Anda di halaman 1dari 9

[VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684

PENYAKIT KAWASAKI

F.X. Wikan Indrarto

Rumah Sakit Bethesda


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

 


 

ABSTRAK

Penyakit Kawasaki adalah sebuah sindrom vaskulitis akut yang dominan


mempengaruhi arteri kecil dan menengah, terutama mengenai anak balita. Gejala
klinis penyakit Kawasaki sering dimulai dengan demam tinggi dan terus-menerus
selama 2 minggu.
Penyakit Kawasaki hanya dapat didiagnosis secara klinis dan tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang khusus. Diagnosis klinis berdasarkan adanya
demam 5 hari, ditambah 4 dari 5 kriteria diagnostik berikut ini: (1) eritema bibir
atau rongga mulut atau retak bibir, (2) ruam kulit, (3) pembengkakan pada tangan
atau kaki, (4) mata merah (injeksi konjungtiva), dan (5) pembesaran getah bening di
leher minimal 15 milimeter.
Anak dengan penyakit Kawasaki mudah terjadi komplikasi aneurisma arteri
koroner, terutama pasien yang tidak diobati secara dini dalam perjalanan penyakit.
IVIG (imunoglobulin per infus) sebaiknya diberikan dalam dosis tinggi, yaitu 2 gr/
kgBB selama 10-12 jam. Terapi aspirin dimulai pada dosis tinggi 80-100 mg/kgBB/
hari dalam 4 dosis sampai 2-3 hari demam mereda, dan kemudian dilanjutkan
dengan dosis rendah 3-5 mg/kgBB/hari, ketika pasien diijinkan pulang ke rumah.
Meskipun tidak diobati, sebenarnya gejala penyakit Kawasaki yang akut juga
membaik, tetapi risiko terjadinya aneurisma arteri koroner jauh lebih besar. Tidak
dikenal cara pencegahan untuk penyakit Kawasaki. Pencegahan dilakukan untuk
menghindari perburukan kerusakan koroner.

Kata Kunci: kawasaki, diagnosis, treatment, prognosis

70 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN: 2460-9684 [VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015]

KAWASAKI DISEASE

F.X. Wikan Indrarto

Bethesda Hospital Yogyakarta


Medical Faculty of Duta Wacana Christian University

  

 

ABSTRACT

.DZDVDNL'LVHDVHLVDQDFXWHYDVFXOLWLVV\QGURPHZKLFKDIIHFWVSUHGRPLQDQWO\DW
VPDOODQGPHGLXPVL]HGDUWHULHVHVSHFLDOO\RQFKLOGUHQXQGHUÀYH&OLQLFDOV\PSWRPV
RI.DZDVDNLGLVHDVHRIWHQEHJLQVZLWKDKLJKIHYHUDQGFRQWLQXRXVO\IRUWZRZHHNV
.DZDVDNL 'LVHDVH FDQ RQO\ EH GLDJQRVHG FOLQLFDOO\ DQG QR VSHFLÀF ODERUDWRU\
WHVW7KHFOLQLFDOGLDJQRVLVEDVHGRQWKHSUHVHQFHRIIHYHUGD\VSOXVRIIROORZLQJ
GLDJQRVWLFFULWHULD  HU\WKHPDRIWKHOLSVRUPRXWKRUFUDFNHGOLSV  UDVK  VZHOOLQJ
RIWKHKDQGVRUIHHW  UHGH\HV FRQMXQFWLYDOLQMHFWLRQ DQG  HQODUJHGO\PSKQRGHV
LQWKHQHFNRIDWOHDVWPLOOLPHWHUV
&KLOGUHQ ZLWK .DZDVDNL 'LVHDVH HDVLO\ RFFXU FRPSOLFDWLRQV RI FRURQDU\ DUWHU\
DQHXU\VPHVSHFLDOO\SDWLHQWVZKRDUHQRWWUHDWHGLQWKHHDUO\FRXUVHRIGLVHDVH,9,*
LPPXQRJOREXOLQ SHU LQIXVLRQ  VKRXOG EH JLYHQ LQ KLJK GRVHV LH  J  NJ IRU 
KRXUV$VSLULQWKHUDS\LVVWDUWHGDWKLJKGRVHVRIPJNJGD\LQGRVHVXS
WRGD\VIUHHRIIHYHUDQGWKHQIROORZHGE\ORZGRVHRIPJNJGD\
$OWKRXJKLWLVQRWWUHDWHGWKHDFWXDOV\PSWRPVRIDFXWH.DZDVDNL'LVHDVHDOVR
LPSURYHGEXWWKHULVNRIFRURQDU\DUWHU\DQHXU\VPVDUHPXFKJUHDWHU1RSUHYHQWLYH
LQWHUYHQWLRQ IRU .DZDVDNL 'LVHDVH 3UHYHQWLRQ LV GRQH WR DYRLG ZRUVHQLQJ FRURQDU\
GDPDJH

