kapasitas 420 lt/dt.
Program penyediaan air baku dan air bersih baik jangka pendek (2011-2015) maupun
jangka panjang (2016-2020) khususnya yang dikelola PDAM akan dikembangkan sesuai
dengan revisi master plan sistem penyediaan air bersih PDAM Kota Balikpapan Tahun
2005-2020.

3-28
Tabel 3.7 Penetapan Indikator Kinerja RPJMD 2011-2016 Bidang Cipta Karya
Kondisi Capaian Kinerja Program dan Kerangka Kondisi
Kinerja Pendanaan Kinerja
Aspek/Fokus/Bidang
Awal pada
No Urusan/Indikator
RPJMD akhir
Pembangunan Daerah 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun periode
2011 RPJMD
1 PBL
a. Rasio Ruang Terbuka Hijau
per-Satuan Luas Wilayah
ber HPL/HGB
Ruang Terbuka hijau publik 37% dari 37% 3% 5% 2% 5% 52%
dan privat luas
wilayah
Luas wilayah Ruang 12 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha 3 Ha 27 Ha
Terbuka Hijau (RTH)
b. Rasio Bangunan ber- IMB
per Satuan Bangunan
(%) bangunan ber-IMB 30% 2% 2% 2% 2% 2% 40%
dengan satuan bangunan
2 CIPTA KARYA
a. Persentase Rumah Tinggal
Bersanitasi
(%) Rumah tinggal 92,15% 1% 1% 1% 1% 1% 97,15%
bersanitasi
Cakupan pelayanan air 1,2% 2% 2% 2% 2% 2% 11,20%
limbah
Jumlah IPAL terpusat 1 Unit 1 unit 0 Unit 1 Unit 0 Unit 0 Unit 3 unit
b. Rasio Rumah Layak Huni
Rumah tidak layak huni 4,48% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 4,43%
terhadap jumlah rumah
c. Drainase dalam Kondisi
Baik/Pembuangan aliran
air tidak Tersumbat
Pengurangan titik lokasi 13 lokasi 3 3 3 2 2 0
banjir banjir
d. Lingkungan Pemukiman
Kumuh
(%) Kawasan kumuh 1,49% 1,48% 1,47% 1,46% 1,45% 1,44% 1,44%
terhadap kawasan
permukiman
e. Persentase Penanganan
Sampah
Cakupan pelayanan 70% 2% 2% 2% 2% 2% 80%
persampahan
f. Persentase Penduduk
Berakses Air Minum
Cakupan pelayanan air 73% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 0,8% 77%
bersih (PDAM)
g. Pencemaran Status Mutu
Air
Penetapan Kelas air pada 5 DAS 2 DAS 2 DAS 2 DAS 2 DAS 2 DAS 15 DAS
sungai dan anak sungai di
Kota Balikpapan
i. Cakupan Penghijauan
Wilayah Rawan Longsor dan
Sumber Mata Air
Jumlah penanaman pohon 97.792 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 347.792
pohon
Sumber: Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Balikpapan Tahun 2011-2016.

3-29
Tabel 3.8 Sasaran dan Program RPJMD 2011-2016 Bidang Cipta Karya
Capaian Kinerja Urusan Program SKPD
Indikator
Sasaran Awal Akhir
Sasaran
(2011) (2016)
Tersedianya Jumlah 1.157 1.632 Pekerjaan Program PDAM, DPU
sumber-sumber produksi IPA Lt/dt lt/dtk Umum Pengembanga
air baku yang Jumlah 1.106 1.391 Pekerjaan n Kinerja Air PDAM, DPU
memadai Ketersediaan lt/dtk lt/dtk Umum Minum dan Air
air baku Limbah
Meningkatnya (%) rumah 73% 77% Pekerjaan PDAM, DPU
cakupan tangga Umum
pelayanan air pengguna air
bersih/air minum bersih
Tersedianya (%) Cakupan 2% 11,2% Pekerjaan PDAM,DTK
sistem jaringan pelayanan air Umum P
dan instalasi limbah
pengolahan air Jumlah 1 Unit 3 Unit Pekerjaan PDAM,DTK
limbah (IPAL) Instalasi IPAL IPAL Umum P
terpadu. Pengolahan
Air Limbah
(IPAL)
terpusat
Berkurangnya Titik lokasi 13 lokasi 0 lokasi Pekerjaan Program DPU
titik/ lokasi banjir banjir banjir banjir Umum Pengendalian
dan luas wilayah Jumlah 16 18 Pekerjaan Banjir DPU
banjir bendali/ bendali/ bendali Umum
bozem bozem
Sungai yang 1 buah 6 buah Pekerjaan DPU
sudah di Umum
normalisasi
Panjang 9.500 15.000 m Pekerjaan DPU
normalisasi meter Umum
sungai
Panjang 150.269 156.269 Pekerjaan Pembangunan DPU
saluran m m Umum Saluran
drainase Drainase /
permanen Gorong-
(primer, Gorong
sekunder dan
tersier
Panjang 2.500 m Pekerjaan DPU
saluran Umum
drainase
permukiman
permanen
Panjang 12.500 m Pekerjaan Program DPU
saluran Umum Rehabilitasi /
drainase Pemeliharaan
permanen saluran
(primer, drainase/
sekunder dan gorong-gorong
tersier)
Panjang 7.500 m Pekerjaan DPU
saluran Umum
drainase,
dalam kondisi
terpelihara
baik
Jalan inspeksi 1000 m 6.000 m Pekerjaan DPU
sungai Umum
Meningkatnya Jumlah rumah 4,48% 4,43% Perumahan Program DTKP
kualitas tidak layak Pengembanga
perumahan di huni n Perumahan
kawasan Jumlah 154 unit 654 unit Perumahan DTKP
permukiman Pembangunan

