BAB I, II, III, IV Studi Literatur Desrita Ayu Tangdi Alla
BAB I, II, III, IV Studi Literatur Desrita Ayu Tangdi Alla
VULGARIS
Oleh :
DESRITA AYU TANGDI ALLA
20160811014018
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan menemukan bukti yang menolak hipotesis hubungan diet dan akne
melalui penelitian terhadap dairy product dan akne. Namun penelitian
tersebut memiliki kekurangan metodologis. Beberapa penelitian tersebut
memiliki jumlah sampel yang kecil, follow-up yang singkat, tidak
menggunakan kontrol dan sebagainya (KSDKI, 2018).
Salah satu unsur dietik yang dicurigai dapat menyebabkan akne vulgaris
adalah karbohidrat yang mempunyai indeks glikemik yang tinggi. Makanan
yang memiliki kandungan IG yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi
insulin plasma dan dapat menyebabkan hiperinsulinemia jangka panjang serta
terjadinya resistensi insulin. Hiperinsulinemia dianggap sebagai faktor yang
tidak disadari dalam perkembangan akne vulgaris (Jusuf, 2018).
Dairy product contohnya susu juga dapat menyebabkan risiko peningkatan
kejadian akne vulgaris. Susu mengandung berbagai hormon yang diduga
berperan pada komedogenesis (Sihaloho & Indramaya, 2016). Selain hormon,
kandungan karbohidrat dari susu yang akan meningkatkan respon glikemik
dan insulinemik dan menimbulkan efek seperti diet indeks glikemik tinggi
pada perkembangan akne (Jusuf, 2018).
Secara statistik berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suppiah et al
(2018), sebanyak 62,3% pasien akne vulgaris memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan beresiko terutama susu. Resiko kejadian akne
vulgaris dapat meningkat 2 kali lipat jika pasien mengosumsi susu lebih dari
2 gelas sehari. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wulan, Hidayati &
Sukanto (2016), menemukan 84,2% subyek melaporkan mengkonsumsi
makanan terutama gula yang mengandung IGF-1 dapat memicu timbulnya
akne vulgaris. Demikian juga Assaf et all (2016) juga menemukan adanya
keterkaitan yang signifikan antara akne vulgaris dan indeks glikemik. Hal ini
tentunya berbeda dengan penelitian pada tahun 1960-1970an.
Akne vulgaris sendiri merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
(self-limiting disease) (Sitohang & Wasitaatmadja, 2017). Akan tetapi akne
vulgaris dapat menyebabkan gangguan psikologis. Pada tahap ini faktor
percaya diri serta aktivitas pergaulan sosial menjadi amat penting karena akne
3
Indeks Glikemik
Susu dan olahannya
4
5
Kriteria Inklusi :
1. Full text
2. Berisi informasi tentang
Inklusi
3.1 Hasil
12
13
dalam akne vulgaris ringan (P < 0.001). meningkat lebih banyak setelah
penelitian Responden dengan tingkat keparahan konsumsi susu dan produk susu
ini. akne vulgaris sedang sampai berat dibandingkan dengan sumber
melaporkan konsumsi yang lebih protein lain, termasuk daging.
besar susu per hari dibandingkan
dengan peserta tanpa akne vulgaris
dan peserta dengan akne vulgaris
ringan (P < 0.001).
6. (Juhl, Lactase Cross Jumlah total Berdasarkan hasil penelitian yang Milk intake dapat meningkatkan
Bergholdt, Persistence, Milk Sectional sampel dilakukan pada responden didapatkan level insinsin-like growth
Miller, Jemec, Intake, and Adult 20.417 yang kaitan yang signifikan antara factor-1 (IGF1) yang dapat
Kanters, Acne: A Mendelian terdiri atas makanan milk intake dengan kejadian mengakibatkan kejadian akne
Ellervi, 2018) Randomization dengan 303 akne vulgaris (P=0.0001) vulgaris.
Study of 20,416 responden
Danish Adults dengan akne
vulgaris,
20.113
kontrol
subjek
7. (Suppiah, Acne Vulgaris and Case Control 57 responden Berdasarkan hasil penelitian pada Pasien yang mengonsumsi susu
Sundram, Sing Its Association dengan akne responden didapatkan hasil konsumsi 2 gelas atau lebih setiap hari
Tan, Lee, With Dietary vulgaris, 57 susu secara signifikan lebih tinggi ditemukan memiliki 2 kali lipat
Bustami, Keat Intake: A kontrol pada pasien dengan AV (63,2%, n = peningkatan insiden akne
Tan, 2018) Malaysian subjek 36) dibandingkan kontrol (43,9%, n vulgaris.
Perspective = 25), (OR = 2,19, p <0,05).
8. (Kartikasari, Hubungan Cross 64 responden Berdasarkan penelitian didapatkan Perbedaan hasil yang didapatkan
Supardjo, Konsumsi Produk Sectional dengan akne tidak terdapat hubungan antara peneliti dengan penelitian
2017) Olahan Susu vulgaris, 17 konsumsi produk olahan susu (keju, sebelumnya juga mungkin
dengan Kejadian kontrol yogurt, es krim, susu kental manis, disebabkan adanya variable-
Akne Vulgaris subjek susu bubuk full cream, susu UHT, variabel perancu .
15
16
17
besar susu per hari dibandingkan dengan peserta tanpa akne vulgaris
dan peserta dengan akne vulgaris ringan (P < 0.001). Konsentrasi
serum IGF-1 meningkat lebih banyak setelah konsumsi susu dan
produk susu dibandingkan dengan sumber protein lain, termasuk
daging. Dengan demikian, konsumsi susu dapat meningkatkan
perkembangan akne vulgaris dengan meningkatkan konsentrasi
postprandial insulin dan IGF-1. Kelebihan penilitian ini adalah Food
Frequency Quisioner untuk menilai asupan makanan sudah
tervalidasi. Selain itu, penegakkan diagnosis akne vulgaris didasarkan
pada kuisioner yang diisi oleh responden yang kemudian ditinjau
kembali oleh dokter spesialis kulit.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juhl,
Bergholdt, Miller, Jemec, Kanters, Ellervi (2018) dengan desain
penelitian yang sama yaitu cross sectional. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan pada responden sejumlah 20.417 yang
terdiri atas dengan 303 responden dengan akne vulgaris, 20.113
kontrol subjek didapatkan kaitan yang signifikan antara makanan milk
intake dengan kejadian akne vulgaris (P=0.0001). Milk intake dapat
meningkatkan level insinsin-like growth factor-1 (IGF1), yang
dihipotesiskan sebagai hubungan sentral antara asupan susu dan
stimulasi kelenjar sebaceous. Dengan demikian orang yang sering
mengkonsumsi susu rentan terhadap kejadian akne vulgaris. Asupan
milk intake didapatkan dari analisis kuisioner yang sudah diuji
validitasnya. Selain itu, penegakkan diagnosis dilakukan oleh petugas
kesehatan yang professional dan juga jumlah sampel pada penelitian
ini berasal dari berbagai kalangan, suku dan etnis.
Hubungan yang signifikan antara susu dan akne vulgaris juga
didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suppiah,
Sundram, Sing Tan, Lee, Bustami, Keat Tan (2018). Desain penelitian
yang digunakan adalah case control. Hasil konsumsi susu secara
signifikan lebih tinggi pada pasien dengan AV (63,2%, n = 36)
21
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Akne vulgaris adalah peradangan pada kulit yang terjadi ketika folikel
polisebasea tersumbat oleh sel minyak dan kulit mati. Akne kebanyakan
menyerang usia remaja yaitu sekitar 85%. Salah satu faktor yang diduga
menjadi penyebab akne vulgaris adalah pola makan, contohnya makanan
yang mengandung indeks glikemik yang tinggi dan susu. Pola makan tinggi
IG dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang kemudian meningkatkan
sintesis androgen dan respon endokrin yang secara bersamaan meningkatkan
IGF-1 dan menghambat IGFBP-3. IGF-1 dapat merangsang proliferasi
keratinosit sedangkan IGFBP-3 menghambat proliferasi keratinosit dengan
mencegah IGF-1 berikatan dengan reseptornya, akibatnya terjadi
hiperkeratinisasi folikel sebasea. Peningkatan IGF-1 juga merangsang
produksi sebum yang sangat berhubungan dengan tingkat keparahan akne
vulgaris.
Selain itu, susu juga dapat mengakibatkan akne vulgaris. Susu yang dapat
memicu perkembangan akne vulgaris adalah susu bebas lemak (skim milk).
Skim milk mengandung hormon konstituen atau faktor-faktor yang
mempengaruhi dapat hormon endogen dalam pertumbuhan akne vulgaris.
Skim milk pada proses pembuatannya mengubah bioavailabilitas molekul
bioaktif dan interaksinya dengan protein pengikat sehingga keseimbangan
hormonal dalam susu berubah lalu menyebabkan komedogenesis.
Komedogenesis merupakan awal mula terjadinya akne vulgaris. Selain itu,
milk intake dapat meningkatkan level insinsin-like growth factor-1 (IGF-1),
yang merupakan hubungan sentral antara asupan susu dan stimulasi kelenjar
sebaceous.
24
25
4.2 Saran
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran tentang pengaruh
pola makan terhadap kejadian akne vulgaris
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi tentang pengaruh pola makan
terhadap kejadian akne vulgaris.
3. Bagi peneliti selanjutnya
1) Hendaknya penelitian selanjutnya menggunakan metode penelitian
case control ataupun cohort study, sehingga perkembangan tentang
pengaruh pola makan dengan kejadian akne vulgaris dapat dibuktikan
secara lebih bermakna.
2) Untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan dengan jumlah
sampel dan populasi yang lebih besar serta populasi tidak bersifat
lokal sehingga pengaruh pola makan dengan kejadian akne vulgaris
dapat dibuktikan secara lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Alfriyanti, R.N. (2015). Akne Vulgaris pada Remaja. J Majority. 4(6): 102- 109.
Assaf, H.A., Abdel-Maqed, W.M., Elsadek, B.E.M., Hassan, M.H., Adly, M.A.,
Ali, S.A. (2016). Survivin as a Novel Biomarker in the Pathogenesis of
Acne Vulgaris and Its Correlation to Insulin-Like Growth Factor-I. Diakses
dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5075610/pdf/DM2016-
7040312.pdf. pada tanggal 16 Juni 2020.
Cerman, Aktas, Altunay, Arici, Tulunay & Ozturk. (2016). Dietary Glycemic
Factors, Insulin Resistance, and Aiponectin Levels in Acne Vulgaris. J Am
Acad Dermatol. 75(1): 155-62. DOI :
http://dx.doi.org/10.1016/j.jaad.2016.02.1220
Dorland WA, Newman. (2011). Kamus Kedokteran Dorland ed. 32. Jakarta:
Penertbit Buku Kedokteran EGC.
Indira, I.G.A.A.E. (2017). Profil Asupan Makanan pada Dewasa Muda dengan
Akne Vulgaris Di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Simdos
Unud. Program Studi Dermatologi Dan Venereologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Juhl, C., Bergholdt, H., Miller, I., Jemec, G., Kanters, J., & Ellervik, C. (2018).
Lactase Persistence, Milk Intake, and Adult Acne: A Mendelian
Randomization Study of 20,416 Danish Adults. MPDI Journal. 10(1041): 1-
11. DOI : 10.3390/nu10081041
Jusuf, N.K. (2018). Akne dan Diet ed pertama. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
26
27
LaRosa, C. L., Quach, K. A., Koons, K., Kunselman, A. R., Zhu, J., Thiboutot, D.
M., & Zaenglein, A. L. (2016). Consumption of dairy in teenagers with and
without acne. J Am Acad Dermatol. 75(2): 318–322. DOI :
http://dx.doi.org/10.1016/j.jaad.2016.04.030
Sirajuddin, Surmita & Astuti, T. (2018). Survei Konsumsi Pangan. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Sihaloho, Kristina & Indramaya D.M. (2016). Hubungan antara Diet dan Akne. e-
Journal Unair Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of
Dermatology and Venereology, 28 (2).
Sitohang, I.B.S & Wasitatmadja, S.M. (2017). Ilmu Penyakit Kulit Kelamin ed. 7.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suppiah, T.S.S., Sundram, T.K.M., Tan, E.S.S., Lee, C.K., Bustami, N.A., Tan,
C.K. (2018). Acne Vulgaris and Its Association With Dietary Intake: A
Malaysian Perspective. Asia Pac J Clin Nutr. 27 (5): 1141-1145.
DOI: 10.6133/apjcn.072018.01
28