Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.

1 Mei 2016: 17-26


eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Penggantian Sebagian Ransum Komersil oleh Jagung dan


Pengaruhnya terhadap Kualitas Fisik Daging Broiler
The substitution of the commercial ration with corn and its effect on the
carcass quality of the broiler meat

Olfa Mega1), Bieng Brata2) dan Johan Setianto2)

1) Fakultas Peternakan Univrsitas Jambi, Kampus Mandalo darat KM 15 Jambi 36361.


2)Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

e-mail:omega.alfa134@gmail.com

Intisari
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi kualitas fisik daging broiler yang beri
ransum komersil yang sebagiannya disubstitusi oleh jagung. Penelitian menggunakan 80
ekor ayam broiler umur 21 hari. Ayam dibagi kedalam 4 (empat) kelompok bobot badan
sebagai ulangan, tiap kelompok ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Perlakuan yang diberikan
dalam penelitian ini terdiri dari substitusi 0% ,10%, 20% dan 30% ransum komersil oleh
jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jagung sebagai substitusi ransum
komersil berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya mengikat air, susut masak dan meatbone
ratio tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai pH daging. Daya mengikat air
daging pada penggunaan jagung 30 % (34,40%) nyata lebih tinggi dibanding penggunaan
jagung 0% (15,7%), 10% (22,33%) dan 20% (23,78%). Daya mengikat air daging pada
penggunaan jagung 10% dan 20% dalam ransum komersial tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata. Susut masak daging pada penggunaan jagung 30% (26,32%) lebih rendah dari
penggunaan jagung 0% (39,47%), 10% (34,21%) dan 20% (36,11%), sementara meatbone ratio
perlakuan 10% jagung (3,83) lebih tinggi dari perlakuan 20% dan 30% jagung. Kisaran nilai
pH dalam penelitian ini adalah 6,5 sampai 6,8 dengan rataan 6,63. Substitusi ransum
komersil oleh jagung 30% memberikan nilai daya mengikat air tertinggi dan susut masak
terendah, sedangkan meatbone ratio tertinggi terdapat pada perlakuan substitusi 10%.
Kata kunci : kualitas fisik, daging broiler, jagung

Abstract
The study aimed to evaluate the physical quality of broiler meat that give
commercial ration partially substituted by corn. The study used 80 broiler chickens aged 21
days. Chicken is divided into 4 (four) groups of body weight as replicates, each group
consisted of 5 replicates chickens. The treatments were given in this study consisted of
substitution of 0%, 10, 20% and 30% by commercial ration of corn. The results showed that
the use of corn as a substitute for commercial ration significantly (P <0.05) to the water
holding capacity, cooking loss and meatbone ratio, but not significant (P> 0.05) on the pH
value of the meat. Water holding capacity on the use of corn 30% (34.40%) is significantly
higher than the use of maize 0% (15.7%), 10% (22.33%) and 20% (23.78%). Water holding
capacity on the use of corn 10% and 20% in commercial diet showed no significant
difference. Cooking loss meat on the use of corn 30% (26.32%) is lower than the use of maize
0% (39.47%), 10% (34.21%) and 20% (36.11%), while the meatbone ratio treatment 10% corn
(3.83) is higher than the treatment 20% and 30% corn. The range of pH values in this study
was 6.5 to 6.8 with the average of 6.63. Substitution of commercial rations by as much as 30%
corn gives the value of the high water holding capacity and low cooking loss, while
meatbone ratio highest found in 10% of substitution treatment.
Keywords: physical quality, broiler meat, corn

17
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Pendahuluan digunakan sebagai bahan


