Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Keterbatasannya adalah
1. Prosesnya lambat
2. Efisiensinya rendah
3. Harga gas argon & helium yang relatif mahal
Perlengkapan Las TIG terdiri dari catu daya, gagang las,
kotak kontrol pengendali, Kabel ke benda kerja. Arus
searah (DC) umumnya digunakan untuk mengelas baja
karbon, baja paduan rendah dan baja tahan karat.
Sedangkan arus bolak balik (AC) biasanya digunakan
untuk mengelas aluminum, magnesium dan paduannya.
Elektroda yang digunakan berupa tungsten murni,
thoriated tungsten yang mengandung 1 hingga 2%
oksida thorium (ThO2), lanthatiated tungsten yang
mengandung oksida lanthanum (La2O3), atau ceriated
tungsten yang mengandung oksida cerium (Ce2O3).
Elektroda tungsten yang mengandung oksida lebih
superior dibandingkan dengan elektroda tungsten
yang murni terutama pada sifat penyalaan busur
(ignition) selama pengelasan dan masa pakainya.
Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa
lanthaniated tungsten dan ceriated tungsten memiliki
sifat yang jauh lebih baik daripada thoriated tungsten
yang biasa.
Tabel 1.7 Metoda penyalaan busur TIG dan sifatnya
Tabel 1.7 menunjukkan metoda penyalaan busur pada
TIG dengan mengandung 3 metoda yang umum
dilakukan yaitu:
◦ Metoda dengan muatan frekuensi tinggi (high frequency
discharge)
◦ Metoda disentuhkan atau goresan (touch or striking)
◦ Metoda dengan voltase tinggi yang dipulsakan (high voltage
pulse)
Metoda dengan muatan frekuensi tinggi (high
frequency discharge) biasanya paling sering digunakan
karena tidak perlu adanya kontak antara elektroda
dan benda kerja. Tetapi metode ini mudah
menghasilkan gangguan elektromagnetik yaitu
kebisingan elektromagnetik. Perlindungan dari
instrument elektronik dan IT dari kebisingan dan
sentakan listrik menjadi masalah yang penting dalam
proses pengelasan modern dimana kontrol elektronik
merupakan hal yang penting.
Pada metoda penyentuhan (touch method), busur listrik
dihasilkan oleh adanya kontak sementara antara
elektroda dan benda kerja. Setelah arus mulai mengalir
akibat kontak tersebut, elektroda diangkat sedikit agar
menghasilkan busur listrik. Metoda ini tidak
mengakibatkan gangguan elektromagnetik. Namun cacat
inklusi tungsten diujung elektroda akibat kontak dan
sedikit lelehan diujung elektroda dapat terjadi.
Metoda dengan voltase tinggi yang dipulsakan (high
voltage pulse) dikembangkan untuk mengatasi masalah
baik dari gelombang elektromagnetik maupun inklusi
tungsten. Tegangan DC yang tinggi dengan beberapa kV
diaplikasikan antara elektroda dan benda kerja untuk
menghacurkan insulasi dari gas pelindung, kemudian
busur listrik menyala. Namun catudaya untuk alat
pengelasan yang memiliki sirkuit dengan voltase tinggi
dipulsakan cukup mahal. Kebutuhan akan insulasi dengan
kualitas baik juga membatasi penggunaan metode ini,
untuk kasus khusus yaitu pengelasan yg menggunakan
robot.
Las TIG yang dipulsakan (Pulsed TIG)
Gambar 1.29 menunjukkan sebuah konsep
dari pengelasan dengan busur listrik yang
dipulsakan.
Banyak keuntungan yang diperoleh dengan
mengontrol parameter pulsa seperti
sebagai berikut:
◦ Arus puncak atau peak current (Ip)
◦ Arus dasar atau base current (Ib)
◦ Waktu puncak atau peak time (Tp)
◦ Waktu dasar atau base time (Tb)
Pengelasan TIG yang dipulsakan diklasifikasikan
berdasarkan frekuensi pulsa sebagai berikut
◦ Pengelasan dengan frekuensi pulsa rendah, yaitu 0.5-15 Hz
◦ Pengelasan dengan frekuensi pulsa menengah, yaitu 100-
150 Hz
◦ Pengelasan dengan frekuensi pulsa tinggi, yaitu > 1kHz
Pada pengelasan dengan frekuensi rendah sambungan yang
dilas meleleh pada peak time dan membeku pada base time.