Keywords: NDZDVDNLGLDJQRVLVWUHDWPHQWSURJQRVLV

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 71


[VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684

DEFINISI kawasaki.1 Selain itu, 



sel dendritik (DC-SIGN, CD209) telah
Penyakit Kawasaki adalah
menunjukkan fungsinya yang memicu
sebuah sindrom vaskulitis akut yang
  


 

dominan mempengaruhi arteri kecil
dengan kerentanan seorang anak
dan menengah. Data epidemiologis me-
terhadap penyakit Kawasaki.4
nunjukkan bahwa aspek genetika anak
mendasari patogenesis penyakit ini.1
GEJALA
Penyakit Kawasaki (juga dikenal sebagai
sindrom kelenjar getah bening, penyakit Gejala klinis penyakit Kawasaki
simpul mukokutan, dan poliarteritis sering dimulai dengan demam tinggi
anak) adalah penyakit vaskulitis dan terus-menerus, yang tidak responsif
dan 80% pasien adalah balita, yang terhadap dosis normal obat turun
mengenai banyak organ, termasuk kulit, demam parasetamol (DFHWDPLQRSKHQ)
selaput lendir, kelenjar getah bening, atau ibuprofen. Demam dapat bertahan
dan dinding pemvbuluh darah. Efek terus selama 2 minggu dan biasanya
yang paling serius adalah pada jantung disertai mudah marah dan anak menjadi
yang dapat menyebabkan dilatasi emosional. Gejala klinis yang umum
pembuluh darah atau aneurisma. Tanpa meliputi :
pengobatan, kematian dapat mendekati 1. Demam tinggi (lebih dari 39°C) yang
1%, yang biasanya terjadi dalam waktu biasanya berlangsung selama lebih
6 minggu sejak sakit. dari 5 hari.
Penyakit ini pertama kali dijelaskan 2. Mata merah (NRQMXQJWLYLWLV) tanpa
pada tahun 1967 oleh Dr. Tomisaku sekret, juga dikenal sebagai “injeksi
Kawasaki di Jepang, sehingga disebut konjungtiva”
Penyakit Kawasaki. Sejauh ini insiden 3. Bibir berwarna merah terang,
penyakit Kawasaki tertinggi terjadi di pecah-pecah, atau retak.
Jepang (175 per 100.000 anak). Sebuah 4. Selaput lendir di mulut juga merah.
hipotetis patogenesis penyakit Kawasaki 5. Lidah merah dengan benjolan
adalah “sistem homeostasis protein”, (SDSLOODH) di bagian belakang (lidah
yaitu setelah sebuah infeksi oleh patogen strawberry).
yang tidak diketahui, protein patogen 6. Telapak tangan dan telapak kaki
yang dihasilkan menyebar dan mengikat berwarna kemerahan.
sel endothelial arteri koroner sebagai 7. Ruam kulit dengan banyak bentuk
sel target utama.2 Hal ini mungkin saja 8. Bengkak kelenjar getah bening
dipengaruhi oleh sebuah gen pada anak hanya satu sisi, terutama di daerah
di Jepang, yang diduga memberikan leher.
kontribusi untuk kerentanan terhadap 9. Sakit sendi (DUWKUDOJLD) dan
penyakit Kawasaki, lesi arteri koroner, pembengkakan yang simetris.
resistensi terhadap pengobatan, gejala 10. Lekas marah atau emosional.
klinis penyakit Kawasaki yang tidak 11. Tachycardia (detak jantung cepat)
lengkap, dan penanda klinis lainnya.3 12. Telapak tangan dan telapak kaki
Perubahan ekspresi gen CASP3 dalam mengelupas (GHVTXDPDWLRQ) mulai
sistem kekebalan sel efektor berpe- dari sekitar kuku. Juga ada Garis
ngaruh terhadap kerentanan seorang Beau’s (garis putih melintang pada
anak, untuk menderita penyakit paku).