3-30
Capaian Kinerja Urusan Program SKPD
Indikator
Sasaran Awal Akhir
Sasaran
(2011) (2016)
kumuh rumah
sederhana
untuk PNS
Kota
Balikpapan
Terwujudnya Jumlah 0 3 Perumahan DTKP
penyediaan rusunami
hunian vertikal Jumlah 2 5 Perumahan DTKP
(rusunawa dan rusunawa
rusunami)
Terwujudnya (%) rumah 92,15% 97,15% Perumahan Program DTKP
sanitasi sehat tinggal Lingkungan
yang dapat bersanitasi Sehat
diakses seluruh (%) Kawasan 1,49% 1,44% Perumahan Perumahan DTKP
lapisan kumuh
masyarakat terhadap
kawasan
permukiman
Meningkatnya Cakupan 70% 80% Lingkungan Program DKPP
kebersihan dan pelayanan Hidup Pengendalian
keindahan kota persampahan Pencemaran
Pengelolaan 274,5 190,5 Lingkungan dan Perusakan DKPP
sampah ton/hari ton/hari Hidup Lingkungan
melalui Hidup
pengangkutan
ke TPA
Peningkatan 25,1 Ha 25,1 Ha Lingkungan DKPP
sarana dan dengan dengan Hidup
prasarana TPA zona zona
aktif 2 aktif 2
cell cell
Perluasan dan 15 Ha 35 Ha Lingkungan DKPP
pembangunan Hidup
TPA
sarana dan Bank Bank Lingkungan DKPP
prasarana 3R sampah : sampah : Hidup
dan sarana 2 lokasi 7 lokasi
persampahan Rumah Rumah Lingkungan DKPP
RT yang kompos : kompos : Hidup
terintegrasi 5 lokasi 15 lokasi
mulai dari 1.377 1.402 Lingkungan DKPP
sumber unit tong unit tong Hidup
sampai dengan kompost kompost
TPA er er

Sumber: Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Balikpapan Tahun 2011-2016.

3-31
3.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
KOTA BALIKPAPAN
Bagian ini berisikan rangkuman dari rencana masing-masing sektor di lingkup Cipta Karya,
baik untuk sektor pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, air minum, dan sanitasi di Kota Balikpapan.

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP) Kota Balikpapan


Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu
dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan
yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman
makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan
rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program
pembangunan lainnya yang telah ada;
2. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang
Cipta Karya di daerah;
3. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;
4. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan
5. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Berikut ini adalah skenario pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman berdasarkan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Balikpapan Tahun 2014.
1. Arahan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Arahan Pengembanan PKP dimaksudkan untuk menjembatani penanganan permasalahan
sektoral, spasial, infrastruktur dan investasi secara terpadu. Ketidaksesuaian
peningkatan kapasitas layanan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) yang terjadi selama
dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman di Kota Balikpapan perlu segera ditindak lanjuti dengan :
a. Menjamin kenyamanan huni melalui peningkatan upaya kepastian hukum status lahan
PKP,

3-32
b. Mengarahkan peningkatan kapasitas layanan PSU sesuai keminatan investasi
pembangunan PKP baru ke sisi bagian Utara dan sisi bagian Timur Kota Balikpapan,
sebagai daya tarik pengembangan daerah pinggiran kota sekaligus mendukung
pertumbuhan pusat kegiatan baru;
c. Membangun citra perumahan dan kawasan permukiman sebagai wajah kota yang
layak huni, nyaman dan berwawasan lingkungan, melalui peningkatan kualitas hunian
yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas layanan green infrastructure sebagai
upaya perlindungan lingkungan, pengurangan risiko bencana dan penguatan potensi
tematik lokal serta identitas kawasan;
d. Mendorong peningkatan peranserta pemangku kepentingan dalam pembaharuan basis
data PKP melalui pemantauan dan pencegahan penurunan kualitas lingkungan hunian
yang memanfaatkan jejaring informasi berbasis komunitas.
Berdasarkan arahan tersebut dirumuskan Visi RP3KP berikut:
a. Visi RP3KP Kota Balikpapan
Visi RP3KP Kota Balikpapan adalah sebagai berikut.
Mewujudkan perumahan dan kawasan permukiman yang layak huni, nyaman
dan berwawasan lingkungan.
b. Misi RP3KP Kota Balikpapan
Misi RP3KP Kota Balikpapan adalah sebagai berikut.
 Membangun PKP di Kota Balikpapan tanpa permukiman kumuh (zero slum) pada
tahun 2020, melalui program peningkatan kualitas atau pembangunan kembali.
 Membangun citra dan wajah kota dengan penyediaan PKP yang layak huni, nyaman
dan berwawasan lingkungan melalui penerapan green infrastructure, penguatan
tematik kawasan dan identitas kawasan.
 Memperluas akses antarpemangku kepentingan dalam memantau, mengevaluasi
dan memperbaharui basis data PKP Kota Balikpapan.
c. Tujuan RP3KP Kota Balikpapan
Mengupayakan pembangunan dan pengembangan PKP yang partisipatif akomodatif
dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan
PKP sesuai kaidah yang berlaku.
2. Skenario Pembangunan dan Pengembangan PKP
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut dapat dirumuskan kerangka dasar skenario
pengembangan PKP di Kota Balikpapan berdasarkan pertimbangan:
a. Urgensi Pembangunan, yaitu pertimbangan aspek yang paling mendesak untuk
dilakukan dalam jangka.pendek sebagai prioritas tindakan pembangunan.

