Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami
perkembangan normal. Banyak diantara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau
memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal
diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang
kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak
berkebutuhan khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak
berkebutuhan khusus disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka
termasuk anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
penyimpangan atau kelainan, baik dari segi fisik, mental, emosi, serta
sosialnya bila dibandingkan dengan anak yang normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan
dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut
meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan
berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social,
serta kreatifitasnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus?
2.    Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
3.    Apa saja karakteristik anak berkebutuhan khusus?
4.    Bagaimana cara pendekatan anak berkebutuhan khusus?

1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai
beberapa tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
1.    Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus
2.    Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
3.    Mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus
4.    Mengetahui cara pendekatan anak berkebutuhan khusus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah anak berkebutuhan
khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan dan merupakan
terjemahan dari children with special need yang telah digunakan secara
luas di dunia internasional. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus, antara lain anak cacat,
anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa.
Selain itu, WHO juga merumuskan beberapa istilah yang digunakan
untuk menyebut anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Impairment : merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu
mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau
fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh.
Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia
mengalami kecacatan kaki.
2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami
kekurang-mampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan
impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang
yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi
kaki untuk melakukan mobilitas.
3. Handicaped: merupakan ketidak-beruntungan individu yang dihasilkan
dari impairment atau disability yang membatasi atau menghambat
pemenuhan peran yang normal pada individu. Handicaped juga bisa
diartikan suatu keadaan di mana individu mengalami ketidak-
mampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya
fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki
sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan
lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Selain istilah yang umum digunakan WHO, ada juga yang
menggunakan istilah anak difabel yang merupakan kependekan dari
diference ability. Istilah ini digunakan untuk menyebut mereka yang
memiliki kemampuan diatas atau dibawah rata-rata orang pada umumnya.
Misalnya pada anak tunagrahita dan gifted.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di
antaranya adalah anak-anak penyandangpost traumatic syndrome disorder
(PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan,anak-anak yang
kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-
anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban
kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan

2
dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru
mengajar, anak berpenyakit kronis, dan sebagainya.

2.2 Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus


Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kelainan fisik
a. Cerebral palsy
Gangguan / hambatan karena kerusakan otak (brain injury)
sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik
b. Tunadaksa
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni
kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan
karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.
2. Kelainan mental
a. Tinggi
 Anak Berbakat (Gifted )
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),
kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal)
 Anak Berkesulitan belajar spesifik (ABBS)
Anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca,
menulis dan berhitung atau matematika)
b. Rendah
 Slow learners
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki
potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum
termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan
atau keterlambatan berpikir, merespons rangsangan dan adaptasi
sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal,
mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non
akademik
 Tunagrahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata
mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan
mental jauh di bawah rata-rata (IQ dibawah 70) sehingga
mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi
maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan
khusus. Hambatan ini terjadi sebelum umur 18 tahun. Tuna
grahita ini masih dibagi menjadi dua, yakni tuna grahita biasa
dan down syndrome.
3. Kelainan emosi sosial
a. Tunalaras

3
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun
orang lain.
b. Autism
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan
oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
c. ADHD
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh
karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain.
Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk
melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya.
4. Kelainan sensory motor
a. Tunanetra
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni
indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah,
intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal
yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai
kompensasinya.
b. Tunarungu
Adalah anak yang mempunyai  kelainan pada pendengarannya.
Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi
terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan
pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf),
dan kurang dengar (hard of hearing).
c. Tunawicara
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau
berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam
berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh
orang lain.

2.3 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus


1. Cerebral palsy
a. Karakteristik CP ditinjau dari pergerkan otot:
 Gerak otot yang kaku (rigid)
Penyandang CP yang menyandang gerak otot yang kaku
bila ia sedang berjalan,maka geraknya mirip dengan gerakan
robot, geraknya lamban tertatah-tatah dan kelihatan sulit.
 Ada kekejangan otot (spatik)
 Ada gerak yang tidak disadari (athetoid)
Penyandang CP athetoid memeliki gejala-gejala yang tidak
disadari atau tidak dibawah perintah, tidak terkontrol serta