72 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN: 2460-9684 [VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015]

Gambar 1. Gambaran klinik penyakit Kawasaki.5

A. Konjungtivitis bilateral non E. Kemerahan (HU\WKHPD) telapak


eksudatif, dengan konjungtiva kaki, disertai nyeri dan bengkak
kemerahan (FRQMXQFWLYDO pada punggung kaki.
LQMHFWLRQ). F. Kulit pada jari mengelupas
B. Lidah strawberry (VWUDZEHUU\ (GHVTXDPDWLRQ).
WRQJXH), merah cerah, bibir G. Kemerahan (HU\WKHPD) dan
bengkak dengan lecet vertikal penebalan (LQGXUDWLRQ) pada
dan perdarahan. bekas sintikan imunisasi BCG.
C. Kemerahan kulit (HU\WKHPDWRXV H. Kulit sekitar anus mengelupas
UDVK) sampai di daerah perineum. (GHVTXDPDWLRQ).
D. Kemerahan (HU\WKHPD) telapak
tangan, disertai nyeri dan
bengkak pada punggung tangan.

Gambar 2. Gambaran manifestasi klinik penyakit Kawasaki dan periodisasinya.5

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 73


[VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684

KOMPLIKASI usia<11 bulan (OR 3,0, 95% CI 1,4-6,6)


Penyakit Kawasaki dapat dan > 48 bulan (OR 3,1, 95% CI 1,5-
menyebabkan vasculitis (radang 6,6).7 

!"   
 
pembuluh darah), terutama pada denritik CD209 bertanggung jawab atas
jantung. Lesi jantung dapat berupa kerentanan seorang anak mengalami
dilatasi koroner (76%), aneurisma penyakit Kawasaki, meskipun tidak
koroner (4%), aneurisma koroner besar berhubungan dengan pembentukan
(0,6%), penyempitan koroner (0,3%), aneurisme dan respon pengobatan.4
dan lesi katup (20%).6 Aneurisma ini Faktor-faktor yang berhubungan
dapat mengakibatkan infark miokard dengan komplikasi aneurisma koroner
(serangan jantung) pada anak. adalah jumlah platelet lebih tinggi (OR
Anak dengan penyakit Kawasaki 1,01) dan albumin rendah (OR 0,34),
mudah terjadi komplikasi aneurisma meskipun demikian tidak ada faktor
arteri koroner, terutama pasien #  
#
 $!$!#
yang tidak diobati secara dini dalam dengan aneurisma koroner sangat besar.
perjalanan penyakit. Selain itu, usia Faktor yang terkait lesi katup jantung
pasien anak dapat dijadikan prediktor adalah usia lebih muda (RO 0,98), dan
untuk terjadinya lesi arteri koroner, CRP yang lebih tinggi (RO 1,05).6
yaitu aneurisme berbentuk huruf U
pada bagian bawah jantung, yaitu

Gambar 3. Foto Rontgen polos dada yang &$ ' *


 #
# #
menunjukkan aneurisma besar pada arteri menunjukkan aneurisma besar, dengan
koronaria.5 diameter 6,5 mm.5

DIAGNOSIS menegakkan diagnosis, terutama pada


Tidak adanya penanda diagnostik awal perjalanan penyakit. Selain itu,


" $$  banyak penyakit serius lainnya dapat
akurasi diagnostik dan evaluasi klinis menyebabkan gejala serupa, dan harus
pada pasien yang dicurigai menderita dipertimbangkan dalam diagnosis
penyakit Kawasaki.8 Penyakit Kawasaki banding, termasuk demam berdarah
hanya dapat didiagnosis secara Dengue, sindrom syok toksik, juvenil
klinis dan tidak ada pemeriksaan idiopatik artritis, dan anak keracunan
laboratorium yang khusus. Dengan merkuri (DFURG\QLD).
demikian, biasanya sulit sekali untuk