3-33
b. Tahapan Proses Perencanaan dan Pembangunan, yaitu pertimbangan uruturutan
kegiatan atau pentahapan dalam proses perencanaan dan pembangunan, agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna,
c. Prioritas Waktu Pelaksanaan dengan pertimbangan kesiapan dan ketersediaan
sumberdaya.
Adapun Skenario Pembangunana dan Pengembangan PKP di Kota Balikpapan adalah:
a. Memberikan jaminan kepastian status lahan dalam pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman. Upaya ini sudah dimulai sejak tahun 2006 dengan moratorium
penerbitan segel pemanfaatan lahan oleh Pemerintah Kota Balikpapan.
Oleh karenanya diperlukan tindak lanjut dengan penerapan penguatan hukum dan
penegakan sanksi hukum oleh pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi yang
sesuai agar masalah status lahan berganda dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan
adanya kepastian hukum ini, penghuni akan lebih merasa nyaman karena tidak akan
tergusur oleh kepentingan lain.
b. Penciptaan Wajah Kota yang berwawasan lingkungan dengan pengurangan jumlah
perumahan dan permukiman kumuh dan tidak layak huni secara bertahap, melalui
upaya :
 Peningkatan kualitas PKP yang mencakup upaya pemugaran dan rehabilitasi,
peningkatan kapasitas layanan PSU hijau (Green Infrastruktur), integrasi program
pengelolaan sampah dan penghijauan lingkungan PKP, pemeliharaan saluran
drainase, pengembangan energi alternatif dalam penyediaan listrik serta air
bersih,
 Pembangunan PKP baru melalui penguatan tematik kawasan dan identitas kawasan
yang memiliki topografi berbukit, dengan cara meminimalkan proses pengupasan
lahan (cut & fill), mengedepankan penerapan pembangunan
 PKP berkepadatan rendah, dan prioritas pembangunan hunian vertikal agar
diperoleh alokasi RTH yang memadai dalam fungsinya sebagai pencegah longsor
dan pengurang limpasan air hujan yang berpotensi menjadi penyebab banjir,
 Penataan PKP yang terletak di luar alokasi ruang permukiman menurut RTRW
tertutama terkait perlindungan sempadan sungai dan sempadan pantai, melalui
Upaya Pembangunan kembali PKP, dilakukan dengan penerapan Konsep
Peremajaan Kota (Urban Renewal) pada perumahan dan permukiman kumuh yang
berdiri dalam tanah Negara pada kawasan pengembangan bandara, serta yang
terletak dalam program prioritas penataan wilayah pesisir pantai (Coastal Road).
c. Penguatan tema potensi lokal kawasan sebagai unsur penciri khas perumahan dan
permukiman dilakukan dengan menetapkan kawasan PKP prioritas sebagai

3-34
percontohan yang meliputi tema pariwisata dan konservasi; serta integrasi
pengembangan PKP dan bandara Sepinggan
d. Perluasan akses MBR dalam perolehan kesempatan menghuni rumah yang nyaman dan
dekat dengan tempat bekerja, melalui mekanisme pembangunan rumah susun sewa
(RUSUNAWA), dengan menambah ketersediaan rumah susun sewa dalam program
penataan pembangunan dan pengembangan PKP yang mencakup kegiatan
peningkatan kualitas, pembangunan baru dan pembangunan kembali.
e. Pembentukan forum komunikasi dan koordinasi pembangunan dan pengembangan PKP
Kota Balikpapan yang inklusif guna mewadahi aspirasi antar pemangku kepentingan,
melalui tim inti yang beranggotakan SKPD terkait, dan tim penunjang yang terdiri
dari wakil kelurahan, kecamatan serta pengembang.
3. Kawasan Permukiman Prioritas Menurut SPPIP Kota Balikpapan dan Deleniasi Kawasan
Permukiman Prioritas
Berdasarkan berita acara kegiatan FGD ke–2 mengenai penetapan lokasi prioritas
penanganan permukiman Kota Balikpapan terkait penyusunan strategi pengembangan
permukiman dan infrastruktur perkotaan (SPPIP) Kota Balikpapan tahun 2010. Maka
diperoleh lokasi prioritas adalah pada lokasi permukiamn Di Kelurahan Sepinggan
Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kelurahan Margomulyo Kecamatan Balikpapan Barat.
Dengan detail luasan masing – masing untuk Kelurahan Margomulyo 27,3 Ha dan 60,9 Ha,
sedangkan untuk Kelurahan Sepinggan 37,9 Ha dan 22,8Ha.

3-35
Tabel 3.9 Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

3-36
3.2.2 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Balikpapan
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau
tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan
berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa
tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat
berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.
Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan
prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka
perlindungan dan pelestarian air.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) setidaknya berisi:
 Rencana Sistem Pelayanan
 Rencana Pengembangan SPAM
 Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum
Sumber-sumber air permukaan potensial yang terdapat di sekitar Kota Balikpapan adalah
Sungai Wain Bugis dan Sungai Teritip. Sungai-sungai lainnya seperti S. Leumpasuang, S.
Sombir, S. Klandasan, S. Sepinggan Besar, S. Batakan, dan S. Manggar Kecil tidak
dimanfaatkan karena selain alirannya tidak menerus, sungai tersebut dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Sungai Selok Api hanya dapat dimanfaatkan pada musim hujan. Kualitas air
sungai di Balikpapan pada umumnya memiliki kandungan unsur Fe tinggi dengan pH rendah,
gejala ini diakibatkan oleh adanya rawa-rawa di sekitar sungai tersebut.
Sedangkan sumber-sumber air permukaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air baku yang terdapat di luar wilayah Kota Balikpapan adalah Sungai Semoi, S.
Sepaku, S. Merdeka dan Waduk Samboja. Diperlukan upaya pendekatan dan koordinasi dengan
pihak terkait dalam merencanakan pemanfaatan sumber air baku yang berada di luar wilayah
Kota Balikpapan untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul.

