Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KADAR ASAM URAT

Oleh :
GLORIA TODING LEMBANG
20160811014019

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran


Pada Universitas Cenderawasih

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KADAR ASAM URAT

Oleh :
GLORIA TODING LEMBANG
20160811014019

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KADAR ASAM URAT

Oleh :
GLORIA TODING LEMBANG
20160811014019

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal


Seperti tertera dibawah ini :

Jayapura, Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Alva Samantha Djitmau, Sp.PD dr. Izak Yesaya Samay, M.Kes, SpKj

NIP. 198404162009122006 NIP. 198202052009121003

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :


1. Karya tulis saya, ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan akademik (sarjana), baik dari Universitas Cenderawasih
maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan riset saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan naskah
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku perguruan
tinggi ini.

Jayapura, Juli 2020


Yang membuat pernyataan,

Gloria Toding Lembang


NIM : 20160811014019

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR
ASAM URAT”. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis juga menyadari bahwa tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu,
memotivasi serta memberi bimbingan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. DR. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT., selaku Rektor Universitas Cenderawasih.
2. dr. Trajanus Laurens Jembise, Sp. B., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih dan para Pembantu Dekan.
3. dr. Renny Sulelino, M.Clint.Ed selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
4. dr. Alva Samantha Djitmau, Sp. PD selaku dosen pembimbing I yang dari awal
membantu penulis dalam pemilihan judul serta yang selalu meluangkan waktu
dan dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritikan
dalam penyusunan karya tulis ini.
5. dr. Izak Yesaya Samay, M. Kes, Sp.KJ selaku dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu dan dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan,
saran, dan kritikan dalam penyusunan karya tulis ini.
6. dr. Inneke V. Sumolang, Sp.KK., FINSDV, M.Kes selaku dosen wali yang
telah membimbing dan dengan kesabaran memberikan arahan serta saran
kepada saya mulai dari semester I sampai dengan sekarang.
7. Panitia ujian KTI dan para dosen penguji atas segala kritik dan saran yang
diberikan untuk penulisan karya tulis ilmiah ini.

iv
8. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.
9. Orang Tua Petrus Malolo, S.Pd dan Mince Toding Lembang, Saudaraku
tercinta, drg. Julita Malolo, dr. Johan Pither Kala Mambaya, Rudi Wanisar
Malolo, S.T., Rachel Priski S.T., Suri Toding Lembang S.Pd, M.Pd., Andarias
Manurun S.T., dan Heldi Anjelina Malolo serta drh. Gregorius Wahyudi yang
selalu mendoakan, mendukung, memberikan semangat dan nasehat serta
motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
10. Seluruh keluarga saya di Jayapura, Bapak Tandi Kendek dan Ibu Sinti Toding
Lembang
11. Semua teman seperjuangan saya angkatan 15 (v15era) terutama sahabat-sahabat
saya yang terkasih Yayu, Indi, Devi, Deby, Eva, Ahmad, Demi, Nando, Jefri,
dan Paul yang sudah membantu dan selalu menyemangati serta menemani
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
12. Sahabat-sahabat saya Desy dan Iin yang selalu mendoakan, memberi dukungan
dan semangat serta menjadi tempat curhat bagi penulis.
13. Kakak-kakak senior yang sudah membantu serta memberikan dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap agar kelak hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
yang dapat memberikan manfaat kepada semua orang.

Jayapura, 1 Juli 2020

Penulis

v
ABSTRAK

Penyakit asam urat di Papua merupakan penyakit keempat tertinggi di


Indonesia, untuk itu perlu adanya perhatikan khusus untuk penyakit ini. Meskipun
asam urat ini bukan merupakan penyakit mematikan, namun penyakit ini dapat
mengganggu aktivitas dan apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan infeksi
yang memicu penyakit lain. Penyakit asam urat bisa disebabkan karena berberapa
faktor diantaranya faktor yang berkaitan dengan pola makan dan aktifitas fisik.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar asam urat. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui
pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat dan untuk mengetahui pengaruh
aktivitas fisik terhadap kadar asam urat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
studi literatur. Literatur yang di skrining menggunakan sumber Google
Scholar/Cendekia dan PubMed sepanjang tahun 2015-2020 dengan hasil akhir
jumlah literatur yang di review sebanyak 11 literatur. Berdarsarkan hasil penelitian,
kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang berkaitan
diantaranya pola makan dan aktivitas fisik. Semakin tinggi jumlah asupan purin
yang dikonsumsi, maka semakin besar resiko untuk terkena penyakit asam urat.
Begitu juga dengan aktivtas fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik yang dilakukan
erat kaitannya dengan kadar asam urat. Aktivitas fisik dapat meningkatkan ataupun
menurunkan kadar asam urat. Semakin berat aktivitas yang dilakukat dalam waktu
yang singkat maka semakin tinggi resiko peningktan kadar asam urat, semakin rutin
aktifitas fisik yang dilakukan dalam wakti lama maka semakin besar resiko
terhindar dari penyakit asam urat.

Kata kunci: Asam urat, pola makan dan aktivitas fisik.

vi
ABSTRACT
Gout in Papua is the fourth highest disease in Indonesia, so it is necessary to
pay special attention to this disease. Although uric acid is not a deadly disease, it
can interfere with the activity and when not immediately treated will cause
infections that trigger other diseases. Gout can be caused by many factors including
factors related to diet and physical activity. The general purpose of the study is to
determine the factors affecting uric acid levels. The particular purpose is to know
the effect of eating patterns on uric acid levels and to know the effect of physical
activity on uric acid levels. This research is a type of research literature study. The
screening literature uses Google Scholar/scholar and PubMed sources throughout
the year 2015-2020 with the final result of the number of literature in the review of
11 literature. To increase research results, uric acid levels can be influenced by
various factors related to diet and physical activity. The higher the amount of purine
intake consumed, the greater the risk to be exposed to gout. Likewise with physical
activtas done. Physical activity is closely related to uric acid levels. Physical activity
can increase or decrease uric acid levels. The heavier the activity that is dilakukat
in a short time, the higher the risk of acid levels, the more routine the physical
activity carried out in the old Wakti, the greater the risk of gout.

Keywords: Uric acid, diet and physical activity.

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 3
BAB II KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN
2.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 4
2.1.1 Asam Urat ........................................................................... 4
2.1.2 Pola Makan ......................................................................... 16
2.1.3 Aktivitas Fisik ..................................................................... 19
2.2 Pertanyaan Utama Penelitian ........................................................ 21
2.3 Hipotesis Penelitian....................................................................... 21
2.4 Metode Pencarian Literatur ........................................................... 21
2.4.1 Kata Kunci Pencarian Literatur .................................... 21
2.4.2 Penetapan Basis Data.................................................... 21

viii
2.5 Skrining Literatur dan Sintesi Kuantitatif ..................................... 22
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil .............................................................................................. 23
3.2 Pembahasan ................................................................................... 27
3.2.1 Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Asam Urat….. 27
3.2.2 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Asam Urat . 29
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 34
4.2 Saran.............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
Lampiran ....................................................................................................... 40

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Table 2.1 Obat-obat Penurun Kadar Asam Urat ............................................. 13
Tabel 2.2 Daftar Makanan yang Mengandung Purin ....................................... 16
Tabel 2.3 Kategori Tingkat Aktivitas Fidik Berdasarkan Nilai PAL............... 20
Tabel 2.4 Physical Activity Rate (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik .................. 20
Tabel 3.1 Hasil ................................................................................................. 23

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 4


Gambar 2.2. Alur Skrining Literatur ................................................................ 22

xi
DAFTAR SINGKATAN

AMP : Adenosine Monophosphate

ATP : Adenosina Trifosfat

AU : Asam Urat

DNA : Deoxyribonucleic Acid

FAO : Food and Agriculture Organization

FUAC : Fractional Uric Acid Clearance

G 6-P : Glucosa 6 Phosphatase

HGPRT : Hipoxantine Guanine Phosphoribosyltransferase

IMP : Inosine Monophosphate

PAL : Physical Activity Level

PAR : Physical Activity Ratio

PRPP : Phoribosylpyrophospatase

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

GMP : Guanine Monophjosphate

GTP : Guanosine Triphosphate

HCT : Hydrochlorothiazide

TB : Tuberculosis

G6PD : Glucose 6-Phosphate Dehydrogenase

UNU : United Nation University

xii
OR : Odds Ratio

GUA : Glucose Uric Acid

HER : Humen Energy Requirements

PAP : Para Amino Phenazone

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, semakin banyak orang yang dinyatakan oleh dokter menderita
suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah.
Penyakit ini ditandai dengan gangguan linu terutama pada daerah persendian
tulang dan tidak jarang menimbulkan rasa yang amat nyeri pada penderitanya
(Krisnatuti, 2008).
Biasanya asam urat terjadi pada orang yang berumur diatas 40 tahun, yaitu
sekitar umur 60 tahunan. Tetapi, belakangan ini terjadi perubahan trend
terhadap usia penderita asam urat dimana saat ini banyak anak muda berumur
20 tahunan terkena asam urat. Hal tersebut diakibatkan oleh kebiasaan pola
makan dan pola hidup yang tidak sehat (Savitri, 2017).
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa prevalensi penyakit
asam urat atau yang disebut gout mengalami kenaikan jumlah penderita hingga
2 kali lipat di antara 1990-2010. Pada orang dewasa di Amerika Serikat,
penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8,3 juta (4%) orang
Amerika. Sedangkan prevalensi hiperurisemia juga mempengaruhi 43.300.000
(21%) orang dewasa di Amerika Serikat (WHO 2015).
Di Indonesia sendiri penyakit asam urat masih belum diketahui dengan pasti
karena terbatasnya data yang tersedia. Dari data Riskesdas tahun 2018
menyebutkan bahwa prevalensi untuk penyakit sendi di Indonesia berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan untuk penduduk usia ≥15 tahun menempatkan
daerah Aceh sebagai daerah tertinggi dengan prevalensi penyakit sendi yaitu
(13,3%), diikuti daerah Bengkulu, Bali dan Papua.
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau pemecahan purin
di dalam tubuh. Katabolisme purin termasuk proses metabolisme tubuh yang
merombak suatu substrat kompleks menjadi molekul yang lebih kecil yaitu
purin. Pada kondisi normal, asam urat larut dalam darah dan keluar melalui
urine. Tetapi dalam kondisi tertentu, tubuh dapat menghasilkan asam urat