4
menunjukkan gejala-gejala memutar. Gerakan yang tidak
terkontrol tersebut, kadang-kadang dapat terjadi tidak saja
ditangan atau kaki, tetapi juga sering pada bibir, mata, dan
sebagainya.
 Ada gangguan koordinasi dan keseimbangan (alaksia)
Pada tipe ataksia ini anak yang menyandang CP seakan-
akan kehilanga perasaan keseimbangan, tidak adanya
koordinasi dan hipotani (berkurangnya tonus/berkurangrnya
tegangan), Walaupun otot-ototnya tidak kaku, namu anak
kadang-kadang tidak dapat berdiri maupun berjalan.
 Ada gerakan gemetar atau tremor
Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang biasanya
ada pada tangan atau jari –jari tangan.
b. Karakteristik penyerta pada anak CP
 Kemampuan bicara
Anak-anak cerebral palsy banyak yang sukar atau tidak
dapat berbicara, seakan-akan alat-alat untuk bicaranya tidak
dapat dikoordinasikan. Kadang-kadang kelihatan jelas sekali
anak yang bersangkutan berusaha sekuat tenaga untuk
berbicara, akan tetapi suaranya tidak jelas, tidak keras,
terputus-putus, sehingga orang lain yang mendengarnya tidak
dapat mengerti maksudnya. Juga pada saat berbicara, mereka
menggerakkan bibir dan mulut secara tidak normal. Mulutnya
kelihatan menceng ke kanan atau ke kiri, lidahnya kelihatan
keluar masuk tidak menentu, bahkan kepalanya juga ikut
digerak-gerakkan.
 Kemampuan mendengar
Kelainan pendengaran bagi anak CP umumnya dialami oleh
mereka yang termasuk tipe spastic, sebagai akibat dari
seringnya mengalami kejang-kejang, sehingga syaraf-syaraf
pendengarannya kurang berfungsi secara wajar. Meskipun
kedaan telinga anak tidak mengalami sakit atau kelainan.
 Kemampuan melihat
Meskipun anak CP tidak mengalami kebutaan, tetapi
kadang ditemukan anak yang tidak/kurang awas, matanya
asymetris (strabismus), dimana biji mata yang satu letaknya
miring. Ada pula anak CP yang tidak dapat memandang
dengan diam dan tenang, selalu bergerak atau hyperactive.
 Karakteristik pada aspek taktil dan kinestetik
Anak CP tidak sedikit yang mengalami gangguan pada
aspektaktil dan kinestetik ini, seperti : kesulitan membedakan
yang halus dan yang kasar, adanya gerakan tidak didasari,
tidak sanggup memberikan tahanan pada otot-otot anggota
gerak, dan sikap duduk, berarti mengontrol posisi kepala,
leher, dan sebagainya juga mengalami gangguan.

5
 Karakteristik pada aspek persepsi
Anak CP, tidak sedikit yang menunjukkan karakteristik
seprti mengalami kesulitan dalam mengolah rangsangan visual
aditori dan taktil yang diterima. Juga mengalami kesulitan
dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, rang, arna, bunyi,
dan rasa. 
 Karakteristik yang berhubungan dengan lateralisasi
Anak CP terkadang menunjukkan karakteristik dimana ia
mengalami kesulitan untuk menggunakan anggota tubuh yang
dominan.

2. Tunadaksa
a. Ciri-ciri anak tunadaksa :
 Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh 
 Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak
terkendali)
 Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebihh kecil dari biasanya 
 Terdapat cacat pada alat gerak 
 Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam 
 Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan
sikap tubuh tidak normal
 Hiperaktif/tidak dapat tenang 
b. Ciri-ciri fisik :
 Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam
kesempurnaan tubuh. Misalnya tangannya putus, kakinya
lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang terkoordinasi
dengan baik.
c. Ciri-ciri mental:
 Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat
cerdas.
 Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai
dengan kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu
susah dan frustasi atas cacat yang dialami
 Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang
mencerminkan suatu pergumulan yang diakhiri dengan
penyerahan. Ada saat-saat di mana individu tersebut menolak
untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi meskipun
lambat laun ia akan menerimanya.
 Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah
fase di mana individu tersebut mencoba menyesuaikan diri
untuk dapat hidup dengan kondisinya yang sekarang. Ada saat-
saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-saat ia betul-betul
membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini kadang-
kadang sulit dicapai.

