Anda di halaman 1dari 22

PARADIGMA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam

Dosen Pengampu : Dr. Mukh. Nursikin, M.S.I., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Oktaviani Indah Permatasari (23060190011)


2. Rika Feronika (23060190018)

TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim, Alhamdulillahirobil ‘Alamin. Segala ungkapan


puji dan rasa syukur semata – mata hanya kita panjatkan kepada Allah SWT.
Pencipta alam semesta berikut apa saja yang ada di dalamnya, mulai dari kreasi-
Nya berupa partikel tidak terlihat sampai dengan kita manusia sebagai ciptaan
Allah SWT. Di dalam Al Qur’an menjadi makhluk yang paling sempurna di
antara ciptaan – ciptaan-Nya, sekali lagi kita ucapkan alhamdulillah. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad saw juga
kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut hingga akhir zaman nanti.

Penulis panjatkan rasa syukur kepada Allah SWT dan salawat kepada Nabi
saw, hal ini tidak lain karena rahman, rahim dan izin-Nya pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas guna memenuhi mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
dengan judul “ PARADIGMA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM “.

Penulis juga menyadari dengan sepenuhnya bahwa tugas ini tidak akan
terselesaikan dengan baik bila penulis tidak mendapatkan dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Dr.
Mukh. Nursikin, M.S.I., M.Pd. selaku pembimbing (dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam), dan semua pihak yang mendukung keberhasilan tugas ini.

Sangat penulis sadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh sebab itu saran dan kritik sangat penulis
harapkan untuk perbaikan di kemudian hari.

Salatiga, 16 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
1. Pengertian dari filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam................. 4
2. Macam – macam dasar pendidikan Islam .................................................... 6
3. Tujuan dari pendidikan Islam...................................................................... 8
4. Paradigma pendidikan Islam ....................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18

A. Kesimpulan ............................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara


manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan
penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan
jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat
yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah
Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Ahmad D. Marimba mengatakan
bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si
terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka


dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran
ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya
isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati
gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara
filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala
sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya


dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan
dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-
lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat,
sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia.
Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan
manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.

1
Pendidikan dan pendidikan Islam khususnya menjadi perhatian dalam
kehidupan individu, masyarakat dan berbangsa. Pendidikan yang baik dan maju
turut menentukan majunya bangsa. Sebaliknya, bangsa yang mundur adalah
wujud dari mundurnya pendidikan yang ada pada bangsa itu. Pendidikan adalah
proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan tingkah laku di dalam
masyarakat tempat ia hidup, juga pendidikan itu adalah proses sosial yang terjadi
pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh pengembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang
optimal.1

Pendidikan selamanya berkorelasi dengan kehidupan politik, ekonomi,


dan sosial budaya suatu bangsa. Dalam bidang politik, pendidikan dapat
mentransformasikan tradisi dan budaya damai, tenteram, saling menolong,
menyiapkan diri menjadi bagian penting dari kehidupan bangsa, dan peka
terhadap kehidupan masyarakat dan bangsa. Sedangkan dalam bidang ekonomi,
pendidikan akan menghasilkan, tenaga – tenaga produkttif yaitu tenaga
menghasilkan baik ekonomis dan intelektual. Bila masyarakat mengalami
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, maka di dalamnya banyak individu
yang mendapat kemudahan hidup, kesejahteraan, dan kemudahan untuk
mengekspresikan kemanusiaannya baik dalam kehidupan individu maupun
kelompok. Dalam konteks pendidikan Islam, fokus pembelajaran tidak hanya pada
aspek intelektual seperti yang penulis kemukakan di atas, akan tetapi ada aspek
lain yang dijadikan pilar pendidikan yaitu spiritual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam ?
2. Apa saja macam – macam dasar pendidikan Islam?
3. Apa tujuan dari pendidikan Islam?
4. Apa yang dimaksud dengan paradigma pendidikan Islam?