Populasi ayam broiler di penyusun ransum karena memiliki
Propinsi Bengkulu menurun beberapa kelebihan diantaranya
4,02% dari tahun 2010 (6.449.002 merupakan bahan baku sumber
ekor) menjadi 6.189.874 ekor energi yang mudah dicerna,
tahun 2011, sedangkan jumlah palatabel dan tidak mengandung
pemotongan meningkat 28,50% anti nutrisi. Jagung juga
dari tahun 2010 sebanyak 1.668.082 mengandung xanthofil yang dapat
ekor menjadi 2.143.441 ekor pada meningkatkan warna kuning pada
tahun 2011 (BPS Provinsi yolk dan warna kuning pada kaki
Bengkulu, 2012). Penurunan dan kulit karkas ayam. Selain
populasi ini disebabkan oleh harga sebagai sumber karbohidrat,
ransum broiler yang terus naik jagung juga merupakan sumber
sehingga peternak mengurangi protein yaitu: albumin, globulin,
produksinya. Sebaliknya terjadi prolamin, glutelin, dan nitrogen
permintaan yang tinggi terhadap nonprotein. Widodo (2010)
daging broiler karena harga menyatakan jagung kuning
daging broiler lebih terjangkau mengandung EM 3370 kkal/kg,
oleh masyarakat dibandingkan PK 8,6%, LK3,9%,SK 2% Ca 0,02%,
dengan daging dari ternak lain. P 0,1% lisin 0,2% dan metionin
Kondisi ini disambut baik oleh 0,18%. Menurut Suarni dan
Fakultas Pertanian Universitas Widowati (2013), jagung
Bengkulu dengan membuka unit mengandung serat pangan 12,19%,
usaha pemeliharaan ayam broiler. yang berfungsi menurunkan
Usaha ini memberikan efek sosial kolesterol total, kadal LDL dan
ekonomi yang positif bagi fakultas. glukosa darah. Jagung kuning juga
Harga pakan yang fluktuatif dan mengandung vitamin A atau
cenderung meningkat harus karatenoid dan vitamin E yang
disiasati dengan bijak, karena berfungsi sebagai antioksidan
sekitar 60 sampai 75 persen biaya alami yang dapat meningkatkan
produksi pada ternak unggas imunitas tubuh dan dapat
komersil adalah biaya pakan menghambat degeneratif sel.
(Sibbald, 1987). Untuk itu dilakukan Berbagai mineral esensial, seperti
upaya untuk menekan biaya K, Na, P, Ca,dan Fe terdapat dalam
pakan. Salah satu upaya yang jagung. Penggunaan jagung pada
dapat ditempuh untuk menekan ayam pedaging fase strarter
biaya pakan adalah menggantikan maksimun 60% dan fase finsisher
sebagian ransum komersil dengan 70 % (Widodo, 2010).
bahan baku yang lebih murah dan Daging ayam broiler adalah
mudah didapat serta tidak bahan makanan yang mengandung
menimbulkan efek yang buruk gizi tinggi, memiliki rasa dan aroma
terhadap performans ayam yang enak, tekstur yang lunak
tersebut. sehingga disukai hampir semua
Jagung merupakan bahan orang. Komposisi kimia daging
pakan utama unggas yang ayam terdiri dari protein 18,6%,

18
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

lemak 15,06%, air 65,95% dan abu dengan 4 perlakuan dan empat
0,79% (Stadelman et al., 1988). Selain kelompok badan bobot sebagai
nilai nutrisi, kualitas daging broiler ulangan. Perlakuan yang diberikan
juga ditentukan oleh pH, daya adalah sebagai berikut :
mengikat air, susut masak dan R0 = 0% jagung dan 100% ransum
jumlah perdagingan. Sifat-sifat fisik komersil
daging ini dipengaruhi oleh R1 = 10% jagung dan 90% ransum
berbagai faktor salah satunya pakan. komersil
Dengan pertimbangan diatas R2 = 20% jagung dan 80% ransum
dilakukan penelitian untuk komersil
mengevaluasi kualitas fisik daging R3 = 30% jagung dan 70% ransum
karkas broiler dengan komersil.
menggunakan jagung untuk pH diukur dengan
menggantikan sebagian ransum menggunakan pH meter dengan
komersil. cara sampel daging sebanyak 5
gram dimasukkan ke dalam gelas
Materi dan Metode beker, diencerkan dengan aquades
Penelitian menggunakan 80 sampai 50 ml kemudian
ekor ayam broiler strain Platinum dihomogenkan dengan mixer
umur 22 hari (± g) yang dibagi selama 1 menit. Sebelum pH
kedalam empat perlakuan dan diukur, pH meter dikalibrasi
empat kelompok bobot badan dengan buffer pH 4 dan buffer pH
sebagai ulangan. Ayam dipelihara 7, selanjutnya dilakukan
dalam 16 petak kandang (90cm x pengukuran pH daging dengan
90cm x 60cm) dan masing-masing menempatkan elektroda pada
petak berisi 5 ekor ayam. sampel dan nilai pH tertera pada
Pemeliharaaan dilakukan sampai layar pH meter (Apriyantono
umur 42 hari (umur 1-21 hari ayam dkk,1989). Daya mengikat air diuji
diberi ransum BR1). Pemberian dengan metode penekanan (Press
pakan dan air minum secara ad- method) sesuai dengan petunjuk
libitum. Vaksinasi diberikan Hamm (Soeparno, 2005) yaitu
sebanyak tiga kali yaitu: ND pada dengan membebani 0,3 gram
umur 4 hari melalui tetes mata, sampel daging pada kertas saring
gumboro pada umur 10 hari dan diantara dua plat dengan beban
ND II pada umur 21 hari. Pada seberat 35 kg. Setelah 5 menit,
akhir pemeliharaan, 2 ekor broiler daerah tertutup sampel daging
dari tiap ulangan dipotong dan dan daerah basah disekitarnya
ditimbang bobot karkas, bobot ditandai dan diukur dengan
daging paha dan bobot tulang planimeter. Daerah basah adalah
paha selanjutnya penyiapan luas daerah penyerapan air pada
sampel dan pengukuran variabel kertas saring setelah dijepit selama
pH daya mengikat air dan susut 5 menit dikurangi dengan daerah
masak daging. tertutup sampel daging. Daya
Penelitian menggunakan mengikat air dihitung sesuai
Rancangan Acak Kelompok petunjuk Nurwantoro dan