1
2

dalam jumlah berlebih atau mengalami gangguan dalam membuang kelebihan


asam urat, sehingga asam urat menumpuk dalam tubuh yang disebut sebagai
hiperurisemia (Herliana, 2013).
Peningkatan kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
yang berkaitan. Faktor-faktor itu diantaranya adalah produksi asam urat yang
berlebih dalam tubuh, ekskresi asam urat yang menurun, serta konsumsi purin
yang berlebih. Selain itu terdapat faktor resiko yang dapat menyebabkan
penyakit gout atau asam urat yaitu usia, konsumsi alkohol berlebih, obesitas,
hipertensi, aktivitas fisik, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal serta obat-
obatan tertentu seperti obat diuretik (Tehupelory, 2017).
Pola makan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar
asam urat. Pola makan yang tidak terkontrol dan sering mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi dapat mengakibatkan kadar asam urat
dalam darah meningkat (Anies, 2018). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Hambatara dkk (2018) didapatkan bahwa mengkonsumsi makanan yang tinggi
purin dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Hal itu
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tumenggung (2015) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian
asam urat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik.
Aktivitas yang dilakukan seseorang akan menyebabkan penurunan ekskresi
asam urat dan meningkatkan produksi asam laktat dalam tubuh. Peningkatan
asam laktat menyebabkan pengeluaran asam urat oleh ginjal menurun sehingga
terjadi peningkatan kadar asam urat dalam tubuh. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fauzi (2018) didapatkan hasil bahwa aktivitas yang tergolong
berat memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
asam urat dengan aktivitas rendah. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian
observasional yang dilakukan oleh Beaver, dkk (2014) dalam Wiwik Rai
(2018) yang menyebutkan bahwa subjek dengan intervensi aktivitas fisik
sedang memiliki resiko peningkatan asam urat jika dibandingkan dengan
subjek tanpa intervensi fisik.
3

Walaupun penyakit ini tidak bersifat mematikan, tetapi penyakit ini dapat
mengganggu aktivitas dan apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
infeksi yang memicu penyakit lain (Herliana, 2013). Untuk itu agar dapat
terhindar dari penyakit asam urat maka perlunya mengetahui faktor yang
mempengaruhi kadar asam urat seperti mengetahui jenis makanan dan aktivitas
fisik seperti apa yang dapat mempengaruhi kadar asam urat. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan studi literatur tentang “ Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut : Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat.
2. Mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar asam urat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi untuk ilmu kesehatan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar asam urat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar asam urat agar dapat memperbaiki gaya
hidup yang tidak baik menjadi lebih baik dan menurunkan resiko terkena
penyakit tidak menular.
BAB II

KERANGKA KONSEP

2.1 Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2010), kerangka konsep adalah formulasi atau


simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian
tersebut. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Pola Makan Kadar Asam


 Aktivitas Fisik Urat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan : = Variabel Bebas (Independent)


= Variabel Terikat (Dependent)
= Hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat

2.1.1 Asam Urat

2.1.1.1 Definisi asam urat

Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau


pemecahan purin di dalam tubuh. Katabolisme purin termasuk proses
metabolisme tubuh yang merombak suatu substrat kompleks menjadi
molekul yang lebih kecil yaitu purin. Pada kondisi normal, asam urat
larut dalam darah dan keluar melalui urine. Tetapi dalam kondisi
tertentu, tubuh dapat menghasilkan asam urat dalam jumlah berlebih
atau mengalami gangguan dalam membuang kelebihan asam urat,

4
5

sehingga asam urat menumpuk dalam tubuh yang disebut sebagai


hiperurisemia (Herliana, 2013).

Kadar rata-rata asam urat dalam darah dan serum tergantung usia
dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal bila pria < 7mg/dl dan
wanita < 6mg/dl. Sebelum pubertas kadar asam urat pada laki-laki dan
perempuan rata-rata 3,5 mg/dl. Setelah pubertas kadar asam urat pada
laki-laki meningkat secara bertahap dan dapat mencapai 5,2 mg/dL,
sedangkan pada perempuan biasanya tetap rendah karena memiliki
hormon estrogen yang dapat mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh.
Kadar asam urat pada perempuan mulai menunjukkan peningkatan
pada masa post menopause dan dapat mencapai 4,7 mg/dl (Misnadiarly,
2007).

2.1.1.2 Metabolisme asam urat


Menurut Dianati (2015), mekanisme metabolisme asam urat berasal
dari pemecahan purin endogen dan diet yang mengandung purin. Pada
pH netral, asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam
monosodium urat) banyak terdapat di dalam darah. Dalam tubuh
manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan
mengoksidasi asam urat menjadi allantoin. Defisiensi urikase pada
manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum.
Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus intestinal (30%). Kadar
asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan
ekskresinya.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus
ribosa yaitu 5-phosphoribosyl-1-pyrophosphat (PRPP) yang didapat
dari ribosa 5 fosfat yang di sintesis dengan ATP (Adenosine
triphosphate) dan merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama
yang terjadi adalah PRPP yang bereaksi dengan glutamin membentuk
fosforibosilamin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil
amidotransferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida
6

inosine monophosphate (IMP), adenine monophosphate (AMP) dan


guanine monophosphate (GMP). Ketiga nukleotida ini juga
menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi
nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat (PRPP) (Dianati,
2015).
Inosine monophosphate (IMP) merupakan nukleotida purin pertama
yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hypoxanthine.
Inosine monophosphate berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida
adenine dan guanine. Adenosine monophosphate (AMP) berasal dari
IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartate ke karbon
enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine
Triphosphate). Guanosine monophosphate (GMP) berasal dari IMP
melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon
dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP (Dianati, 2015).
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin,
kemudian IMP dan GMP mengalami fosforilasi menjadi inosin dan
guanosin. Basa hypoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami
defosforilasi dan diubah oleh xanthine oxidase menjadi xhantine serta
guanine akan mengalami deaminasi menjadi xhanthine. Xhantine akan
diubah oleh xhantine oxidase menjadi asam urat (Dianati, 2015).

2.1.1.3 Hiperurisemia dan gout


Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
asam urat darah di atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena
peningkatan metabolisme asam urat (overproduction), penurunan asam
urat urin (underexcretion), atau gabungan keduanya. Hiperurisemia
yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai, namun tidak
semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout
(Sudoyo dkk, 2010).
Gout merupakan salah satu jenis rematik yang sering dijumpai
dalam masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh tingginya kadar asam
7

urat di dalam darah. Serangan nyeri, bengkak, panas, sakit bila


digerakkan, dan kulit di atas sendi yang terkena tampak kemerahan.
Serangan pertama memberikan gejala yang khas, berupa nyeri yang
hebat pada satu persendian yang timbul secara mendadak menjelang
pagi hari tanpa gejala apapun pada malam sebelumnya (Dalimaharta,
2008).

2.1.1.4 Tahapan gout


Menurut Noviyanti (2015), secara umum perkembangan penyakit
gout memiliki 4 tahapan yaitu :
1. Tahapan asimtomatik
Tahapan asimtomatik adalah tahapan awal terjadinya
peningkatan kadar asam yang tinggi di dalam darah (hiperurisemia)
tanpa adanya nyeri atau keluhan lain. Penderita dengan kadar asam
urat tinggi dapat tidak merasakan apa-apa selama bertahun-tahun
hingga serangan pertama asam urat. Tahap asimtomatik merupakan
peringatan untuk potensi serangan asam urat. Pada tahap ini, tidak
memerlukan pengobatan atau perawatan khusus. Hal yang bisa
dilakukan ketika mengalami tahap asimtomatik ini adalah dengan
mengurangi kadar asam urat dalam tubuh.
2. Tahap akut
Tahap akut adalah tahapan kedua penyakit gout. Pada tahap ini,
kondisi kadar asam urat yang tinggi menyebabkan penumpukan
kristal asam urat di persendian. Kristal asam urat ini kemudian
merangsang pelepasan berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan serangan akut.
Pada tahap ini, serangan penyakit gout datang secara tiba-tiba.
Saat serangan terjadi di malam hari, biasanya penderita akan
terbangun karena rasa sakit akibat meradangnya sendi yang
terserang. Serangan akut bersifat monoartikular (menyerang satu
sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat,
8

panas, dan gangguan gerak dari sendi pangkal jempol kaki.


Kebanyakan kasus terjadi pada tengah malam. Di sisi lain, tingkat
keparahan serangan mendadak asam urat cukup bervariasi. Ada
yang gejalanya umum seperti pegal biasa hingga nyeri yang sangat
hebat pada sendi. Gejala sistemik seperti demam, menggigil,
malaise yang mungkin terjadi merupakan akibat dari mediator
inflamasi yang bocor ke sirkulasi vena.
3. Tahap interkritikal
Pada tahap ini tidak terjadi serangan asam urat sama sekali.
Tahap ini juga disebut sebagai tahap jeda atau bebas gejala. Tahap
ini bisa berlangsung 6 bulan hingga 2 tahun setelah serangan
pertama terjadi.
4. Tahap kronik (Tofus)
Tahap kronik adalah tahap terakhir dari serangan penyakit gout.
Gejala dan efek yang timbul bervariasi menetap. Sendi yang sakit
akan membengkak dan membentuk seperti tonjolan/benjolan.
Benjolan tersebut disebut sebagai tofus, yaitu banyaknya massa
kristal urat yang tertimbun dalam jaringan lunak dan persendian.
Umumnya pada tahap ini penderita akan mengalami nyeri sendi
terus menerus, luka dengan nanah putih di daerah yang terkena,
nyeri sendi simultan pada berbagai bagian tubuh dan fungsi ginjal
memburuk. Persendian juga menjadi sangat sulit digerakkan dan
kristal asam urat tersebut berpotensi untuk membuat tulang di
sekitar daerah persendian menjadi rusak secara permanen dan cacat.
Tahap kronik umumnya terjadi setelah 10 tahun atau lebih dari
waktu terjadinya serangan pertama. Bila kadar asam urat tidak
terkontrol, tofus bisa semakin membesar dan menyebabkan
kerusakan sendi serta koreng. Koreng yang muncul bisa
mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung kristal
MSU.
9

2.1.1.5 Faktor penyebab asam urat


Menurut Setiawan (2008), peningkatan kadar asam urat dapat
diakibatkan karena produksi asam urat yang berlebih atau
pembuangannya yang berkurang. Beberapa penyebab terjadinya
peningkatan kadar asam urat antara lain sebagai berikut :
1. Produksi asam urat di dalam tubuh meningkat
Keadaan ini terjadi karena tubuh memproduksi asam urat
berlebihan. Sebagai penyebabnya antara lain keadaan berikut ini :
a) Produksi asam urat di dalam tubuh (endogen) sangat berlebihan
karena adanya gangguan metabolisme purin bawaan (inborn
error of purine metabolisme) akibat kekurangan enzim
Hypoxanthine Guanne Phosporybosyl Transferase (HRPRT).
Kelainan ini bersifat pautan x, dimana perempuan sebagai
pembawa gen ini biasanya tanpa gejala (asimtomatik).
b) Produksi asam urat berlebihan juga bisa akibat kelainan herediter
lainnya yaitu terjadinya aktivitas berlebihan enzim fosforibosil
pirofosfat sintetase (PRPP-sintetase). Kelainan ini juga bersifat
pautan-x.
c) Akibat konsumsi makanan yang berkadar purin tinggi, seperti
daging jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam,
bunci, kembang kol, dan brokoli. Asam urat akan terbentuk dari
hasil metabolisme makanan tersebut.
d) Akibat penyakit seperti mudah pecahnya sel darah merah
(hemolisis), leukemia (kanker sel darah putih), atau akibat
pengobatan kanker (kemoterapi dan radioterapi).
2. Kurangnya pembuangan asam urat
Berkurangnya pembuangan asam urat terjadi akibat
ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan asm urat yang
terbentuk berlebihan di dalam tubuh. Keadaan ini timbul akibat hal-
hal sebagai berikut:
10

a) Minum obat tertentu seperti pirazinamid (obat TB paru), HCT


(obat diuretic/peluruh kencing), beta bloker seperti propranolol
(obat darah tinggi), dan salisilat yang sering dikonsumsi agar
trombosit (platelet) tidak mudah menggumpal. Obat-obat tersebut
bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah.
b) Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa, diet terlalu ketat) dan
ketosis. Pada keadaan ini, kekurangan kalori tubuh dipenuhi
dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk dari
pembakaran lemak akan menghambat keluarnya asam urat
melalui ginjal. Akibatnya kadar asam urat di dalam darah
meningkat (hiperurisemia).
c) Olahraga yang terlalu berat. Olah raga atau aktivitas yang terlalu
berat menimbulkan penumpukan asam laktat di otot-otot shingga
pengeluaran asam urat melalui ginjal berkurang.
d) Minum beralkohol berlebihan. Alkohol menghambat keluarnya
asam urat melalui ginjal. Alkohol juga terbentuk pada buah yang
terlalu masak seperti nanas, alpukat, durian, mangga, atau tape.
e) Gagal ginjal
3. Produksi asam urat berlebih sedangkan pembuangannya berkurang
Terjadinya peningkatan kadar asam urat disebabkan karena
gabungan produksi urin endogen yang meningkat dan asupan purin
yang tinggi disertai dengan pembuangan asam urat melalui ginjal
yang berkurang.
4. Penyebab lain
a) Suku bangsa dan ras tertentu, walaupun penyakit ini dapat
dijumpai di setiap negara, tetapi hasil penelitian epidemologis
menunjukkan bahwa bangsa Maori di Selandia Baru, bangsa
Filipina, dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara mempunyai
kecenderungan terserang penyakit ini. Di Indonesia, suku
Minahasa dan Tapanuli mempunyai kecenderungan terserang
penyakit ini.
11

b) Kegemukan (obesitas)
c) Mongolism (kelainan kongenital)
d) Intoleransi fruktosa, penyakit penimbun glikogen, dan defisiensi
glukosa 6- fosfat dehidrongenase (G6PD). Pada kelainan-
kelainan tersebut, produksi laktat berlebihan sehingga
pembuangan asam urat menurun.

2.1.1.6 Diagnosis
Secara umum penyebab terjadinya peningkatan asam urat dapat
ditentukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan (Putra, 2017).
1. Anamnesis
Anamnesis terutama ditujukan untuk mendapatkan faktor
keturunan, dan kelainan atau penyakit lain sebagai penyebab
hiperurisemia. Apakah ada keluarga yang menderita hiperurisemia
dan gout. Untuk mencari penyebab hiperurisemia perlu ditanyakan
apakah pasien peminum alkohol, memakan obat-obatan tertentu
secara teratur, adanya kelainan darah, kelainan ginjal atau penyakit
lainnya (Putra, 2017).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk mencari kelainan atau penyakit
sekunder, terutama menyangkut tanda-tanda anemia atau plethora,
pembesaran organ limfoid, keadaan kardiovaskular dan tekanan
darah, keadaan dan tanda kelainan ginjal serta kelainan pada sendi
(Putra. 2017).
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mengarahkan dan
memastikan penyebab hiperurisemia. Pemeriksaan penunjang yang
dikerjakan dipilih berdasarkan perkiraan diagnosis setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang rutin
dikerjakan dipilih adalah pemeriksaan darah rutin untuk AU darah
12

dan kreatinin darah, pemeriksaan urin rutin untuk AU urin 24 jam


dan kreatinin urin 24 jam; dan pemeriksaan penunjang lain yang
diperlukan. Pemeriksaan enzim sebagai penyebab hiperurisemia
dilaksanakan tergantung pada perkiraan diagnosis.

Dengan data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang, terutama kadar AU darah dan pemeriksaan AU dan
kreatinin urin 24 jam dapat diperkirakan faktor penyebab hiperurisemia
sehingga penanganan hiperurisemia dapat diberikan secara menyeluruh
dan rasional (Putra, 2017).

2.1.1.7 Tatalaksana
Prinsip pengelolaan peningkatan kadar asam urat darah
(hiperurisemia) dan gout menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia
tahun 2018 yaitu :
1. Setiap pasien hiperurisemia dan gout harus mendapat informasi yang
memadai tentang penyakit gout dan tatalaksana yang efektif.
2. Setiap pasien hiperurisemia dan gout harus diberi nasehat mengenai
modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat badan hingga ideal,
menghindari alkohol, minuman yang mengandung gula pemanis
buatan, makanan berka lori tinggi serta daging merah dan seafood
berlebihan, serta dianjurkan untuk mengonsumsi makanan rendah
lemak dan latihan fisik teratur.
3. Setiap pasien dengan gout secara sistematis harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan penapisan untuk penyakit komorbid.

Rekomendasi pengelolaan hiperurisemia tanpa gejala klinis :

1. Pilihan tatalaksana yang paling disarankan adalah modifikasi gaya


hidup.
2. Pemberian obat penurun asam urat tidak dianjurkan secara rutin
dengan pertimbangan risiko dan efektifitas obat penurun asam urat.
13

Rekomendasi pengelolaan gout akut :

1. Serangan gout akut harus ditangani secepatnya. Evaluasi adanya


kontraindikasi sebelum pemberian terapi.
2. Pilihan terapi akut dengan onset <12 jam adalah kolkosin. Terapi
pilihan lain diantaranya : OAINS, kortisol oral dan/atau bila
dibutuhkan aspirasi sendi dilanjutkan injeksi kortikosteroid.
Perhatikan kontraindikasi terapi sebelum diberikan.
3. Pemberian obat penurun asam urat tidak dianjurkan pada terapi
serangan gout akut, namun dilanjutkan pada pasien yang sudah
mengonsumsi obat tersebut secara rutin.
4. Pada penyakit komorbid:
a. Hipertensi : Pertimbangan untuk mengganti terapi antihipertensi
golongan thiazide atau loop diuretic.
b. Dislipidemia : Pertimbangan untuk memulai terapi statin atau
fenofibrat.

Table 2.1 Obat-obat Penurun Kadar Asam Urat (Perhimpunan Reumatologi


Indonesia, 2018)
Golongan obat Nama Generik Dosis Pertimbangan
Obat
Penghambat Alopurinol Mulai 100mg/hari, dosis Pada pasien dengan
Xantin ditingkatkan 100 mg @2-5 gangguan fungsi ginjal
Oksidase minggu hingga tercapai mulai dengan dosis 50
target kadar serum urat, mg/hari. Hati-hati reaksi
dosis maksimum hipersensitifitas. Pada
900mg/hari kelompok resiko tinggi
bisa dilakukan tes
pendahuluan
Febuxostat Dosis awal mulai 40 Bisa meningkatkan enzim
mg/hari, titrasi @ 2 minggu liver,arthralgia rash.
setelah kadar serum urat Lakukan pemeriksaan
belum mencapai target, fungsi liver bila terjadi
dosis maksimum 80 mg/hari fatique, anoreksia,
jaundice, perubahan warna
urin makin pekat
Urikosurik Probenecid Dosis awal 250 mg 2x/hari Hindari bila pasien dengan
selama 1 minggu, riwayat urolitiasis dan
selanjutnya 500 mg 2x/hari, gangguan fungsi ginjal
titrasi dosis bila kadar
14

serum urat belum mencapai terutama bila bersihan


target hingga dosis kreatinin <50ml/menit
maksimum 2 g/hari
Losartan Tidak ada dosis anjuran Digunakan pada pasien
dengan komorbid
hipertensis
Fenofibrat Tidak ada dosis anjuran Digunakan pada pasien
dengan kemorbid
hipertrigliseridemia
Enzim urat Pegloticase (belum 8mg IV @ 2 minggu Hati-hati reaksi alergi,
oksidase ada di Indonesia) pemberian >120 menit eksaserbasi penyakit
jantung kongesti, sangat
mahal

2.1.1.8 Cara pengukuran asam urat


Pemeriksaan kadar asam urat darah di laboratorium dapat dilakukan
dengan menggunakan 2 metode yaitu metode stik dan metode
enzimatik.
1. Metode stik
Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode stik dapat
dilakukan menggunakan alat Nesco Multicheck. Prinsip pemeriksaan
adalah blood uric acidstrips menggunakan katalis yang digabung
dengan teknologi biosensor yang spesifik terhadap pengukuran asam
urat. Strip pemeriksaan dirancang dengan cara tertentu sehingga
pada saat darah diteteskan pada zona reaksi strips, katalisator asam
urat memicu oksidasi asam urat dalam darah tersebut. Intensitas dari
elektron yang terbentuk diukur oleh sensor Nesco Multicheck dan
sebanding dengan konsentrasi asam urat dalam darah. Nilai rujukan
dengan menggunakan metode stick untuk laki-laki; 3,5-7,0 mg/dL
dan untuk perempuan; 2,6-6,0 mg/dL.
Pemeriksaan kadar asam urat metode stik ini mempunyai
kelebihan menggunakan sampel darah dalam jumlah yang sedikit
karena darah yang dipakai adalah darah kapiler yang diambil dari
15

ujung jari pasien, selain itu metode stik juga membutuhkan waktu
pemeriksaan yang relatif cepat.
2. Metode enzimatik
Prinsip pemeriksaan kadar asam urat metode enzimatik adalah
uricase memecah asam urat menjadi allantoin dan hidrogen
peroksida. Selanjutnya dengan adanya enzim peroksidase,
peroksida, Toos dan 4-aminophenazone membentuk quinoneimine
berwarna merah. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi asam urat. Nilai rujukan dengan menggunakan metode
enzimatik untuk laki-laki : 3,4-7,0 mg/dL dan untuk perempuan :
2,4-5,7 mg/dL (Herliana, E. 2013). Pemeriksaan kadar asam urat
metode enzimatik ini menggunakan sampel darah vena dan
membutuhkan bahan pembantu yang lebih banyak serta waktu
pemeriksaan yang lebih lama dibandingkan dengan metode stik.

2.1.2. Pola Makan


2.1.2.1 Definisi pola makan
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang di
konsumsi seseorang atau kelompok dalam frekuensi dan jangka waktu
tertentu (Muliyati, 2011). Pola makan adalah pengaturan asupan gizi
yang seimbang serta dibutuhkan oleh tubh yang menyangkut jadwal
atau frekuensi, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Supariasa,
2014).

2.1.2.2 Jenis –jenis makanan yang mengandung purin


Purin ditemukan dalam semua makanan yang mengandung makanan
yang mengandung protein. Makanan yang mengandung tinggi purin
contohnya adalah jeroan, ikan, daging kambing, daging sapi, dan
kalkun (Damayanti, 2012).
16

Tabel 2.2
Daftar Makanan yang Mengandung Purin
(Apryanti, 2013)
Makanan Purin (mg/100 gr)
Kopi, cokelat 2300
Limpa domba/kambing 773
Hati sapi 554
Ikan sarden 480
Jamur kuping 448
Daun melinjo 444
Limpa sapi 366
Paru-paru sapi 339
Kangkung, bayam 290
Ginjal sapi 269
Jantung sapi 256
Hati ayam 243
Jantung domba/kambing 241
Ikan teri 239
Udang 234
Biji melinjo 222
Daging kuda 200
Kedelai dan kacang 190
Dada ayam dengan kulit 175
Daging ayam 169
Daging angsa 165
Lidah sapi 160
Ikan kakap 160

2.1.2.3 Metode pengukuran pola makan


Menurut Supariasa (2014), metode pengukuran pola makanan terdiri
dari dua bentuk, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif :
1. Metode kualitatif
Metode yang digunakan untuk mengetahui frekuensi bahan
makanan yang dikonsumsi dan mengetahui pola/ kebiasaan makan .
Ada 4 metode kualitatif yang digunakan yaitu :
a. Metode frekuensi makan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan cocok digunakan untuk
mengetahui makanan yang pernah dikonsumsi pada masa lalu
sebelum gejala penyakit dirasakan oleh individu. Tujuan metode
ini untuk mengetahui data asupan energi dan zat gizi dengan
menentukan frekuensi penggunaan sejumlah bahan makanan atau
17

makanan jadi, sebagai sumber utama dari zat gizi tertentu dalam
sehari, seminggu, atau sebulan selama periode waktu tertentu (6
bulana sampai 1 tahun terakhir). Terdapat dua jenis FFQ, yaitu
kualitatif FFQ dan semi-kuantitatif FFQ.
b. Metode riwayat makan (Dietary History)
Metode riwayat makan yaitu memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup
lama (dapat mencapai 1 bulan atau 1 tahun) sehingga bersifat
kualitatif. Hal yang perlu mendapat perhatian dari pengumpulan
data dengan metode ini adalah keadaan musim-musim tertentu
dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya,
dsb.
c. Metode telepon
d. Metode pendaftaran makanan (Food List)
2. Metode kuantitaif
Metode kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk
mengetahui tingkat konsumsi energi dan zat-zat gizi baik individu
maupun kelompok masyarakat. Untuk menghitung kecukupan gizi
umumnya dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan
dan menggunakan program yang telah ada seperti nutria survey.
a. Metode recall 24 jam (Food Recall 24 Hours)
Metode survey konsumsi yang menggali atau menanyakan apa
saja yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang berlaku baik
yang berasal dari dalam rumah maupun di luar rumah. Metode ini
paling sering digunakan dalam suatu penelitian karena cukup
akuran, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal. (Supariasa, 2014)
Apabila pengukuran metode recall dilakukan 1 kali (single 24
hours recall/ 1 x 24 jam), data yang diperoleh kurang
representative untuk menggambarkan kebiasaan makanan
individu. Dengan demikina recall 24 jam dilakukan berulang-
18

ulang dan tidak dilakukan dalam beberapa hari berturut-turut.


Recall 24 jam minimal dilakukan 2 kali tanpa waktu berturut-
turut, dapat menghasilkan asupan gizi lebih optimal dan
memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian
individu (Supariasa, 2014).
b. Metode perkiraan makanan (Estimated Food Records)
Metode yang digunakan untuk mencatat jumlah atau ukuran
porsi makanan yang dikonsumsi individu dengan perkiraan untuk
mengumpulkan data konsumsi makanan berkelompok
(Supariasa, 2014).
c. Metode penimbangan makanan (Food Weighting )
Metode yang digunakan untuk menimbang dan mencatat
makanan, dan minuman yang dikonsumsi selama satu hari,
termasuk cara memasak, merek makanan, dan konsumsi selama
satu hari, termasuk cara memasak, merek makanan, dan
komposisi. Asal makanan yang ditimbang adalah makanan yang
berasal dari rumah dan makanan yang berasal dari luar rumah.
Hasil pengukuran metode ini dapat dijadikan gold standar
(standar baku) dalam rangka menentukan seberapa banyak
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh seseorang atau
kelompok masyarakat tertentu (Suparisa, 2014)

Apabila penelitian bertujuan untuk memperoleh angka akurat


mengenai jumlah zat gizi yang dikonsumsi, terutama jika sampel kecil
metode food record (estimated food record dan weighed food recorder)
yang dilakukan selama beberapa hari adalah metode yang terbaik. Jika
hanya bertujuan untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata dari
sekelompok responden, recall 24 hours atau food recorder (estimated
food record dan weighed food recorder) selama satu hari sudah cukup
memadai. Sedangkan jika tujuan penelitian hanya utnuk mengetahui
kebiasaan atau pola konsumsi dari sekelompok masyarakat, metode
19

frekuensi makanan (Food Frequency Questionnaires, FFQ) yang


dilakukan (Supariasa, 2014).

2.1.3 Aktivitas Fisik


2.1.3.1 Definisi aktivitas fisi
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
skelet dan membutuhkan pengeluaran energi. Aktivitas dibagi menjadi
tiga golongan yaitu ringan, sedang, dan berat. Semakin berat aktivitas
yang dilakukan, semakin banyak energi yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas tersebut. Oleh karena itu, faktor aktivitas
umumnya digunakan untuk menaksirkan angka kebutuhan energi
seseorang. Contoh aktivitas fisik yang biasa dilakukan termasuk
berjalan, naik tangga, berkebun, melakukan tugas rumah tangga,
berdansa dan mencuci mobil (Hoeger 2014).

2.1.3.2 Cara Pengukuran Aktivitas Fisik


Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam
dinyatakan dalam Physical Activity Level atau PAL yang didapatkan
dari besarnya energy yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
selama 24 jam (WHO/FAO 2003 dalam Salim 2014). Menurut
WHO/FAO 2004 dalam Salim 2014, nilai PAL dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

∑(𝑃𝐴𝑅 𝑋 𝑎𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠)


PAL =
24 𝑗𝑎𝑚

Keterangan : PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas


fisik)
PAR : Physical activity ratio (jumlah energi yang
dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per
satuan waktu tertentu)
20

Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 2.3
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
(FAO/WHO/UNU, 2001)
Kategori Nilai PAL
Ringan (Sedentary lifestyle) 1.40-1.69
Sedang (Active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99
Berat (Vigorous or Vigorously active lifestyle) 2.00-2.40

Perhitungan tersebut dapat dijelaskan dengan contoh kasus dibawah ini:

Seorang wanita memiliki 8 jam tidur (8 x 1,0 = 8), 4 jam waktu untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga (4 x 2,8 = 11,2), 4 jam waktu untuk
menonton televisi (4 x 1,4 = 5,6), dan 8 jam waktu bekerja (8 x 1,5 =
12). Total PAL selama 24 jam diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
hasil perkalian waktu (jam) dan PAR sehingga didapatkan nilai 36,8
kkal. Rata-rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1,53 kkal/jam yang
menunjukkan aktivitas yang dilakukan tergolong aktivitas ringan
(Salim 2014).

Tabel 2.4
Physical Activity Rate (PAR) berbagai aktivitas fisik
(FAO/WHO/UNU (2001) dalam Novianingrum (2015))
Physical Activity
Aktivitas Ratio atau PAR (kkal)
Tidur 1,0
Berkendara dalam bus/mobil 1,2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1,4
Kegiatan ringan (beribadah, duduk santai) 1,4
Makan 1,5
Duduk(kuliah) 1,5
Mengendarai mobil 2,0
Mengendarai motor 1,5
Berdiri, membawa barang yang ringan 2,2
Mandi. dan berpakaian 2,3
Menyapu, membersihkan rumah dan mencuci baju 2,3
Mencuci piring, menyetrika 1,7
Memasak 2,1
21

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2,8


Berjalan kaki 3,2
Berkebun 4,1
Olahraga ringan (jalan kaki) 4,2
Olahraga berat (sit up, push up, bersepeda, lari) 4,5

2.2 Pertanyaan Utama Penelitian


1. Apakah ada pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar asam urat?

2.3 Hipotesis Penelitian


Pola makan dan akitivitas fisik dapat mempengaruhi kadar asam urat.

2.4 Metode Pencarian Literatur


2.4.1 Kata Kunci Pencarian Literatur
Kata kunci : Aktivitas Fisik, Pola Makan (Asupan Purin), Asam Urat.
Key word : Physical Activity, Diet (Purin Intake), Uric Acid.

2.4.2 Penetapan Basis Data


Sumber literatur yang digunakan adalah textbook kedokteran yang
berhubungan dengan penelitian serta jurnal terakreditasi 2015-2020
(Google Scholar/ Cendikia dan PubMed).
22

2.5 Skrining Literatur dan Sintesis Kualitatif


Identifikasi

Literatur yang diidentifikasi melalui pencarian


di Google Scholar dan PubMed (n = 342)

Literatur yang dikeluarkan :


Literatur yang screening
Screening

(n = 95)
melalui judul dan tahun
2015-2020 (n = 342) 1. Judul
2. Bukan dari tahun
2015- 2020

Literatur yang dikeluarkan (n = 236)


Kelayakan

Artikel yang 1. Tidak dapat diakses dengan


dikaji kelayakannya tanpa berbayar
(n = 247 ) 2. Hanya abstrak saja
3. Literatur review
4. Faktor resikonya bukan pola
makan dan aktivitas fisik

Kriteria Inklusi
Literatur yang memenuhi
Inklusi

kriteri inkulsi 1. Full text


(n = 11 ) 2. Berisi informasi tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi
kadar asam urat (pola makan
dan aktivitas fisik).

Gambar 2.2 Alur Skrinning Literatur


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil
Author/ Metode dan
No Judul Hasil
Jurnal Pengumpulan Data
1. Fitriana, Gina Pola Konsumsi 1. Desain penelitian cross 1. Terdapat hubungan antara
Ganda., Sumber Purin, sectional. pola konsumsi pangan
Fayasari, Aktivitas Fisik, 2. Asupan sumber purin di ukur sumber purin dengan kadar
Adhila. (2020) dan Status Gizi dengan FFQ (Food Frequency asam urat pada lansia
dengan Kadar Questionnaire) (p<0,05).
Asam Urat pada 3. Data aktivitas fisik diukur 2. Tidak terdapat hubungan
Lansia di dengan me-recall kegiatan yang signifikan antara
Puskesmas selama 24 jam aktivitas fisik aktivitas fisik dengan kadar
Kecamatan yang dinyatakan dalam Physical asam urat pada lansia
Makassar Jakarta Activity Level (PAL) (p=0,148).
4. Data kadar asam urat diambil
melalui data sekunder dari
rekam medis Laboratorium
2. Jaliana,. Faktor-Faktor 1. Penelitian analitik observasional 1. Hubungan pola konsumsi
Suhadi,.Sety, yang dengan desain case control purin merupakan faktor
La Ode Muh, Berhubungan study. resiko penyakit asam urat
(2018) dengan Kejadian 2. Jenis data menggunakan data pada pasien Poli Penyakit
Asam Urat pada primer berupa identitas Dalam RSUD Bahteramas
Usia 20-44 Tahun responden, beserta variabel yang dengan hasil uji square 95%
di RSUD diteliti berupa kuisioner, dan diperoleh nilai OR 2,303
Bahteramas data sekunder diperoleh dari 2. Hubungan aktivitas fisik
Provinsi Sulawesi RSUD Bahteramas Provinsi bukan merupakan faktor
Tenggara Tahun Sulawesi Tenggara, tahun 2017 resiko penyakit asam urat
2017 pada pasien Poli Penyakit
Dalam RSUD Bahteramas
dengan hasil analisis
statistic uji chi square
diperoleh nilai OR 0,710.
1. Wiwik, Rai., Faktor-Faktor 1. Penelitian korelasional dengan 1. Ada hubungan yang
Astari, Dwi., yang pendekatan secara cross- signifikasi antara faktor
Mirayanti, Ni Mempengaruhi sectional konsumsi makanan dengan
Ketut Ayu., Kadar Asam 2. Intrumen penelitian berupa usia produktif dengan nilai
Arisusanna, I Urat pada Usia lembar kuisioner dengan jenis signifikansi yang di peroleh
Made, STIKes Produktif di kuisioner check list yang terdiri 0,000 dengan p value
Wira Medika Desa Nongan, dari 24 pertanyaan mencakup <0,05.
Bali (2018) Kabupaten makanan, tingkat pengetahuan, 2. Ada hubungana yang
Karangasem aktivitas fisik. sangat signifikan antara
aktivitas fisik dengan kadar
asam urat pada usian
produktif dengan nilai
signifikansi di peroleh

23
24

0,001 dengan p value <


0,05.
4. Noya, Indri., Analisis Menggunakan Metode Analitik Tidak ada hubungan antara
Lawalata, Ivy Hubungan dengan pendekatan Cross asupan makanan kandungan
Violan., Peningkatan Sectional purin dengan kejadian
Tlamaria, Kadar Asam Urat peningkatan kadar asam urat
Bellytra,(2019 di Wilayah Kerja dengan hasil uji statistic
) Puskesmas diperoleh p= 0,46
Waihoka Kota
Ambon Tahun
2018
5. Therik, Karin Analisis faktor- 1. Jenis penelitian deskriptif 1. Tidak adanya hubungan
Sukma faktor yang dengan desain penelitian dengan antara konsumsi purin
Saridewi. Mempengaruhi Cross Sectional dengan kadar asam urat
(2019) Kadar Asam Urat 2. Teknik pengambilan total dengan hasil analisis
pada Pasien di sampling bivariate dengan
Puskesmas menggunakan uji chi
Naibonat square didapat p=0,217.
2. Ada hubungan yang
bermakna antara kadar
asam urat dan aktivitas fisik
dengan analisis bivariate
dengan chi square
didapatkan hasil variabel
aktivitas mempunyai nilai
p= 0,012.
6. Fauzi, Hubungan 1. Penelitian deskriptif korelasi Ada hubungan yang
Mahmud, Aktivitas Fisik dengan pendekatan secara cross signifikan antara aktivitas
(2018) dengan Kadar sectional dengan teknik fisik dengan kadar asam urat
Asam Urat di pengambilan data purposive dengan koefisien korelasi
Padukuhan sampling sebesar 0,458 yang artinya
Bedog Trihanggo 2. Instrumen penelitian dengan keeratan hubungan dalam
Gamping Sleman kuesioner Human Energy kategori sedang (p value <
Yogyakarta Requirements (HER) untuk 0,05).
menghitung aktivitas fisik dan
Glucose Uric Acid (GUA) untuk
mengukur kadar asam urat.
7. Dayana, Hubungan Antara 1. Jenis penelitian observasional Terdapat korelasi positif
Bazila., Intensitas analitik bermakna antara intensitas
Baharudin Aktivitas Fisik 2. Intensitas aktivitas fisik diukur aktivitas fisik dan kadar asam
Udin, (2015) dan Kadar Asam dengan metode kuesioner urat serum dengan katergori
Urat Serum pada aktivitas fisik yang korelasi derajat sedang (r=
Populasi Sindrom dikembangkan oleh WHO. 0,491; p=0,004).
Metabolik
8. Pursriningsih, Hubungan 1. Penelitian observasional dengan Terdapat hubungan antara
Siti Sntiaji., Asupan Purin, pendekatan secara cross- asupan purin, vitamin C dan
Panunggal, Vitamin C, dan sectional aktivitas fisik terhadap kadar
Binar (2015) Aktivitas Fisik 2. Subjek dipilih dengan simple asam urat (p=0,000)
Terhadap Kadar random sampling
25

Asam Urat pada 3. Asupan purin dan vitamin C


Remaja Laki-laki diperoleh melalui wawancara
langsung menggunakan Food
Frequency Semi Quantitative
4. Data aktivitas fisik diperoleh
dari kuesioner aktivitas fisik
selama 3 hari
5. Metode enzimatik PAP uricase
digunakan untuk menganalisis
kadar asam urat
9. Desky, Pengaruh 1. Penelitian eksperimental dengan Hasil pengukuran pertama
Tommy Aktivitas Fisik desain pre test dan post test dibandingkan dengan
Giovany Terhadap Kadar 2. Kadar asam urat diukur pengukuran kedua untuk
(2018) Asam Urat pada menggunakan alat GCU setiap kelompok
Orang Dewasa (Glucose, Cholesterol, dan Uric menggunakan uji t ber-
Muda di kota Acid) pasangan. Nilai p ≤ 0.005
Medan 3. Pengukuran pertama tanpa dianggap signifikan.
disertai dengan aktivitas fisik
berat dan pengukuran kedua
disertai dengan sesudah
melakukan aktivitas fisik.

10. Jamila Hubungan Gaya 1. Menggunakan desain Analitik Terdapat hubungan yang
(2018) Hidup dengan Korelasi signifikan antara aktivitas fisik
Kadar Asam Urat 2. Pengambilan sampal secara dan pola makan dengan kadar
Pada Usia Probability Sampling dengan asam urat pada usia produktif
Produktif di teknik Simple Random dengan nilai taraf signifikan α
Posbindu PTM Sampling. = 0,05, diperoleh hasil p
Desa Sumbertebu 3. Hasil pemeriksaan kadar asam aktivitas fisik yaitu 0,011, dan
Kecamatan urat dilakukan oleh petugan pola makan diperoleh hasil p =
Bangsal posbindu 0,01
Kabupaten 4. Pengambilan data gaya hidup
Mojokerto menggunakan kuesioner dan
wawancara
5. Dianalisis menggunakan
spearman rank

11. Kusumayanti, The Influence Of 1. Penelitian eksperimental 1. Tingkat asam urat setelah
G.A., Low Purine Diet dengan desain kontrol pretest – intervensi rendah purin dan
Dewantari, and Physical posttest aktivitas fisik lebih rendah
Dewi Ni Made Activity on 2. Pengambilan sampel dilakukan dibandingkan sebelum
(2017). Changing of Uric dengan purposive random pengobatan (p<0,05).
Acid Levels in sampling 2. Intervensi pada kelompok
Hyperuricemia. 3. Subjek dibagi menjadi dua rendah purin dengan
kelompok, kelompok 1 aktivitas fisik lebih besar
menerapkan diet purin rendah, pengaruhnya
dan aktivitas fisik, dan dibandingkan dengan
kelompok 2 sebagai control kelompok kontrol tanpa
aktivitas fisik (p<0,05).
26

yang hanya menerapkan diet


purin rendah.
4. Diet rendah purin dikonsumsi
setiap hari selama 6 minggu.
5. Aktivitas fisik dilakukan
dengan yoga selama 60 menit
dengan frekuensi 3 kali
seminggu selama 6 minggu.
6. Perubahan kadar asam urat
darah sebelum dan sesudah
intervensi diukur menggunakan
Paired t-test
27

3.2 Pembahasan
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme atau pemecahan purin
di dalam tubuh. Pada kondisi normal, asam urat larut dalam darah dan keluar
melalui urine. Tetapi dalam kondisi tertentu, tubuh dapat menghasilkan asam
urat dalam jumlah berlebih atau mengalami gangguan dalam membuang
kelebihan asam urat, sehingga asam urat menumpuk dalam tubuh. (Herliana,
2013).
Peningkatan kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
yang berkaitan. Faktor-faktor itu diantaranya adalah produksi asam urat yang
berlebih dalam tubuh, ekskresi asam urat yang menurun, serta konsumsi purin
yang berlebih. Selain itu terdapat faktor resiko yang dapat menyebabkan
penyakit gout atau asam urat yaitu usia, konsumsi alkohol berlebih, obesitas,
hipertensi, aktivitas fisik, penyakit jantung, gangguan fungsi ginjal serta obat-
obatan tertentu seperti obat diuretik (Tehupelory, 2017).
3.2.1 Pengaruh Pola Makan Terhadap Kadar Asam Urat
Berdasarkan 11 literatur yang telah di review didapatkan hasil
bahwa delapan studi membahas mengenai pengaruh pola makan
terhadap kadar asam urat. Dari delapan studi yang membahas mengenai
pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat didapatkan 2 hasil yang
berbeda yaitu enam studi menyatakan bahwa ada pengaruh pola makan
terhadap kadar asam urat (Fitriana et al., 2020; Juliana et al., 2018;
Wiwik, Rai et al., 2018; Pursriningsih et al., 2015; Jamila., 2018;
Kusmayanti et al., 2017) dan 2 studi menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat (Noya, Indri et al., 2019
& Therik, K.S.S., 2019).
Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan setiap
hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar
15%. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah
menjadi asam urat. Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat
dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di
dalam usus, asam nukleat ini akan dibebaskan dari nukleoprotein oleh
28

enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah lebih lanjut


menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat. Jika
pola makan tidak diubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan
akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila Kristal
terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam
urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak
menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu asam urat
(batu ginjal). Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine,
hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, otak, daging, ikan herring, makarel,
unggas, ikan, akan dapat meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila
hampir setiap hari dikonsumsi dalam jumlah berlebihan (Kanbara, A.,
Hakoda, M., Seyama I., 2010)
Berdasarkan beberapa peneliti disimpulkan bahwa sebagian besar
responden dalam 6 literatur yang didapat mengkonsumsi makanan
tinggi purin yang mengakibatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat. Hal ini
dipengaruhi oleh kebiasaan yang dimakan setiap hari, dan merupakan
kesukaan banyak responden. Sebagian besar responden lebih sering
mengkonsumsi makanan seperti seafood, daging jeroan dan kacang-
kacangan yang merupakan makanan dengan asupan purin tinggi dan
makanan yang berlemak sehingga tanpa disadari makanan tersebut bisa
menyebabkan penyakit asam urat.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi et
al (2004) yang menyatakan bahwa pola makan berpengaruh terhadap
peningkatan kadar asam urat. Hal yang sama juga didapatkan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Pursriningsih (2014) yang menunjukkan
bahwa ada hubungan antara konsumsi purin dengan kadar asam urat.
Berbeda dengan hasil pada 6 literatur yang membahas mengenai
pengaruh pola makan terhadap kadar asam urat, 2 literatur yang lainnya
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh aktivitas fisik terhadap
kadar asam urat. Pada umumnya responden pada literatur tersebut
29

mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup purin baik itu yang


berasal dari hewan termasuk daging dan susu juga dari tumbuhan. Hal
inilah yang mungkin menyebabkan hasil analisis tidak signifikan.
Menurut Sustrani et al (2004), konsumsi karbohidrat kompleks seperti
nasi, roti, ubi jalar dan ketela dapat memicu pembuangan asam urat
dalam darah. Responden yang umumnya mengkonsumsi beberapa jenis
karbohidrat kompleks tersebut setiap harinya dimungkinkan pula
menjadi penyebab hasil penelitian yang tidak signifikan.
3.2.2 Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Asam Urat
Berdasarkan 11 literatur yang telah di review didapatkan hasil
bahwa 10 studi membahas mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap
kadar asam urat. Dari sepuluh studi yang membahas mengenai
pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar asam urat didapatkan delapan
studi yang menunjukkan ada pengaruh aktivitas terhadap kadar asam
urat ( Wiwik, Rai et al., 2018; Therik,K.S.S., 2019; Fauzi et al., 2018;
Dayana et al., 2015; Pusriningsih et al., 2015; Desky., 2018; Jamila.,
2018; Kusumayanti et al., 2017) dan dua studi yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar asam urat
(Fitriana et al., 2020 & Suhadi et al., 2018).
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia erat kaitannya dengan kadar
asam urat yang terdapat dalam darah. Dari delapan literatur yang
menunjukkan adanya pengaruh aktivitas fisik dengan kadar asam urat
terdapat dua hasil berbeda yang di dapatkan dimana empat literatur
berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat (Wiwik, Rai et al.,
2018; Therik,K.S.S., 2019; Fauzi et al., 2018; Pusriningsih et al., 2015;
Desky., 2018;), dan empat litxeratur lainnya berpengaruh terhadap
penurunan kadar asam urat (Dayana et al., 2015; Desky., 2018; Jamila.,
2018; Kusumayanti et al., 2017 ). Hal itu sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Francis dan Hamrick (1984) yang menyatakan
bahwa aktivitas fisik yang bersifat akut dengan tingkat aktivitas yang
berat seperti olahraga atau gerakan fisik akan meningkatkan kadar
30

asam urat. Sedangkan aktivitas yang bersifat kronik atau latihan jangka
panjang dapat menurunkan kadar asam urat.
Pada keempat literatur yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik
dapat meningkatkan kadar asam urat, rata-rata responden dalam
penelitian tersebut memiliki aktivitas sedang-berat. Data tersebut
menjelaskan bahwa kecenderungan tingkat aktivitas fisik yang sedang
hingga berat berbanding lurus dengan terjadinya peningkatan asam
urat. Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Pusringsih
(2015) yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara aktivitas
fisik dengan kadar asam urat dimana dari 66 responden, terdapat 37
responden (56%) memiliki aktivitas tergolong sedang-berat
Pada saat melakukan aktivitas yang bersifat akut dengan tingkat
aktivitas yang berat, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk
melakukan aktivitas membutuhkan energi secara cepat. Energi tersebut
diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui
glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara
anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2). Proses
glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel akan mengubah molekul
glukosa menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai
dengan pembentukan ATP. Molekul asam piruvat yang terbentuk dari
proses glikolisis dapat mengalami proses metabolisme lanjut baik
secara aerobik maupun secara anaerobik tergantung pada ketersediaan
oksigen di dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah
dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul
asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2 dan H2O di
dalam mitokondria sel. Jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam
tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat, maka
asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat yang akan
menyebabkan terjadinya penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal
(Fross ML et al,. 2006).
31

Pada empat literatur lainnya yang menunjukkan bahwa aktivitas


fisik dapat menurunkan kadar asam urat. Penelitian tersebut dilakukan
dengan memberikan intervensi pada aktivitas yang dilakukan secara
rutin dalam waktu tertentu. Seperti pada penelitian eksperimental yang
dilakukan Kusumayanti (2017) dimana penelitian dilakukan dengan
melakukan aktivitas yoga selama 60 menit dengan frekuensi 3 kali
seminggu dalam waktu 6 minggu. Dari penelitian tersebut didapatkan
hasil bahwa terjadi penurunan kadar asam urat sebelum dan sesudah
intervensi aktivitas fisik.
Pada aktivitas yang rutin dilakukan dalam waktu berminggu-minggu
diketahui dapat meningkatkan laju metabolisme secara dramatis.
Kontraksi mendadak pada otot tunggal dapat melepaskan sebanyak 100
kali jumlah panas pada saat istirahat selama beberapa detik. Untuk
seluruh tubuh, kerja otot maksimal dapat meningkatkan keseluruhan
produksi panas tubuh selama beberapa detik menjadi 50 kali normal
atau sekitar 20 kali normal untuk beraktivitas fisik terus menerus pada
orang yang terlatih. Pemakaian protein untuk energi begitu sel diisi
sampai batasnya dengan protein tersimpan, penambahan asam amino
tambahan di dalam cairan tubuh akan dipecah dan digunakan untuk
energi atau disimpan terutama sebagai lemak atau sebagai glikogen.
Pemecahan ini hampir seluruhnya di dalam hati, dan dimulai dengan
proses deaminasi (pengeluaran gugus amino dari asam amino) (Desky
2018).
Pada saat beraktivitas fisik terutama aktivitas fisik yang bersifat
ketahanan, protein dapat memberikan kontribusi sebesar 3-5% dalam
produksi energi tubuh dan glukosa darah sudah semakin berkurang
sehingga tidak mampu lagi untuk mendukung kerja otot. Melalui asam
amino yang dilepas oleh otot atau yang berasal dari jaringan-jaringan
tubuh lainnya, liver (hati) melalui proses glukoneogenesis dapat
mengkonversi asam amino atau substrat lainnya menjadi glukosa untuk
kemudian mengeluarkannya ke dalam aliran darah agar konsentrasi
32

glukosa darah dapat dipertahankan pada level normal. Setelah protein


masuk ke dalam tubuh, pastinya akan terjadi proses metabolisme
protein agar protein tersebut bisa masuk dalam jaringan tubuh (Guyton,
2014).
Dalam prosesnya sisa metabolisme protein terdapat CO2 dan H2O
dalam bentuk gas, lalu diangkut oleh plasma darah didalam pembuluh
darah yang menuju ke paru-paru untuk diekskresikan keluar tubuh.
Itulah gas yang kita keluarkan dari hidung berupa CO2 yang merupakan
produk limbah dari metabolisme protein. Sedangkan H2O dalam
bentuk cair diangkut menuju kulit dan ginjal. H2O setelah sampai di
kulit akan diekskresikan dalam bentuk keringat dan H2O setelah
sampai di ginjal akan diekskresikan dalam bentuk urine. Senyawa NH3
dan NH4OH merupakan senyawa yang sifatnya beracun dan sangat
membahayakan bagi sel tubuh (Murray et al., 2009).
Oleh sebab itu, sebelum senyawa tersebut dikeluarkan adanya
proses pengolahan dalam hati menjadi urea, sehingga tidak berbahaya
lagi bagi tubuh. Dalam bentuk urea ini merupakan produk limbah sisa
metabolisme dan dipindahkan ke ginjal untuk diekskresikan dalam
bentuk urine.Namun penggunaan protein sebagai sumber energi seperti
yang telah disebutkan akan mengurangi fungsi utamanya sebagai bahan
pembangun tubuh serta juga fungsinya untuk memperbaiki jaringan-
jaringan tubuh yang rusak. Selain itu, pembakaran protein sebagai
sumber energi juga akan memperbesar resiko terjadinya dehidrasi
akibat dari adanya produk samping berupa nitrogen yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine. Oleh karena itu, untuk
mencegah pemakaian protein secara berlebihan sebagai sumber energi
saat berolahraga, seorang atlet diharapkan untuk mengkonsumsi
karbohidrat yang cukup agar dapat meningkatkan simpanan glikogen
dan juga dapat menjaga level glukosa darah di dalam tubuh.Oleh sebab
itu aktivitas fisik berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat
(Guyton, 2014).
33

Berbeda dengan delapan literatur yang menunjukkan bahwa terdapat


pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar asam urat. Dua literatur lainnya
(Fitriana et al., 2020 & Jaliana et al., 2018) menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh aktivitas fisik dengan kadar asam urat. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Jaliana (2018) sebagian responden yang
diteliti memiliki aktivitas fisik sedang yang tidak beresiko pada
peningkatan kadar asam urat sehingga hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan
kadar asam urat
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Peningkatan kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berkaitan diantaranya pola makan dan aktivitas fisik.
2. Semakin tinggi jumlah asupan purin yang dikonsumsi seperti seafood,
daging jeroan dan kacang-kacangan, maka semakin besar resiko untuk
terkena penyakit asam urat.
3. Aktivitas fisik yang dilakukan erat kaitannya dengan kadar asam urat.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan maupun menurunkan kadar asam urat.
Semakin berat aktivitas yang dilakukan dalam waktu yang singkat maka
semakin tinggi resiko peningkatan kadar asam urat, semakin rutin aktivitas
fisik yang dilakukan dalam jangka panjang maka semakin besar resiko
terhindar dari penyakit asam urat.

34
35

4.2 Saran
Berdasarkan penulisan studi literatur yang telah dilakukan, dikaitkan
dengan tujuan dan manfaat penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka penulis memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.
1. Saran Teoritis
1) Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menggali teori secara lebih
mendalam sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
konstribusi yang relevan terhadap ilmu kesehatan.
2) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian
lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor lain yang berkaitan
dengan asam urat serta dapat memberikan makna faktor apa yang paling
berpengaruh terhadap munculnya asam uratsehingga hasil penelitian
dapat dimanfaatkan sebagai konstribusi yang relevan untuk ilmu
kesehatan.
2. Saran Praktis
Diharapkan mahasiswa dapat menambah informasi mengenai pengaruh
pola makan dan aktivitas fisik terhadap kadar asam urat sehingga dapat
menambah wawasan dan juga mencegah penyakit tidak menular karena
telah mengetahui sebagian kecil faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. (2018). PENYAKIT DEGENERATIF: Mencegah & Mengatasi Penyakit
Degeneratif dengan Perilaku & Gaya Hidup Modern yang Sehat.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Apriyanti, Maya. 2013. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Asam
Urat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Choi HK, Karen Atkinson, Elizabeth WK, Walter W, Gary C. Purine Rich
Foods, Dairy and Protein Intake, and the Risk of Gout in Men. N
Engl J Med 2004 ;350:1093-103
Damayanti, S. 2012. Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat.
Jakarta: Araska.
Dayana, Bazila., Baharudin Udin. 2015. Hubungan Antara Intensitas Aktivitas
Fisik dan Kadar Asam Urat Serum pada Populasi Sindrom Metabolik.
Media Medika Muda. Volume 4, Nomor 4.
Desky, Tommy Giovany. 2018. Pengaruh Aktivitas Fisik Berat Terhadap Kadar
Asam Urat pada Orang Dewasa Muda di Kota Medan. Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Dianati, N.A., 2015. Gout and hyperuricemia. Lampung: J MAJORITI. Vol. 4, No.
3.
FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirements. WHO Technical Report
Series, no 724. Geneva. World Health Organization.
Fauzi, Mahmud. 2018. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat Di
Padukuhan Bedog Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Aisyiyah. Yogyakarta.
Fitriana, Gina Ganda., Fayasari, Adhila. 2020. Pola Konsumsi Sumber Purin,
Aktivitas Fisik, dan Status Gizi dengan Kadar Asam Urat pada Lansia Di
Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta. J.Gipas, Volume 4 Nomor 1
Francis, Kennon T., Hamrick, Maynard E. 1984. Exercise and Uric Acid:
Implication in Cardiovascular Disease. THE JOURNAL OF
ORTHOPAEDIC AND SPORTS PHYSICAL THERAPY. 01 96-601 1
/84/0601-0034$02.00/0
Fross ML, Keteyen SJ. Physiological basis for Exercise and sport. New York: Mc
Graw Hill; 2006. P59-64.
Hambatara, S. A., Sutriningsih, A., & Warsono, W. (2018). Hubungan Antara
Konsumsi Asupan Makanan Yang Mengandung Purin Dengan Kadar Asam
Urat Pada Lansia Di Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang . Nursing
News: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 3(1).

36
37

Herliana, E. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Media. Jakarta
Hoeger, W. W. K and Hoeger, S. A. 2014. Lifetime Physical Fitness and Wellness:
A Personalized Program 13th Edition. PaperBack Cengage Learning
Jaliana,. Suhadi,.Sety, La Ode Muh. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Asam Urat pada Usia 20-44 Tahun di Rsud Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. JIMKESMAS. VOL. 3/NO. 2/
April 2018; ISSN 2502-731X
Jamila. 2018. Hubungan Gaya Hidup dengan Kadar Asam Urat pada Usia
Produktif di Posbindu PTM Desa Sumbertebu Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Mojokerto.
Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I. Urine Alkalization Facilitates Uric Acid
Excretion, Nutritional Journal. 2010, 9: 45 Doi 10.1186/1475- 289145.
Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I., Urine Alkalization Facilitates Uric Acid
Excretion, Nutritional Journal 2010, 9: 45 Doi 10.1186/1475- 289145
Krisnatuti, Diah, dkk. 2008. Perencanaan Menu Untuk Penderita Asam Urat,
Penebar Swadaya. Jakarta
Misnadiarly. 2007. Rematik: Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta:
Pustaka Obor Populer
Mulyati, Hepti dkk. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium Serta
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makasar,
Murray, R., Bender, D., Kennell, P., Rodwell, V. and Weil, A. 2009, Harper ’ s
Illustrated Biochemistry. 29th edn. McGraw-Hill Companies, Inc, toronto.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novianingrum, E. 2015. Perbedaan Konsumsi Cairan, Serat Makanan, dan
Aktivitas Fisik Berdasarkan Proses Defekasi pada Mahasiswa Diploma III
Gizi Unimus. Skripsi. Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Yogyakarta, Notebook. Hal 21-
72
Noya, Indri., Lawalata, Ivy Violan., Talamaria, Bellytra. 2019. Analisis Hubungan
Peningkatan Kadar Asam Urat di Wilayah Kerja Puskesmas Waihoka Kota
Ambon Tahun 2018. Moluccas Health Journal. Volume 1 Nomor 2. ISSN:
2686- 1828.
38

Pursiningsih S. S, dan Panunggal B. 2015. Hubungan Asupan Purin, Vitamin C,


dan Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Asam Urat Pada Remaja Laki-laki.
Journal Of Nutrition Collage, Volume 4, Nomor 1.
Putra, Raka. T. 2017. Hiperurisemia. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
IV Jilid 3. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FKUI:Jakarta. Hal 2556-
2560
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI.
Salim, A.J. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas. (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah: FIKK
Savitri, D. (2017). Diam-Diam Mematikan,Cegah Asam Urat dan Hipertensi.
Yogyakarta: HEALTHY.
Savitri, D. (2017). Diam-Diam Mematikan,Cegah Asam Urat dan Hipertensi.
Yogyakarta: HEALTHY.
Setiawan, Dalimaharta. 2008. Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat. Cetakan
ke-10. Edited by J. Sugito.Bogor: Penebar Swadaya
Sholihin, 2015. Analisis Aktivitas Fisik dan Aktivitas Belajar Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Dalam
Memanfaatkan Waktu Luang. Journal of Sport Sciences and Fitness
Sudoyo, A.w., B. Setyohadi, I, Alwi, M. Simadibrata, dan S. Setiati. 2010. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta. Interna Publishing
Supariasa. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sustrani, L., Syamsir, A., dan Iwan, H. 2004. Asam urat, Informasi lengkap untuk
penderita dan keluarganya, Edisi 6. Jakarta: Gramedia
Tehupelory, ES. 2017. Arthritis Pirai (Arthritis Gout). Dalam Buku Ajar Ilmu
Therik, Karin Sukma Saridewi. 2019. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat pada Pasien Di Puskesmas Naibonat. Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
Tumenggung, I. (2015). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gout Artritis Di
Rsud Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Journal Health And Nutritions,
1 (2), 1-12.
Wiwik, Rai,. Dkk. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat
Pada Usia Produktif di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem. BMJ.Vol 5
No 2: 273-280
39

Wiwik, Rai,. Dkk. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat
Pada Usia Produktif di Desa Nongan, Kabupaten Karangasem. BMJ.Vol 5
No 2: 273-280
World Health Organization (WHO). 2015. A Global Brief on Uric Acid. Geneva
40

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gloria Toding Lembang

NIM : 20160811014019

Tempat/Tanggal Lahir : Rantepao, 6 Desember 1997

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Petrus Malolo, S.Pd

Nama Ibu : Mince Toding Lembang

Alamat : Jalan Flamboyan No. 11 Kotaraja, Jayapura, Papua.

RIWAYAR PENDIDIKAN

1. SD Negeri 62 Inpres Malango’, tahun 2003-2009


2. SMP Negeri 2 Rantepao, tahun 2009-2012
3. SMA Negeri 2 Rantepao, tahun 2012-2015
4. Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih, tahun 2016 - Sekarang

Anda mungkin juga menyukai