Potensi Air Permukaan


1. Waduk Manggar
Waduk ini termasuk kedalam wilayah administrasi Kec. Balikpapan Barat yang terletak ± 20
km ke arah timur laut dari pusat Kota Balikpapan. Ketersediaan air dari Waduk Manggar
dengan kapasitas sebesar ±1.000 lt/det sampai saat ini tetap diperhitungkan sebagai
sumber air baku utama.

3-37
Pembangunan waduk Manggar dengan membendung S. Manggar dimulai pada tahun 1980
dan beroperasi pada tahun 1986, luas genangan pada saat itu seluas 300 ha dan mempunyai
kapasitas tampung 1,2 juta m³. Pada tahun 1991 dilakukan peningkatan kapasitas tampung
waduk menjadi 3,27 juta m³.
Pada kurun waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 dilakukan peningkatan daya
tampung waduk kembali dengan meninggikan bendung dari 7,8 meter menjadi tinggi 12,8
meter sehingga daya tampung waduk meningkat menjadi 14,2 juta m³ dengan luas
genangan pada ketinggian air normal seluas ± 403 Ha.
Pada saat ini air waduk Manggar menjadi sumber air baku utama bagi PDAM Kota
Balikpapan dengan pengambilan air rata-rata sebesar ± 800 lt/dtk.
2. Waduk Teritip
Lokasi bendungan Sungai Teritip terletak pada posisi 1°9’27”BT-1°10’35” LS, menempati
morfologi perbukitan bergelombang dengan bukit-bukit kecil, elevasi berkisar antara 10-
100 m di atas permukaan laut. Kelerengan daerahnya bervariasi 10°-30°. Secara umum,
bukitbukitnya berbentuk elipsoid condong memanjang yang mengindikasikan bahwa daerah
ini tersusun oleh litologi yang relatif lunak dan cenderung seragam. Pola pengaliran daerah
ini secara umum adalah sub terellis yang mengindikasikan daerah tersebut telah mengalami
perlipatan.
Pada Sungai Teritip telah dibuat bendung Teritip yang berfungsi sebagai bendung irigasi
untuk mengairi areal sawah seluas ±200 ha. Rencana bendungan berada di hulu bendungan
eksisting, dengan jarak sekitar 5 km dari IPA Teritip. Waduk ini memiliki debit normal
sebesar ±175 lt/det dan debit banjir ±200 lt/det. Kapasitas aman yang dapat dimanfaatkan
untuk rencana pengembangan sistem penyediaan air bersih Kota Balikpapan adalah sebesar
± 150 lt/det.
Pada akhir tahun 2010, rencana pembangunan waduk Teritip masih dalam tahap
pembebasan lahan dan perencanaan rinci, pembangunan fisik direncanakan dimulai tahun
2013.
3. Waduk Samboja
Waduk Merdeka terletak sekitar ± 39 km arah timur laut Kota Balikpapan dan termasuk
kedalam wilayah administratif Kabupaten Kutai Kartanegara. Luas DPS Merdeka adalah
184,75 km² dengan panjang sungai utama 21,14 km. Lokasi rencana bendungan
direncanakan berada di hulu jembatan Samboja-Handil, terletak pada posisi 116°58’00”
BT-1°00’00” LS, menempati morfologi perbukitan bergelombang dengan elevasi antara 20-
40m di atas permukaan laut. Kemiringan lereng 10°-60°. Sungai Merdeka merupakan sungai

3-38
permanen yang berair sepanjang tahun. Waduk ini memiliki volume tampungan yang
diperkirakan sebesar ±145.637.500 m³ per tahun (± 3.825 lt/det).
4. Waduk Wain Bugis
Waduk Wain Bugis terletak ± 22 km sebelah utara Kota Balikpapan dan termasuk kedalam
wilayah administrasi Kecamatan Balikpapan Barat. Waduk ini merupakan pertemuan antara
S. Wain dan S. Bugis. Luas DPS (daerah pengaruh sungai) adalah 86,93 km² dengan panjang
sungai utama 9,12 km. Lokasi waduk pada posisi 116°48’00” BT-1°09’14” LS, menempati
morfologi perbukitan bergelombang dengan elevasi antara 20-100 m di atas permukaan
laut. Kemiringan lereng 10°-30°, pola aliran S. Wain adalah sub terellis yang
mengindikasikan daerah tersebut telah mengalami perlipatan. Sungai Bugis mengalir ke
arah S. Wain Besar hingga ke muara Teluk Balikpapan, merupakan sungai permanen berair
mengalir sepanjang tahun dengan lebar sungai berkisar antara 30-40 m.
Pemanfaatan S. Wain telah dilakukan oleh Pertamina UP.V Balikpapan untuk memenuhi
berbagai keperluan di lingkungan Kompleks Pertamina, yaitu dengan cara membuat
bendungan dengan kapasitas pemanfaatan mencapai 200 lt/det. Untuk mengambil air S.
Wain, Pertamina membuat bendungan (Waduk Wain) dan memompanya ke sebuah instalasi
pengolahan air milik Pertamina UP.V Balikpapan dan selanjutnya dipakai untuk memenuhi
kebutuhan kilang minyak Pertamina serta untuk memenuhi kebutuhan domestik di
perumahan karyawannya. Air limpasan dari Waduk Wain mengalir ke laut melalui aliran S.
Wain Besar.
Prediksi potensi pengembangan air permukaan dari S. Wain dan S. Bugis didasarkan atas
hasil perhitungan volume limpasan air permukaan dimana besarnya volume limpasan air
permukaan pada Waduk Wain-Bugis terhitung sebesar 41.737.306,24 m³/tahun, tergolong
lebih tinggi dibandingkan dengan volume limpasan air permukaan Waduk Manggar. Hal ini
didukung oleh kondisi lingkungan di kedua DAS tersebut yang tidak jauh berbeda, antara
lain ditandai oleh adanya kawasan lindung di bagian hulunya, dibentuk oleh Formasi
Kampungbaru, dan memiliki kondisi iklim dan curah hujan yang sama.
Permasalahan pada rencana pembangunan Waduk Wain Bugis adalah tenggelamnya waduk
eksisting beserta seluruh fasilitasnya dan perlu adanya relokasi pemukiman karyawan
Pertamina serta masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang Sungai Wain yang kelak
akan menjadi daerah genangan waduk baru. Genangan waduk seluas 262 ha akan merubah
ekosistem alam hutan tropis Wain.
Pemanfaatan air limpasan bendung Pertamina yang berasal dari S. Wain maupun
pemanfaatan air S. Wain dan S. Bugis masih memerlukan upaya pendekatan dan koordinasi

3-39
intensif dengan pihak terkait. Sedangkan kapasitas air limpasan yang berasal dari S. Wain
sendiri diperkirakan sebesar ± 200 lt/det.

Potensi Air Tanah


Air tanah yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku alternatif di PDAM Kota Balikpapan
relatif cukup besar. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya sumur bor yang telah dibuat,
tercatat sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat sebanyak 43 unit sumur bor dimana 21 unit
sumur beroperasi baik, 17 unit tidak beroperasi karena rusak dan 5 unit lainnya belum
dioperasikan. Dari sumur bor yang beroperasi dan belum dioperasikan saat ini, kapasitas total
yang dapat dimanfaatkan terhitung sebesar ± 269 lt/det.
Untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan air tanah pengambilan dapat dilakukan dengan
membuat beberapa sumur bor dalam sesuai dengan ketersediannya. Dalam hal ini, ditilik dari
aspek lingkungan, pemanfaatan air tanah perlu memperhatikan neraca air tanah yang
berlangsung di daerah ini dengan mengupayakan untuk tidak memanfaatkan simpanan air
tanah (groundwater storage).
Wilayah Kota Balikpapan merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah (CAT) Balikpapan.
Neraca air tanah terdiri atas aliran air tanah masuk dengan arah umum utara-selatan,
diperhitungkan ± 1.724.358,55 m³/tahun ditambah imbuhan air tanah berasal curah hujan
yang meresap dan masuk ke dalam sistem akuifer tertekan di wilayah studi, diperhitungkan ±
177.657.751 m³/tahun akan mengisi sistem akuifer tertekan.
Selanjutnya sejumlah air tanah tersebut telah dimanfaatkan melalui sumur bor, mataair, dan
lainnya, sehingga diperhitungkan yang tersisa dan mengalir keluar Kota Balikpapan
(groundwater outflow) ± 8.153.707,75 m³/tahun. Dengan demikian, pembuatan sumur bor
untuk menyadap air tanah tertekan dapat dilakukan dengan memanfaatkan aliran air tanah ±
8.153.707,75 m³/tahun yang keluar dari Kota Balikpapan, terutama untuk mengatasi kesulitan
sumber air baku selama pemanfaatan sumber air permukaan belum dapat dilakukan secara
optimal.
Pengaturan pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan adalah sebagai berikut:
1. Daerah Pengembangan Air Tanah I
Pembuatan sumur bor di sekitar Kampung Damai dapat dilakukan dengan kedalaman kurang
dari 150 m.bmt, dimana pada kedalaman lebih dari 150 m.bmt kemungkinan terdapat air
tanah dengan temperatur cukup tinggi dan kualitas yang kurang baik sebagai sumber air
baku, sedangkan di sekitar Gunung Sari dapat dilakukan sampai kedalaman lebih kurang
antara 125-150 m.bmt, menyadap kelompok akuifer dari Formasi Balikpapan yang terdiri

3-40
atas pasir kuarsa dan batupasir cukup tebal dengan sisipan tipis lempung dan batulempung,
serta debit optimum yang dapat mencapai ±15 l/detik. Air tanah di daerah ini memiliki
kandungan unsur besi yang relatif tinggi, sedangkan pada kedalaman lebih dari 125 m.bmt
riskan terhadap penyusupan air laut.
2. Daerah Pengembangan Air Tanah II
Pembuatan sumur bor dapat dilakukan dengan menyadap akuifer pada kedalaman kurang
dari 150 m.bmt di sekitar Balikpapan, serta kurang dari 125 m.bmt di sekitar Sepinggan-
Teritip dan sekitar Kampung Baru-Teluk Balikpapan, sedangkan di bagian tengah daerah
penelitian dapat menyadap akuifer dengan kedalaman maksimum 200 m.bmt.
Pentahapan pemenuhan kebutuhan air yang disesuaikan dengan ketersediaan air baku. Acuan
dasar bagi pelaksanaan program sehingga ketetapan cakupan pelayanan, tingkat konsumsi
pelayanan, kebutuhan air per orang per hari (l/org/hari) dan perhitungan proyeksi kebutuhan
air pada waktu mendatang.