1
Nanang Fattah, Landasan Menejemen Pendidikan (Cet IX; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

2
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan dan
filsafat pendidikan Islam
2. Mahasiswa mampu mengetahui macam – macam dasar pendidikan Islam
3. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pendidikan Islam
4. Mahasiswa mampu mengetahui paradigma pendidikan Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan, menurut John Dewey adalah teori umum dari


pendidikan, landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan . Falsafat
pendidikan kata jalaluddin, adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan dan merupakan penerapan
suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan. 2

Hubungan antara pendidikan dan falsafat pendidikan menjadi sedemikian


pentingnya, sebab ia menjadi dasar yang menjadi tumpuan suatu sistem
pendidikan. Filsafat pendidikan berperanan penting dalam suatu sistem
pendidikan karena ia berfungsi sebagai pedoman bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan sebagai dasar yang kokoh bagi tegaknya sistem
pendidikan. B. Othanel Smith seperti yang dikutip oleh Mahmud, berpendapat
bahwa filsafat pendidikan bukanlah filsafat umum aau filsafat murni, melainkan
merupakan filsafat khusus atau terapan. Apabila dilihat dari karakteristik
objeknya, filsafat terbagi dalam dua macam, yaitu filsafat umum atau murni, dan
filsafat khusus atau terapan. Berbeda dengan filsafat umum yang objeknya adalah
kenyataan keseluruhan segala sesuatu, filsafat khusus mempunyai objek salah satu
satu aspek kehidupan manusia yang penting. Salah satu aspek tersebut adalah
bidang pendidikan. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa filsafat
pendidikan adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan yang
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta hakikat
pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya. 3

2
Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 11.
3
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 33.

4
Istilah lain yang dikenal dalam pendidikan Islam kuttab yang berfungsi
untuk mengajarkan baca, tulis, mengajarkan al Qur’an dan dasar-dasar Islam, ilmu
gramatika, aritmetika, menunggang kuda dan berenang. Pendidikan Islam adalah
proses penurunan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad saw, dan sebagai proses
pembudayaan sehingga diterima sebagai unsur dan menyatu dalam kehidupan
manusia.4

Menurut Ahmad D Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan atau


pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 5

Pendidikan Islam mencakup dua unsur pada manusia yaitu unsur


jasmaniah dan rohaniah. Segi jasmaniah, pendidikan Islam memperhatikan
kesehatan sehingga manusia bisa beribadah, menggali potensi dan ciptaan Allah
di bumi. Selain itu, penting ada keyakinan bahwa jasad manusia adalah ciptaan
Allah swt, yang kehadirannya dipersembahkan hanya kepadaNya. Pendidikan
Islam sangat memperhatikan aspek kejasmaniaan seperti makan makanan yang
halal dan baik. Meskipun tidak nampak ternyata ada kaitan antara aspek
kejasmaniaan dengan kualitas dan kesehatan mental manusia. Makanan yang
dimakan sebagai energi dan kekuatan berkorelasi dengan semangat dan ketekunan
dalam beribadah kepada Allah swt. Seseorang yang selalau makan makan yang
tidak halal akan membuat seseorang malas beribadah, demikian sebaliknya makan
yang halal dapat mendorong seseorang rajin dan senang beribadah. Selain itu,
pendidikan Islam juga memperhatikan aspek kejiwaan berupa meyakini,
memahami, dan memperjuangkan nilai-nilai atau ajaran Islam atau aspek
ruh/spirit Islam yang melekat dalam setiap aktivitas pendidikan. 6

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang


memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah

4
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. XII; Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 14.
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Cet. VII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 24.
6
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam (Jakarta: Rajagrapindo Persada, 2009), h. 15.

5
membentuk kehidupan dirinya sendiri sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang
diyakininya.