19
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Tabel 1. Komposisi nutrisi ransum perlakuan


Pelakuan (%)
Komposisi
Nutrisi
R0 R1 R2 R3
Protein Kasar* 22,12 22,14 22,23 22,01
Lemak Kasar* 8,34 8,75 7,45 7,42
Serat Kasar * 4,45 4,38 4,35 4,21
Abu* 16,51 16,54 16,75 16,85
EM (kkal/kg)* 3035 3060 3080 3055
Keterangan: *) Hasil analisis Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Bengkulu

Mulyani (2003). Susut masak bobot daging setelah masak


adalah perbandingan antara selisih terhadap bobot daging sebelum
bobot sebelum dimasak dengan dimasak dalam persen. Sampel
daging untuk pengukuran meat bone penelitian Taklim dkk (2013)
ratio diambil dari kedua bagian paha dengan perlakuan penambahan
dengan cara memisahkan daging pokem dalam pakan, nilai pH
dan tulang kemudian ditimbang. daging broiler adalah 5,22-5,28.
Meat bone ratio paha adalah Menurut Suradi (2012) terjadi
perbandingan bobot daging paha penurunan nilai pH daging broiler
dan tulang paha. dengan semakin lamanya jangka
Data yang diperoleh dalam waktu setelah pemotongan. Pada
penelitian ini dianalisis dengan hewan hidup, pH otot mendekati
sidik ragam dengan menggunakan netral yaitu 7,2-7,4 (Foegeding et
software SAS. Perlakuan yang al.1996), setelah penyembelihan
berpengaruh nyata diuji lanjut terjadi proses glikolisis secara
dengan Duncan Multiple Range anaerob yang menghasilkan asam
Test untuk melihat perbedaan laktat, akibatnya terjadi penurunan
antar perlakuan (Steel and Torrie, pH sehingga pH daging menjadi
1995). lebih asam (Sams, 2001). Nilai pH
ultimat daging normalnya adalah
Hasil dan Pembahasan 5,4-5,8 (Soeparno, 2005). Nilai pH
pH Daging rata-rata pada penelitian ini diatas
Hasil penelitian nilai pH ultimat daging normal,
menunjukkan bahwa substitusi karena diukur sekitar 1-2 jam
sebagian ransum komersil oleh setelah pemotongan atau belum
jagung tidak berpengaruh nyata mencapai pH ultimat. Menurut
(P>0,05) terhadap nilai pH daging. Soeparno (2005), selain proses
Kisaran nilai pH daging adalah glikolisis, laju penurunan pH otot
6,5-6,8 dengan pH rata-rata 6,63. postmortem juga ditentukan oleh
Nilai ini lebih tinggi dari yang cadangan glikogen dalam otot.
didapatkan Suradi (2012) yaitu Selain itu nilai pH ultimat daging
6,31 pada 0 jam posmortem dan yang tetap tinggi dikarenakan
6,24 pada 2 jam posmortem. Hasil kandungan glikogen otot yang