Gambar 4.9 Skematik Tahapan Air Baku 2016-2020


Sumber : Review Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Kota Balikpapan - Th. 2005 – 2020

3-41
Gambar 4.10 Rencana Supply IPA Tahun 2016 -2020
Sumber : Review Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Kota Balikpapan - Th. 2005 – 2020

Pengembangan daerah pelayanan direncanakan terbagi dalam zona-zona pelayanan


berdasarkan wilayah pelayanan masing-masing IPA. Pembagian zona pelayanan berdasarkan
unit layanan pelanggan tersebut meliputi :
1. Zona 1 adalah Zona Manggar;
2. Zona 2 adalah Zona Batu Ampar;
3. Zona 3 adalah Zona Kampung Damai;
4. Zona 4 adalah Zona Gunung Sari;
5. Zona 5 adalah Zona Teritip;
6. Zona 6 adalah Zona Prapatan;
7. Zona 7 adalah Zona Kampung Baru;
8. Zona 8 adalah Zona Korpri.
Rencana pembagian zona daerah pelayanan yang berdasarkan unit pelayanan dapat dilihat
gambar sebagai berikut:

3-42
Gambar 4.11 Rencana Zonasi Daerah Pelayanan
Sumber : Review Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Kota Balikpapan - Th. 2005 – 2020

Kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Balikpapan dipenuhi dari beberapa sumber yaitu
jaringan perpipaan yang dikelola PDAM, PT Pertamina dan kawasan perumahan tertentu,
hidrant umum yang dikelola PDAM, mobil tangki yang dikelola swasta, sumur dalam, sumur
dangkal dan air hujan.
Sumber air baku saat ini sangat tergantung pada Waduk Manggar untuk pelayanan seluruh
warga kota dan Waduk Pertamina di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain untuk memenuhi
kebutuhan operasional kilang dan perumahan PT Pertamina.
Air yang diproduksi oleh PDAM Kota Balikpapan pada Tahun 2012 sebanyak 37.429.227 m3.
Akan tetapi hanya sekitar 88,17% yang mampu disalurkan ke konsumen, dan 33,85% dari air
yang tersalurkan tersebut hilang. Tiap bulan, sepanjang Tahun 2012, angka kehilangan rata-
rata 930.885,167 m3.
Kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Balikpapan dipenuhi dari beberapa sumber, baik
yang diolah maupun langsung dipergunakan. Air tersebut berasal dari:

3-43
1. Sistem penyediaan Air Minum (SPAM) melalui jaringan perpipaan, baik yang dikelola oleh
PDAM Kota Balikpapan, Pertamina, perusahaan-perusahaan asing yang memiliki kawasan
permukiman sendiri maupun pengembangan kawasan permukiman yang mengelola SPAM
mandiri.
2. Hidran Umum/terminal air (TAHU) yang dilayani PDAM.
3. Mobil tangki yang menghantarkan air dari PDAM maupun sumur bor yang dikelola swasta.
4. Sumur dalam atau dangkal yang dikelola secara pribadi, kelompok warga atau perusahaan.
Ada yang tidak diolah atau diolah sebelum dipergunakan.
5. Air hujan yang ditampung dengan tampungan khusus.
Sumber air baku yang ada dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air warga kota yakni
waduk Manggar, Waduk Wain, sumur dalam dan dangkal serta air hujan.
Waduk Manggar dimanfaatkan oleh PDAM Kota Balikpapan, sedang Waduk Wain dimanfaatkan
oleh Pertamina. Sungai-sungai kecil yang ada di dalam kota tidak layak dipergunakan sebagai
bahan baku karena mengandung limbah baik domestik maupun industri serta tergolong sungai
intermitten – yang mengalirkan debit besar pada saat hujan.
Pelayanan air bersih oleh PDAM dimulai tahun 1976 dengan kapasitas kecil (IPA Martadinata
dan Gunung Sari). Pada tahun 1980-an dimulai pengembangan sistem penyediaan air minum
(SPAM) oleh Proyek Air Bersih Kaltim dengan pembangunan Waduk Manggar, stasiun pompa
intake dan pipa transmisi air baku, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kampung Damai dan
pemasangan jaringan pipa distribusi primer sampai dengan tersier dan tandon serta pompa
booster. Tahun 1990-an, dilaksanakan kembali pengembangan SPAM meliputi pembangunan
IPA Batu Ampar dan IPA Gunung Tembak, peningkatan IPA Gunung Sari, pemasangan pipa
transmisi air baku, pembuatan sumur dalam, pompa booster dan tandon serta perluasan
jaringan pipa distribusi. Pengembangan dilakukan kembali pada tahun 200-an dengan
pembangunan IPA Teritip, pembuatan sumur dalam, peningkatan IPA Batu Ampar, perbaikan
pipa transmisi air baku serta perluasan jaringan pipa distribusi, pompa booster dan tandon.
Pengembangan yang dilaksanakan menggunakan sumber dana APBN, APBD Prop, APBD Kota,
Pinjaman (RDI dan SLA), PDAM serta peran serta masyarakat.
Tingkat cakupan layanan air bersih oleh PDAM saat ini mencapai 72,15% atau sekitar 77.708
sambungan rumah dengan kapasitas produksi PDAM 1.108 lt/dt dan presentasi kehilangan air
bersih rata-rata pertahun 30,69%. Kebutuhan air baku rata-rata pada tahun 2025 mencapai
2.179 lt/detik. Saat ini kapasitas air baku hanya 1.140 lt/dt. Untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dan masyakat tersebut, saat ini dioperasikan 6 Instalasi Pengelolaan Air (IPA) yang
terbangun di seputar kota. Sumber air yang dipergunakan berasal dari air permukaan dan air