B. Macam – macam Dasar Pendidikan Islam


a. Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kalam Allah swt yang diturunkan kepada Muhammad


saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang
bermaslahat bagi umat manusia baikdi dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-
Qur`an kedalam bahasalain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya
bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan
ajarannya.7

Al-Qur`an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt


menjelaskan hal ini didalam firman-Nya: "Sesungguhnya Al-Quran ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar". (Q.S. Al-Isra`: 9) Petunjuk al-Qur`an
sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut dikelompokkan menjadi tiga pokok
yang disebutnya sebagai maksud-maksud al-Qur`an, yaitu:
1) Petunjuk tentang aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia dan
tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan
kepastian adanya hari pembalasan
2) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-
norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam
kehidupan
3) Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar
hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubugannya dengan tuhan dan
sesamanya.8

Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu


petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah. Dalam menyajikan

7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1992), hal. 12.
8
Mahmud Syaltut, Ila al-Qur`an al-Karim (Cairo: Mathba`ah al-Azhar, 1962), hal. 11-12 .

6
maksud-maksud tersebut, Al-Qur`an menggunakan metode-metode sebagai
berikut:

1) Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan


Allah.
2) Menceritakan kisah umat terdahulu kepada orang-orang yang
mengerjakan kebaikan maupun yang mengadakan kerusakan, sehingga
dari kisah itu manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial
yang diberlakukan Allah terhadap mereka.
3) Menghidupkan kepekaan bathin manusia yang mendorongnya untuk
bertanya dan berfikir tentang awal dan materi kejadiannya, kehidupannya
dan kesudahannya,sehingga insyaf akan Tuhan yang menciptakan segala
kekuatan.
4) Memberi kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman. Menurut
M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak dilihat dari adakah
suatu teori tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-ayatnya
menghalangi kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-
Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah
mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang
dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya
suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu itu. 9

b. Sunnah
Al-Sunnah yang secara bahasa alThariqoh yang artinya jalan, adapun
hubungannya dengan Rasulullah saw berarti perkataan, perbuatan, atau
ketetapannya Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-
Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan
bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang
suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an.
Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang
yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah swt. Menurut

9
M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur`an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat,, (Bandung: Mizan, 1995), hal. 42.

7
Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah
mempunyai dua faedah:
1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-
Qur`an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya
2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktikkan10

c. Ra'yu

Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai


dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan
yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang
mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban
untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad
dari pada pendidik muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh-
sungguh orang muslim untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk
itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah
tentang suatu prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya
untuk menemukannya dengan prinsip-prinsip alQur`an atau Sunnah. Ijtihad sudah
dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun, tampaknya literatur-literatur
yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih terpusat pada hukum syarak, yang
dimaksud hukum syarak,menurut Ali Hasballah ialah proposisi-proposisi yang
berisi sifat-sifat syariat (seperti wajib, haram, sunnat) yang di sandarkan pada
perbuatan manusia, baik lahir maupun bathin.11

C. Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan dan pendidikan Islam tidak bisa dipisahkan dengan
tujuan hidup manusia adalah menyembah kepada Allah sebagai langkah manusia
untuk mensucikan diri dari ego rohani, pikiran dan jasmani. Terhindar dari
perbuatan jahat dan munkar. Pendidikan hanya suatu alat yang digunakan manusia
untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sosial.
Dalam memelihara kelanjutan hidupnya akan beriringan dengan transformasi dan

10
Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul al-Tarbiyah al- Islamiyah, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1979), cet
ke 1, hal. 23-24.
11
Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam. (Kudus: Perpustakaan Kudus 2003), hal. 48.