20
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Tabel 2. Rataan nilai pH, daya mengikat air, susut masak dan meat bone ratio
daging broiler
Daya Mengikat Susut Masak Meat Bone
Perlakuan pH
Air (%) (%) Ratio Paha
R0 6,7 15,70 c 39,47 a 3,39ab
R1 6,5 22,33b 34,21b 3,83a
R3 6,5 23,78 b 36,11 ab 3,03b
R2 6,8 34,40a 26,32c 2,78c
Rata-rata 6,63 24,05 34,03 3,26
Keterangan : Angka yang diikuti superskrip berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

rendah bisa mengakibatkan asam pH sehingga pH daging menjadi


laktat yang terbentuk sedikit lebih asam (Sams, 2001). Nilai pH
seperti yang dinyatakan oleh ultimat daging normalnya adalah
Gurnadi (2003). 5,4-5,8 (Soeparno, 2005). Nilai pH
rata-rata pada penelitian ini diatas
pH Daging nilai pH ultimat daging normal,
Hasil penelitian ini karena diukur sekitar 1-2 jam
menunjukkan bahwa substitusi setelah pemotongan atau belum
sebagian ransum komersil oleh mencapai pH ultimat. Menurut
jagung tidak berpengaruh nyata Soeparno (2005), selain proses
(P>0,05) terhadap nilai pH daging glikolisis, laju penurunan pH otot
(Tabel 2). Kisaran nilai pH daging postmortem juga ditentukan oleh
adalah 6,5-6,8 dengan pH rata-rata cadangan glikogen dalam otot.
6,63. Nilai ini lebih tinggi dari Selain itu nilai pH ultimat daging
yang didapatkan Suradi (2012) yang tetap tinggi dikarenakan
yaitu 6,31 pada 0 jam posmortem kandungan glikogen otot yang
dan 6,24 pada 2 jam posmortem. rendah bisa mengakibatkan asam
Hasil penelitian Taklim dkk (2013) laktat yang terbentuk sedikit
dengan perlakuan penambahan seperti yang dinyatakan oleh
pokem dalam pakan, nilai pH Gurnadi (2003). Konsumsi pakan
daging broiler adalah 5,22-5,28. dapat juga mempengaruhi pH
Menurut Suradi (2012) terjadi daging. Ternak yang
penurunan nilai pH daging broiler mengkonsumsi konsentrat rendah
dengan semakin lamanya jangka dan berserat tinggi mempunyai
waktu setelah pemotongan. Pada nilai pH yang lebih tinggi dari
hewan hidup, pH otot mendekati pada ternak yang mengkonsumsi
netral yaitu 7,2-7,4 (Foegeding et pakan yang mengandung
al.1996), setelah penyembelihan konsentrat tinggi dan rendah serat
terjadi proses glikolisis secara (Soeparno, 2005). Kandungan serat
anaerob yang menghasilkan asam kasar pada ransum perlakuan
laktat, akibatnya terjadi penurunan cenderung sama (Tabel 1) sehingga

21
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

menghasilkan nilai pH yang tidak pada daging kira-kira 10%.


berbeda. Perlakuan subsitusi ransum
komersil oleh jagung
Daya Mengikat Air Daging meningkatkan daya mengikat air
Daya mengikat air adalah daging. Komposisi kadar lemak
kemampuan daging kasar ransum cenderung menurun
mempertahankan kandungan (Tabel 1) dengan semakin
airnya atau air yang ditambahkan tingginya substitusi ransum
selama mengalami perlakuan komersil oleh jagung sehingga
misalnya pengolahan, kadar lemak daging diduga juga
pemotongan, penggilingan, menurun. Menurut Edwards
pemanasan dan lain-lain (Aberle et (1981), kadar lemak mempunyai
al, 2001). Perlakuan substitusi hubungan negatif dengan kadar
ransum komersil oleh jagung protein. Kadar lemak daging
berpengaruh nyata (P<0,05) ayam broiler yang semakin
terhadap daya mengikat air daging menurun dengan meningkatnya
(Tabel 2). Hasil Uji Jarak Berganda level substitusi ransum komersil
Duncan menunjukkan perlakuan oleh jagung dalam ransum diduga
substitusi 30% jagung memiliki semakin meningkatkan kadar
daya mengikat air yang lebih protein daging ayam broiler,
tinggi (34,40%) dibandingkan sehingga daya mengikat air
dengan substitusi 10% (22,33%), daging semakin meningkat karena
20% (23,78%) dan tanpa substitusi air dalam daging terikat secara
(15,70%). Sedangkan substitusi kimiawi dengan protein (Wismer-
10% dan 20% memberikan daya Pedersen, 1971).
mengikat air yang tidak berbeda.
Penelitian Prayitno dkk (2010) Susut Masak Daging
dengan penambahan VCO dalam Susut masak merupakan
ransum broiler mendapatkan nilai indikator nilai nutrisi daging yang
daya ikat air daging broiler yang berhubungan dengan kadar jus
lebih tinggi yaitu berkisar antara daging, yaitu banyaknya air yang
30,93% - 42,21%. Sedangkan terikat di dalam dan di antara
penelitian Suradi (2012) serabut otot. Hasil penelitian
mendapatkan daya mengikat air menunjukkan perlakuan subsitusi
daging broiler 0 jam postmortem ransum komersil oleh jagung
45,37%, 2 jam (29,31%) dan 4 jam berpengaruh nyata (P<0,05)
(25,57%). Pakan adalah salah satu terhadap susut masak daging
faktor yang mempengaruhi daya (Tabel 2). Hasil Uji Jarak Berganda
mengikat air daging. Daging dari Duncan menunjukkan susut masak
ternak yang kekurangan makanan perlakuan subtitusi 30% ransum
cenderung mengandung lebih komersil oleh jagung nyata lebih
banyak air dan air bebas, tetapi rendah (26,32%) dari substitusi 0%
jumlah air terikat tidak (39,47%), 10% (34,21%) dan 20%
dipengaruhi oleh konsumsi pakan (36,11%). Menurut Soeparno
(Soeparno, 2005). Jumlah air bebas (2005), konsumsi pakan dapat

22
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

mempengaruhi besarnya susut kehilangan berat yang besar


masak. Susut masak umumnya (Aberle et al 2001). Kadar protein
antara 1,5-54,5% dengan kisaran ransum perlakuan cenderung
15-40%. Besarnya susut masak sama yaitu berkisar antara 22,01%
dapat digunakan untuk sampai 22,23% tetapi kadar lemak
mengestimasi jumlah jus dalam dalam ransum cenderung
daging masak. Daging dengan menurun dengan semakin
susut masak yang rendah lebih tingginya penggunaan jagung. Hal
baik dari daging yang susut ini diduga menyebabkan deposisi
masaknya lebih besarrnya karena lemak dalam daging juga
kehilangan nutrisi selama cenderung lebih rendah sehingga
pemasakan relatif kecil. Susut eksudasi cairan pada saat
masak dipengaruhi oleh pH, pemasakan menurun akibatnya
panjang sarkomer serabut otot, susut masak juga menurun.
status kontraksi myofibril, ukuran Menurut Soeparno (2005) eksudasi
dan besar daging (Soeparno, 2005). berasal dari cairan dan lemak
Ockerman (1983) menyatakan daging. Penelitian Prayitno dkk
susut masak sangat dipengaruhi (2010) yang menggunakan ampas
oleh hilangnya air selama VCO dalam ransum broiler
pemasakan, keadaan ini menurunkan susut masak daging.
dipengaruhi oleh protein yang Nilai susut masak yang diperoleh
dapat mengikat air, semakin berkisar antara 18,87%-26,79%
banyak air yang ditahan oleh
protein maka semakin sedikit air Meat Bone Ratio
yang keluar sehingga susut masak Meat bone ratio adalah
rendah. Susut masak berkorelasi perbandingan daging dan tulang.
negatif dengan daya mengikat air. Semakin tinggi nilai yang
Perlakuan subtitusi jagung 30% diperoleh semakin besar
mempunyai daya mengikat air komponen daging pada karkas
yang paling tinggi yaitu 34,40% ayam tersebut. Daging merupakan
dan mempunyai nilai susut masak produk utama dari ayam broiler.
yang paling rendah yaitu 26,32%, Hasil analisis ragam menunjukkan
demikian juga dengan perlakuan substitusi ransum komersil oleh
tanpa subtitusi (R0) yang nilai jagung berpengaruh secara nyata
daya mengikat airnya paling (P<0.05) terhadap nilai meat bone
rendah yaitu 15,7% mempunyai ratio. Hasil Uji Jarak Berganda
nilai susut masak paling tinggi Duncan menunjukkan nilai meat
yaitu 39,47%. Substitusi ransum bone ratio perlakuan substitusi
komersil oleh jagung cenderung ransum komesil oleh jagung
menurunkan nilai susut masak sebanyak 10% (3,83) nyata lebih
daging. Daging dengan daya tinggi dari substitusi 20% (3,03)
mengikat air yang rendah akan dan 30% jagung (2,78) tetapi tidak
menyebabkan banyaknya cairan berbeda nyata dengan perlakuan
yang hilang, sehingga selama tanpa substitusi (3,39). Penelitian
pemasakan akan terjadi Hidayatullah (1993), mendapatkan

