Anda di halaman 1dari 16

Ujian Dari Allah dan Cara

Mengatasinya
] Indonesia – Indonesian –‫[ إندونييس‬

Abu Ahmad Said Yai

Editor : Tim islamhouse.com Divisi Indonesia

2014 - 1435
‫كيف نتعامل مع االبتالء من اهلل‬
‫« باللغة اإلندونيسية »‬

‫أبو أمحد سعيد يايئ‬

‫مراجعة‪ :‬الفريق اإلندونييس بموقع دار اإلسالم‬

‫‪2014 - 1435‬‬
Ujian dari Allah dan Cara Mengatasinya

‫اب م ْين‬ ‫يين أُوتُوا الْك تيت ت‬


‫سيك ْم تولتتت ْس تم ُع َّن م تين ا ََّّل ت‬
ُ ُْ‫ُ ت‬ ‫ت‬ َّ ‫ت ت‬
‫﴿ َلُبْل ُون يِف أ ْم توال يك ْم توأنف‬
‫ت ُ ت َّ ت ت‬ ْ ً ‫ت ْ ُ ْ ت ت َّ ت ت ْ ت ُ ت ً ت‬
ُ ‫ِإَون تت ْص‬
‫ِبوا توت َّتقوا فإين ذل يك م ْين تع ْز يم‬ ‫ي‬ ‫قبل يكم ومين اَّليين أْشكوا أذى كث يريا‬
ُْ
] 186 : ‫اْل ُموري ﴾ [ آل عمران‬

Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan


dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari
orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut
diutamakan.”[1] (QS Âli ‘Imrân : 186)

Tafsir Ringkas
Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Allah ta’âla mengabarkan
dan mengatakan kepada orang-orang mukmin bahwa mereka akan
diuji pada harta mereka dengan mengeluarkan nafkah-nafkah yang
wajib dan juga yang sunnah serta dengan kehilangan harta mereka
untuk (beribadah/berjuang) di jalan Allah. (Mereka juga akan diuji)
pada diri-diri mereka dengan berbagai hal yang berat yang
dibebankan oleh banyak manusia.
(Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati) berupa celaan terhadap diri-diri, agama, Kitab dan Rasul
kalian…Oleh karena itu, Allah berkata, ‘(Jika kamu bersabar dan
3
bertakwa)‘ maknanya adalah jika kalian bersabar atas apa-apa yang
kalian dapatkan pada harta dan diri kalian berupa ujian, cobaan dan
gangguan dari orang-orang yang zolim, serta kalian dapat bertakwa
kepada Allah di dalam kesabaran itu dengan meniatkannya untuk
mengharap wajah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, dan
kalian tidak melampaui batas kesabaran yang ditentukan oleh
syariat yang mana pada saat itu tidak dihalalkan menghadapinya
hanya dengan kesabaran, tetapi harus dengan membalas perlakuan
musuh-musuh Allah. (Maka Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan) artinya itu termasuk
urusan yang harus didahulukan dan saling berlomba-lomba untuk
meraihnya. Tidaklah ada yang diberi taufik untuk dapat melakukan
hal ini kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dan semangat
tinggi sebagaimana firman Allah ta’âla, (artinya): ‘Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar.’[2].”[3]

Sebab Turunnya Ayat (sababun-nuzûl)


Sebagian ayat-ayat Al-Qur’ân memiliki sebab mengapa ayat
tersebut diturunkan. Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kisah
yang terjadi di pemukiman Al-Hârits bin Al-Khazraj (Madinah)
sebelum terjadinya perang Badar.
Kaum muslimin ketika itu sedang berkumpul dengan kaum
musyrikin dan orang-orang Yahudi. Datanglah Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa sallam ke tempat itu dan memberi salam. Di majlis itu ada
‘Abdullâh bin Ubai bin Salûl, dia berkata, “Janganlah kalian
mengotori kami!” Rasulûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam pun
mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam dan membacakan Al-
Qur’an kepada mereka. ‘Abdullâh bin Ubai menyahut, “Wahai lelaki!
Apa yang engkau katakan bukanlah sesuatu yang bagus. Jika itu
adalah sesuatu yang hak, maka Janganlah kamu mengganggu kami
4
dengan perkataan itu! Kembalilah ke hewan tungganganmu! Barang
siapa mendatangimu, maka ceritakanlah perkataan itu!”
Perkataan itu sangat menyakitkan hati kaum muslimin,
sehingga terjadilah pertengkaran di majlis itu antara orang-orang
muslimin dengan orang-orang kafir. Akhirnya, Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa sallam pun menenangkan mereka. Setelah mereka tenang
Rasûlullullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun kembali ke
tunggangannya dan pergi. Setelah itu Allah menurunkan ayat ini
yang berisi perintah untuk bersabar atas gangguan-gangguan orang-
orang kafir.[4]

Penjabaran dan tafsir ayat


Ujian adalah sunnah kauniyah (ketetapan Allah yang pasti akan
terjadi) untuk setiap muslim

ُْ‫ُ ت‬ ‫ت ت َّ ت‬
Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:
ُ
﴾ ‫﴿ َلُبْل ُون يِف أ ْم توال يك ْم توأنفسيك ْم‬
Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan
dirimu.”

Ujian adalah sunnah kauniyah untuk setiap muslim.


Seorang muslim tidak mungkin mengelak dari ujian tersebut. Oleh
karena itu, Allah memberi dua penekanan pada ayat ini dengan
َّ ‫ت ْ ت‬
firman-Nya ( ‫“ ) َلُبل ُون‬kamu sungguh sungguh dan benar-benar akan
diuji.”[5]
Al-Mufassir Ibnu Katsir berkata, “Firman Allah (Kamu sungguh-
sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu) seperti firman-
Nya: (Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang

5
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan ‘Inna lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn’)[6]. Seorang mukmin
pasti akan diuji pada sesuatu dari harta, jiwa, anak dan
keluarganya.“[7]
Allah subhânahu wata’âla juga berfirman:

ُ ‫ت‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ت ت ْ ت ت ُ َّ ُ ْ ت ت ت‬
]4 : ‫َص مين ُه ْم تولك ْين يِلتبْل تو تب ْعضك ْم ب ي تب ْعض ﴾ [ حممد‬ ‫﴿ ولو يشاء اهلل النت‬
Artinya: “Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah
akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji
sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain.” (QS Muhammad :
4)
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

‫ُ ت‬ ‫ت ت ت ْ ت ُ ُّ ْ ت ت َّ ت ُ َّ َّ ُ ُ ت ت ْ ت ْ ت‬ ْ ‫ت َّ ت‬
‫ِب ف تي تت تم َّرغ تعليْهي‬
‫(( واَّليي نف ييس بيي يده ي ال تذهب ادلنيا حَّت يمر الرجل لَع الق ي‬
‫د ُ َّ ْ ت‬ ‫ت ت ْت ْ ت‬ ‫تتُ ُ ت تْت ُْ ُ ت ت ت ت‬
)) ‫يين إيال اْلتال ُء‬ ‫ِب توليْ تس بيهي ادل‬
‫يب هذا الق ي‬
‫ يا ِلت يِن كنت مَكن صاح ي‬:‫ويقول‬

Artinya: “Demi yang jiwaku berada di tangannya! Dunia ini tidak


akan fana, kecuali setelah ada seseorang yang melewati sebuah
kuburan dan merenung lama di dekatnya seraya berkata,
‘Seandainya aku dulu seperti penghuni kubur ini, tidak ada yang
dirasakan pada agamanya kecuali hanya ujian saja.’.”[8]

Kuatnya iman dan besarnya ujian selalu berbanding lurus


Semakin kuat keimanan seseorang, maka ujian yang akan
diberikan oleh Allah akan semakin besar. Rasulûllâh shallallâhu

6
‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh

‫ت ت ُّ ت ت ً ت ت ت ْ ت ُ ُ ت ت ُ ت ت ت ُ ت ت‬ ‫ت ت ُ ت َّ ت‬
radhiallâhu ‘anhu:
‫اء ث َّم اْل ْمثل فاْل ْمثل ف ُيبْ تتَل‬‫اس أشد بالء قال اْلنبيي‬ ‫اهللي أ ُّى انلَّ ي‬ ‫(( يا رسول‬
ٌ َّ ‫ْ ت ت‬ ُ‫ت‬ ْ ْ ُ ‫لَع تح تسب ديينهي فتإ ْن تَك تن د‬ ‫َّ ُ ُ ت ت‬
‫يين ُه ُصل ًبا اش تت َّد بتالؤهُ ِإَون َكن يِف ديينيهي ريقة‬ ‫ي ي ي‬ ‫الرجل‬

)) ‫ب ديينيهي‬ ‫ابْ ُت ت ت ت ت ت‬
‫َل لَع حس ي‬ ‫ي‬

Artinya: “Ya Rasûlullâh! Manusia manakah yang paling berat


ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang
yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan
diuji sesuai kadar keberagamaannya. Jika agamanya kuat maka
akan ditambahkan ujian itu. Jika agamanya lemah maka akan diuji
sesuai kadar keberagamaannya.”[9]

َّ ‫اهلل إ تذا أت تح‬


Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
‫ب قت ْو ًما ابْ تت تال ُه ْم تف تم ْن تر يِضت‬ ‫ي‬
َّ
‫ِإَون َّ ت‬ ‫ت ْ ت‬ ‫(( إ ي َّن ع تيظ تم ْ ت‬
‫اْل تزاءي تم تع عيظ يم اْلتالءي‬
‫ت ت ُ د ت ت ت ْ ت ت ت ت ُ َّ ت‬
)) ‫السخ ُط‬ ‫الرضا ومن سخيط فله‬ ‫فله ي‬

Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan


besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai suatu kaum,
maka Dia akan mengujinya. Barang siapa yang rida dengan ujian itu
maka ia akan mendapat keridaan-Nya. Barang siapa yang
membencinya maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya.”[10]

Mengapa Allah mengabarkan bahwa ujian ini pasti akan terjadi?


Ada beberapa faidah yang bisa kita “petik” dari pengabaran
itu, di antaranya:

7
1. Kita akan mengetahui bahwa ujian tersebut
mengandung hikmah Allah ta’âla. Dengan hikmah itu, Allah
membedakan muslim yang benar keimanannya dengan yang
tidak.
2. Kita akan mengetahui bahwa Allah-lah yang mentakdirkan ini
semua.
3. Kita akan bersiap-siap untuk menghadapi ujian itu dan akan bisa
bersabar serta akan merasakan keringanan dalam
menghadapinya.[11]

Ujian tidak hanya dengan sesuatu yang buruk


Allah tidak hanya menguji seseorang dengan sesuatu yang
buruk. Akan tetapi, Allah juga menguji seseorang dengan sesuatu
yang baik. Allah subhanahu wa ta’âla berfirman:

‫ت‬ ُ ‫ت ْت ْ ْ ً ت‬ ‫ُك تن ْفس تذائ تق ُة ال ْ تم ْو ي ت ت ْ ُ ُ ْ َّ د‬


ُّ ُ
﴾ ‫ري ف يت تنة ِإَوِلْ تنا ت ْر تج ُعون‬
‫واْل ي‬ ‫الّش‬
‫ت ونبلوكم ب ي ي‬ ‫ي‬ ٍ ﴿
] 35 :‫[اْلنبياء‬
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan Hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.” (QS Al-Anbiyâ’ : 35)
Terkadang seorang muslim apabila ditimpa dengan
musibah dan kesusahan, maka dia dapat bersabar. Akan tetapi,
begitu dia diberikan kenikmatan yang berlebih maka terkadang dia
tidak bisa “lulus” dari ujian tersebut. ‘Abdurrahman bin
‘Auf radhiallâhu ‘anhu pernah berkata:
‫ِبنتا ُث َّم ابْ ُتل ت‬
‫يينا‬ َّ َّ ‫اهلل تعلتيْهي تو تس َّل تم ب‬
ْ ‫الَّضاءي فت تص ت‬ ُ َّ ‫اهللي تص ََّل‬
َّ
‫يينا تم تع تر ُسو يل‬‫(( ابْ ُتل ت‬
‫ي‬
)) ‫ِب‬ْ ‫الَّساءي تب ْع تدهُ فتلت ْم نت ْص‬
َّ َّ ‫ب‬
‫ي‬ ‫ي‬

8
Artinya: “Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika) bersama
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan kami dapat bersabar.
Kemudian kami diuji dengan kesenangan-kesenangan setelah beliau
wafat dan kami pun tidak dapat bersabar.”[12]

Ujian itu adalah rahmat dari Allah


Ujian yang diberikan oleh Allah adalah rahmat kepada
seluruh manusia terlebih lagi untuk kaum muslimin.