3-44
tanah. Sumber air baku utama berasal dari Waduk Manggar yang terletak di Kecamatan
Balikpapan Utara, yang mampu menyediakan air baku sebesar 900 liter/detik dan dapat
bertahan selama 6 bulan tanpa hujan karena memiliki kapasitas tampung sebesar 16 juta m3.
Sumber air baku lainnya berasal dari air tanah (sumur bor) dan sungai. Sumur bor yang ada
memiliki kedalaman sekitar 100 s/d 200 m dan tersebar di berbagai tempat untuk memenuhi
kebutuhan IPA. Kapasitas produksi terpasang dari seluruh IPA sebesar 1.115 liter/detik. IPA
yang tergolong besar yakni IPA Batu Ampar (500 liter/detik), IPA Kampung Damai (400
liter/detik) dan IPA Gunung Sari (110 liter/detik). Selebihnya memiliki kapasitas produksi
sedang (IPA Teritip – 50 liter/detik) dan kecil (kurang dari 10 lliter/detik). Seluruh IPA
menggunakan sistem pengolahan lengkap dikarenakan mutu air baku yang ada pada saat ini.
Parameter air baku yang terutama berpengaruh dalam pengolahan air dari berbagai IPA
antara lain kadar organik (humus), warna, pH, kandungan besi, mangan, amoniak, serta suhu
yang relatif tinggi 400C s/d 480C) dari beberapa sumber air tanah. Untuk memenuhi
kebutuhan air baku tersebut pembangunan Waduk Teritip dan Waduk Wain harus dipercepat.
Jika kedua waduk tersebut terbangun maka akan menghasilkan air baku dengan kapasitas 420
lt/dt.
Unit operasi yang biasa dipakai antara lain praklorinasi, aerasi, koagulasi, flokuasi,
sedimentasi/flotasi, filtrasi dan desinfeksi. Beberapa IPA menggunakan air baku dari gabungan
air permukaan dan air tanah (IPA Batu Ampar, IPA Kampung Damai). Kapasitas IPA terpakai
sekitar 1.035 liter/detik.
Pendistribusian air dari seluruh IPA menggunakan pompa. Tekanan pompa distribusi berkisar
1,5 s/d 7 bar. Dikarenakan terletak di lokasi yang tinggi maka tekanan distribusi IPA Batu
Ampar relatif rendah (1,5 s/d 2,5 bar). IPA lainnya terletak pada lokasi rendah sehingga
tekanan pompa distribusi cukup tinggi berkisar 4 s/d 7 bar. Walaupun telah menggunakan
pompa dalam pendistribusian air dari IPA, masih dipergunakan pompa booster dan tandon
untuk melayani tempat-tempat yang terletak pada daerah tinggi dan jauh dari IPA. Saat ini
PDAM memiliki 8 stasiun pompa booster dan 10 tandon di jaringan pipa distribusi. Kapasitas
pompa booster berkisar 5 s/d 25 liter/detik dengan tekanan 4 s/d 6 bar serta kapasitas
tandon 50 m3 s/d 1000 m3.
Berdasarkan proyeksi penduduk Kota Balikpapan s.d Tahun 2034 yaitu sebesar 1.198.411 jiwa,
maka kebutuhan air bersih berdasarkan Tabel Standar Kebutuhan Air Bersih adalah sebesar
230 -323 L/orang/hari.

3-45
Tabel 3.10 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih dan Beban Air Limbah s.d Tahun 2034
(m3/hari)
No KECAMATAN 2015 2019 2024 2029 2034
1. Balikpapan Selatan 45.533 50.693 62.367 77.456 88.199
2. Balikpapan Timur 25.028 27.864 34.281 42.575 48.479
3. Balikpapan Utara 47.766 53.179 65.426 81.255 92.525
4. Balikpapan Tengah 38.354 42.700 52.534 65.244 74.293
5. Balikpapan Barat 33.238 37.005 45.527 56.541 64.383
6. Balikpapan Kota 32.189 35.836 44.089 54.756 62.350
Jumlah 222.108 247.277 304.224 377.827 430.229
Sumber : Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Balikpapan, 2015

Program penyediaan air baku dan air bersih baik jangka pendek (2011-2015) maupun jangka
panjang (2016-2020) khususnya yang dikelola PDAM akan dikembangkan sesuai dengan revisi
master plan sistem penyediaan air bersih PDAM Kota Balikpapan Tahun 2005-2020.
Rencana Induk SPAM Kota Balikpapan mencakup wilayah pelayanan air minum melalui jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang terdapat di dalam satu wilayah administrasi
Kota Balikpapan. Rencana pengembangan SPAM Kota Balikpapan disusun dalam 2 wilayah
pelayanan, yaitu wilayah pelayanan PDAM dan wilayah pelayanan Non PDAM.