8
akulturasi budaya dari generasi kegenerasi berikutnya. Aspek lain dari pendidikan
adalah mengembangkan potensi manusia dan dapat mempergunakannya sendiri
untuk kemaslahatan dan kelanjutan hidupnya. Menurut Ahmad D. Marimba yang
dikutip oleh Hamdani Ihsan bahwa pencapaian tujuan pendidikan Islam mengarah
pada beberapa aspek yaitu
1) Aspek kejasmaniaan yang meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak
dari luar misalnya cara berbuat, cara berbicara dan sebagainya,
2) Aspek kejiwaan; meliputi aspek yang tiddak segera dilihat dari luar, misalnya
cara berpikir, sikap berupa pendirian atau pandangan seseorang dalam
menghadapi suatu hal, dan minat,
3) Aspek kerohaniaan; meliputi aspek kejiawaan yang lebih abstrak yaitu filsafat
hidup dan kepercayaan. Ini meliputi sistim nilai yang telah meresap dalam
kepribadian yang mengarah dan memberi corak seluruh kepribadian indivisu.
Bagi orang yang beragama aspek ini bukan saja di dunia tetapi juga di
akhirat. Aspek-aspek inilah yang memberi kualitas kepribadian
keseluruhannya. 12 Tujuan pendidikan Islam adalah;
a. Mengenalkan manusia akan perannya di antara sesama makhluk dan
tanggung jawab pribadinya dalam hidup,
b. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam
tata hidup masyarakat,
c. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka untuk
mengetahui hikmah diciptakannya serta memberi kemungkinan kepada
mereka untuk mengambil manfaat dari alam.
Hakikat tujuan pendidikan Islam meliputi;
1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di bumi dengan
sebaikbaiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan
mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
2) Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di bumi
dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut
terasa ringan dilaksanakan.

12
Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II; Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 69.

9
3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak
menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, untuk ia
memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan
guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat.
6) Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah.

D. Paradigma Pendidikan Islam

Menurut Hills paradigma diartikan sebagai type of something, model, and


pattern yang secara terminologi berarti a total view of problems; a total outlook of
somethings13 atau cara pandang dan cara berpikir yang menyeluruh terhadap
sesuatu, sehingga apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai cara pandang Islam yang menyeluruh terhadap pendidikan sebagai sebuah
sistem yang menyangkut konsep, sistem dan kelembagaan, kurikulum pendidikan
dan manajemen pendidikan Islam. Dalam tulisan ini paradigma pendidikan Islam
akan ditinjau secara epistemologis sebagai dasar atau basis pengembangan yang
harus dijadikan acuan bagi pengembangan pendidikan Islam selanjutnya. Hal ini
menjadi penting karena selama ini rumusan pendidikan Islam hanya berhenti pada
tataran idealisme atau cita-cita Islam dalam proses pendidikan belum menyangkut
pada konsep dasar pendidikan Islam itu sendiri atau bagaimana Islam berbicara
tentang pendidikan manusia, urgensi pendidikan bagi manusia, apa yang ingin
diraih oleh pendidikan Islam dan seperti profil sumber daya manusia yang ingin
dicapai oleh pendidikan Islam. Berikut ini deskripsi singkat paradigma pendidikan
Islam.

 Paradigma Keilmuan Islam


Posisi pendidikan Islam di Indonesia berjalan pada dua kaki yang
bersamaan; pertama mempertahankan pendidikan Islam klasik sebagai upaya
melestarikan tradisi-tradisi keilmuan Islam klasik; kedua berjalan mengikuti
13
Hujair AH. Sanakhy, Paradigma pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani di
Indonesia, (Yogyakarta: Safiria Insani Press kerjasama MSI UII, 2003), hal. 94.