6
d. Ciri-ciri sosial:
 Anak kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas
karena keterbatasan aktivitas geraknya. Dan kadang-kadang
anak menampakkan sikap marah-marah (emosi) yang
berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-
mengajar disekolah diperlukan alat-alat khusus penopang
tubuh, misalnya kursi roda, kaki dan tangan buatan.
e. Pada dasarnya kelainan pada anak Tuna Daksa dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System / Cerebral
Palsy)
2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal
System).

3. Anak berbakat (Gifted)


Karakteristik anak berbakat:
a. Membaca pada usia lebih muda
b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
c. Memiliki pembendaharaan kata yang luas
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
e. Mempunyai minat yang luas
f. Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
g. Memberi jawaban-jawaban yang baik
h. Dapat memberikan banyak gagasan
i. Luwes dalam berpikir
j. Terbuka terhadap rangsangan dari lingkungan
k. Berpikir kritis
l. Senang mencoba hal baru
m. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
n. Cepat menangkap hubungan sebab-akibat
o. Berperilaku terarah pada tujuan
p. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
q. Mempunyai banyak kegemaran
r. Mempunyai daya ingat yang kuat
s. Tidak cepat puas dengan prestasinya

4. Anak berkesulitan belajar spesifik (ABBS)


a. Karakteristik anak kesulitan belajar membaca (disleksia)
 Perkembangan kemampuan membaca terlambat
 Kemampuan memahami isi bacaan rendah
 Kalua membaca sering banyak kesalahan
b. Karakteristik anak kesulitan belajar menulis (disgrafia)
 Kalua menyalin tulisan sering terlambat selesai
 Sering salah menulis huruf b dengan q, p dengan q, v dengan
u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dsb

7
 Tulisannya banyak salah
 Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
c. Karakteristik anak kesulitan belajar berhitung (diskalkula)
 Sulit membedakan tanda-tanda : +, -, x, :, <, >, =
 Sulit mengoperasikan hitungan
 Sering salah membilang dengan urut
 Serih salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dsb

5. Slow learners
Karakteristik dari individu yang mengalami slow learning :
a. Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
b. Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan
intrapersonal.
c. Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
d. Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
e. Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan
mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan
infromasi.
f. Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
g. Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
h. Mengerjakan segalanya secara lambat.
i. Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.

6. Tunagrahita (retradsi mental)


a. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai
kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang
berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan
yang terus menerus
b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang
baru
c. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi
mental berat
d. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga retardasi
mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang
tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan.
Merekalambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit
menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.
e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari
anakretardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri,
seperti : berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka
selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan
dasar.
f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita
ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak
yang mempunyai retardasi mental berat tidak meakukan hal

8
tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi
mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
g. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak
retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan
mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan
wajahnya danmelakukan hal-hal yang membahayakan diri
sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan
kepala, dll

7. Tunalaras
a. Karakteristik akademik
Kelainan perilaku anak tunalaras mengakibatkan penyesuaian
sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajar
memperlihatkan ciri-ciri, sebagai berikut:
 Hasil belajar di bawah rata-rata;
 Sering berurusan dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK);
 Tidak naik kelas;
 Sering membolos; dan
 Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
b. Karakteristik sosial
Karakteristik sosial anak tunalaras memperlihatkan ciri-ciri,
sebagai berikut:
 Berperilaku melanggar norma budaya;
 Berperilaku bersifat mengganggu dan dapat dikenai sanksi
oleh kelompok sosial;
 Berperilaku agresif, seperti tidak mengikuti aturan, bersifat
menganggu, bersifat membangkang, menentang, dan tidak
dapat bekerjasama; dan
 Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan
remaja.
c. Karakteristik emosional
Karakteristik emosional anak tunalaras memperlihatkan ciri-ciri,
sebagai berikut:
 Tekanan batin dan rasa cemas; serta
 Gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan perasa/sensitif.
d. Karakteristik fisik/kesehatan
Pada anak tunalaras umumnya masalah fisik/kesehatan yang
dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan
gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan
jasmaninya, mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas terhadap
kesehatan, seolah merasa selalu sakit, dan sebagainya. Kelainan
lain juga yang dapat terjadi, seperti gagap, buang air tidak
terkontrol, sering mengompol, dan lain-lain.

8. Autism
a. Interaksi sosial:

9
 Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka
menyendiri
 Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum
b. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):
 Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
 Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru,
dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa
mengerti artinya
 Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara
tapi sirna
 Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak
dapat dimengerti orang lain; Bicara tidak dipakai untuk alat
berkomunikasi
 Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
c. Pola bermain:
 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
 Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin,
gasing
 Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik
lalu rodanya di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif
 Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang
terus dan dibawa kemana-mana.
d. Gangguan sensoris:
 Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
 Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti
senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
 Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk
 Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
e. Perkembangan terlambat atau tidak normal:
 Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal,
khususnya dalam ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
 Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya,
kemudian menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat
bicara kemudian hilang.

9. ADHD
a. Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
b. Cepat beralih perhatian
c. Tidak bisa konsentrasi
d. Kurang kontrol diri
e. Tidak dapat menunggu giliran

10
f. Bicara sebelum gilirannya dan segalanya campur aduk
g. Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
h. Selalu on the go
i. Tidak bsa berhenti bicara

10. Tunanetra
a. Dari segi fisik Nampak sekali kelainan pada organ penglihatan
yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak pada umumnya.
b. Dalam segi motorik hilangnya indra penglihatan tidak berpengaruh
secara langsung hanya anak penderita tunanetra ini kurang mampu
melakukan orientasi lingkungan.
c. Anak tunanetra sering menunjukan perilaku stereotip
d. Dalam bidang akademik anak tunanetra membutuhkan bantuan
lebih dalam hal membaca dan menulis.
e. Anak tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan
perilaku social yang benar.

11. Tunarungu
a. Karakteristik tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa
mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang
rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung
sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak
normal seusianya.
b. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah
sebagai berikut:
 Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat
dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
 Sifat egosentris yang melebihi anak normal
yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan
diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya
menyesuaikan
diri,serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehing
ga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
 Perasaan takut (khawatir)
terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantu
ng pada orang lain serta kurang percaya diri.
 Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah 
menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
 Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam
keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
 Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat
seringnya mengalami kekecewaan karena
sulitnya menyampaikan perasaan"keinginannya secara lisa
ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain

11
12. Tunawicara
Karakterisktik anak tunawicara adalah :
a. Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara  memiliki kelambatan dalam
perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan
perkembangan bicara anak-anak normal.
b. Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak
normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya
c. Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna
wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga
anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari
kehidupan masyarakat normal.
d. Sedangkan yang  merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak
tunawicara adalah sebagai berikut:
 Berbicara keras dan tidak jelas
 Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
 Telinga mengeluarkan cairan
 Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
 Bibir sumbing
 Suka melakukan gerakan tubuh
 Cenderung pendiam
 Suara sengau
 Cadel  

2.4 Cara Pendekatan Anak Berkebutuhan Khusus


Berikut ini adalah beberapa cara menghadapi anak berkebutuhan khusus
yang bisa dilakukan, supaya membantu mereka dalam mencapai potensi
terbaiknya :
1. Perhatian, motivasi, dan bimbingan
Anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian, motivasi dan
juga bimbingan yang lebih intens dan juga lebih besar dibandingkan
anak-anak biasa. Dengan memberikan perhatian, motivasi dan juga
bimbingan yang besar, maka hal ini dapat membantu anak
berkebutuhan khusus berkembang lebih baik lagi.
Butuh kesabaran ekstra bagi anda maupun orang lan dalam
menghadapi anak berkebutuhan khusus ini supaya bisa memberikan
perhatian, motivasi, dan juga bimbingan yang maksimal.

12
2. Memberikan dukungan sosial dan penerimaan di lingkungan
Penerimaan di lingkungan sosial, seperti misalnya keluarga sangat
penting dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Tanpa adanya
penerimaan dan juga dukungan sosial, dapat dipastikan anak
berkebutuhan khusus tidak akan mampu mencapai potensinya dengan
baik dan optimal. Oleh karena itu, lingkungan sosial yang ada di
sekitar anak berkebutuhan khusus juga harus memahami mengenai apa
itu anak berkebutuhan khusus.
3. Adaptasi dengan anak
Adaptasi antara pengasuh, orangtua, atau anda sendiri juga sangat
penting. Apabila adaptasi tidak berjalan dengan baik dan lancar, maka
hal ini tidak akan membantu anak berkebutuhan khusus sama sekali.
Ketika anda bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi si anak
berkebutuhan khusus, maka proses selanjutnya akan lebih mudah.
Anda akan lebih mudah memahami kondisi si anak, dan juga dapat
membantu si anak untuk mencapai potensinya.
4. Meningkatkan kedekatan emosional
Kedekatan emosional juga merupakan salah satu hal penting yang
harus ada untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus. Kedekatan
emosional dibutuhkan, supaya si anak bisa percaya dengan kehadiran
anda dan mau menjadi dekat dengan anda, atau orangtua dan
pengasuhnya. Ketika kedekatan emosional sudah terjalin dengan baik,
si anak akan merasa aman berada di dekat anda, dan pada akhirnya,
anda bisa menghadapi anak berkebutuhan khusus dengan lebih baik.
5. Melakukan pembiasaan berupa sanksi atau teguran
Anak berkebutuhan khusus juga perlu diajarkan mengenai apa itu
kesalahan dan juga aturan- aturan yang berlaku. Ketika anak tersebut
melakukan kesalahan, maka anda juga harus dapat memberitahu bahwa
hal tersebut adalah salah.
Tentu saja sebisa mungkin hindari kekerasan dalam memberikan
pengertian tersebut. Apabila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka
si anak akan lebih mudah memahami mana yang salah dan mana yang
benar.
6. Mempelajari mengenai kebiasaan dan kebutuhan dari anak tersebut
Berbeda gangguan, maka berbeda pula penanganan dan
kebiasaanya. Anda sebagai orang yang dekat dengan anak
berkebutuhan khusus, pengasuh, ataupun sebagai orangtua harus
memahami kebiasaan dan kebutuhan apa yang ada pada anak tersebut.
Misalnya seorang anak yang tuna rungu dan tuna wicara, maka anda
harus mampu memahami mengenai bahasa isyarat. Begitupun dengan
masalah lainnya yang muncul pada anak berkebutuhan khusus.
Semakin anda memahami kebiasaan mereka, maka semakin mudah
pula anda dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
Itulah beberapa hal yang bisa anda terapkan supaya anda bisa
menghadapi anak berkebutuhan khusus. Yang terpenting adalah anda

13
harus sabar dan juga sebisa mungkin hindari kekerasan, baik fisik maupun
verbal.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kelainan fisik
a. Cerebral palsy
b. Tunadaksa
2. Kelainan mental
a. Tinggi
 Anak Berbakat (Gifted )
 Anak Berkesulitan belajar spesifik (ABBS)
b. Rendah
 Slow learners
 Tunagrahita
3. Kelainan emosi sosial
a. Tunalaras
b. Autism
c. ADHD
4. Kelainan sensory motor
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunawicara
Cara menghadapi anak berkebutuhan khusus yang bisa dilakukan,
supaya membantu mereka dalam mencapai potensi terbaiknya :
1. Perhatian, motivasi, dan bimbingan
2. Memberikan dukungan sosial dan penerimaan di lingkungan
3. Adaptasi dengan anak
4. Meningkatkan kedekatan emosional
5. Melakukan pembiasaan berupa sanksi atau teguran
6. Mempelajari mengenai kebiasaan dan kebutuhan dari anak tersebut

3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan
dengan anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat
indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak
yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan
tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan
tetapi caranya yang berbeda.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
Roihah, Aliftitahu Haffatir. 2015. Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap
Peningkatan Sikap Penerimaan Orangtua Dengan Kondisi Anak
Berkebutuhan Khusus. Etheses.uin-malang.ac.id
http://httpnurjannah.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318126/pengabdian/11materi-sosialisasi-
p2m.pdf
http://oxiliamichin.weebly.com/blog/anak-berkebutuhan-khusus
https://simomot.com/2016/09/01/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-
dan-terapinya/
http://beredukasi.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-karekteristik-tuna-
daksa.html
http://rumahdifable.blogspot.com/2016/10/pengertian-prevalensi-dan-
karakteristik.html
http://fitrika1127.blogspot.com/2012/05/slow-learner.html
https://www.academia.edu/12639961/Karakteristik_Anak_yang_Mengalami_Men
tal_Retardation_dan_Down_Syndrome
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/11/karakteristik-anak-
tunalaras.html
https://tunas63.wordpress.com/2010/08/02/karakteristik-anak-autis/
https://www.scribd.com/document/257933165/Karakteristik-Anak-Tunarungu
http://laelasyafa.blogspot.com/2016/05/anak-dengan-gangguan-bicara-dan-
bahasa_3.html
http://www.psikoma.com/begini-cara-menghadapi-anak-berkebutuhan-khusus/

16

Anda mungkin juga menyukai