ُ‫ت تتُْت ت ْت ت‬
Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:
[ ﴾ ‫ارك ْم‬‫الصابيريين ونبلو أخب‬
ُ ْ ‫ت‬
َّ ‫ك ْم تو‬ ‫ك ْم تح ََّّت تن ْعلت تم ال ْ ُم ت‬
‫جاهيديين مين‬
ُ َّ ‫ت ت ت ْ ُ ت‬
‫﴿ ونلبلون‬
] 31 :‫حممد‬

Artinya: “Dan Sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu


agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di
antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal
ihwalmu.” (QS Muhammad : 31)
Dengan adanya ujian itu, akan tampak orang yang benar-
benar beriman dengan yang tidak. Ini adalah rahmat dari Allah.
Allah subhânahu wata’âla berfirman:

‫ْ ت‬ ُ ‫ت ت ت َّ ُ ت ْ ُ ْ ت ُ ت ْ ت ُ ُ ت‬
]2 :‫آم َّنا توه ْم ال ُيف تت ُنون ﴾ [ العنكبوت‬ ‫سب انلاس أن يْتكوا أن يقولوا‬
‫﴿ أح ي‬
Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji
lagi?” (QS Al-‘Ankabût : 2)

Ujian yang lebih berat dari harta dan jiwa


Ternyata ada ujian yang lebih berat dari ujian pada harta
dan jiwa. Apakah ujian tersebut? Allahsubhânahu wa
ta’âla berfirman:

9
ً ‫ت ت ت ْ ت ُ َّ ت َّ ت ُ ُ ْ ت ت ْ ت ْ ُ ْ ت ت َّ ت ت ْ ت ُ ت‬
‫ْشكوا أذى‬ ‫﴿ ولتسمعن مين اَّليين أوتوا الكيتاب مين قبل يكم ومين اَّليين أ‬
ً ‫تكث‬
] 186 : ‫يريا﴾ [ آل عمران‬

Artinya: “Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari


orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati.”
Dengan penggalan ayat tersebut kita dapat menjawab
pertanyaan di atas. Ujian yang lebih berat dari hal-hal tersebut
adalah ujian pada agama kita.
Kalau kita memperhatikan makna ayat yang kita bahas ini,
maka kita akan menemukan bahwa Allah mengurutkan ujian-ujian
tersebut dari yang lebih ringan ke yang lebih berat. Ujian pada harta
lebih ringan daripada ujian pada jiwa. Ujian pada jiwa lebih ringan
daripada ujian pada agama. Seseorang bisa saja memiliki harta yang
melimpah dan badan yang sangat sehat, tetapi jika dia keluar dari
agama Islam karena tidak tahan dengan cemohan orang-orang kafir,
maka ini adalah sesuatu kerusakan yang besar baginya, baik di dunia
maupun di akhirat.

Orang-orang kafir tidak akan berhenti mengganggu kaum muslimin


Gangguan dari orang-orang kafir, baik berupa ejekan
maupun tindakan fisik, pasti akan terus ada. Allah subhânahu wa

ُ ‫ت َّ ت ٌ ْ ت ْ ْ ت ت ْ ت ُ ُّ ت ُ ْ ْ ت ْ ت‬
ta’âla berfirman:
ً ‫يك ْم ُك َّف‬
‫ارا تح تس ًدا م ْين‬ ‫اب لو يردونكم مين بع يد إييمان‬ ‫﴿ ود كث يري مين أه يل الكيت ي‬
ُّْ ‫ْ ت ْ ُ ْ ْ ت ْ ت ت ت َّ ت ت ُ ُ ت‬
] 109 :‫س يهم مين بع يد ما تبَّي لهم اْلق ﴾ [ اْلقرة‬ ‫عين يد أنف ي‬

Artinya: “Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka


dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu
10
beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran, maka maafkanlah dan
biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-
Baqarah : 109)
Dan juga firman-Nya:

ُ َّ ُ َّ ْ ُ َّ َّ ‫ت‬ ُ ُ‫ت ت ْ تْ ت ت ْ ت ْت‬


‫ود تو تال انلَّ تص ت‬
‫ارى تح ََّّت تتب ي تع ميل تت ُه ْم قل إين ه تدى اهللي ه تو‬ ‫﴿ ولن ترِض عنك اِله‬
‫ل‬ ‫ت ت ت َّ ْ ت د‬ ‫ت‬ ْ ْ ‫ت ت ت ت‬ َّ ‫ْ ُ ت ت ت َّ ت ْ ت ت ْ ت ت ُ ْ ت ْ ت‬
ٍ ‫الهدى ولئ ي ين اتبعت أهواءهم بعد اَّليي جاءك مين العيل يم ما لك مين اهللي مين و ي‬
‫تت ت‬
] 120 :‫ري ﴾ [ اْلقرة‬
ٍ ‫وال ن يص‬
Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
‘Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)’. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi
pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah : 120)

Hakikat ahlul-kitâb berbeda berbeda dengan orang-orang musyrik


Dari ayat di atas, Allah subhânahu wa ta’âla membedakan
antara ahlulkitâb (Yahudi dan Nasrani) dengan kaum musyrikin. Ini
menunjukkan bahwa hakikat dari Ahlul-kitâb dan musyrikin itu
berbeda. Meskipun mereka berbeda, mereka tetap memiliki
kesamaan yaitu kesamaan dalam kekafiran. Tempat kembali
mereka di akhirat nanti adalah neraka –na’udzu billah min dzalik-.

Cara yang diajarkan oleh Allah untuk menghadapi segala ujian


Allah tidak akan melalaikan hamba-hamba-Nya. Oleh
karena itu, Allah juga mengajarkan kepada kaum muslimin
bagaimana cara menghadapi ujian tersebut. Allah subhânahu wa
ta’âlaberfirman:

11
ُْ ‫ْ ت ْ ُ ت ُ ت َّ ت ت‬
] 186 : ‫ِبوا توت َّتقوا فإين ذل يك م ْين تع ْز يم اْل ُموري ﴾ [ آل عمران‬
‫﴿ ِإَون تص ي‬
Artinya: “Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya
yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”
Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan
ketakwaan. Hukum bersabar dan bertakwa dalam menghadapi ujian
bukanlah sunnah, tetapi itu adalah sesuatu yang wajib dikerjakan
oleh semua muslim.

Penyebutan kesabaran yang berdampingan dengan ketakwaan di


dalam Al-Qur’an
Setidaknya, di Al-Qur’an ada enam tempat dimana Allah
menggabungkan kata kesabaran dan ketakwaan dalam konteks yang
sama, yaitu: di dalam surat Ali ‘Imran ayat 118, 125, dan 186, di
dalam surat Yusuf ayat 90, di dalam surat An-Nahl ayat 125 hingga
128 dan surat Thâha ayat 132.[13] Ini menunjukkan bahwa
kesabaran memiliki hubungan yang sangat erat dengan ketakwaan.

Hasil yang didapatkan dengan bersabar


Orang yang dapat bersabar menghadapi semua ujian akan
memperoleh hal-hal yang terpuji, di antaranya[14]:
1. Dia akan mendapatkan pahala seperti orang-orang yang
memiliki keteguhan hati (ulul-‘azm).[15]
2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan
petunjuk dari Allah.
Allah subhânahu wa ta’âla berfirman (artinya): “Mereka
Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS Al-Baqarah : 157)
1. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Allah subhânahu wa ta’âla berfirman (artinya): “Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang
12
yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-
orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat
: 35)
2. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allah subhânahu wa
ta’âla berfirman (artinya): “Sesungguhnya Hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS Az-Zumar : 10)
3. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah ta’âla.
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallambersabda:

‫ت‬ ‫تت ْت‬ ‫ت ت ت ْ ت ُ ْ ت ت ُ ْ ت ْ ت َّ ت ْ ُ ت‬


‫ْتك ُه تي ْم يِش لَع اْل ْر يض تو تما تعليْهي م ْين‬ ‫)فما يِبح اْلالء بيالعب يد حَّت ي‬
‫تخط ت‬
(‫يئ ٍة‬ ‫ي‬

Artinya: “Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba


sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan
tidak memiliki dosa.”[16]

Dakwah pun pasti penuh dengan ujian


Para dai (pendakwah) adalah penerus Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang yang akan mendapatkan
ujian yang paling berat. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk
dapat berilmu, beramal dan berdakwah. Mereka tidak hanya akan
diuji dengan kekurangan harta, kelelahan fisik dan lain-lain, tetapi
mereka juga akan diuji dengan ejekan, cemohan dan fitnah, baik dari
kaum muslimin sendiri maupun dari kaum kafirin. Di antara mereka
ada yang dapat bersabar menghadapinya dan terus berdakwah di
masyarakat, tetapi ada juga yang tidak bisa bersabar dan mencari
tempat yang sepi untuk menjauhi masyarakat. Para pendakwah yang
dapat bersabar menghadapi gangguan dari masyarakat lebih baik

