PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan, maka akan tercapai
beberapa tujuan dalam penulisan ini. Diantaranya yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus
4. Mengetahui cara pendekatan anak berkebutuhan khusus
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru
mengajar, anak berpenyakit kronis, dan sebagainya.
3
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun
masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun
orang lain.
b. Autism
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan
oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan
perilaku.
c. ADHD
ADHD terkadang lebih dikenal dengan istilah anak hiperaktif, oleh
karena mereka selalu bergerak dari satu tempat ketempat yang lain.
Tidak dapat duduk diam di satu tempat selama ± 5-10 menit untuk
melakukan suatu kegiatan yang diberikan kepadanya.
4. Kelainan sensory motor
a. Tunanetra
Adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni
indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah,
intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. Hal-hal
yang berhubungan dengan mata diganti dengan indra lain sebagai
kompensasinya.
b. Tunarungu
Adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya.
Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi
terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan
pengajaran. Anak tuna rungu dibagi menjadi 2 yaitu, tuli (the deaf),
dan kurang dengar (hard of hearing).
c. Tunawicara
Adalah anak yang mengalami kelainan pada proses berbicara atau
berbahasa. Anak yang seperti ini mengalami kesulitan dalam
berbahasa atau berbicara sehingga tidak dapat dimengerti oleh
orang lain.
4
menunjukkan gejala-gejala memutar. Gerakan yang tidak
terkontrol tersebut, kadang-kadang dapat terjadi tidak saja
ditangan atau kaki, tetapi juga sering pada bibir, mata, dan
sebagainya.
Ada gangguan koordinasi dan keseimbangan (alaksia)
Pada tipe ataksia ini anak yang menyandang CP seakan-
akan kehilanga perasaan keseimbangan, tidak adanya
koordinasi dan hipotani (berkurangnya tonus/berkurangrnya
tegangan), Walaupun otot-ototnya tidak kaku, namu anak
kadang-kadang tidak dapat berdiri maupun berjalan.
Ada gerakan gemetar atau tremor
Tremor atau gemetar adalah gerakan halus yang biasanya
ada pada tangan atau jari –jari tangan.
b. Karakteristik penyerta pada anak CP
Kemampuan bicara
Anak-anak cerebral palsy banyak yang sukar atau tidak
dapat berbicara, seakan-akan alat-alat untuk bicaranya tidak
dapat dikoordinasikan. Kadang-kadang kelihatan jelas sekali
anak yang bersangkutan berusaha sekuat tenaga untuk
berbicara, akan tetapi suaranya tidak jelas, tidak keras,
terputus-putus, sehingga orang lain yang mendengarnya tidak
dapat mengerti maksudnya. Juga pada saat berbicara, mereka
menggerakkan bibir dan mulut secara tidak normal. Mulutnya
kelihatan menceng ke kanan atau ke kiri, lidahnya kelihatan
keluar masuk tidak menentu, bahkan kepalanya juga ikut
digerak-gerakkan.
Kemampuan mendengar
Kelainan pendengaran bagi anak CP umumnya dialami oleh
mereka yang termasuk tipe spastic, sebagai akibat dari
seringnya mengalami kejang-kejang, sehingga syaraf-syaraf
pendengarannya kurang berfungsi secara wajar. Meskipun
kedaan telinga anak tidak mengalami sakit atau kelainan.
Kemampuan melihat
Meskipun anak CP tidak mengalami kebutaan, tetapi
kadang ditemukan anak yang tidak/kurang awas, matanya
asymetris (strabismus), dimana biji mata yang satu letaknya
miring. Ada pula anak CP yang tidak dapat memandang
dengan diam dan tenang, selalu bergerak atau hyperactive.
Karakteristik pada aspek taktil dan kinestetik
Anak CP tidak sedikit yang mengalami gangguan pada
aspektaktil dan kinestetik ini, seperti : kesulitan membedakan
yang halus dan yang kasar, adanya gerakan tidak didasari,
tidak sanggup memberikan tahanan pada otot-otot anggota
gerak, dan sikap duduk, berarti mengontrol posisi kepala,
leher, dan sebagainya juga mengalami gangguan.
5
Karakteristik pada aspek persepsi
Anak CP, tidak sedikit yang menunjukkan karakteristik
seprti mengalami kesulitan dalam mengolah rangsangan visual
aditori dan taktil yang diterima. Juga mengalami kesulitan
dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, rang, arna, bunyi,
dan rasa.
Karakteristik yang berhubungan dengan lateralisasi
Anak CP terkadang menunjukkan karakteristik dimana ia
mengalami kesulitan untuk menggunakan anggota tubuh yang
dominan.
2. Tunadaksa
a. Ciri-ciri anak tunadaksa :
Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak
terkendali)
Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebihh kecil dari biasanya
Terdapat cacat pada alat gerak
Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan
sikap tubuh tidak normal
Hiperaktif/tidak dapat tenang
b. Ciri-ciri fisik :
Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam
kesempurnaan tubuh. Misalnya tangannya putus, kakinya
lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang terkoordinasi
dengan baik.
c. Ciri-ciri mental:
Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat
cerdas.
Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai
dengan kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu
susah dan frustasi atas cacat yang dialami
Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang
mencerminkan suatu pergumulan yang diakhiri dengan
penyerahan. Ada saat-saat di mana individu tersebut menolak
untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi meskipun
lambat laun ia akan menerimanya.
Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah
fase di mana individu tersebut mencoba menyesuaikan diri
untuk dapat hidup dengan kondisinya yang sekarang. Ada saat-
saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-saat ia betul-betul
membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini kadang-
kadang sulit dicapai.
6
d. Ciri-ciri sosial:
Anak kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas
karena keterbatasan aktivitas geraknya. Dan kadang-kadang
anak menampakkan sikap marah-marah (emosi) yang
berlebihan tanpa sebab yang jelas. Untuk kegiatan belajar-
mengajar disekolah diperlukan alat-alat khusus penopang
tubuh, misalnya kursi roda, kaki dan tangan buatan.
e. Pada dasarnya kelainan pada anak Tuna Daksa dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System / Cerebral
Palsy)
2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal
System).
7
Tulisannya banyak salah
Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
c. Karakteristik anak kesulitan belajar berhitung (diskalkula)
Sulit membedakan tanda-tanda : +, -, x, :, <, >, =
Sulit mengoperasikan hitungan
Sering salah membilang dengan urut
Serih salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dsb
5. Slow learners
Karakteristik dari individu yang mengalami slow learning :
a. Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya.
b. Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan
intrapersonal.
c. Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap.
d. Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya
e. Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan
mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan
infromasi.
f. Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes.
g. Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk.
h. Mengerjakan segalanya secara lambat.
i. Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
8
tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi
mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
g. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak
retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan
mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan
wajahnya danmelakukan hal-hal yang membahayakan diri
sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan
kepala, dll
7. Tunalaras
a. Karakteristik akademik
Kelainan perilaku anak tunalaras mengakibatkan penyesuaian
sosial dan sekolah yang buruk. Akibatnya, dalam belajar
memperlihatkan ciri-ciri, sebagai berikut:
Hasil belajar di bawah rata-rata;
Sering berurusan dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK);
Tidak naik kelas;
Sering membolos; dan
Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
b. Karakteristik sosial
Karakteristik sosial anak tunalaras memperlihatkan ciri-ciri,
sebagai berikut:
Berperilaku melanggar norma budaya;
Berperilaku bersifat mengganggu dan dapat dikenai sanksi
oleh kelompok sosial;
Berperilaku agresif, seperti tidak mengikuti aturan, bersifat
menganggu, bersifat membangkang, menentang, dan tidak
dapat bekerjasama; dan
Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan
remaja.
c. Karakteristik emosional
Karakteristik emosional anak tunalaras memperlihatkan ciri-ciri,
sebagai berikut:
Tekanan batin dan rasa cemas; serta
Gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan, dan perasa/sensitif.
d. Karakteristik fisik/kesehatan
Pada anak tunalaras umumnya masalah fisik/kesehatan yang
dialami berupa gangguan makan, gangguan tidur atau gangguan
gerakan. Umumnya mereka merasa ada yang tidak beres dengan
jasmaninya, mudah mengalami kecelakaan, merasa cemas terhadap
kesehatan, seolah merasa selalu sakit, dan sebagainya. Kelainan
lain juga yang dapat terjadi, seperti gagap, buang air tidak
terkontrol, sering mengompol, dan lain-lain.
8. Autism
a. Interaksi sosial:
9
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka
menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum
b. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi):
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru,
dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa
mengerti artinya
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara
tapi sirna
Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak
dapat dimengerti orang lain; Bicara tidak dipakai untuk alat
berkomunikasi
Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
c. Pola bermain:
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin,
gasing
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik
lalu rodanya di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang
terus dan dibawa kemana-mana.
d. Gangguan sensoris:
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti
senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
e. Perkembangan terlambat atau tidak normal:
Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal,
khususnya dalam ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi.
Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya,
kemudian menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat
bicara kemudian hilang.
9. ADHD
a. Tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
b. Cepat beralih perhatian
c. Tidak bisa konsentrasi
d. Kurang kontrol diri
e. Tidak dapat menunggu giliran
10
f. Bicara sebelum gilirannya dan segalanya campur aduk
g. Sangat banyak gerak dan goyang-goyang
h. Selalu on the go
i. Tidak bsa berhenti bicara
10. Tunanetra
a. Dari segi fisik Nampak sekali kelainan pada organ penglihatan
yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak pada umumnya.
b. Dalam segi motorik hilangnya indra penglihatan tidak berpengaruh
secara langsung hanya anak penderita tunanetra ini kurang mampu
melakukan orientasi lingkungan.
c. Anak tunanetra sering menunjukan perilaku stereotip
d. Dalam bidang akademik anak tunanetra membutuhkan bantuan
lebih dalam hal membaca dan menulis.
e. Anak tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan
perilaku social yang benar.
11. Tunarungu
a. Karakteristik tunarungu dalam aspek akademik
Keterbatasan dalam kemampuan berbicara dan berbahasa
mengakibatkan anak tunarungu cenderung memiliki prestasi yang
rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung
sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak
normal seusianya.
b. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah
sebagai berikut:
Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat
dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi.
Sifat egosentris yang melebihi anak normal
yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan
diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya
menyesuaikan
diri,serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehing
ga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
Perasaan takut (khawatir)
terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan ia tergantu
ng pada orang lain serta kurang percaya diri.
Perhatian anak tunarungu sukar dialihkan, apabila ia sudah
menyenangi suatu benda atau pekerjaan tertentu.
Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam
keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
Cepat marah dan mudah tersinggung, sebagai akibat
seringnya mengalami kekecewaan karena
sulitnya menyampaikan perasaan"keinginannya secara lisa
ataupun dalam memahami pembicaraan orang lain
11
12. Tunawicara
Karakterisktik anak tunawicara adalah :
a. Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara memiliki kelambatan dalam
perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan
perkembangan bicara anak-anak normal.
b. Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak
normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ
performanya
c. Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak
mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna
wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga
anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari
kehidupan masyarakat normal.
d. Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak
tunawicara adalah sebagai berikut:
Berbicara keras dan tidak jelas
Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
Telinga mengeluarkan cairan
Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
Bibir sumbing
Suka melakukan gerakan tubuh
Cenderung pendiam
Suara sengau
Cadel
12
2. Memberikan dukungan sosial dan penerimaan di lingkungan
Penerimaan di lingkungan sosial, seperti misalnya keluarga sangat
penting dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus. Tanpa adanya
penerimaan dan juga dukungan sosial, dapat dipastikan anak
berkebutuhan khusus tidak akan mampu mencapai potensinya dengan
baik dan optimal. Oleh karena itu, lingkungan sosial yang ada di
sekitar anak berkebutuhan khusus juga harus memahami mengenai apa
itu anak berkebutuhan khusus.
3. Adaptasi dengan anak
Adaptasi antara pengasuh, orangtua, atau anda sendiri juga sangat
penting. Apabila adaptasi tidak berjalan dengan baik dan lancar, maka
hal ini tidak akan membantu anak berkebutuhan khusus sama sekali.
Ketika anda bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi si anak
berkebutuhan khusus, maka proses selanjutnya akan lebih mudah.
Anda akan lebih mudah memahami kondisi si anak, dan juga dapat
membantu si anak untuk mencapai potensinya.
4. Meningkatkan kedekatan emosional
Kedekatan emosional juga merupakan salah satu hal penting yang
harus ada untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus. Kedekatan
emosional dibutuhkan, supaya si anak bisa percaya dengan kehadiran
anda dan mau menjadi dekat dengan anda, atau orangtua dan
pengasuhnya. Ketika kedekatan emosional sudah terjalin dengan baik,
si anak akan merasa aman berada di dekat anda, dan pada akhirnya,
anda bisa menghadapi anak berkebutuhan khusus dengan lebih baik.
5. Melakukan pembiasaan berupa sanksi atau teguran
Anak berkebutuhan khusus juga perlu diajarkan mengenai apa itu
kesalahan dan juga aturan- aturan yang berlaku. Ketika anak tersebut
melakukan kesalahan, maka anda juga harus dapat memberitahu bahwa
hal tersebut adalah salah.
Tentu saja sebisa mungkin hindari kekerasan dalam memberikan
pengertian tersebut. Apabila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka
si anak akan lebih mudah memahami mana yang salah dan mana yang
benar.
6. Mempelajari mengenai kebiasaan dan kebutuhan dari anak tersebut
Berbeda gangguan, maka berbeda pula penanganan dan
kebiasaanya. Anda sebagai orang yang dekat dengan anak
berkebutuhan khusus, pengasuh, ataupun sebagai orangtua harus
memahami kebiasaan dan kebutuhan apa yang ada pada anak tersebut.
Misalnya seorang anak yang tuna rungu dan tuna wicara, maka anda
harus mampu memahami mengenai bahasa isyarat. Begitupun dengan
masalah lainnya yang muncul pada anak berkebutuhan khusus.
Semakin anda memahami kebiasaan mereka, maka semakin mudah
pula anda dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
Itulah beberapa hal yang bisa anda terapkan supaya anda bisa
menghadapi anak berkebutuhan khusus. Yang terpenting adalah anda
13
harus sabar dan juga sebisa mungkin hindari kekerasan, baik fisik maupun
verbal.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kelainan fisik
a. Cerebral palsy
b. Tunadaksa
2. Kelainan mental
a. Tinggi
Anak Berbakat (Gifted )
Anak Berkesulitan belajar spesifik (ABBS)
b. Rendah
Slow learners
Tunagrahita
3. Kelainan emosi sosial
a. Tunalaras
b. Autism
c. ADHD
4. Kelainan sensory motor
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunawicara
Cara menghadapi anak berkebutuhan khusus yang bisa dilakukan,
supaya membantu mereka dalam mencapai potensi terbaiknya :
1. Perhatian, motivasi, dan bimbingan
2. Memberikan dukungan sosial dan penerimaan di lingkungan
3. Adaptasi dengan anak
4. Meningkatkan kedekatan emosional
5. Melakukan pembiasaan berupa sanksi atau teguran
6. Mempelajari mengenai kebiasaan dan kebutuhan dari anak tersebut
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan
dengan anak berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat
indonesia terutama bagi para pendidik dalam menyikapi dan mendidik anak
yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan
tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan
tetapi caranya yang berbeda.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
Roihah, Aliftitahu Haffatir. 2015. Efektifitas Pelatihan Incredible Mom Terhadap
Peningkatan Sikap Penerimaan Orangtua Dengan Kondisi Anak
Berkebutuhan Khusus. Etheses.uin-malang.ac.id
http://httpnurjannah.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318126/pengabdian/11materi-sosialisasi-
p2m.pdf
http://oxiliamichin.weebly.com/blog/anak-berkebutuhan-khusus
https://simomot.com/2016/09/01/jenis-jenis-anak-berkebutuhan-khusus-ciri-ciri-
dan-terapinya/
http://beredukasi.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-karekteristik-tuna-
daksa.html
http://rumahdifable.blogspot.com/2016/10/pengertian-prevalensi-dan-
karakteristik.html
http://fitrika1127.blogspot.com/2012/05/slow-learner.html
https://www.academia.edu/12639961/Karakteristik_Anak_yang_Mengalami_Men
tal_Retardation_dan_Down_Syndrome
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/11/karakteristik-anak-
tunalaras.html
https://tunas63.wordpress.com/2010/08/02/karakteristik-anak-autis/
https://www.scribd.com/document/257933165/Karakteristik-Anak-Tunarungu
http://laelasyafa.blogspot.com/2016/05/anak-dengan-gangguan-bicara-dan-
bahasa_3.html
http://www.psikoma.com/begini-cara-menghadapi-anak-berkebutuhan-khusus/
16