ABSTRAK
I. PENDAHULUAN.
1. Ketidakpastian
Dengan diperkenalkannya metode kendali mutu berdasarkan model-model statistik
canggih ke pabrik-pabrik manufaktur yang berarti bahwa banyak pengawas kendali
mutu ini terpaksa harus mempelajari metode-metode baru ini. Beberapa pemilik
mutu barangkali khawatir mereka tidak akan mampu melakukannya. Oleh karena
itu, mungkin akan muncul sikap negatif terhadap teknik-teknik kendali statistik atau
berperilaku merugikan ketika mereka diminta menggunakannya.
2. Kekhawatiran akan kerugian pribadi
Perubahan mengancam investasi yang telah anda buat dalam dalam status quo.
Semakin banyak orang telah melakukan investasi dalam sistem yang ada sekarang,
semakin mereka menolak karena mereka akan takut kehilangan status, uang,
wewenang, persahabatan, kenyamanan pribadi, atau manfaat-manfaat lainnya. Hal
ini menjelaskan mengapa karyawan yang lebih tua lazimnya menentang
perubahan-perubahan dibandingkan karyawan yang lebih muda. Karyawan yang
lebih tua telah melakukan banyak investasi ke sistem yang ada sekarang, karena
itu akan lebih banyak kehilangan akibat adanya perubahan.
3. Penolakan atau keyakinan bahwa perubahan itu tidak akan menguntungkan
organisasi.
Karyawan yang berpendapat bahwa prosedur kerja baru yang diusulkan oleh pelaku
perubahan akan mengurangi produktivitas, atau mutu produk, bisa diperkirakan
karyawan itu akan menentang perubahan tadi.
Ada beberapa syarat atau aturan yang harus dipenuhi agar manajemen perubahan
itu efektif dan lebih sukses. Management perubahan memerluikan perencanaan yang
serius dan implementasi yang sensitif serta diatas itu semua harus dikonsultasikan dan
dilibatkan dengan orang-orang yang dipengaruhi perubahan itu. Jika perubahan
dilaksanakan biasanya akan timbul beberapa masalah. Karena itu perubahan harus
realisitis, dapat dicapai (achievable) dan terukur (measurable). Aspek-aspek ini relevan
khususnya dalam mengelola perubahan orang-orang (managing personal change)
dalam organisasi. Sebelum merubah organisasi, harus bertanya kepada diri sendiri
yaitu apa yang akan dicapai dengan perubahan ini, kenapa harus berubah, dan
bagaimana kita mengetahui bahwa perubahan telah tercapai. Selanjutnya harus
diketahui siapa yang akan dipengaruhi perubahan dan bagaimana reaksi mereka
terhadap perubahan itu. Berapa banyak dari perubahan itu yang dapat kita lakukan
sendiri dan bagian-bagian mana dari perubahan itu yang perlu bantuan luar. Aspek-
aspek ini juga sangat erat berhubungan dengan manajemen personalia disamping
manajemen perubahan organisasi.
Menurut John P Kotter (2008) seorang professor dan pemikir terkenal dan juga
pengarang buku “Manajemen Perubahan Organisasi” dari Harvard Business School
dan juga pengarang buku 'Leading Change' (1995) serta buku 'The Heart Of Change'
(2002) menguraikan dan membuat suatu model yang bermanfaat tentang pengertian
dan pengelolaan perubaahan. Tiap tahap mempunyai (acknowledges) suatu prinsip
kunci yang diidentifikasi Kotter berkaitan dengan response orang2 dalam perusahaan
dan pendekatan terhadap perubahan, dimana orang-orang melihat, merasakan dan
kemudian berubah (see, feel and then change).
Menurut Kotter ada 8 (delapan) tahap perubahan yang disebuit dengan Kotter's
eight step change model, yang intinya dapat diringkaskan sebagai berikut:
VII. PENUTUP
Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua mengalami perubahan. Demikian juga
perusahaan ataupun organisasi, lambat atau cepat akan mengalami perubahan sesuai
perkembangan keadaan, peluang maupun tantangan dan atau karena perkembangan
teknologi. Perubahan bisa datang dari luar organisasi dan bisa datang dari dalam
organisasi itu sendiri. Agar perubahan itu dapat berjalan efektif dan efisien serta tidak
menimbulkan stress bagi orang-orang yang terkena perubahan itu maka harus
dilakukan beberapa hal yang penting yaitu melibatkan dan mendukung orang-orang
yang ada dalam system tersebut. Sistem disini adalah lingkungan, proses, budaya,
hubungan, perilaku dan lain sebagainya, apakah secara personal maupun secara
organisasi. Harus dimengerti juga dimana posisi organisasi pada saat awal dilakukan
perubahan. Juga harus tahu apa yang harus dicapai/dibentuk, kapan waktunya,
mengapa harus berubah dan tahu ukuran-ukuran yang akan digunakan guna mencapai
perubahan tersebut. Rencanakan pengembangan dan perubahan dalam tahapan-
tahapan yang terukur dalam mencapai tujuan. Dan terakhir komunikasikan dan libatkan,
serta mampukan dan fasilitasi orang-orang yang terlibat sedini dan sebanyak mungkin.
Daftar Pustaka:
1. John P. Kotter and Leonard A. Schlesinger, Choosing Strategies for Change,
Harvard Business Review, July 8, 2008 Edition.
2. Danny Samson,Richard L. Daft, Management, 2011 Asia Pacific Edition
3. George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2000
4. James AF Stoner, Manajemen, Erlangga , Jakarta, 1992
5. Ricky W Griffin, (Texas A & M University), Manajemen, Erlangga, Jakarta, 2002
6. Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, 2008, Penerbit
Salemba Empat, edisi 12.
7. Stephen P. Robbins, Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, 2008, Penerbit
Salemba Empat, edisi 12.
8. Stephen Paul Robbins, Mary K Coulter, Management, Prentice Hall 1999
9. R.L. Daft,Richard L. Daft,J. Murphy,H. Willmott, Organization: Theory and Design,
South Western, 2010
10. Richard L. Daft, The New Era of Management, South Western,,2008,,2nd ed
11. Richard L. Daft, Management, South Western, 2012, 10th ed.