Oleh karena itu, metode ini efektif ketika panas yang
diberikan pada logam dasar dibatasi. Metoda ini digunakan
pada pengelasan ‘out of position’, pengelasan untuk
menyambung pelat dengan ketebalan yang berbeda, dan
penetrasi untuk kampuh lasan yang berbeda.
Dengan meningkatkan frekuensi pulsa, pengurangan panas
yang diberikan menjadi sedikit tetapi kekuncupan dan
pemusatan dari busur listrik menjadi lebih kuat.
Kekuncupan (stiffness) dari busur listrik mengurangi gerakan
yang tidak stabil pada busur listrik dengan arus rendah
sepanjang garis lasan. Pengelasan dengan frekuensi pulsa yang
sedang, menggunakan efek peningkatan frekuensi pulsa
tersebut untuk me-las pelat tipis dengan kecepatan tinggi.
Pengelasan dengan frekuensi pulsa tinggi hanya digunakan
untuk penggunaan yang spesifik. Kekuncupan dan pemusatan
busur listrik menjadi lebih kuat pada jarak frekuensi yang
tinggi, tetapi perlengkapan las menjadi sangat mahal dan kabel
las memerlukan penanganan yang lebih hati-hati.
Las TIG dengan AC
Pada pengelasan dengan busur listrik, polaritas dari
elektroda mempengaruhi sifat dari busur listrik dan
fenomena pelelehan pada material dasar.
Gambar 1.30 mengilustrasikan dampak polaritas
elektroda pada las TIG. Pada kasus dimana elektroda
dengan polaritas negative (EN), busur listrik
terkonsentrasi pada benda kerja tepat di bawah
elektroda dan lebih kuncup dan terkonsentrasi pada
satu titik yang kuat.
Hasil lasan akan diperoleh lubang lelehan yang sempit
dan dalam. Elektroda menjadi lebih sedikit
terkonsumsi (awet). Busur listrik yang sesuai
terbentuk pada polaritas DCEN.
Pada kasus dimana polaritas elektroda positif (EP), titik
ujung katoda (cathode spots) yang merupakan sumber
dari emisi elektron bergerak pada permukaan benda
kerja, sehingga busur listrik tidak terkonsentrasi pada
garis/jalur lasan. Hasil lasan yang terbentuk memiliki
bentuk yang lebar dan dangkal.
Elektroda tungsten menjadi lebih panas dan mudah
terkikis (erosi) karena energi panas yang besar
diberikan pada elektroda pada EP. Oleh karena itu
DCEP umumnya jarang digunakan untuk proses
pengelasan. Cathode spot akan menghancurkan lapisan
oksida. Fenomena ini disebut pembersihan katodik.
Busur listrik DCEP sering digunakan untuk mengelas
aluminum dan paduannnya untuk mendekomposisi
(mengelupas) lapisan oksida aluminium (Al2O3) karena
lapisan oksida tersebut memiliki titik leleh yang sangat
tinggi dipermukaan logam aluminum. Oleh karena itu
AC TIG welding digunakan pada pengelasan aluminium
dan paduannya karena karakteristik kedua polaritasnya
(EN & EP) sangat efektif difungsikan.
Tabel 1.8 Pengaruh dari kontrol rasio waktu EP
Diameter dari elektroda DCEP harus lebih
besar dari DCEN karena elektroda mudah
menjadi over heating, bahkan dalam perioda
EP yang singkat.
Sebuah catu daya inverter arus AC dapat
mengontrol rasio waktu DCEP selama
rentang yang luas dalam setiap siklus. Tabel
1.8 menunjukkan hasil lasan dengan kondisi
rasio polaritas terhadap waktu yang berbeda.
dan berisi hasil aksi pembersihan, bentuk
kampuh lasan, dan konsumsi dari elektroda.
Gas Shielded Metal Arc Welding
(GMAW: las MAG dan MIG)
Dalam GMAW (MAG dan MIG), kawat elektroda berdiameter
kecil (0,8 - 1,5 mm) secara mekanik diumpan dan busur yang
terbentuk di jaga antara elektroda dan benda kerja. Gas
pelindung akan melindungi busur listrik dan kawah las dari
udara.