10
sistem pendidikan nasional dengan mengajarkan ilmu-ilmu umum. Hal ini terjadi
karena pengakuan hasil/produk pendidikan agama harus sejalan dengan UUSPN
(Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional), karena apabila tidak sesuai
dengan aturan pendidikan yang diakui oleh UUSPN, maka produk pendidikan
agama tersebut tidak akan diakui legalitasnya dan tidak akan mendapat pengakuan
sejajar dengan produk pendidikan umum. Kenyataan ini terjadi karena perbedaan
sudut pandangan terhadap sumber keilmuan dari kedua tradisi keilmuan ini.
1. Sumber Ilmu
Dalam khasanah keilmuan Islam tidak dikenal pembagian ilmu (ilmu
agama dan ilmu umum), ilmu dunia dan ilmu akherat, karena pada
hakekatnya semua ilmu adalah satu yaitu ilmu Allah, dan ilmu Allah
terbentang luas di langit dan di bumi dan tidak ada satu pun ilmu-Nya yang
tidak mempunyai fungsi dan kemanfaatan (sia-sia). Namun untuk dapat
menemukan fungsi dan kegunaannya hanya bisa dilakukan dengan membuat
eksperimen atau dipelajari dengan ilmu.
Untuk itu, Islam memandang bahwa semua ciptaan Allah yang ada di
dunia ini adalah sumber ilmu yang harus selalu dikaji dan diobservasi.
Ciptaan Allah tersebut dikategorikan menjadi dua, yaitu ciptaan yang berupa
qauliyyah (kalam Allah/perkataan Allah) sebagai “tanda” adanya Allah dan
Kauniyyah (alam semesta) sebagai “bukti” adanya Allah. Perkataan Allah
yang berupa teks Al-Qur’an yang tidak berubah dari dahulu sampai sekarang
merupakan tanda (ayat) adanya Allah SWT (existing of God).
Sementara alam semesta (kauniyyah) beserta isinya merupaka sumber
ilmu yang akan dapat memandu manusia untuk sampai mendapatkan “bukti”
adanya Allah (proving of God). Semua ciptaan Allah (naqliyah dan
kauniyyah) tersebut merupakan obyek kajian manusia yang harus selalu digali
melalui observasi, eksperimen dan penalaran logis, yang hasil kajiannya akan
menjadi konsep dan apabila telah teruji kebenarannya maka akan menjadi
teori dan akhirnya akan menjadi ilmu pengetahuan.
Dengan mempelajari teks al-Qur’an (qauliyah) akan diperoleh
pengetahuan, bentuknya dapat berupa teori; dan dengan mempelajari semua
ciptaan-Nya (kauniyah) bentuknya juga dapat berupa teori. Teori-teori yang

11
didapat dari mempelajari dari Al-Qur’an ini tidak mungkin berlawanan
dengan teori-teori yang didapat dari dari mempelajari kauniyah sebab dua
kelompok teori ini adalah teori Tuhan. Ini artinya bahwa pada hakekatnya
sumber pengetahuan adalah satu yaitu Allah SWT. 14
Hal ini berbeda dengan pendekatan ilmu barat yang bersifat empirik
artinya bahwa sesuatu dikatakan sebagai ilmu apabila dapat dibuktikan secara
empiris (riil/nyata) sehingga suatu ilmu dikatakan benar apabila dapat
dibuktikan secara empirik. Sedangkan kebenaran ilmu dalam Islam dapat
bersifat mutlak/absolut dan relatif. Kebenaran mutlak/absolut ini hanya pada
teks al-Qur’an artinya bahwa kebenaran teks Al-Qur’an sudah tidak
diragukan lagi karena bersumber dari Tuhan. Sementara selain dari itu, semua
kebenaranya bersifat relatif sekalipun melalui penalaran yang logis, observasi
dan eksperimen yang hasil kebenarannya bersifat empiris namun kebenaran
ilmunya tetap bersifat relatif. Lebih jelasnya tercantum dalam tabel berikut: 15
Paradigma Sumber Ilmu Kebenaran Ilmu Hasil

Islam Rasional- Naqliyah- Absolute-relative Terikat


transenden kauniyah nilai
Barat Rasional- Aqliyah- Empirik Bebas
Empirik empirik nilai

2. Tujuan Pendidikan menurut Islam


Ada dua profil manusia yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam
yaitu manusia yang berkarakteristik :
a. Abd Allah (Manusia yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada
Allah)

14
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan
Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 111.
15
Usman Abu Bakar, “Paradigma Pendidikan Islam: Tinjauan Epistemologi”, Millah. Vol IX
No.2 Februari, 2010, hal. 296.