74 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN: 2460-9684 [VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015]

Pada penyakit Kawasaki cukup 1. Darah tepi terlihat anemia normositik


sering (QRW XQFRPPRQ) disertai adanya dan akhirnya trombositosis.
infeksi Human Adenovirus (HadV), 2. Tingkat sedimentasi eritrosit (laju
meskipun mungkin merupakan infeksi enap darah) akan meningkat.
persisten HAdV, sehingga harus 3. C-reaktif protein (CRP) akan
ditafsirkan dengan hati-hati. Selain itu, meningkat.
penelitian lebih lanjut diperlukan untuk 4. Tes fungsi hati terdapat peradangan
mengungkapkan hubungan infeksi hati dan serum albumin rendah.
mikroba, misalnya 6WUHSWRFRFFXV VSS, 5. Elektrokardiogram (EKG) terlihat
atau virus dengan patogenesis penyakit disfungsi ventrikel atau kadang-
Kawasaki.7 Dengan pemeriksaan reaksi kadang aritmia karena miokarditis.
berantai polimerase (PCR) kuantitatif 6. Ekokardiogram (Echo) terlihat
dan deteksi molekuler HadV, dapat perubahan halus arteri koroner
membantu dalam membedakan atau, kemudian aneurisma.
penyakit infeksi HAdV yang menyerupai + ;! ! #
Kawasaki (PLPLFNLQJ) dari Kawasaki terkomputerisasi dapat
dengan infeksi HAdV yang bersamaan menunjukkan hidrops (pembesaran)
(FRQFRPLWDQW).9 Meskipun limfadenitis kantong empedu.
leher (FHUYLFDO O\PSKDGHQLWLV) adalah 8. Urinalisis terlihat sel darah putih
salah satu gejala utama dalam penyakit dan protein dalam urin (piuria
Kawasaki, biopsi kelenjar getah dan proteinuria), tanpa disertai
bening leher jarang dilakukan, karena pertumbuhan bakteri.
penyakit Kawasaki biasanya didiagnosis 9. Pungsi lumbal terlihat adanya
dengan gejala klinis.7 Diagnosis klinis meningitis aseptik.
berdasarkan adanya demam 5 hari, =? @#
# !!  

ditambah 4 dari 5 kriteria diagnostik aneurisma arteri koroner menjadi
berikut ini: (1) eritema bibir atau rongga standar emas untuk diagnosis,
mulut atau retak bibir, (2) ruam kulit, (3) tetapi sekarang jarang digunakan
pembengkakan pada tangan atau kaki, karena telah dapat diketahui
(4) mata merah (injeksi konjungtiva), # 
#
dan (5) pembesaran getah bening di
Peningkatan kadar meprin A
leher minimal 15 milimeter.
dalam urin, terlihat apabila ada lesi
Selain itu, diagnosis dapat arteri koroner pada tikus model yang
ditegakkan hanya berdasarkan #

 
 *
terjadinya aneurisma arteri koroner, proteoma urin mengungkapkan penanda
meskipun hal tersebut sudah sangat baru molekul bukti penyakit Kawasaki,
terlambat. Jika tidak ditangani, gejala ! 
   
 @" #
klinis tersebut akan hilang, tetapi menunjukkan peran dalam diagnostik
aneurisma pada arteri koroner di penyakit Kawasaki yang sangat baik.
jantung akan menetap. Tanda klinis ini dapat meningkatkan
akurasi diagnostik dan evaluasi klinis
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
anak yang diduga mengalami penyakit
Beberapa pemeriksaan penunjang Kawasaki, bahkan mengarah pada
medik pada penyakit Kawasaki dapat


 
$!  
menunjukkan hasil sebagai berikut : penyakit Kawasaki.8

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 75


[VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684

DIAGNOSIS BANDING diijinkan pulang ke rumah. Biasanya


Penyakit Kawasaki dapat diberikan selama 2 bulan untuk
didiagnosis banding dengan morbili mencegah pembentukan gumpalan
(campak), reaksi obat, parotitis akut, darah (trombus) dan dihentikan jika
Stevens Johnson Syndrome, demam 
 