GMAW dengan elektroda konsumabel diklasifikasikan menjadi
pengelasan MAG dan pengelasan MIG menurut jenis gas
pelindungnya. Dalam las MAG, gas aktif, seperti gas CO2 atau
campuran argon dan CO2 (Ar + CO2), digunakan sebagai gas
pelindung. Pada pengelasan MIG, gas mulia (inert), seperti argon,
digunakan sebagai gas pelindung.
Hal ini biasanya disebut “las gas CO2” jika gas pelindung CO2
murni digunakan. Las gas CO2 adalah jenis las MAG. Bila sedikit
sekali gas oksigen atau gas CO2 ditambahkan ke gas argon,
proses pengelasan umumnya masih disebut sebagai las MIG.
Namun, secara umum hal tsb didefinisikan sebagai las MAG
karena gas pelindungnya sudah tidak murni lagi dalam arti yang
ketat.
Kawat las digunakan sebagai elektroda dan akan mencair pada saat
yang bersamaan dengan busur menyala. Kawat elektroda yang mencair
akan bercampur di dalam kawah las untuk membentuk deposit logam
las. Ada dua jenis kawat elektroda yang digunakan: pertama adalah
kawat pejal (padat) dan kedua adalah kawat berinti fluks (flux cored
wire). (
Kawat elektroda pejal dibuat dalam berbagai komposisi kimia dan
berbagai ukuran diameter. Permukaannya biasanya dilapis dengan
tembaga untuk mencegah dari karat dan untuk memudahkan kontak
terhadap arus listrik. Belakangan ini, elektroda tanpa plating Cu
memiliki pertimbangan masalah lingkungan di pasaran.
Kawat elektroda dengan inti fluks (flux cored wire) terbuat dari
selubung tipis logam dan ditambahkan serbuk fluks dibagian inti dalam
selubungnya. Serbuk fluks di bagian inti (tengah) berisi bahan kimia
sebagai penstabil busur, pembentuk terak, pen-deoksidasi, atau
ditambahkan serbuk logam atau kombinasi keduanya.
Kawat las dengan inti fluks akan menghasilkan terak yang terbentuk
dipermukaan kampuh lasannya seperti pad alas manual atau MMAW.
Kawat las dengan inti serbuk logam (metal cored wire) akan
menghasilkan terak yang sedikit, namun menghasilkan kampuh lasan
yang mirip pada pengelasan yang dilakukan dengan menggunakan
kawat las pejal (padat).
Pengelasan MAG dan pengelasan MIG adalah proses
pengelasan yang sangat efisien karena rapat arus yang
tinggi menyebabkan tingginya tingkat deposisi logam dan
penetrasi yang mendalam. Kepadatan (densitas) arus
yang tinggi diperoleh oleh arus tinggi melalui kawat
elektroda kecil.
Keuntungan dari pengelasan MAG dan pengelasan MIG
adalah sbb:
◦ Pengelasannya kontinu (tanpa henti)
◦ Posisi las nya bervariasi
◦ Pengamatan visual dari busur dan kampuh lasan lebih mudah.
◦ Cocok digunakan untuk las secara otomatis atau robotik,
dan
◦ Peralatannya menjadi sederhana untuk las yang semi-
otomatis.
Keterbatasannya adalah kebutuhan perlindungan dari
angin saat mengelas di lapangan (field), dan sensitif
terhadap masalah arc blow.
Peralatan Las Busur Logam dengan Gas Pelindung
Pada las stud atau stud arc welding, stud yang digunakan berfungsi
sebagai sebuah elektroda: busur berada diantara stud dan benda
kerja.
Stud yang digunakan ditanamkan (implanted) ke dalam benda kerja.
Terdapat berbagai jenis stud, fastener yang berulir, pin polos,
konektor geser sebagai contohnya.
Gambar 1.38 mendeskripsikan tentang las busur stud (stud arc
welding). Busur dijaga agar berada antara stud dan benda kerja
dengan menggunakan stud khusus. Setelah bagian bawah dari
stud dan benda kerja cukup leleh, stud dibalikkan ke daerah
kawah las menggunakan sebuah pegas atau koil magnetik
ataupun keduanya. Sebuah catridge biasanya diatur sebelum
pengelasan dimulai.
Catridge tersebut biasanya terbuat dari bahan keramik.
Catridge bekerja sebagai cetakan atau mould untuk cairan
logam agar terbentuk pengelasan yang homogen.
Penyambungan terjadi dibagian ujung dari stud. Flash biasanya
terbentuk disekeliling daerah lasan seperti yang terlihat pada
gambar 1.38 b.
Stud arc welding digunakan pada aplikasi yang cukup luas. Tipe
shear connector atau konektor geser biasanya digunakan pada
tiang bangunan, lantai bangunan, lantai jembatan dan marine
structure : thin fastener berperan sebagai fix thermo-insulator
dan material tahan air pada kapal. Fastener juga digunakan
untuk memperkuat bumper, instrument dan interior pada
sebuah automobile. Lebih jauh lagi, fastener digunakan untuk
connector dan frame pada peralatan elektronik rumahan.
Las Titik Tahanan Listrik –
Resistance spot welding (RSW)
Gambar 1.39 mengilustrasikan sebuah konsep dari resistance
spot welding (RSW). Elektoda water cooled copper menekan
lembaran yang akan disambung dan arus listrik dialirkan pada
daerah tersebut. Panas akibat tahanan listrik tersebut membentuk
sebuah nugget dan kemudian terbentuklah sambungan.
Lekukan sebesar beberapa milimeter terbentuk pada permukaan
lembaran yang sudah disambung akibat adanya penekanan dari
elektroda tembaga. Arus listrik AC dengan single phase biasanya
digunakan dalam pengelasan RSW ini, dan sumber listrik tiga fasa
digunakan pada penyambungan paduan alumunium.
Dalam beberapa tahun terakhir, aplikasi dari
inverter listrik semakin meningkat karena lebih
mudah untuk dikontrol.
Faktor yang paling dominan adalah arus listrik,
waktu dan penekanan. Setingan arus listrik dan
penekanan yang tidak tepat dapat menyebabkan
terbentuknya splash. Splash tersebut dapat
menurunkan kekuatan dari sambungan karena
terbentuknya cacat pada daerah lasan. Waktu
pengelasan yang terlalu lama dapat menyebabkan
turunnya kekuatan akibat heat affected zone yang
terbentuk terlalu luas.
Resistance spot welding (RSW) biasanya
digunakan pada penyambungan lembaran mild
steel, high strength steel, low alloy steel dan
paduan alumunium meskipun sebenarnya RSW
dapat digunakan pada hampir semua jenis logam.
Las Projeksi - Projection Welding (PW)
Sebuah proyeksi timbul dibentuk dari susunan
lembaran logam. Arus listrik dikonsentrasikan
pada projection selama proses pengelasan
berlangsung.Tidak terdapat lekukan pada
permukaan sambungan karena tekanan yang
diberikan. Hal ini disebabkan oleh bentuk dari
penekan nya yang datar atau flat.
Penyetingan dari mesin las pada projection
welding hampir sama dengan RSW. Namun,
sistem penekanan membutuhkan respon
dinamik yang lebih baik sebab projection
terdeformasi selama proses pengelasan
berlangsung. Ketika sebuah bolt (baut) atau
sebuah nut disambung dengan projection
welding (PW), plural projection diseting
sedemikian rupa dan seluruh projection dilas
pada waktu yang sama.
Las Tumpang Tahanan Listrik -
Resistance Seam Welding (RSEW)
Gambar 1.41 gambar dari resistance
seam welding. Rotary disk digunakan
sebagai elektroda. Disk yang ada
menjepit permukaan lembaran diantara
kepala disk dan lembaran (sebagai benda
kerja). Putaran tetap digunakan untuk
mendapatkan nugget yang tepat. RSEW
ini ditujukan untuk memecahkan
mengenai ketidak-rapatan nugget di RSW.
RSEW diaplikasikan untuk
penyambungan tangki bensin, sambungan
kaleng secara longitudinal, sambungan
tumpang pada atap baja tahan karat.
Dalam hal high speed weldings dilakukan
beberapa penambahan arus secara
kontinyu.
Las Upset -Upset Welding (UW)
Keterbatasnya diantaranya:
1. Harus dalam kondisi vakum
2. Persiapan yang presisi di alur muka las
3. Peralatan sangat mahal
Keterbatasanya diantaranya:
1. Ketergantungan terhadap absorsi cahaya di permukaan benda
kerja
2. Perlu proteksi keselamatan terhadap sinar laser
3. Peralatan cukup mahal
4. Efisiensi enerjinya rendah, terutama pada laser generator.