12
Yaitu sebagaimana firman Allah “Dan tidak aku ciptakan jin dan
manusia supaya mereka mengabdikan hidupnya kepada-Ku”.16 Untuk
menjadi hamba Allah yang sadar akan maksud dan tujuan diciptakannya,
maka harus menggunakan ilmu. Dan ilmu yang mampu menghantarkan
manusia menjadi manusia-manusia taat kepada Allah adalah ilmu-ilmu agama
yaitu ilmu tauhid, al-qur’an, fiqih, hadits yang oleh imam al-Ghozali ilmu-
ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu fardhu ‘ain. Disebut ilmu fardhu ain
karena semua orang yang menyatakan diri beriman dan berislam wajib
mempelajari ilmu ini. artinya ilmu ini wajib diberikan sebagai ilmu dasar
yang akan membekali manusia menjadi pribadi-pribadi yang taat kepada
tuhannya. karena dengan mempelajari ilmu ini akan dapat membantu dirinya
dalam menemukan Tuhannya. Oleh karena itu sebenarnya mempelajari ilmu-
ilmu ini merupakan kewajiban umat Islam tanpa kecuali, karena dengan tidak
mempelajari ilmu ini justru akan membahayakan bagi dirinya karena akan
semakin jauh dari petunjuk-Nya.
b. Khalîfatullah (Manusia yang mampu memakmurkan bumi)
Hal itu sebagaimana firman-Nya: Dan tidaklah kami utus kamu
supaya menjadi rahmat bagi seluruh alam. 17 Diutusnya umat manusia (umat
Muhammad) di dunia ini supaya dapat memakmurkannya untuk kepentingan
umat manusia sebagaimana ditegaskan lagi oleh firman Allah:
“Dia-lah yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah supaya dapat
memakmurkan dunia ini (untuk kepentingan bersama). Makna khalifah
mempunyai dua fungsi yaitu ilahiyah sebagai mandataris Tuhan di muka
bumi dan insaniyah yang tugas utamanya adalah memakmurkan dunia
bagi kesejahteraan umat manusia.”
Untuk itu supaya mampu menjalankan tugas sebagai khalifah Tuhan
di bumi, manusia harus membekali dirinya dengan ilmu-llmu yang
mempunyai kaitan langsung dengan tugas sebagai pemakmur dunia, yaitu
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan duniawi. Ilmu-ilmu ini termasuk dalam
kategori ilmu fardhu kifayah yang maksudnya ilmu ini bukan kewajiban

16
Q.S. az-Zariyat (51) : 56.
17
Q.S. al-Anbiya [21]: 107.

13
semua orang namun hanya wajib dituntut oleh orang tertentu yang
mempunyai minat khusus di bidang. Dengan dasar pemikiran bahwa tidak
mungkin di dunia ini mewajibkan semua manusia untuk mempelajari ilmu
tertentu yang akhirnya mempunyai keahlian yang sama. Pengharusan
mempelajari ilmu tertentu bagi semua manusia berarti melanggar sunatullah
karena dalam kehidupan sosial manusia dapat saling mengisi dengan berbagai
keahlian ilmu seperti apabila ada yang sakit maka harus berobat kepada
manusia yang mempunyai keahlian kedokteran.
Mengingat bahwa ilmu dalam kategori fardhu kifayah ini sifatnya
khusus yang hanya dipelajari oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
dan kecenderungan atau minat khusus di bidang itu, maka yang termasuk
kategori ilmu-ilmu fardhu kifayah ini adalah ilmu kedokteran, tehnik,
pertanian, hukum dan sebagainya yang termasuk dalam bidang kajian ilmu
humaniora, Ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, sehingga orang
yang mempelajari ilmu ini akan menjadi pribadi profesional di bidangnya.
Dengan semakin tinggi tingkat profesionalitasnya maka akan membawa
manusia kepada derajat yang berbeda-beda. Kalau ilmu fardhu ‘ain dipelajari
untuk kepentingan pribadi dalam upaya menjadi hamba Allah (Abd Allah)
yang taat kepada-Nya, maka ilmu fardhu kifayah dipelajari untuk kepentingan
pribadi (skilled person) dan masyarakat yaitu keahlian yang dikuasainya
dapat digunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Inilah fungsi manusia
sebagai mandataris Tuhan di muka bumi (khalifatullah fil ardh).
Harapan yang ingin dicapai oleh pendidikan islam adalah manusia
yang memiliki dua kemampuan keilmuan (fardhu ain dan fardhu
kifayah).Dengan menguasai ilmu fardhu ain akan mengantarkan manusia
menjadi pribadi yang penuh ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT yang
akan membawa kebahagiaan di akhirat, sementara dengan menguasai ilmu
fardhu kifayah akan mengantarkan manusia menjadi pribadi yang memiliki
keahlian dan dengan keahliannya akan dapat dijadikan profesi dan dengan
profesinya akan menjadikannya profesional dan dengan keprofesionalannya

14
akan mendapatkan kebahagiaan atau kesejateraan hidup di dunia. Berikut
adalah paradigma keilmuan pendidikan Islam: 18

Karakteristi Ilmu yang Kategori Tujuan Fungsi Hasil


k dibutuhkan Ilmu Ilmu Ilmu Pendidikan
Islam
Abdullah Ilmu Ilmu- Menjadi Pribadi
Fardhu ain ilmu manusia
(wajib agama : yang Ummatan
dipelajari Tauhid, beriman Wasatan/khairul
semua Al dan ummah/
orang Qur’an, bertakwa manusia
mukmin hadits, seutuhnya
dan muslim fiqh
Pendidikan
Islam
Khalifatullah Ilmu Ilmu- Menjadi Pribadi
Fardhu ilmu manusia dan
Kifayah umum/d yang Sosial
(wajib uniawi profesion (kesejaht
dipelajari al eraan
hanya yang manusia)
mempunyai
bakat dan
minat
khusus)

3. Idealisme Pendidikan Islam


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Pendidikan Islam
beranjak dari dua tujuan dan target dasar yang dicapai yaitu membentuk

Usman Abu Bakar, “Paradigma Pendidikan Islam: Tinjauan Epistemologi”, Millah. Vol IX
18

No.2 Februari, 2010, hal. 298.

15
manusia yang memiliki karakteristik abdullah dan khalifatullah, maka cara
untuk mencapai tujuan tersebut melalui pembidangan ilmu dengan tugas, sifat
dan fungsi masingmasing dengan hasil yang ingin diwujudkan adalah menjadi
umat yang seimbang (ummatan wasatan) yaitu umat muslim yang mampu
menguasai ilmu secara berimbang anatara ilmu agama dan ilmu umum. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat kedalaman ilmu agama yang
diperoleh melalui ilmu-ilmu fardhu ain akan mempengaruhi tingkat kualitas
penguasaan ilmu fardhu kifayah untuk dapat diamalkan demi kesejahteraan
umat manusia.
Idealisme pendidikan Islam dapat dapat dijelaskan bahwa target
output yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam adalah manusia yang
memilki kemampuan keilmuan yang seimbang baik ilmu umum (ilmu fardhu
ain) dan ilmu agama (ilm fardh kifayah). Ilmu-ilmu fardhu ain berfungsi
sebagai sarana peningkatan keimanan manusia kepada Tuhannya yang
terimplikasi dalam kesatuan hidup yang didasari nilai-nilai ilahiyah,
sementara ilmu fardh kifayah berfungsi sebagai sarana pengembangan
kualitas kehidupan dan sosial kemasyarakatan. Jadi, profil manusia yang
seimbang (ummatan wasatan) menurut pendidikan Islam adalah ketinggian
ilmu agama yang terwujud dalam totalitas kehidupan keagamaan akan
semakin tinggi menumbuhkan kesadaran dalam pengembangan ilmu dan
tehnologi yang disinari nilai-nilai agama untuk kepentingan kemudahan dan
kesejahteraan umat manusia sebagai fungsi pengejawantahan khalifatullah fil
ardh.