23
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

rataan rasio daging tulang pada imbangan EM 3000 kkal/kg


ayam pedaging berkisar antara 3,6- dengan protein 20% memberikan
4,3. Menurut Siregar dkk (1982) bobot karkas yang lebih tinggi
bahwa nisbah daging tulang dibandingkan ransum dengan EM
karkas dipengaruhi oleh karkas, 3200 kkal/kg dan protein 20%.
semakin tinggi nilai perbandingan
daging tulang pada karkas, maka Kesimpulan
proporsi bagian karkas ayam yang Substitusi ransum komersil
dapat dikonsumsi semakin tinggi oleh jagung sebanyak 30%
pula, dengan demikian semakin memberikan nilai daya mengikat
tinggi pula kualitas karkas. Solangi air daging tertinggi dan susut
(2003) menyatakan bahwa protein masak terendah, sedangkan meat
merupakan elemen yang sangat bone ratio tertinggi terdapat pada
penting untuk pertumbuhan otot subsitusi ransum komersil oleh
yang merupakan bagian terbesar jagung 10%.
dari karkas. Timbunan daging
yang banyak menunjukkan Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada
metabolisme protein dalam tubuh
Fakultas Pertanian Universitas
semakin baik. Ditambahkan oleh
Bengkulu yang telah mendanai
Suthama (2010) bahwa
penelitian ini.
pembentukan daging ditunjang
oleh kemampuan deposisi protein
Daftar Pustaka
dalam tubuh, laju deposisi protein
dalam tubuh terutama daging Aberle, E. D, Forrest, J. C,
merupakan selisih antara sintesis Gerrard, D. E and Mills, E.
dan degradasi protein. Nilai meat W. 2001. Principles of Meat
bone ratio pada penelitian ini Science. Fourth Ed.
cenderung menurun dengan Kendal/Hunt Publishing
semakin tingginya substitusi Company, Amerika.
ransum komersil oleh jagung. Hal Apriyantono, A., D. Fardias., N.L.
ini diduga disebabkan oleh Puspitasari., Sedarnawati
konsumsi protein dari ransum dan S. Bidiyanto. 1989.
cenderung menurun, sehingga Analisis Pangan. Pusat
asupan protein juga semakin Antar Universitas Pangan
rendah. Imbangan energi dan dan Gizi Institut Pertanian
protein ransum pada R0 adalah Bogor. IPB Press, Bogor.
137,21, R1 138,21, R2 138,55 dan R3 Badan Pusat Statistik Provinsi
138,80. Rizal (2006) menyatakan Bengkulu. 2012. Provinsi
bahwa konsumsi protein yang Bengkulu Dalam Angka.
tinggi akan menghasilkan BPS Propinsi Bengkulu,
pertumbuhan yang lebih cepat Bengkulu.
sehingga juga berpengaruh Edwards, H.M. Jr. 1981. Carcass
terhadap karkas ayam dan composition studies. 3.
sebaliknya. Penelitian Gultom dkk Influence of age, sex and
(2012) menunjukkan bahwa

