Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Simetidin
Rumus struktur
H2 H H
H3C CH2 C N N
CH3
S C C
H2
H N N NCN
Metil}tio}etil)guanidin.
telah dikeringkan.
sel parietal sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung.
Simetidin juga memblok sekresi asam lambung yang disebabkan oleh rangsangan
tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misal sindrom
2.1.1.3 Farmakokinetik
Simetidin dapat dicerna secara cepat dalam saluran cerna, kadar plasma
tertinggi dicapai dalam 1 jam bila diberikan dalam keadaan lambung kosong dan 2
jam bila diberikan bersama – sama dengan makanan (Siswondono dan Soekardjo,
1995).
2.1.1.5 Kegunaan
Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak peptikum duodenum, tukak
2.1.1.6 Dosis
Dosis Simetidin adalah 200 – 400 mg (Siswondono dan Soekardjo, 1995).
Rumus struktur
H2 H2 H
N H
H3C N C C N
S C H3C
H2
CH3 O
Cl H
O2N
2-furanin}metil}tio}etil}-N-metil-2-1,1-
Etenadiamina, hidroklorida.
tidak
peruraian.
menekan kadar asam dan volume sekresi lambung (Siswondono dan Soekardjo,
1995).
2.1.2.3 Farmakokinetik
Ranitidin HCl diserap 39 – 87 % setelah pemberian oral dan mempunyai
masa kerja yang cukup panjang, pemberian dosis 150 mg efektif menekan sekresi
asam lambung selama 8–12 jam. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2–3 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi 2–3 jam (Siswondono dan
Soekardjo, 1995).
leukopenia yang terpulihkan, sakit kepala dan pusing (Siswondono dan Soekardjo,
1995).
2.1.2.5 Kegunaan
Ranitidin HCl digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
2.1.2.6 Dosis
Dosis Ranitidin HCl adalah 150–300 mg (Siswondono dan Soekardjo,
1995).
Rumus Struktur
H2N
N S
O S
NH2
S
O
NH2 N
N
NH2
metil}tio}-N-(aminosulfonil) propanimidamid.
telah di keringkan.
asetat
reseptor H2, sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung,
antagonis H2 yang kuat dan sangat selektif dengan masa kerja panjang
2.1.3.3 Farmakokinetika
Penyerapan Famotidin dalam saluran cerna tidak sempurna 40–45 % dan
pengikatan protein plasma relatif rendah 15–22 %. Kadar plasma tertinggi dicapai
dalam 1–3 jam setelah pemberian oral, waktu paro eliminasi 2,5–4 jam, dengan
2.1.2.5 Kegunaan
Famotidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan
2.1.2.6 Dosis
Dosis Famotidin adalah 20–40 mg (Siswondono dan Soekardjo, 1995).
dalam bidang farmasi, meskipun demikian sifat-sifat fisika ini kurang begitu
penting diperhatikan oleh bidang kimia analisis. Sifat fisika molekul obat dan juga
mendesain metode analisis. Bentuk molekul obat ada yang sederhana dan ada
terdistribusi diantara fase diam dan fase gerak. Bila aliran fase gerak dihentikan
diantara dua fase. Konsentrasi dalam tiap-tiap fase ditampilkan dengan koefisien
obat dalam tubuh. Setelah obat sampai ke peredaran darah, obat harus menembus
sejumlah sel untuk mencapai reseptor. Dimana koefisien partisi juga menentukan
jaringan mana yang dapat dicapai oleh suatu senyawa. Senyawa yang sangat
mudah larut dalam air (hidrofilik) tidak akan sanggup melewati membran lipid
untuk mencapai organ yang kaya akan lipid (misalnya otak). Sebaiknya senyawa
yang mudah larut dalam lemak akan mudah menembus membran biologis. Tetapi
jika terlalu lipofilik senyawa tersebut akan tertahan lama pada jaringan lemak dan
sulit meninggalkan tempat itu dengan cepat. Koefisien partisi hanyalah salah satu
dalam tubuh, di samping faktor lain yaitu parameter elektronik dan parameter
keseimbangan monomerik senyawa dalam fase non air dibagi dengan kadar dalam
persamaan berikut :
Co
P=
Cw
Co adalah kadar dalam fase non air dan Cw kadar molal dalam air, setelah
unit kadar dapat digunakan, tetapi idealnya untuk hitungan dilakukan dalam
kromatografi obat. Semakin besar nilai P maka semakin banyak senyawa dalam
pelarut organik. Nilai P suatu senyawa tergantung pada pelarut organik tertentu
partisi air dan n-oktanol, karena oktanol dalam banyak hal menyerupai membran
biologis dan juga merupakan model yang baik pada kromatografi fase terbalik.
Nilai P sering kali dinyatakan dengan nilai log P. sebagai contoh nilai log P1
setara dengan nilai P10. nilai P = 10 merupakan nilai P untuk senyawa tertentu
dengan air dan pelarut organik dalam jumlah yang sama. P = 10 berarti bahwa 10
bagian senyawa berada dalam lapisan organik dan 1 bagian berada dalam lapisan
menuju detektor disebut sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan
memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa, waktu retensi
• Tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari
pelarut)
• Kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada
ukuran partikel)
Bidang baru dalam kromatografi kolom adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dasarnya perbaikan dalam laju aliran, karena pada kromatografi kolom klasik laju
kimia dan fisikokimia KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik
digunakan adalah penukar ion, partisi dan adsorpsi. Kromatografi penukar ion
terutama digunakan untuk pemisahan zat-zat larut dalam air yang ionik atau yang
dapat terionisasi dengan bobot molekul kurang dari 1500. Fase diam pada
kromatografi penukar ion umumnya resin organik sintetik dengan gugus aktif
yang berbeda-beda. Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase diam
dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non
polar, dikenal sebagai kromatografi fase balik, maka senyawa yang non polar
yang larut dalam hidrokarbon, dengan bobot molekul kurang dari 1000, seperti
vitamin larut lemak dan antrakinon, dapat dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya
Walaupun demikian kita juga harus mempelajari ilmu dasarnya, jangan sampai
senyawa akan dapat di analisis dengan alat KCKT baik yang tidak larut dalam air,
yamg larut dalam air, yang berbentuk ion maupun non ionik, bermolekul besar
maupun molekul biasa telah dapat di analisis dengan KCKT. Tetapi dengan syarat
jumlah banyak, dan dalam skala proses industri. KCKT merupakan metode yang
tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk kualitatif maupun kuantitatif
hasil samping proses sintetik, atau produk-produk degradasi dalam sedian farmasi,
jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Gandjar
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solu-solut ini melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut dalam
2) Pompa
3) Injektor
4) Kolom
5) Detektor