# 
 #

skarlatina, infeksi streptokokus grop menemukan kelainan koroner. Aspirin
A beta hemolitikus, 6WDSK\ORFRFFDO jangka panjang sebenarnya tidak
6FDOGHG 6NLQ 6\QGURPH dam -XYHQLOH direkomendasikan untuk anak karena
5KHXPDWRLG$UWKULWLV. berisiko terjadinya sindrom Reye.
Kortikosteroid juga telah
PENGOBATAN digunakan, khususnya bila pengobatan
Saat ini, pemahaman yang tidak lain gagal atau gejala-gejala kambuh,
lengkap dari patogenesis molekul, tetapi dalam uji coba terkontrol secara
! Q ##



acak, penambahan kortikosteroid untuk
target rasional yang diperlukan untuk IVIG dan aspirin tidak memperbaiki hasil
meningkatkan keberhasilan terapi pa- 
 *#$ 
  


$
da penyakit Kawasaki.8 Oleh sebab itu, (Remicade) yang bekerja dengan jalan
anak dengan penyakit Kawasaki harus meningkatkan TNF-A (Tumor Necrosis
dirawat di RS dan ditangani oleh seorang Factor Alfa). Pasien dengan penyakit
dokter yang memiliki pengalaman Kawasaki yang mengalami komplikasi
dengan penyakit ini. IVIG (imunoglobulin pada jantung, dapat berupa lesi arteri
per infus) sebaiknya diberikan dalam koroner yaitu aneurisma dengan
dosis tinggi, yaitu 2 gr/kgBB selama 

 $! *   
10-12 jam, yang biasanya akan terjadi seperti ini, pasien memerlukan tindakan
perbaikan dalam waktu 24 jam. Jika operasi bypass arteri koroner, dengan
demam tidak turun, dosis tambahan arteri mamaria interna kiri sebagai
mungkin harus dipertimbangkan. pilihan pertama bypass graft, karena
IVIG adalah obat yang paling berguna patensi dan kelangsungan hidup pasien
dalam 7 hari pertama demam, untuk jangka panjang cukup memuaskan.11
mencegah terjadinya aneurisma arteri
PROGNOSIS
koroner. Terapi globulin-pengganti
immune (immune globulin–replacement Dengan terapi awal, gejala akut
therapy) seperti IVIG itu, telah menjadi dapat diatasi dan risiko aneurisma arteri
pengobatan sejak diperkenalkan koroner sangat berkurang. Meskipun
pada 1950-an. Selain pada penyakit tidak diobati, sebenarnya gejala penyakit
Kawasaki, immune globulin intravena Kawasaki yang akut juga membaik,
mungkin juga memainkan peran aktif tetapi risiko terjadinya aneurisma
 

! 

arteri koroner jauh lebih besar. Secara
primer lainnya.9 keseluruhan, sekitar 2% pasien akan
Salisilat, terutama aspirin, tetap meninggal karena komplikasi nodular
merupakan bagian penting, meskipun koroner. Secara keseluruhan, komplikasi
salisilat saja tidak seefektif IVIG. Terapi yang mematikan pada pasien yang telah
aspirin dimulai pada dosis tinggi 80-100 mendapatkan terapi dini sangat langka,
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis sampai dibandingkan dengan yang tidak. Pasien
2-3 hari demam mereda, dan kemudian dengan penyakit Kawasaki seharusnya
dilanjutkan dengan dosis rendah diperiksa EKG pada tahap awal, setiap
3-5 mg/kgBB/hari, ketika pasien beberapa minggu, dan kemudian setiap

76 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana


ISSN: 2460-9684 [VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015]

1 atau 2 tahun, untuk pemantauan Methods in Medicine, Volume 2013,


komplikasi pada jantung. Article ID 989307, 17 pages, http://
dx.doi.org/10.1155/2013/989307.
PENCEGAHAN
4. Kuo, H., Huang, Y., Chien, S., Yu,
Tidak dikenal cara pencegahan H., Hsieh, K., Hsu, Y., Chang, W.
untuk penyakit Kawasaki. Pencegahan 2014. Genetic Variants of CD209
dilakukan untuk menghindari Associated with Kawasaki Disease
perburukan kerusakan koroner. Susceptibility. PLOS ONE | www.
Orangtua anak penderita penyakit plosone.org 1 August 2014 | Volume
Kawasaki dengan kelainan koroner, 9 | Issue 8 | e105236.
ditekankan tentang perlunya tindak
5. http://www.news-medical.net/
lanjut, yaitu minum obat secara teratur
health/Kawasaki-Disease
dan pemantauan kondisi jantung.
Pengamatan penderita paska penyakit 6. Kuwabara, M., Yashiro, M., Kotani,
Kawasaki, terutama dengan riwayat K., Tsuboi, S., Ae, R., Nakamura,
aneurisma koroner berat, dilakukan Y., Yanagawa, H., and Kawasaki,
jangka panjang bahkan mungkin T. 2015. Cardiac Lesions and
seumur hidup. Aneurisme koroner yang Initial Laboratory Data in Kawasaki
ringan pada umumnya akan mengalami Disease: a Nationwide Survey in
resolusi dalam beberapa bulan.12 Japan J Epidemiol;25(3):189-193,
doi:10.2188/jea.JE20140128.
PENUTUP 7. Katano, H., Sato, S., Sekizuka, T.,
Semoga akan terjadi pemahaman Kinumaki, A., Fukumoto, H., Sato,
yang lebih baik bagi kita semua tentang Y., Hasegawa, H., Morikawa, S.
penyakit Kawasaki ini. 2012. Pathogenic characterization of
a cervical lymph node derived from
DAFTAR PUSTAKA a patient with Kawasaki disease,
1. Onouchi, Y., Ozaki, K., Buns, J., Int J Clin Exp Pathol;5(8):814-823
Shimizu, C., Hamada, H., Honda, T., www.ijcep.com /ISSN:1936-2625/
Terai, M. 2010. Common variants in IJCEP1208021.
CASP3 confer susceptibility to Kawa- 8. Kentsis, A., Shulman, A., Ahmed, S.,
saki disease, Human Molecular Ge- Brennan, A., Monuteaux, M., Lee, Y.,
netics, Vol. 19, No. 14 2898–2906, Lipsett, S. 2013. Urine proteomics
doi:10.1093/hmg/ddq176. for discovery of improved diagnostic
2. Lee, K., Rhim, J., and Kang, J. 2012. markers of Kawasaki disease, EMBO
Kawasaki Disease: Laboratory Find- Mol Med, 5, 210–220, DOI 10.1002/
ings and an Immunopathogenesis emmm.201201494.
on the Premise of a “Protein Homeo- 9. Jaggi, P., Kajon, A., Mejias, A.,
stasis System”. Yonsei Med J, 53 (2): Ramilo, O. and Leber, A. 2015.
262-275. Human Adenovirus Infection in
3. Yu-wen, L., Wang, J., Sun, L., Kawasaki Disease: A Confounding
Zhang, J., Cao, L., Ding, Y., Chen, Bystander? CID 2013:56 (1
Y., Dou, J. 2015. Understanding the January), downloaded from http://
Pathogenesis of Kawasaki Disease cid.oxfordjournals.org/ by guest on
by Network and Pathway Analysis, June 11, 2015.
Computational and Mathematical

Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana 77


[VOLUME: 01 – NOMOR 01 – OKTOBER 2015] ISSN: 2460-9684

10. Gelfand, E. 2012. Intravenous Im- 12. Pujiadi, A., Hegar, B., Handryastuti,
mune Globulin in Autoimmune and S., Idris, N., Gandaputra E.,
] ^
 _ `# { Harmoniati E., Yuliarti, K (ed). 2011,
Med;367:2015-25. DOI: 10.1056/ Pedoman Pelayanan Medis IDAI,
NEJMra1009433. Jilid II, Jakarta, pp 150-3.
11. Yuan, S. 2012. Cardiac surgical
procedures for the coronary sequelae
of Kawasaki disease, Libyan J Med, 7:
19796 - http://dx.doi.org/10.3402/
ljm.v7i0.19796.

78 Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana

Anda mungkin juga menyukai