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Balikpapan


Visi Sanitasi Kota Balikpapan dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bersama Mewujudkan
Sanitasi Sehat Kota Balikpapan 2015”
Misi Sanitasi Kota Balikpapan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik
sektor sanitasi
2. Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi sehat
3. Mengembangkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat sehingga tercapainya
kesejahteraan masyarakat lahir dan batin
4. Meningkatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat untuk berpartisipasi secara luas
dalam pembangunan sanitasi (Sanitasi urusan bersama)
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penegakan hukum pada sektor sanitasi.
6. Menggelorakan semangat Balikpapan Sehat: Kubangun Sanitasi, Kujaga Sanitasi, dan Kubela
Sanitasi.
Berdasarkan kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah untuk Kota
Balikpapan, maka tujuan dan target penanganan yang akan dilaksanakan untuk sistem

3-46
pengelolaan air limbah Kota Balikpapan seiring dengan tujuan, sasaran dan strategi
pengembangan SPAL Kota Balikpapan, yaitu :
1. Peningkatan pelayanan air limbah, baik air limbah domestik, maupun air limbah industri.
2. Optimalisasi operasional IPLT
Pilihan arah pengembangan sistem prasarana dan sarana air limbah yang dapat
dipertimbangkan untuk Kota Balikpapan antara lain :
1. Meningkatkan sistem setempat (On-site) yang sudah berjalan.
2. Mengembangkan sistem Off-site pada kawasan tertentu (skala kawasan).
3. Mengembangkan sistem Off-site skala kota.
4. Pengembangan dengan teknologi yang lebih maju.
Grand strategi arah pengembangan prasarana dan sarana air limbah secara umum dapat
dibagi atas 4 (empat) kuadran seperti yang dijelaskan pada gambar berikut :
1. Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem On-site
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain :
 Peningkatan pembangunan tangki septik yang sesuai dengan SNI.
 Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun.
 Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui :
- Penambahan armada truck penyedot tinja
- Peningkatan kapasitas IPLT.
 Pengembangan Program SANIMAS.
2. Grand strategi kuadran II : Pengembangan sistem Off-site Skala Kawasan
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain :
- Pemilihan Lokasi IPAL skala kawasan sesuai dengan daerah prioritas berdasarkan
pendekatan kemiringan lahan, permeabilitas tanah dan pendekatan lain untuk
mendapatkan lokasi yang sesuai.
- Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui :
 Penambahan armada truck penyedot tinja
 Peningkatan kapasitas IPLT.
- Pengembangan Program SANIMAS.
- Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-daerah prioritas.
Pada strategi ini tranformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat akan dimulai
secara kawasan demi kawasan.
3. Grand strategi kuadran III : Pengembangan Sistem Off-site Skala Kota

3-47
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain mengembangkan sarana dan prasarana
Air Limbah terpusat skala kota. Strategi ini berarti sistem On-site akan ditinggalkan secara
bertahap.
4. Grand strategi kuadran IV: Pengembangan dengan teknologi lebih maju.
Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi pengembangan dengan menggunakan
tingkat teknologi yang lebih maju yang paling sesuai dengan kawasan yang dimaksud,
dengan mengesampingkan biaya operasional, invenstasi yang kendala dari kondisi
lingkungan.

Gambar 4.12 Grand Strategi Arah Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sumber: Master Plan Pengelolaan Air Limbah Kota Balikpapan, 2014

Berdasarkan pilihan arah pengembangan SPAL Kota balikpapan seperti pada uraian diatas,
maka untuk arah pengembangan SPAL Kota Balikpapan menetapkan pilihan pada Grand
strategi Kuadran II : Pengembangan Sistem Off-site Skala Kawasan.
Berdasarkan dokumen SSK Kota Balikpapan, Kebijakan dan Strategi Sektor Sanitasi Kota yang
sedang berlangsung sekarang, mencakup limbah cair adalah :
a. Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site
untuk perbaikan kesehatan masyarakat Kota Balikpapan.

3-48
a. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem
setempat (on site) melalui sistem komunal.
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah sistem
terpusat (off site).
b. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman.
a. Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
pengelolaan air limbah permukiman/domestik
b. Mendorong partisipasi dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan dan
pengelolaan air limbah permukiman/domestik.
c. Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah
permukiman.
a. Menyusun peraturan daerah yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah
permukiman/domestik.
b. Menyebarluaskan informasi peraturan terkait pengelolaan air limbah
permukiman/domestik
c. Menerapkan peraturan yang telah dibuat.
d. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah
permukiman/domestik.
a. Mendorong pembentukan dan penguatan institusi pengelola air limbah permukiman
b. Memfasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan air limbah permukiman.
c. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga.
d. Mengembangkan sumberdaya manusia dalam pengelolaan air limba
permukiman/domestik.
e. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan
sarana air limbah permukiman/domestik. Strategi yang diterapkan adalah pembiayaan
bersama pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah Kota Balikpapan.

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kota Balikpapan


Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan
lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan

3-49
pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) setidaknya berisi:
 Program bangunan dan lingkungan
 Rencana umum dan panduan rancangan
 Rencana investasi

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota Balikpapan
Bagian ini berisikan rangkuman dari uraian rencana masing-masing sektor ke dalam satu tabel
matriks sebagai berikut.

3-50
Tabel 3.11
Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota Balikpapan

STATUS INDIKASI PROGRAM/


NO PRODUK RENCANA ARAHAN PEMBANGUNAN LOKASI
(ADA/TDK) KEGIATAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. RKP Ada

2. RISPAM Ada

3. SSK Ada

4. RTBL Ada

3-51

Anda mungkin juga menyukai