13
daripada yang tidak dapat bersabar. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ت‬ َّ ْ ُ ‫ْ ُ ْ ُ ت ت ت ُ ت ً َّ ت ت ت ْ ُ ت ت ت ت‬
ٌ ْ ‫اه ْم تخ‬
‫ري م ْين ال ُم ْسل ي يم اَّليي ال‬ ‫(( المسل يم إيذا َكن ُمال يطا انلاس ويص يِب لَع أذ‬
ُ ‫ُ ت ُ َّ ت ت ت ت ْ ُ ت ت ت ت‬
)) ‫ِب لَع أذاه ْم‬‫ُيال يط انلاس وال يص ي‬

Artinya: “Seorang muslim yang berkecimpung dengan manusia dan


dapat bersabar atas gangguan-gangguan mereka lebih baik dari
muslim yang tidak berkecimpung dengan mereka dan tidak sabar
dengan gangguan mereka.”

Kesimpulan dan faidah dari ayat


1. Ujian pada harta, diri dan agama adalah sunnah
kauniyah (ketetapan Allah yang pasti terjadi) pada setiap
muslim.
2. Kaum kafirin akan selalu mengganggu kaum muslimin, baik
dengan perkataan ataupun perbuatan
3. Allah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka bisa
bersabar dan bertakwa untuk menghadapi seluruh ujian
tersebut.

Tamma bifadhlillâh wa karamihi. Mudah-mudahan tulisan ini


bermanfaat. Jember, Shafar 1431 H

[1] Lihat terjemahan ayat ini dan ayat-ayat yang lainnya di dalam
artikel ini di ‘Al-Qur’an dan Terjemahannya’ yang diterbitkan
oleh Mujamma’ Al-Malik Fahd: Madinah Munawwarah, KSA.
[2] QS Fushshilat : 35
[3] Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm Al-Mannân hal. 160.

14
[4] Penulis ringkas dengan bahasa bebas dari Shahîh Al-Bukhâri no.
4577 (Kitab At-Tafsîr, Surat Âli ‘Imrân)
[5] Syaikh Ibnu ‘Âsyûr berkata, “Allah memberi penekanan pada kata
kerja ini dengan lâm al-qasam dan nûn at-taukîd asy-syadîdah untuk
menunjukkan bahwa ujian itu akan benar-benar terjadi. Karena nûn
at-taukîd asy-syadîdah lebih kuat dari segi pendalilan daripada (nûn)
at-taukîd alkhafîfah.” (At-Tahrîr wa At-Tanwîr Jilid IV hal. 189)
[6] QS Al-Baqarah : 155-156.
[7] Tafsîr Al-Qur’an Al-‘Adzîm milik Ibnu Katsîr Jilid II hal. 179
[8] HR Muslim no. 7302
[9] HR At-Tirmidzi No. 2398, An-Nasâi di As-Sunan Al-kubrâ no. 7482
dan Ibnu Mâjah No. 4523 (Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Al-
Albâni di Ash-Shahîhah no. 143 dan Al-Misykah no. 1562).
[10] HR At-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Hadîts ini di-
shahîh-kan oleh Syaikh Al-Albâni di Ash-Shahîhah no. 146).
[11] Lihat Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm Al-Mannân hal.
160.
[12] HR At-Tirmidzi no. 2464 (Hadîts ini di-hasan-kan sanadnya oleh
Syaikh Al-Albâni di Shahihwa Dha’îf Sunan At-Tirmidzi jilid V hal. 464.
[13] Untuk empat dari keenam tempat itu penulis mendapatkan
faidah dari Daqâiq At-Tafsîr Al-Jâmi’ Li Tafsîr Ibni Taimiyah jilid II hal.
299-300, adapun sisanya penulis memanfaatkan Software Maktabah
Syâmilah untuk mencarinya.
[14] Poin ke-2 hingga ke-4 Penulis mengambil faidah dari Adhwâ’ Al-
Bayân jilid I hal. 187
[15] Lihat At-Tahrîr wa At-Tanwîr jilid IV hal. 190
[16] HR At-Tirmidzi no.2398 , An-Nasâ’i di As-Sunan Al-kubrâ no.
7482 dan Ibnu Mâjah no. 4523 (Hadîts ini di-shahîh-kan oleh Syaikh
Al-Albâni di Ash-Shahîhah no. 143 dan Al-Misykâhno. 1562).
15
Penulis: Al-Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc
Sumber : http://kajiansaid.wordpress.com

16

Anda mungkin juga menyukai