24
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

calorie protein contents of Peternakan Universitas


the diet on carcass Diponegoro, Semarang.
composition of Japanese Ockerman, H. W. 1983. Chemistry
quail. Poultry Sci. 60: 2506- of Meat Tissue. 10th Ed.
2512 Departement of Animal
Foegeding, E.A., T.C. Lanier and Science The Ohio State
H.O. Hultin. 1996. University and The Ohio
Charakteristics of Edible Agriculture Research and
Muscle Tissues. Pada Food Development Centre, Ohio.
Chemistry. Ed. O.R. Prayitno, A.H., E. Suryanto dan
Fennema. Marcel Dekker, Zuprizal. 2010. Kualitas fisik
Inc., New York. dan sensoris daging ayam
Gultom, S.M,. Rd. H. Supratman broiler yang diberi pakan
dan Abun. 2012. Pengaruh dengan penambahan ampas
imbangan energi dan virgin coconut oil (VCO).
protein ransum terhadap Buletin Peternakan Vol.
bobot karkas dan bobot 34(1): 55-63
lemak abdominal ayam Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrien
broiler umur 3-5 minggu Unggas. Andalas University Press.
Gurnadi, E. 2003. Penanganan Padang.
Ternak Sebelum Sams, A.R. 2001. Poultry Meat
Pemotongan Hubungannya Processing. CRC Press, Boca.
dengan Kualitas Daging. Sibbald, I.R. 1987. Estimation of bio
Makalah dalam Kursus available amino acids in
Singkat Ilmu dan Teknologi feeding stuffs for poultry
Daging. Kerjasama Fakultas and pigs: a review with
Peternakan Universitas emphasis on balance
Hasanuddin dengan Proyek experiment. Can. J. Sci.
Peningkatan Kualitas 67:221-301.
Sumber Daya Manusia Siregar, A.D., M. Sabrani, dan S.
Direktorat Jenderal Pramu, 1982. Teknik
Pendidikan Tinggi Beternak Ayam Pedaging di
Departemen Pendidikan Indonesia, Mergie Group,
Nasional RI, Makasar. Jakarta.
Hidayatullah, M. 1993. Pengaruh Solangi, A. A., G. M. Baloch, P.
Penambahan Monosodium K.Wagan, B. Chachar, and
Glutamat Dalam Air Minum A. Memon. 2003. Effect of
Terhadap Perbandingan different level of dietary
Daging dan Tulang Karkas protein on growth of broiler.
Ayam Pedaging Pejantan. J. of Anim. and Vet.
Skripsi. Fakultas Peternakan Advances Vol 2 (5): 301-304.
Universitas Diponegoro. Soeparno. 2005. Ilmu dan
Nurwantoro dan S. Mulyani. 2003. Teknologi Daging. Gadjah Mada
Buku Ajar Dasar Teknologi Univ Press, Yogyakarta.
Hasil Ternak. Fakultas

25
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XIX No.1 Mei 2016: 17-26
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Stadelman, W.J., V.M. Olson, G.A. Widodo, E. 2010. Teori dan


Shmwell and S. Pasch. 1988. Aplikasi Pembuatan Pakan
Egg and Poultry Meat Ternak Ayam dan Itik
Processing. Ellis Haewood Wismer-Pedersen, J. 1971. The
Ltd. Science of Meat and Meat
Steel R. G. D dan J. H Torrie. 1995. Products. 2nd ed. Ed. J. F.
Prinsip dan Prosedur Price dan B.S. Schweigert.
Statistik. Suatu Pendekatan W. H. Freeman and Co., San
Biometrik. Edisi Kedua. Fransisco
Gramedia, Jakarta.
Suarni dan S. Widowati. 2013.
Struktur, Komposisi dan
Nutrisi Jagung.
http://balitsereal.litbang.pe
rtanian.go.id/ind/images/s
tories/tiganol.pdf. Diakses
17 Maret 2013.
Suradi, K. 2012. Perubahan sifat
fisik daging ayam broiler
post mortem selama
penyimpanan temperatur
ruang. Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas
Padjajaran, Bandung
Suthama, N. 2010. Pakan Spesifik
Lokal dan Kualitas
Pertumbuhan untuk
Produks Ayam Lokal
Organik. Pidato
Pengukuhan Guru Besar
Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak. Fakultas
Peternakan, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Taklim, D., D. Rosyidi and
Achmanu. 2013. Effect
Pokem (Setaria italica Sp.)
Used As Substitution of
Corn In Feed on Physical
Quality of Broiler Breast
Meat.
http://fapet.ub.ac.id/wp-
content/uploads/2014/01/

26

Anda mungkin juga menyukai