E. Analisis
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang
belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan
wilayahnya. Paradigma adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang
terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan. Islam yang
memiliki sifat universal dan kosmopolit tak terbantahkan untuk bisa merambah ke
ranah kehidupan apa pun, termasuk dalam ranah pendidikan. Ketika Islam
dijadikan Paradigma Ilmu Pendidikan paling tidak berpijak pada tiga alasan :

16
1) Ilmu Pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena
ia terkait oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat
berkompeten untuk dijadikan norma dalam Ilmu Pendidikan.
2) Alasan kedua adalah, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli
selama ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah Pendidikan Barat.
Falsafah Pendidikan Barat lebih bercorak sekuler yang memisahkan
berbagai dimensi kehidupan. Sedangkan masyarakat Indonesia lebih
bersifat religius. Atas dasar itu, nilai-nilai ideal Islam sangat
memungkinkan untuk dijadikan acuan dalam mengkaji fenomena
kependidikan.
3) Alasan ketiga adalah dengan menjadikan Islam sebagai Paradigma , maka
keberadaan Ilmu Pendidikan memiliki ruh yang dapat menggerakkan
kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini berarti
pendidikan telah kehilangan ideologinya.

Tak terbantahkan lagi bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Segala
aspek kehidupan manusia diatur di dalamnya. Tak terkecuali masalah pendidikan.
Pendidikan di dalam Islam, diarahkan untuk memanusiakan manusia, dengan
bahasa lain untuk mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Manusia adalah
makhluk yang taat, tunduk patuh kepada aturan, selalu condong kepada
kebenaran. Maka jelas di sini bahwa ketika Islam dijadikan paradigma Ilmu
Pendidikan, produk dari pendidikan itu sendiri akan sesuai dengan nilai-nilai
Islam.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan Islam yang bersifat umum, terkandung unsur konstan,


tetap berlaku sepanjang zaman, tempat dan keadaan. Sedangkan tujuan yang
bersifat khusus terkandung unsur fleksibelitas. Dalam paradigma pendidikan
Islam, pendidik mempunyai tanggung jawab yang begitu besar terhadap peserta
didik. Dan peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi dasar yang perlu dikembangkan. dan dalam pendidikan perlu
adanya kurikulum yang harus dijadikan pedoman bagi pelaksaan pendidikan.

Dalam proses pendidikan, juga harus diperhatikan tentang masalah metode


yang digunakan, mana metode yang sangat efektif dalam membina dan
memotivasi peserta didik dan juga lingkungan yang mendukung dalam proses
belajar mengajar, harus didukung dari lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Serta evaluasi dari proses pendidkan yang dibutuhkan untuk melihat
sejauh mana materi pelajaran yang diajarkan oleh pendidik mampu di pahami dan
di aplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didiknya berdasarkan ajaran Islam. Bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Mengenalkan manusia akan perannya di
antara sesama makhluk dan tanggung jawab pribadinya dalam hidup, dan
mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata
hidup masyarakat, Paradigma pendidikan Islam, mengarahkan pembelajaran
berbasis peserta didik.

B. Saran
Pada penulisan makalah ini, kami menyadari banyaknya kekurangan dan
kesalahan. Oleh sebab itu, kami selaku penulis sangat membutuhkan saran dan
kritik dari para pembaca pada pembahasan materi tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al-Nahlawi, Abdurrahman. 1979. Ushul al-Tarbiyah al- Islamiyah.


Damaskus: Dar al-Fikr.
Aly, Noer. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Kudus: Perpustakaan Kudus.
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan Cet. IX. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Hamdani Ihsan,. 2001. Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II). Bandung: Pustaka
Setia.
Jalaluddin dan Umar said. 1999. Filsafat pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangan Pemikiran. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.

Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Penerbit CV Pustaka


Setia.

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajagrapindo Persada.

Sanakhy, Hujair AH. 2003. Paradigma pendidikan Islam: Membangun


Masyarakat Madani di Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insani Press
kerjasama MSI UII.
Shihab, M. Qurais. 1995. Membumikan al-Qur`an : Fungsi dan Peran Wahyu
Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Syaltut, Mahmud. 1962. Ila al-Qur`an al-Karim. Cairo: Mathba`ah al-Azhar.

Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan
Kalbu Memanusiakan Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Cet. VII).
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman Abu Bakar. 2010. Paradigma Pendidikan Islam: Tinjauan Epistemologi Millah. Vol IX
No.2 : 296 – 298.
Zuhairini. 2013. Sejarah Pendidikan Islam (Cet. XII). Jakarta: Bumi Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai