Anda di halaman 1dari 5

F.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1. METHODE PENDEKATAN

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan perencanaan dilapangan terhadap pelaksanaan pekerjaan


pelaksanaan teknis yang optimal dalam bentuk terwujudnya pembangunan sarana sosial yang
secara kwantitatifnya benar-benar sesuai dengan dokumen rencananya serta memenuhi segala
persyaratan-persyaratan yang berlaku, maka perlu diperhatikan beberapa aspek pembangunan
dengan seimbang dan terpadu yaitu :

a. Aspek Managemen dan Adminstrasi ( Non Teknis )

Berupa tata adminstrasi dan prosedur yang tertip yang tentunya harus sesuai dengan
ketentuan dalam perundang-undangan atau kelancaran kegiatan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan guna menciptakan suatu koordinasi dilapangan yang terarah dan teratur.

b. Aspek Teknis

Berupa perencanaan pelaksanaan teknis perencanaan dan kontruksik yaitu pengadaan


bahan, tenaga kerja dan sistem membangun yang sesuai dengan karakteristik kegiatan.

- Ketahanan bangunan menerima beban dan keausan, baik dari manusia, kekuatan alam,
keausan, pengguna bangunan maupun akibat-akibat lainnya yang nantinya akan
mempengaruhi secara struktur dan keindahan bangunan itu sendiri.
- Mengikuti peraturan dan persyaratan bangunan pada daerah setempat ( Pemda ).
- Desain harus sederhana tetapi kuat dan indah secara struktur memenuhi ketentuan
yang sudah ditetapakan.
- Bangunan tersebut harus berguna sesuai fungsi dan manfaatnya, ekonomis biaya
pemeliharaan, murah dan bangunan tersebut akan tetap bias mengikuti perkembangan
disekitarnya.
- Bangunan tersebut harus sesuai fungsinya dengan memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, keamanan, efisiendalam sumber daya dan serasi dengan
lingkungannya.
- Bangunan tersebut harus mengikuti persyaratan Bangunan Gedung Negara meliputi
klasifikasi bangunan, standar luas, standar harga, persyaratan teknis dan persyratan
adminstrsi bangunan gedung.

c. Aspek Mutu ( Bahan ).

a. Diusahakan desain bangunan hemat tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan
teknis.
b. Diusahakan desain bangunan terarah dan terkendali sesuai rencana, program / kegiatan,
serta berfungsi untuk setiap Dinas dan Bagian.
c. Diusahakan desain bangunan semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam
Negeri dan bahan setempat dengan memperhatikan kemampuan / potensi Nasional.
d. Pada tahap pelaksanaan fisik pekerjaan diharapkan untuk tetap selalu mengikuti
petunjuk, spesifikasi dan arahan dari perencana teknis untuk penggunaan bahan
sehingga tidak menyimpang dari perencanaan semula.

2. KONSEP DASAR PELAKSANAAN.

2.1 Tahapan Kontrol-Kontrol Pelaksanaan.

Konsep dasar merupakan gabungan karakteristik proyek dan prinsip-prisip pekerjaan


perencanaan dimana pada dasarnya proses kegiatan meliputi 3 ( tiga ) tahap pekerjaan yang
harus memenuhi kedua aspek pembangunan diatas ( Aspek Teknis dan Non Teknis ) dengan
out put yang menrupakan tujuan dari proyek ini mencapai sasaran yaitu sebagai berikut :

a. Tahap Kontrol Desain.

Kontrol desain yaitu usaha pengendalian pengamanan pada tahap awal proses
pembangunan dimana nilai perencanaan dituangkan atas kelengkapan, kebenaran dan
kesesuaian pada lokasi bangunan.

b. Tahap Kontrol Pengukuran.

Kontrol pengukuran adalah usaha pengendalian pada tahap pelaksanaan pengukuran


sehingga akurat dan sesuai degan kondisi sebenarnya dilapangan dan syarat-syarat
pekerjaan sebagaimana yang ditentukan.

c. Tahap Kontrol Kegiatan / Pekerjaan.

Kontrol kegiatan / pekerjaan adalah usaha pengendalian pelaksanaan agar tepat sesuai
dengan tujuan penggunaan dan sasaran kegiatan ini, sehingga dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan ini, konsep dasar merupakan optimal dari kedua aspek perencanaan diatas yang
ada dalam 3 ( tiga ) tahap pekerjaan.

2.2 Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan

Selain hal tersebut diatas persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung juga
harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung dari segi tata bangunan dan
lingkungannya, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam RTRW Kabupaten / Kota atau
Peraturan Daerah tentang bangunan gedung, sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Peruntukan Lokasi.

Setiap banguanan harus memenuhi persyaratan peruntukan lokasi sesuai dengan RTRW
Kabupaten / Kota ataupun lokasi yang diperuntukan bekas lokasi dari bangunan lama
menjadi bangunan gedung baru.

b. Jarak Antar Blok / Massa Bangunan.

- Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;


- Kesehatan, termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
- Kenyamanan.

c. Ketinggian Bangunan.

Ketinggian Bangunan harus disesuaikan dengan kondisi tanah setempat dan harus
memenuhi ketentuan ketinggian maksimum dari peraturan daerah Kabupaten / Kota
ditinjau dari segi keamanan dan kelayakannya.

d. Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ).

Ketentuan besarnya koefisien dasar bangunan dapat mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan daerah setempat tentang Bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.

e. Koefisien Lantai bangunan ( KLB ).

Ketentuan besarnya koefisien lantai bangunan dapat mengikuti ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Daerah setempat tantang bangunan untuk lokasi yang bersangkutan.

f. Koefisien Daerah Hijau ( KDH ).

Perbandingan antara luas seluruh daerah hijau dengan luas persil bangunan gedung,
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah setempat tentang bangunan, harus
diperhitungkan dengan mempertimbangkan :

- Daerah resapan air.


- Ruang terbuka hijau.

g. Garis Sempadan Bangunan

Ketentuan besarnya garis sempadan, baik garis, sempadan pagar maupun garis sempadan
bangunan akan tetap mengikuti Peraturan Daerah.
h. Wujud Arsitekture

Wujud Arsitekture bangunan gedung yang direncakan diharapkan memenuhi kriteria –


kriteria yang telah ditentukan oleh Pengguna Anggaran sehingga kesannya indah, serasi
dengan lingkungan, tidak berlebihan memenuhi fungsi dan bermanfaat.

i. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan Bangunan


Didalam Perencanaan ini semua kelengkapan sarana dan prasarana lingkungan bangunan
(parker, air bersih, drainase taman dan penerangan) tetap akan diperhatikan, sehingga layak
sebagai suatu bangunan gedung yang memenuhi standard.

2.3 Persyaratan Bahan Bangunan

Selain hal tersebut diatas di dalam Perencanaan ini kami juga akan memperhatikan bahan
bangunan yang akan digunakan, sehingga diharapkan bahan bangunan yang dipakai adalah
produk dalam negeri dan bahan lokal dan sudah disetujui oleh Pengelola Teknis dan Pengguna
Anggaran, seperti untuk pekerjaan antara lain sebagai berikut :

2.4 Persyaratan Struktur Bangunan


Struktur bangunan gedung yang direncanakan akan tetap memenuhi persyaratan standar
konstruksi bangunan yang berlaku. Didalam Perencanaan ini struktur – struktur yang
dipergunakan adalah sebagai berikut :

2.5 Persyaratan Utilitas Bangunan.

Utilitas direncanakan didalam dan luar bangunan gedung sehingga nantinya dapat berfungsi
dengan baik sesuai dengan persyaratan standar utilitas bangunan yang berlaku yang disesuaikan
denga kondisi sekitar rencana bangunan tersebut. Sedangkan spesifikasi teknis bangunan
gedung meliputi ketentuan sebagai berikut :

2.6 Persyaratan Sarana Penyelamatan.

Sarana penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat sangat diperlukan untuk bangunan
gedung bertingkat, dimana ketentuannya bangunan bertingkat lebih dari 3 ( tiga ) lantai dan
pembuatan tangga penyelamat harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku
meliputi ketentuan-ketentuan yan berlaku :
- Tangga penyelamat.
- Penerangan darurat dan tanda petunjuk arah keluar.
- Pintu darurat.
- Koridor / selasar.
3 PROGRAM KEGIATAN KONSULTAN PERENCANA

Untuk merealisasikan Konsep Konsultan Perencana maka didalam pelaksanaan tugas dapat

dibagi :

a. Konsultan Perencana Dalam Masa Sebelum Pelaksanaannya.


1. Membantu Pengelola Kegiatan dalam menyusun Program Penyelenggaraan Kegiatan yang
mencakup antara lain :

- Lingkup Pekerjaan Kegiatan

- Waktu Penyelenggaraan

- Kwalitas dan Kwantitas Kegiatan.

2. Menyusun Schedule yang menyangkut masa Pelaksanaan :


3. Membantu Pengelola Kegiatan dalam Proses Pengadaan Pelaksanaan.

b. Konsultan Perencana Dalam Masa Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan.

- Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan yang disesuaikan


dengan waktu yang disediakan oleh Penanggung Jawab Kegiatan.
- Jadwal Kegiatan disesuaikan dengan penugasan Tenaga Ahli maupun Tenaga Pendukung
Lapangan sehingga tahapan – tahapan pekerjaannya dapat efisien dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai