PENGETAHUAN UMUM
GARIS BESAR
Tiga topik utama yang dibahas dalam bab ini adalah memori semantik, skema dan
metakognisi.
Memori semantik melibatkan pengetahuan terorganisir kita tentang dunia. Kita
akan melihat empat teori yang berbeda yang mencoba menjelaskan bagaimana semua
informasi ini dapat disimpan dan digunakan.
Skema adalah jenis pengetahuan umum tentang situasi dan kejadian. Satu jenis
skema adalah skrip yang menggambarkan urutan kejadian yang diharapkan. Misalnya,
kebanyakan orang memiliki “skrip, Restoran” yang didefinisikan dengan baik, yang
menentukan semua kejadian yang mungkin terjadi saat anda bersantap di restoran.
Skema mempengaruhi ingatan kita selama empat proses: ketika kita memilih materi
yang ingin kita ingat, ketika kita menyimpan makna dari bagian verbal, ketika kita
menafsirkan materi, dan ketika kita membentuk satu representasi terpadu dalam
memori. Meskipun skema dapat menyebabkan ketidak akuratan selama tahap ini, kita
sering kali lebih akurat dari pada teori skema yang diusulkan.
Metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif kita
sendiri. Misalnya anda sering menyadari karakteristik kata diujung lidah anda
( misalnya, huruf pertama dari kata target). Bahkan jika anda tidak dapat memulihkan
kata itu. Dibagian kedalaman metamemori, kita akan melihat bahwa mahasiswa bisa
memprediksi apa yang akan mereka ingat dari beberapa tugas memori. Namun, mereka
sering mengahabiskan banyak waktu untuk mempelajari materi yang sudah mereka
ketahui, dan waktu yang tidak mencukupi pada materi sulit yang belum mereka kuasai.
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan membahas sifat latar belakang pengetahuan kita, yaitu
pengetahuan yang menginformasikan dan mempengaruhi proses-proses kognitif seperti
memori dan kognisi ruang. Kita akan membahas tiga topik utama: struktur memori
semantik, skema dan metakognisi.
1
Memori semantik adalah pengetahuan terorganisir kita mengenai dunia. Kita
akan melihat empat kategori teori yang menjelaskan bagaimana semua informasi ini
dapat disimpan dalam memori semantik. Teori ini saling mempengaruhi satu sama lain,
tetapi menekankan aspek yang berbeda dari memori semantik. Misalkan Anda sedang
berusaha memutuskan apakah sebuah benda dalam toko bahan makanan adalah buah
apel. Model perbandingan ciri mengusulkan agar Anda memeriksa daftar dari ciri-ciri
yang diperlukan seperti warna, ukuran, dan bentuk untuk menentukan apakah itu apel.
Pendekatan prototipe menganjurkan agar anda memutuskan apakah benda itu apel
melalui pembandingannya dengan apel yang diidealkan (idealized apple) yang paling
tipikal dari kategori itu. Pendekatan eksemplar menekankan agar anda memutuskan
apakah ia apel melalui pembandingannya dengan sejumlah contoh spesifik apel yang
sangat anda kenal (seperti apel McIntosh, Ida Red, dan Fuji). Ketiga teori ini memberi
perhatian mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, model-model jaringan yang
dijelaskan dalam bab ini menekankan interkoneksi di antara item-item terkait;
contohnya, sebuah apel dapat dikaitkan dengan item-item lain seperti merah,
mengandung biji, dan pear. (Secara sepintas, anda sudah mempunyai latar belakang
tertentu mengenai model jaringan yang paling menonjol, yakni pendekatan
pemprosesan terdistribusi paralel).
Sejauh ini, kami fokus pada retensi dan proses pengambilan yang terlibat dalam
mengingat informasi efisodik terisolasi (Bab 4 & 5), serta proses pengkodean untuk
2
informasi visual spasial (Bab 6). Dalam bab ini, kita mengalihkan perhatian kita pada
informasi semantik dan pengetahuan umum.
Di bawah ini akan dijelaskan sifat pengetahuan umum, memori semantik,
skema, dan teori-teori yang melatar belakanginya
3
sepintas, dalam bab ini saya akan mengikuti tradisi dalam psikologi kognitif dalam
hal penggunaan huruf miring untuk nama-nama kata aktual, dan tanda kutipan
untuk kategori dan konsep).
Memori semantik memungkinkan kita mengkodekan objek-objek yang ada
disekitar kita, dengan menggabungkan beragam objek serupa ke dalam konsep yang
sama. Proses pengkodean ini mengurangi ruang penyimpanan, karena banyak objek
dapat disimpan dengan label yang sama. Konsep-konsep juga memungkinkan kita
untuk membuat inferensi ketika kita menghadapi contoh-contoh baru dari sebuah
kategori. Contohnya, seorang anak mungkin mengetahui bahwa satu anggota dari
kategori “meja” mempunyai atribut “Anda dapat menempatkan benda-benda di
atas.” Ketika dia menemukan meja baru, dia membuat inferensi (biasanya secara
tepat) bahwa anda dapat menempatkan benda-benda di atas meja ini (E.E. Smith,
1995). Seperti kita catat sebelumnya, inferensi-inferensi ini memungkinkan kita
untuk bergerak di luar informasi tertentu itu, yang sangat memperluas pengetahuan
kita.
Psikolog biasanya mempelajari dua jenis konsep, yaitu konsep natural
merujuk pada konsep yang terjadi dalam alam, seperti apel, harimau, dan lengan
manusia dan artifak merujuk pada objek yang telah dibentuk oleh manusia seperti
meja, jaket, dan buku. Konsep natural dan artifak disimpan dalam memori
semantik.
Terdapat empat pendekatan memori semantik, yaitu model perbandingan
ciri, model jaringan, pendekatan eksemplar, dan pendekatan prototip.
4
Komponen-komponen structural dari model perbandingan ciri.
Pertimbangkan konsep kucing sejenak. Kita dapat menyusun sebuah daftar ciri yang
sering relevan pada kucing:
Mempunyai bulu.
Tidak menyukai air.
Mempunyai empat kaki.
Berbunyi meong.
Mempunyai ekor.
Mengejar tikus
Menurut gambar di atas ada tiga keputusan yang mungkin yaitu: pada Tahap
1 Pertama, term subjek dan term predikat bisa menunjukkan kesamaan rendah dan
karena itu orang dengan cepat menjawab “salah” pada pertanyaan itu. Contohnya,
pernyataan “kucing adalah pensil” mempunyai kesamaan kecil di antara kedua term
sedemikian sehingga anda akan segera menjawab “salah.” Dalam situasi kedua, term
subjek dan term predikat bisa menunjukkan kesamaan tinggi, yang mendatangkan
jawaban cepat “benar”. “Kucing adalah binatang” mendatangkan jawaban segera
“benar”. Tetapi juga term subjek dan term predikat menunjukkan kesamaan antara
5
(intermediate), keputusan memerlukan perbandingan Tahap 2. Contohnya, anda
mungkin membutuhkan perbandingan Tahap 2 untuk pernyataan seperti “burung
adalah mamalia.” Seperti dapat anda bayangkan, keputusan-keputusan ini
membutuhkan waktu yang lebih lama. Perhatikan demonstrasi berikut ini:
Demonstrasi 7.1
Untuk masing-masing dari item di bawah, jawab secepat mungkin “benar” atau
“salah”.
6
yang disajikan dalam teknik verifikasi kalimat. Umumnya orang sangat akurat pada
tugas ini, sehingga peneliti tidak perlu membandingkan angka kesalahan di seluruh
kondisi eksperimen. Melainkan mereka mengukur waktu-waktu reaksi. Dua kondisi
eksperimen bisa menghasilkan waktu-waktu reaksi yang berbeda sebesar
sepersepuluh detik.
Satu temuan umum dalam riset yang menggunakan teknik verifikasi kalimat
adalah efek typicality. Dalam efek typicality, orang mencapai keputusan lebih cepat
bila sebuah item adalah anggota tipikal dari sebuah kategori, bukan anggota luar
biasa. Contohnya, dalam Demonstrasi 7.1, anda akan memutuskan dengan cepat
bahwa wortel adalah sayuran, tetapi anda mungkin membutuhkan waktu lama untuk
memutuskan bahwa rutabaga adalah sayuran. Dalam sebuah studi representatif, Katz
(1981) menyajikan kalimat-kalimat typicality tinggi seperti “bumi bundar” dan
kalimat-kalimat rendah seperti “tong bundar”. Waktu reaksi adalah sekitar 0,3 detik
lebih cepat untuk item tipikal dibanding untuk item atipikal, suatu perbedaan yang
signifikan secara statistik di antara kedua kondisi.
Model perbandingan ciri dapat menjelaskan hasil-hasil ini. Contohnya, wortel
adalah anggota tipikal dari kategorinya, sehingga ciri-ciri wortel dan sayuran sangat
serupa. Orang-orang cepat menjawab pertanyaan “Apakah wortel merupakan
sayuran?” karena mereka hanya memerlukan pemprosesan Tahap 1 dalam model.
Tetapi rutabaga adalah contoh dari sayuran atipikal. Orang-orang memerlukan jauh
lebih lama untuk menjawab pertanyaan “Apakah rutabaga merupakan sayuran?”
karena keputusan itu memerlukan pemprosesan Tahap 2, dan juga pemprosesan
Tahap 1.
Riset mengenai aspek lain dari model perbandingan ciri jelas kontradiksi
dengan model tersebut. Secara spesifik, sebuah masalah utama dengan perbandingan
ciri adalah bahwa sangat sedikit dari konsep yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari dapat ditangkap oleh sebuah daftar ciri-ciri yang perlu (Hahn & Chater,
1997). Contohya, Sloman dkk (1998) meminta sejumlah mahasiswa untuk membuat
pertimbangkan mengenai beberapa konsep natural (contohnya, “Robin”) dan artifak
(contohnya, “sekitar”). Dalam studi ini, mahasiswa disuruh untuk menilai apakah
mereka dapat membayangkan satu contoh dari konsep yang tidak mempunyai sebuah
karakter tertentu. Dalam kenyataannya, mereka dapat membayangkan seekor Robin
7
yang tidak terbang, tidak makan, tidak mempunyai bulu, dan tidak mempunyai dada
merah! Maka perhatikan bahwa mereka tidak yakin bahwa suatu ciri tertentu mutlak
perlu untuk dimiliki seekor robin; berbeda dengan teori, kategori “Robin” ini tidak
benar-benar mempunyai semua ciri esensil. Sloman dkk juga menemukan bahwa
artifak tidak memiliki ciri-ciri penentu yang esensil.
Kesimpulan mengenai perbandingan ciri. Kita telah melihat bahwa
perbandingan ciri dapat menjelaskan efek typicality. Tetapi riset tidak mendukung
ide bahwa keanggotaan kategori didasarkan pada sebuah daftar dari ciri-ciri yang
perlu.
Masalah lainnya dengan perbandingan ciri adalah asumsinya bahwa ciri-ciri
individual independen satu sama lain. Dalam kenyataannya, untuk konsep-konsep
natural, ciri-ciri cenderung berkorelasi. Contohnya, objek-objek yang mempunyai
daun tidak mungkin mempunyai kaki atau bulu. Di pihak lain, objek-objek yang
mempunyai bulu sangat mungkin mempunyai kaki. Terakhir, perbandingan ciri tidak
menjelaskan bagaimana para anggota kategori terkait satu sama lain (Barselou,
1992).
2. MODEL JARINGAN
Model perbandingan ciri, pendekatan prototip, dan pendekatan eksemplar
semuanya menekankan apakah sebuah item masuk ke dalam sebuah kategori. Hal ini
berbeda dengan teori jaringan yang kurang memperhatikan kategorisasi tetapi lebih
memperhatikan interkoneksi di antara item-item yang terkait.
Sejak 1985, para ilmuwan kognitif di Princeton University telah membentuk
sekumpulan jaringan, yang didasarkan pada hubungan-hubungan di antara kata-kata
dalam bahasa Inggris (Miller, 1999). Sejak 1999, jaringan ini yang dinamakan
WordNet telah memasukkan 122.000 bentuk kata. Jaringan besar ini telah
dibayangkan oleh model-model jaringan yang paling awal, dan desain dasar dari
WordNet mempunyai implikasi untuk semua model jaringan.
Buku ini akan membahas model jaringan yang dikembangkan oleh Collins
dan Loftus (1975), serta teori ACT dari Anderson (1983, 1990). Pendekatan ini
mengemukakan bahwa proses-proses kognitif dapat dipahami dari segi jaringan-
jaringan yang menghubungkan unit-unit yang menyerupai neuron (Masson, 1995).
8
Model Jaringan Collins dan Loftus. Collins dan Loftus (1975)
mengembangkan sebuah teori dimana makna ditunjukkan oleh jaringan-jaringan
hipotetis. Model Jaringan Collins dan Loftus menyatakan agar memori semantik
diorganisir dari segi struktur menyerupai jaringan, dengan banyak interkoneksi;
ketika kita memanggil informasi, aktivasi menyebar ke konsep-konsep terkait.
Dalam model ini, masing-masing konsep dapat ditunjukkan sebagai sebuah
node (simpul), atau lokasi dalam jaringan. Masing-masing link (mata rantai)
menghubungkan satu node tertentu dengan node konsep lainnya. Kumpulan node
dan link membentuk satu jaringan. Gambar 7.2 menunjukkan sebagian kecil dari
jaringan yang mungkin mengitari konsep “apel”. Hal ini dapat digambarkan seperti
di bawah ini.
9
Collins dan Loftus (1975) juga mengusulkan bahwa link yang sering
digunakan mempunyai kekuasaan lebih besar. Akibatnya, aktivasi melakukan
perjalanan lebih cepat di antara node-node. Karena itu mudah untuk menjelaskan
efek tipikalitas, di mana orang-orang mencapai keputusan lebih cepat bila sebuah
item adalah anggota tipikal dari sebuah kategori. Secara spesifik link antara
“sayuran” dan “wortel” lebih kuat dibanding link antara “sayuran“ dan “rutabaga”.
Konsep aktivasi penyebaran adalah konsep yang sangat kuat. Dalam kenyataannya,
variasi-variasi konsep ini telah diterapkan pada bidang-bidang psikologi kognitif, di
luar memori semantik (Neath, 1998). Tetapi, model Collins dan Loftus telah
digantikan oleh teori-teori yang lebih kompleks yang berusaha menjelaskan aspek-
aspek lebih luas dari pengetahuan umum. Dua teori yang telah menggantikan model
Collins dan Loftus adalah teori ACT dari Anderson dan pendekatan pemprosesan
terdistribusi parallel.
Teori ACT dari Anderson. John Anderson dari Carnegie Universitas Mellon
telah membentuk serangkaian model jaringan, yang dia namakan ACT. ACT,
singkatan dari “adaptive control of though” (control pemikiran adaptif), berusaha
menjelaskan semua kognisi. Model-model yang telah kita pertimbangkan sejauh ini
mempunyai satu tujuan terbatas: Untuk menjelaskan bagaimana kita mengorganisir
konsep-konsep kognitif kita. Di pihak lain, ACT dan desain variasinya untuk
menjelaskan memori, pembelajaran, kognisi ruang, bahasa, penalaran, dan
pengambilan keputusan.
Model ACT juga menekankan bahwa proses-proses kognitif kompleks kita
dapat dijelaskan melalui akumulasi sederhana dan pemantapan banyak unit kecil
pengetahuan. Ketika kita mempelajari konsep baru atau memecahkan sebuah
masalah yang menantang, kita tidak membuat lompatan-lompatan besar
pemahaman. Kita juga tidak mereorganisasi atau mengubah bidang-bidang besar
pengetahuan. Sebagaimana Anderson menjelaskan perspektifnya, “keseluruhan tidak
lebih banyak dari jumlah bagian-bagiannya, tetapi ia mempunyai banyak bagian”
(Anderson, 1996). Jelas, teori yang berusaha menjelaskan semua dari kognisi sangat
kompleks. Anderson membuat perbedaan dasar di antara pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai
fakta-fakta dan hal-hal (dengan kata lain, esensi dari bab sekarang). Di pihak lain,
10
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana melakukan
tindakan (Anderson & Lebiere, 1998). Ciri penting ketiga dari teori Anderson adalah
memori kerja, yang merupakan bagian aktif dari sistem memori deklaratif.
Anderson mengemukakan bahwa memori kerja mempunyai kapasitas terbatas
(Anderson, dkk, 1996).
ACT digunakan untuk melihat bagaimana pengetahuan deklaratif,
pengetahuan prosedural, dan memori kerja bisa berkolaborasi pada sebuah tugas
kognitif tipikal (Black, 1984). Misalkan anda sedang berusaha menyetel waktu pada
jam digital baru anda, dengan menggunakan brosur petunjuk. Pertama, anda
mengaktivasi tujuan dari keinginan menyetel jam; karena itu tujuan tersebut berada
dalam memori kerja. Tujuan penyetelan jam akan mengaktivasi prosedur seperti
“jika tujuan adalah menyetel jam, maka lihat brosur petunjuk”. Melihat pada brosur
petunjuk akan mengaktivasi prosedur pemprosesan bahan verbal dan gambar-gambar
dalam brosur. Kemudian anda memahami bahan, sehingga isi brosur disimpan
dalam jaringan deklaratif. Jaringan deklaratif memuat satu kumpulkan proposisi
yang saling berhubungan (misalnya, “jam mempunyai tiga tombol”), citra visual
(contohnya, “tombol tanggal ada di kiri”), dan informasi mengenai urutan peristiwa
(contoh, “stel tanggal pertama-tama, kemudian jam, kemudian menit, kemudian
detik”).
Sekarang kita akan berfokus pada pengetahuan deklaratif, yang bertanggung
jawab untuk memori semantik. Anderson mendesain sebuah model yang didasarkan
pada unit-unit makna yang lebih besar. Menurut Anderson (l985, 1995), makna dari
sebuah kalimat dapat ditunjukkan oleh jaringan proposisional, atau pola proposisi-
proposisi yang saling berhubungan.
Proposisi adalah unit pengetahuan terkecil yang dapat dinilai benar atau
salah. Contohnya, frase kucing putih tidak memenuhi syarat sebagai proposisi
karena kita tidak dapat mengetahui apakah ia benar atau salah tanpa kita mengetahui
sesuatu lebih banyak mengenai kucing putih. Model itu mengusulkan bahwa masing-
masing dari ketiga pernyataan berikut adalah proposisi:
11
3. Maria adalah ketua club
Ketiga proposisi ini dapat tampak tersendiri, tetapi mereka juga dapat
digabung ke dalam sebuah kalimat, sebagai berikut:
Susan memberi seekor kucing putih kepada Maria yang merupakan ketua club.
Gambar 7.3 menunjukkan bagaimana kalimat ini dapat diwakili oleh sebuah
jaringan proposisional. Seperti dapat kita lihat, masing-masing dari ketiga proposisi
dalam kalimat diwakili oleh satu node, dan link diwakili oleh tanda panah.
Perhatikan juga bahwa jaringan proposisional mewakili hubungan-hubungan penting
dalam ketiga proposisi, tetapi tidak susunan kata-kata persis. Proposisi-proposisi
abstrak; tidak mewakili satu kumpulan tertentu.
Kemudian Anderson mengemukakan bahwa masing-masing dari konsep-
konsep dalam proposisi dapat juga diwakili oleh sebuah jaringan. Gambar 7.4
menggambarkan hanya sebagian kecil dari representasi kata kucing dalam memori.
Cobalah membayangkan akan tampak seperti apa jaringan proposisional dalam
gambar 7.3 jika masing-masing dari konsep dalam jaringan akan diganti dengan
sebuah jaringan yang diperluas yang menunjukkan kekayaan makna-makna yang
telah anda peroleh. Jelas, jaringan-jaringan ini perlu dikomplikasi untuk mewakili
secara akurat sejumlah hubungan yang kita punya untuk masing-masing item dalam
memori semantik (Miller, 1999).
12
Selanjutnya, Anderson menyarankan agar masing-masing konsep dalam
proposisi dapat diwakili oleh jaringan juga. Gambar 7.4 hanya menggambarkan
sebagian kecil representasi kata cat di memori. Coba bayangkan bagaimana jaringan
proposisional pada gambar 7.3 akan terlihat seperti jika masing-masing konsep di
jaringan tersebut diganti oleh jaringan yang diperluas yang mewakili kekayaan makna
yang Anda dapatkan. Jelas, jaringan ini perlu dipersulit agar mewakili secara akurat
lusinan asosiasi yang kita miliki untuk setiap item dalam memori semantik.
Model memori semantik Anderson membuat beberapa proposal tambahan.
Misalnya, mirip dengan model Collins-Loftus, kaitannya bervariasi dalam kekuatan,
dan keduanya menjadi lebih kuat karena lebih sering digunakan. Selain itu, model
mengasumsikan bahwa pada saat tertentu, sebanyak 10 node terwakili dalam memori
kerja. Selanjutnya, model tersebut mengusulkan agar aktivasi dapat menyebar. Namun,
Anderson berpendapat bahwa ada keterbatasan kapasitas untuk penyebaran aktivasi.
Jadi, jika banyak link diaktifkan bersamaan, setiap link menerima aktivasi yang relatif
sedikit (Anderson, 1983b).
Model Anderson sangat dipuji karena keahliannya dalam mengintegrasikan
proses kognitif dan untuk beasiswa (misalnya, hitam, 1984; Lehnert, 1984). Namun,
yang lain bersikap kritis terhadap beberapa atribut umumnya. Johnson-Laird dan
Coauthors (1984), misalnya, mengeluh bahwa model jaringan hanya menyediakan
koneksi antara kata-kata; mereka tidak membuat koneksi ke representasi kata-kata di
dunia nyata. Tampaknya teori semantik dalam fiture akan berusaha menjadi lebih
komprehensif dan membuat koneksi terakhir ke objek dunia nyata.
13
3. PENDEKATAN EXEMPLAR
Pendekatan ini menyatakan bahwa kita pertama-tama mempelajari beberapa
contoh spesifik dari sebuah konsep; kemudian kita menggolongkan masing-masing
stimulus baru dengan memutuskan seberapa dekat ia mirip dengan contoh-contoh
spesifik tersebut. Masing-masing dari contoh yang disimpan dalam memori
dinamakan eksemplar. Misalnya, anggaplah bahwa Anda baru saja membaca empat
studi kasus, masing-masing menggambarkan individu yang depresi. Anda kemudian
memutuskan untuk membaca studi kasus kelima dan menemukan bahwa individu ini
juga cocok dengan kategori "orang depresi" karena deskripsi ini sangat mirip dengan
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Menurut pendekatan exemplar, orang tidak melakukan proses abstraksi
apapun (Hintzman, 1986; Medin 1989; Medin & Schaffer, 1978; Shoben, 1988).
Artinya, saat membaca keempat studi kasus tersebut, Anda tidak mengetahui
karakteristik umum apa yang cenderung dimiliki individu karena, seperti yang
disarankan oleh model examplar, jika Anda merangkum informasi, Anda akan
membuang data bermanfaat; Sebagai konsekuensinya, prediksi Anda akan kurang
akurat.
Pertimbangkan deskripsi Barsalou (1992) tentang kategori sarjana. Kategori
ini mungkin diwakili oleh kenangan bujangan tertentu yang sudah Anda ketahui.
Anda tidak abstrak sebuah pernyataan umum, seperti pria manusia dewasa yang
belum menikah. Sebagai gantinya, Anda mewakili konsep bujangan dengan koleksi
kenangan yang tak terpisahkan untuk contoh (John, Pete, Guillermo, Steve, dan
sebagainya). Bila Anda bertemu orang baru, Anda memutuskan apakah dia seorang
sarjana dengan membandingkan atributnya dengan atribut orang dalam sejumlah
kategori yang berbeda. Jika pesan baru ini cocok dengan atribut, misalnya Anda
menyimpulkan bahwa dia adalah seorang sarjana.
Barsalou menunjukkan beberapa kemungkinan masalah dengan pendekatan
exemplar. Misalnya, teori ini menunjukkan bahwa orang menyimpan sejumlah besar
informasi contoh khusus; ingatan manusia mungkin tidak mampu menyimpan
banyak detail ini. Masalah yang lebih serius adalah bahwa kita secara jelas membuat
14
abstraksi tentang kategori, berdasarkan contoh. Mari kita beralih ke teori prototip,
yang menekankan kecenderungan kita untuk mendapatkan sifat abstrak ini.
4. PENDEKATAN PROTOTIPE
Menurut Eleanor Rosch (1973), kita mengorganisir masing-masing kategori
atas dasar prototip, yaitu item yang diidealkan yang paling prototip dari kategori.
Menurut pendekatan prototip, kita memutuskan apakah sebuah item masuk pada
sebuah kategori dengan membandingkan item itu dengan sebuah prototip. Jika item
serupa dengan prototip, anda memasukkan item itu dalam kategori tersebut.
Contohnya, anda menyimpulkan bahwa robin adalah seekor burung karena ia cocok
dengan prototip ideal anda untuk seekor burung. Tetapi jika item yang sedang anda
nilai cukup berbeda dari prototip, anda menempatkannya dalam kategori lain di mana
ia lebih mirip dengan prototip kategori itu.
Prototip dari sebuah kategori tidak benar-benar perlu ada (Hahn & Chater,
1997. Markman, 1999). Contohnya, jika saya meminta anda untuk menggambarkan
seekor hewan prototipikal, anda mungkin memberitahu kepada saya mengenai seekor
mahluk berkaki empat dengan bulu, ekor, dan ukuran yang masuk di antara anjing
besar dan sapi—sesuatu yang tidak percis mirip dengan suatu mahluk di bumi. Jadi
prototip adalah contoh abstrak dan yang diidealkan.
Perhatikan bahwa pendekatan prototip tidak memberi perhatian pada rincian
yang membuat masing-masing item dalam sebuah kategori unik (Haberlank, 1999).
Contohnya, pendekatan ini tidak memberi perhatian pada fakta bahwa pisang
mempunyai jenis kulit yang berbeda dari jeruk atau nenas. Semua ketiga item adalah
contoh yang sangat baik dari kategori “buah”.
Rosch juga menunjukkan bahwa anggota-anggota dari sebuah kategori
berbeda dalam hal prototypically mereka, atau sejauh mana mereka protipikal.
Robin dan burung pipit adalah burung-burung yang sangat tipikal, sementara burung
unta dan penguin non prototip. Pikirkan sebuah prototip, atau anggota yang paling
tipikal, untuk sekelompok tertentu mahasiswa di kampus anda, barangkali mahasiswa
dengan jurusan tertentu. Juga pikirkan sebuah nonprototip (“maksud anda dia adalah
jurusan seni? Dia tidak tampak sama sekali seperti itu!”). Sekarang pikirkan prototip
untuk professor, buah, dan kendaraan; lalu pikirkan non prototip untuk masing-
15
masing kategori. Contohnya, tomat adalah buah non prototipikal, dan elevator adalah
kendaraan non prototipikal.
Pendekatan prototip mewakili sebuah perspektif yang sangat berbeda dari
model perbandingan ciri yang baru saja kita periksa. Menurut model perbandingan
ciri, sebuah item masuk pada sebuah kategori sepanjang dia memiliki ciri-ciri yang
perlu dan cukup (Markman, 1999). Karena itu perspektif perbandingan ciri
mengemukakan bahwa keanggotaan kategori sangat gamblang. Contohnya, untuk
kategori “bujangan”, ciri penentu adalah pria dan tidak menikah. Tetapi, apakah anda
tidak berpikir bahwa saudara sepupu anda yang pria tak menikah berusia 32 tahun
merupakan contoh yang lebih baik dari bujangan dibanding keponakan anda yang
berusia 2 tahun atau seorang pastor Katolik yang sudah tua? Semua ketiga orang itu
memang pria dan tidak menikah, karena itu model perbandingan ciri akan
menyimpulkan bahwa ketiganya patut dikategorisasi sebagai bujangan. Di pihak lain,
pendekatan prototip akan mengemukakan bahwa tidak semua anggota kategori
“bujangan” diciptakan sama. Melainkan, saudara sepupu anda adalah bujangan yang
lebih prototipikal dibanding keponakan anda atau pastor.
Eleanor Rosch dkk, dan juga peneliti lain, telah melakukan banyak studi
mengenai karakteristik prototip -prototip. Riset mereka menunjukkan bahwa semua
anggota kategori tidak diciptakan sama (Hampton, 1997b; Whittlesea, 1997).
Melainkan, sebuah kategori cenderung mempunyai struktur bertingkat (graded
structure), yang mulai dengan anggota-anggota yang paling representatif atau
prototipikal dan terus melalui anggota-anggota non prototipikal kategori itu. Marilah
memeriksa beberapa karakteristik penting dari prototip-prototip. Kemudian kita akan
mengulas komponen penting lainnya dari pendekatan prototip, yang berfokus pada
tingkat-tingkat kategorisasi.
Karakteristik prototip. Prototip berbeda dari anggota non prototipikal kategori-
kategori dalam beberapa hal. Seperti akan anda lihat, prototip mempunyai status
khusus dan diistimewakan (Smith, 1989)
1). Prototip disuplai sebagai contoh dari sebuah kategori. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa orang-orang menilai sejumlah item sebagai contoh-contoh
yang lebih baik dari sebuah konsep dibanding sejumlah item lain. Dalam sebuah
studi, misalnya, Mervis, Catlin, dan Rosch (1976) melihat beberapa norma
16
kategori yang telah dikumpulkan. Norma-norma itu telah dibentuk dengan
meminta orang-orang untuk memberikan contoh dari delapan kategori, seperti
“burung”, “buah”, “olah raga”, dan “senjata”. Mervis, dkk meminta satu
kelompok lain orang-orang untuk memberi rating prototip untuk masing-masing
dari contoh-contoh ini. Sebuah analisis statistic menunjukkan bahwa item-item
yang dinilai paling prototipikal ternyata adalah item-item yang sama yang diberi
orang-orang paling sering dalam norma-norma kategori. Misalnya, untuk
kategori burung, orang menganggap robin sangat prototipikal, dan robin sangat
sering terdaftar sebagai contoh burung kategori ini. Sebaliknya, orang akan
menilai penguin rendah pada skala prototipe, dan penguin jarang terdaftar
sebagai contoh burung kategori. Jadi, jika seseorang meminta Anda untuk
memberi nama anggota sebuah kategori, Anda mungkin akan memberi nama
sebuah prototipe.
Sebelumnya, kita membahas efek tipikal; Orang-orang mencapai
keputusan lebih cepat saat item adalah anggota kategori yang khas. Dengan
demikian, prototipe dipasok lebih sering sebagai contoh, dan mereka juga
menilai dengan lebih cepat
2). Prototip berfungsi sebagai titik acuan. Demonstrasi 7.2, yang mengillustrasikan
bagaimana prototip dapat berfungsi sebagai titik acuan. Demosntrasi ini
didasarkan pada penelitian Rosch (1975a), di mana orang-orang melihat
pasangan-pasangan angka, warna, dan garis. Untuk pasangan-pasangan angka,
satu anggota dari masing-masing pasangan adalah prototip-yakni, sebuah
perkalian dari 10 yang mesti relevan dalam sistem bilangan desimal kita
(contohnya, 10, 50, atau 100). Anggota lainnya dari pasangan itu adalah sebuah
angka yang mempunyai ukuran kira-kira sama, tetapi bukan perkalian dari 10
(contohnya, 11, 48, atau 103). Untuk pasangan-pasangan warna, satu anggota
adalah prototip (merah, kuning, hijau, dan biru), dan yang lainnya adalah non
prototip (contohnya, merah keungu-unguan). Untuk pasangan-pasangan garis,
satu anggota adalah garis dalam posisi “standar” (tepat horizontal, tepat vertical,
atau diagonal 45o), dan yang lainnya adalah garis dalam posisi yang diputar 10 0
dari salah satu posisi standar. Dalam masing-masing kasus, Rosch ingin
17
menentukan anggota pasangan mana berfungsi sebagai titik acuan-yakni,
stimulus yang bisa digunakan untuk membandingkan anggota lain.
Hasil-hasil Rosch (1975a) menunjukkan bahwa prototip cenderung
berfungsi sebagai titik acuan. Contohnya, orang-orang lebih mungkin
mengatakan “11 pada dasarnya adalah 10”, dari pada “10 pada dasarnya adalah
11”. Periksa jawaban anda dalam Demonstrasi 7.2. Apakah prototip-prototip,
yang merupakan perkalian dari 10, terdapat kedua dalam kalimat, seolah-olah
mereka adalah standar yang digunakan untuk membandingkan Pendekatan
prototipinya memiliki dampak penting pada psikologi kognitif, dan juga
mempengaruhi disiplin ilmu lain dalam psikologi (Rosch 1988). Misalnya,
Mayer dan Bower (1986) menemukan bahwa orang menggunakan prototipe
untuk mengatur konsep kepribadian, seperti "ekstrovert". Psikolog klinis juga
menggunakan prototip untuk berbagai gangguan psikologis, seperti "anak
impulsif agresif" (Horowitz et al, 1981). Lebih jauh lagi, emosi seperti
kemarahan bisa diatur menurut prototipe (Russell, 1990).
Eleanor Rosch dan rekan penulisnya, serta peneliti lainnya, telah
melakukan banyak penelitian mengenai karakteristik prototipenya. Mereka telah
menunjukkan bahwa semua anggota kategori tidak diciptakan sama (Malt &
Smith 1984). Sebaliknya, kategori cenderung memiliki struktur bergradasi,
dimulai dengan anggota yang paling representatif atau prototipikal dan terus
mempertimbangkan anggota nonprototip kategori (Barsalou, 1985, 1987;
Neisser, 1987). Mari kita periksa beberapa karakteristik penting dari prototype.
Kemudian kita akan membahas komponen penting lain dari teori prototipe
Rosch, tingkat kategorisasi. Karakteristik Prototip. Prototip berbeda dari anggota
kategori nonprototipikal dalam beberapa hal. Seperti yang akan Anda lihat,
prototip memiliki status istimewa dan istimewa (Smith, 1989).
DEMONSTRASI 7.2
19
jika anda melihat warna-warna merah yang gelap buram, priming tidak memberi
keuntungan.
4). Prototip-prototip berbagi atribut-atribut bersama dalam sebuah kategori
kemiripan keluarga. Kemiripan keluarga berarti bahwa tidak ada atribut
tunggal sama-sama dimiliki oleh semua contoh dari sebuah konsep; tetapi
masing-masing contoh mempunyai setidaknya satu atribut yang dimiliki
bersama dengan contoh lain dari konsep itu (Hampton, 1997b; Withlesea, 1997).
Seperti ditunjukkan oleh filsuf Wittgenstein (1953), sejumlah konsep sulit
digambarkan dari segi ciri-ciri penentu spesifik. Contohnya, pertimbangkanlah
konsep “permainan” (game). Pikirkanlah mengenai permainan yang anda kenal.
Apa atribut tunggal yang sama-sama mereka miliki semua?B agaimana
Monopoli serupa dengan bola voli? Anda mungkin merespon bahwa dua-duanya
melibatkan kompetisi, tetapi lalu bagaimana mengenai permainan anak-anak
“Ring Around the Rosie”? Sejumlah permainan memerlukan keahlian, tetapi
yang lainnya bergantung pada nasib baik. Perhatikan bagaimana masing-masing
permainan sama-sama mempunyai beberapa atribut dengan permainan lain,
namun tidak ada atribut tunggal yang sama-sama dimiliki oleh semua
permainan.
Tabel 7.1
20
Rosch dan Mervie (1975) membahas peran prototip-prototip dalam
kemiripan keluarga. Secara spesifik, mereka membahas apakah item-item yang
dinilai orang-orang sebagai paling prototipikal akan mempunyai jumlah atribut
terbesar yang dimiliki bersama anggota lain dari kategori itu. Pertama, mereka
meminta sekelompok orang untuk memberi rating-rating prototip untuk kata-
kata dalam beberapa kategori. Tabel 7.1 menunjukkan tiga dari kategori-kategori
ini. Untuk kategori “kendaraan”, perhatikan bahwa mobil dinilai sebagai yang
paling prototipikal, sementara kereta luncur mempunyai rating prototip rendah.
Kemudian Rosch dan Mervis meminta satu kelompok baru orang-orang untuk
mencantumkan atribut-atribut yang dimiliki oleh masing-masing item. Sebagai
contoh, para partisipan diberitahu bahwa untuk kata anjing mereka akan
mencantumkan atribut-atribut seperti mempunyai empat kaki, menggonggong,
berbulu, dan sebagainya. Terakhir, dari informasi ini, para peneliti
mengkalkulasi sebuah angka yang menunjukkan berapa bagian dari atribut-
atribut sebuah item juga dimiliki oleh anggota lain dari kategori yang sama.
Mobil menerima skor tinggi; seperti sebagian besar item lain pada daftar
“kendaraan”, ia mempunyai roda, bergerak horizontal, dan menggunakan bahan
bakar. Di pihak lain, kereta luncur menerima skor rendah.
21
Rosch dan Mervis menemukan korelasi signifikan antara kedua ukuran-
rating prototip dan skor atribut-atribut yang dimiliki bersama. Dengan kata lain,
sebuah item yang sangat prototipikal, seperti “mobil”—biasanya mempunyai
banyak atribut yang dimiliki bersama dengan anggota kategori lain. Di pihak
lain, sebuah item yang tidak prototipikal—seperti “kereta luncur”—mempunyai
hanya sedikit atribut yang dimiliki bersama anggota kategori lain. Lihat apakah
hubungan ini juga berlaku untuk konsep-konsep berikut: “Profesi”, “film
petualangan”, dan makanan ringan”.
Sebagian besar peneliti dalam memori semantik sependapat bahwa
kategori alami cenderung mempunyai struktur yang didasarkan pada kemiripan
keluarga. Artinya, para anggota dari sebuah kategori biasanya mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan anggota lain dari sebuah kategori. Tetapi, tidak ada satu
sifat yang berfungsi sebagai kriteria yang perlu dan cukup untuk keanggotaan
dalam kategori.
Tingkat-tingkat kategorisasi. Sebuah objek bisa masuk pada banyak kategori
yang berbeda-beda dan terkait. Sejumlah tingkat kategori dinamakan kategori
tingkat superordinat, yang berarti mereka adalah kategori tingkat lebih tinggi
atau lebih umum. “Perabot”, “binatang”, dan “alat” semuanya adalah contoh dari
tingkat kategori superordinat. Kategori tingkat dasar cukup spesifik. “Kursi”,
“anjing”, dan “obeng” adalah contoh-contoh dari kategori tingkat dasar.
Terakhir, kategori tingkat subordinat merujuk pada kategori tingkat lebih
rendah dan lebih spesifik. “Kursi meja”, “anjing collie”, dan “obeng Phillips”
adalah contoh dari kategori subordinate.
Kategori tingkat dasar mempunyai status khusus (Biederman dkk, 1999;
Rosch dkk, 1976). Umumnya mereka lebih berguna dibanding kategori tingkat
superordinat dan kategori tingkat subordinat. Kategori tingkat dasar sangat
informatif dan berguna untuk komunikasi dalam kelompok-kelompok sosial.
22
memberi informasi yang cukup tanpa terlalu dirinci. Peneliti lainnya telah
menunjukkan bahwa efek ini sebagian tetapi tidak sepenuhnya disebabkan oleh
preferensi kita untuk kata-kata yang singkat dan berfrekuensi tinggi. Lebih
lanjut, orang menghasilkan nama-nama tingkat dasar lebih cepat dibanding
nama-nama superordinat atau subordinate. Dengan kata lain, tingkat dasar
memang mempunyai status khusus dan diistimewakan.
2) Anggota-anggota kategori tingkat dasar mempunyai atribut-atribut bersama.
Rosch, dkk (1976) menemukan bahwa orang-orang mencantumkan sejumlah
besar atribut yang dimiliki bersama oleh para anggota dari sebuah kategori
tingkat dasar. Contohnya, untuk kategori tingkat dasar “obeng”, seseorang
mungkin mencantumkan atribut-atribut seperti mempunyai tonjolan logam,
mempunyai gagang berpunggung, dan panjangnya sekitar 4 sampai 10 inci. Di
pihak lain, orang-orang mencantumkan sangat sedikit atribut yang dimiliki
bersama oleh para anggota dari sebuah kategori tingkat superordinat, seperti,
“alat”. Lantas seberapa banyak atribut dapat anda suplay yang akan benar untuk
semua alat yang dapat anda sebut? Rosch, dkk juga menemukan bahwa orang-
orang tidak menyediakan lebih banyak atribut untuk item-item tingkat
subordinat dibanding untuk item-item tingkat dasar. Lagi-lagi, ini masuk akal.
Untuk kategori tingkat subordinat “obeng Phillips”, kita tidak dapat
menambahkan banyak atribut pada daftar yang kita bentuk untuk “obeng”.
Temuan-temuan serupa dilaporkan oleh Tversky dan Hemenway (1984).
3) Nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek priming. Para anggota dari
kategori tingkat dasar yang sama memiliki bentuk umum yang sama. Contohnya,
para anggota dari kategori “kursi” tampak kira-kira sama. Karena itu kita akan
berharap bahwa bila orang-orang mendengar kata kursi, mereka akan
membentuk satu citra mental yang akan mirip dengan sebagian besar kursi.
Citra mental relevan karena Rosch, dkk (1976) ingin melihat apakah
priming dengan nama-nama tingkat dasar akan membantu. Dalam sebuah variasi
dari teknik priming, eksperimenter memberi nama objek, dan para partisipan
memutuskan apakah dua gambar yang menyusul sama seperti satu sama lain.
Contohnya, anda mungkin mendengar kata apel dan melihat gambar-gambar
23
dari dua apel yang identik. Agaknya priming efektif karena presentasi kata itu
memungkinkan anda untuk membuat citra mental dari kata ini, yang membantu
ketika anda membuat keputusan yang belakangan.
Bagaimanapun, hasil-hasil menunjukkan bahwa priming dengan nama-
nama tingkat dasar membantu—partisipan membuat penilaian-penilaian yang
lebih cepat jika mereka melihat istilah tingkat dasar seperti apel sebelum menilai
apel-apel itu. Tetapi, priming dengan nama-nama superordinat (seperti buah)
tidak membantu. Tampaknya, ketika anda mendengar kata buah, anda
menciptakan sebuah representasi agak umum dari buah, bukan representasi yang
cukup spesifik untuk menyiapkan anda untuk menilai apel-apel. Ketika anda
ingin memperingatkan orang-orang bahwa sesuatu sedang terjadi, peringatan
mereka dengan istilah tingkat tinggi—teriakkan “Kebakaran!, bukannya istilah
superordinat, “Bahaya!”
24
prefrontal cortex. Bagian cortex ini memproses bahasa dan memori assossiatif,
sehingga penemuan logis. Untuk menjawab apakah gambar doll (boneka)
memenuhi syarat sebagai toys (mainan anak-anak), anda harus memeriksa
memori anda mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, istilah-istilah
subordinate lebih mungkin dari pada istilah-istilah tingkat dasar untuk
mengaktifkan bidang-bidang otak yang dilibatkan ketika kita menggeser
perhatian visual.
25
foto berwarna burung-burung, dan juga item-item yang tidak relevan seperti
buah dan ikan.
Orang-orang baru secara seragam menyediakan istilah tingkat dasar
burung, seperti yang kita perkirakan. Ahli tingkat menengah jarang memberi
istilah tingkat dasar. Melainkan, mereka memberi istilah tingkat subordinat
(seperti burung pengicau pada 55% dari percobaan dan istilah sub-subordinat
(seperti burung pengicau berparuh kuning) pada 34 dari percobaan. Pakar
tingkat lanjutan jarang menghasilkan istilah tingkat dasar atau istilah tingkat
subordinate. Melainkan, Pada 87% dari percobaan mereka memberi istilah sub-
subordinat.
Pendekatan prototif juga menjelaskan bagaimana kita dapat mereduksi semua informasi
mengenai beragam stimuli ke satu abstraksi yang diidealkan. Kita tidak perlu
mempertahankan sejumlah besar informasi mengenai sejumlah besar anggota kategori.
Tetapi realitasnya adalah bahwa kita memang sering menyimpan informasi spesifik
mengenai contoh-contoh individual dari sebuah kategori ini. Karena itu model ideal dari
memori semantik perlu mencakup satu mekanisme untuk penyimpanan informasi
spesifik ini, dan juga prototif-prototif abstrak. Model prototif ideal juga harus mengakui
bahwa konsep-konsep dapat tidak stabil dan variabel.
26
adalah anjing dan mesti dikategorisasi dengan anjing herder, bukan dengan kucing
Persia berbulu lebat yang secara fisik mirip dengan mereka.
Untuk menjelaskan kompleksitas dari konsep-konsep yang kita simpan dalam memori
semantik, sebuah teori ideal harus menjelaskan bagaimana kita kadang menyimpan
informasi spesifik mengenai anggota kategori spesifik. Teori ini juga harus
menjelaskan bagaimana konsep-konsep dapat diubah oleh factor-faktor spesifik
keahlian dan konteks. Lebih lanjut, teori ideal ini harus menjelaskan intuisi kita bahwa
kategori kadang tampak ditentukan oleh batas-batas yang gamblang. Teori prototif
dengan jelas mempertimbangkan sejumlah fenomena seperti kemiripan keluarga.
27
6. Teori Rosch juga mengemukakan bahwa kategori-kategori level dasar lebih
disukai daripada subordinat dan superordinat untuk mengidentifikasi suatu objek.
Selain itu, anggota-anggota dari kategori tingkat dasar mempunyai atribut-atribut
umum; nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek ketelitian; berbeda dengan
tingkat kategorisasi yang berbeda-beda mengaktivasi bagian otak yang berbeda-
beda.
B. SKEMA
28
untuk memprediksi apa yang akan terjadi dalam suatu situasi baru. Dalam
sebagian besar, prediksi-prediksi ini akan benar. Skema adalah heuristic atau
aturan umum yang biasanya akurat.
Skema kadang dapat menyesatkan kita, dan membuat kita salah. Tetapi
kesalahan-kesalahan ini biasanya masuk akal dalam kerangka skema itu.
Konsisten dengan Tema 2, proses-proses kognitif kita umumnya akurat, dan
kesalahan-kesalahan kita biasanya rasional.
Satu jenis umum skema adalah script. Script adalah rangkaian sederhana
dan terstruktur dengan baik dari peristiwa-peristiwa yang terkait dengan satu
kegiatan yang sangat dikenal (Anderson & Conway, 1993; Shank dan Abelson,
1995). Istilah-istilah skema dan script sering digunakan secara saling bertukar.
Tetapi, script sesungguhnya adalah istilah yang lebih sempit, dengan merujuk
pada serangkaian peristiwa yang terjadi selama satu periode waktu.
29
terdiri dari pembelajaran scripts yang diharapkan untuk kita ikuti dalam kultur
kita (Schank & Abelson, 1995).
30
anda dapat mengapresiasi—dari permulaan sekali—bahwa peristiwa-peristiwa
ini semuanya adalah bagian dari sebuah script standar. Dengan jenis informasi
latar belakang ini, masing-masing peristiwa dalam rangkaian logis.
31
Tetapi, hasil-hasil dari studi menunjukkan bahwa waktu respon untuk
sebuah kalimat ujian dipermudah oleh kalimat priming hanya jika partisipan
telah didesak untuk memberi perhatian pada tema-tema berkurang dalam cerita
yang sedang mereka baca. Kalau tidak, orang-orang tidak tampak membuat
hubungan di antara kedua cerita. Tampaknya orang-orang tidak secara spontan
mendeteksi kesamaan abstrak dalam scripts. Dalam bab 10, kita juga akan
melihat bahwa orang-orang tidak secara spontan mendeteksi kesamaan-
kesamaan abstrak di antara soal-soal matematika.
Sekarang setelah kita sudah memeriksa jenis skema yang dikenal sebagai
script, marilah berpaling pada kategori skema-skema yang lebih umum dan
meneliti bagaimana mereka beroperasi dalam beberapa tahap memori (Halba &
Hasher 1983, Intraub dkk, 1998). Seperti akan anda lihat skema-skema penting
selama kelima komponen memori ini:
32
Memori yang ditingkatkan untuk Bahan yang Konsisten dengan Skema.
Cobalah Demonstrasi 7.6 ketika anda mempunyai kesempatan. Demonstrasi ini
didasarkan pada sebuah studi oleh Brewer dan Treyens (1981). Para penulis ini
meminta partisipan dalam studi mereka untuk menunggu, satu pada satu waktu, di
ruang yang digambarkan dalam demonstrasi. Setiap kali, eksperimen menjelaskan
bahwa ini adalah kantornya, dan dia perlu memeriksa laboratorium untuk melihat
apakah partisipan sebelumnya telah menyelesaikan eksperimen. Setelah 35 detik,
eksperimenter meminta partisipan untuk pindah ke ruang sebelah. Di sini, setiap
orang diberi test mengejutkan: ingat segala sesuatu dalam ruangan di mana anda
telah menunggu.
Setelah membaca instruksi-instruksi ini, tutup mereka dan sisa teks dalam demonstrasi
ini sehingga hanya gambar yang terlihat. Sajikan gambar kepada seorang teman, dengan
instruksi,” lihat gambar kantor psikolog ini sejenak.” Setengah menit kemudian tutup
buku dan tanya teman anda untuk mencantumkan segala sesuatu yang ada dalam
ruangan itu.
33
(Instruksi lebih lanjut untuk Demonstrasi 7.5: Sekarang tanpa melihat kembali pada
Demonstrasi 7.5, tuliskan cerita dari demonstrasi itu, seakurat mungkin.)
Dalam kasus studi Brewer dan Treyen, orang-orang mengingat informasi
yang konsisten dengan: skema kantor”, tetapi perhatikan bahwa orang-orang tidak
menyadari bahwa mereka akan diminta untuk mengingat item,-item itu; dengan kata
lain, tugas tersebut melibatkan pembelajaran kebetulan. Kondisi pembelajaran
kebetulan bisa mendorong kita untuk lebih sembarangan (casual) mengenai
pemprosesan objek-objek yang kita lihat. Akibatnya, kita mungkin mengingat objek-
objek secara lebih akurat ketika mereka cocok dengan perkiraan-perkiraan kita.
34
35
Rojahn dan Pettigrew (1992) melakukan sebuah meta-analisis terhadap riset
mengenai memori dan skema. Sebagian besar studi yang dicakup dalam meta-
analisis tampak memerlukan pembelajaran sengaja intentional learning), yakni
situasi di mana orang-orang menyadari bahwa mereka akan diminta untuk
mengingat item-item itu. Ketika memori dinilai dari segi ingatan dalam studi
Davidson orang-orang kemungkinan mengingat bahan yang tidak konsisten dengan
skema secara lebih baik dibanding bahan yang konsisten dengan skema. Ketika
memori dinilai dari segi pengakuan dan hasil-hasil telah dikoreksi untuk penebakan,
bahan yang tidak konsisten dengan skema masih didukung. Tetapi, ketika memori
dinilai dari segi pengenalan dan hasil-hasil telah tidak dikoreksi untuk penebakan,
bahan yang konsisten dengan skema didukung. Dengan kata lain, jika anda tidak
dapat mengingat apakah anda telah melihat sebuah kalimat pada sebuah tes
pengenalan mengenai skema film, anda lebih mungkin menebak bahwa anda melihat
kalimat mengenai penjaga pintu menyobek tiket dari pada kalimat yang melanggar
skema, seperti contoh kita mengenai anak yang bertubrukan dengan wanita itu.
Kenapa kita mesti sering mengingat bahan yang tidak konsisten dengan
skema sedemikian akurat? Satu penjelasan yang masuk akal adalah bahwa kita
sangat mungkin mengingat bahan yang menarik perhatian dan memerlukan lebih
banyak usaha untuk memprosesnya. Dengan pemprosesan mendalam dan yang
membutuhkan usaha, kita akan mengingat bahan luar biasa itu.
Status Sekarang Dari Skema dan Pemilihan Memori. Ironisnya, kita tidak
dapat menentukan suatu skema yang jelas untuk riset mengenai topik penting ini!
Agaknya kita tampak mengingat bahan yang konsisten dengan skema secara lebih
akurat jika tugas menggunakan pembelajaran insidentil atau jika memori dinilai
melalui pengenalan tanpa koreksi untuk penebakan. Tetapi dalam sebagian besar
kasus pembelajaran sengaja, bahan yang tidak konsisten dengan skema tampak lebih
mudah diingat.
36
3. SKEMA DAN ABSTRAKSI MEMORI
Pendekatan Konstruktif
Pastikan untuk melakukan percobaan 7.6 sebelum membaca lebih jauh. Ini
adalah versi yang lebih sederhana dari studi klasik oleh Bransford dan Franks (1971).
Berapa kalimat pada bagian 2 pada percobaan yang pernah anda lihat sebelumnya?
Jawabannya terdapat pada akhir bab.
37
merokok dengan pipa cangklongnya” sebagai pembanding fals alarm kecil
kemungkinannya untuk kalimat sederhana seperti “Kucing itu ketakutan” lagipula
mereka tidak membuat false alarm untuk kalimat yang merusak makna dari kalimat
sebelumnya – sebagai contoh, “kucing yang ketakutan yang memecahkan jendela
beranda memanjat pohon”
Penelitian ini akhir-akhir ini dilakukan ulang oleh Holmes dan rekan-
rekannya (1998).Pada percobaan pertamanya para peserta “mengingat” kalimat-
kalimat yang sebenarnya merupakan kombinsi dari kalimat yang asli. False alarm
lebih memungkinkan untuk kalimat yang lebih kompleks. Penelitian ini juga
menanyakan pada para partisipan untuk mengukur sejauh mana kepercayaan diri
yang mereka dapat sebenarnya ketika mendengar setiap kalimat tersebut. Para
partisipan pada dasarnya lebih percaya diri terhadap kalimat yang kompleks
dibandingkan dengan kalimat yang asli.
Holmes dan peneliti lainnya juga mengulang penelitian mereka dengan satu
perbedaan penting. Dalam susunan standar, para partisipan menjawab pertanyaan
yang berhubungan dengan ilmu semantic seperti yang telah anda lakukan pada
percobaan 7.7. bagaimanapun dalam penelitian berikutnya para partisipan
diinstruksikan untuk menghitung jumlah huruf pada kata terakhir dari kalimat
(sebagai contoh kata porch untuk kalimat yang pertama di percobaan 7.7) dengan
proses instruksi yang dangkal ini, false alarm secara signifikan tercatat berkurang.
Rupanya proses semantic yang mendalam lebih memungkinkan dibandingkan proses
yang mendalam untuk mendorong kita untuk menggabungkan informasi yang
berkaitan dengan tujuan untuk membentuk sebuah cerita yang utuh.
38
dilakukan oleh Holmes dan rekan-rekan (1998) menunjukkan bahwa kita sangat
mungkin untuk menggabungkan informasi ketika kita memperhatikan kepada makna
dari sebuah materi.
Pendekatan Pragmatis
39
akan sangat akurat. Sebagai catatan bahwa pandangan pragmatis dari sebuah memori
teks agak serupa dengan beberapa penelitian yang telah kita diskusikan pada bab 4,
dalam hubungannya dengan pengkodean khusus, secara khusus ketika seseorang
terfokus pada bunyi dari kata pada saat pengkodean, mereka bisa mengingat memori
akustik , ketika mereka terfokus pada arti, mereka bisa mengingat informasi semantik
(Bransford et al., 1979; Moscovitch & Craik, 1976).
Memory pernah di coba pada test pengenalan test dimana didalamnya lima
kalimat asli, lima versi penafsiran kalimat-kalimat tersebut dengan sedikit bentuk
yang berbeda (sebagai contoh, “Aku tak pernah berpikir akan jadi seorang ibu di usia
yang semuda ini”) dan empat kalimat yang tidak berkaitan.
40
mengingat kembali cerita 15 menit kemudian. Bartlett menemukan bahwa para
peserta diajak untuk mengabaikan materi yang tidak masuk akal dari cara pandang
murid-murid Inggris (sebagai contoh, bagian kisah yang menceritakan hantu yang
menyerang soseorang yang tidak merasakan sakit) mereka juga diarahkan untuk
membentuk kisah ke dalam bentuk yang lebih familiar, lebih mirip kisah dongeng
Inggris. Bartlett juga memerintahkan para partisipan penelitiannya untuk mengingat
kembali kisahnya, setelah jeda beberapa hari. Dia melaporkan bahwa seiring
berjalannya waktu setelah mendengarkan kisah aslinya, kisah yang di recalled
membawa lebih banyak unsur dari pengetahuan sebelumnya dan sedikit informasi
dari cerita aslinya .
1. Tiga ekor kura-kura beristirahat di atas kayu yang mengapung dan ikan-ikan
berenang di bawahnya. Kemudian para peserta menerima test pengenalan yang
berisi kalimat seperti.
2. Tiga ekor kura-kura beristirahat di atas kayu yang mengapung dan ikan-ikan
berenang di bawahnya. sebagai catatan pada kalimat ini diakhiri dengan “it” dan
bukan dengan”them”tapi ini merupakan inferensi yang masuk akal dari kalimat
yang pertama. Pengetahuan kita dalam relasi spasial mengatakan bahwa :
3. Kura-kura ada di kayu dan ikan ada di bawahnya , lalu ikannya pasti berada
di bawah kayu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang pernah melihat
kalimat yang pertama sering dilaporkan bahwa meraka mengenali kalimat yang
kedua. Bransford dan rekan-rekannya (1972) menjelaskan bahwa orang melihat
kalimat yang pertama, dan mereka membangun suatu ide dengan menggabungkan
kalimat tersebut dengan apa yang mereka ketahui tentang dunia. Hasilnya, mereka
41
percaya bahwa mereka telah melihat secara logis kalimat yang konsisten yang tidak
pernah disajikan sebelumnya.
42
Setelah membaca mengenai kecenderungan manusia menarik kesimpulan
yang tidak semestinya, mungkin anda menyimpulkan bahwa orang pasti menarik
kesimpulan berdasarkan kesimpulan dari pengalaman sehari-hari. Namun, membuat
kesimpulan bukan proses yang wajib (Alba & Hasher, 1983; Wynn & Logie, 1998).
Beberapa peneliti menemukan bahwa inferensi hanya terjadi pada situasi yang
terbatas dan mungkin lebih sering terjadi di laboratorium daripada di kehidupan yang
sebenarnya. Faktanya, orang sering mengingat materi dengan akurat, sama seperti
pada awal dipresentasikan. Penelitian lanjutan harus menangani masalah kapan
memori itu semantic dan kapan ketika itu akurat. Dalam banyak kasus, kemudian,
skema dapat mempengaruhi inferensi dalam memori. Bagaimanapun, konsisten
dengan Tema 2, memori lebih sering akurat.
43
perempuan yang menyertai pasangannya sebagai pendamping; versi Amerika tidak
ada pendamping. Ketika me-recall cerita diuji 30 menit setelah membaca materi,
siswa tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengubah skema cerita orang
Meksiko ke arah yang sesuai dengan skema orang Amerika. Setelah ditunda selama 2
hari, namun, siswa telah mengubah sejumlah detail cerita.
44
yang hanya melakukan tugas pengenalan tidak dapat menunjukkan skema memori
yang konsisten untuk item dari daftar 1. Tetapi, partisipan yang melakukan tugas
simultan menunjukkan skema memori yang konsisten untuk item dari daftar 1.
Secara spesifik, mereka mungkin menerapkan item tidak ramah dari daftar ke
berkepala plontos dan item ramah ke pendeta.
1. Penelitian skrip menunjukkan bahwa para ahli dapat mengatur acara dalam urutan
yang sesuai lebih cepat dari pada pemula; Juga, orang menunjukkan pola waktu
yang berbeda dalam mengingat materi dari skrip dan kategori; selanjutnya. Orang
mungkin tidak mendeteksi 'kesamaan umum antara dua naskah kecuali kesamaan
yang ditunjukkan.
3. Skema beroperasi dalam pemilihan kenangan; Sebagai contoh, item recall peOple
konsisten dengan skema kantor
4. Skema mendorong abstraksi ingatan; sehingga rincian pesan asli hilang, namun arti
umum tetap dipertahankan. Skema mempengaruhi interpretasi dalam ingatan; Orang
mungkin ingat kesimpulan yang tidak pernah muncul dalam materi aslinya. Namun.
informasi latar belakang sering membantu kita menafsirkan informasi yang tidak
jelas. Sayangnya. orang sering mengingat kesimpulan yang salah dari iklan. .
45
5. Skema mendorong keterwakilan terpadu dalam memori; penelitian menunjukkan
bahwa orang mungkin salah mengartikan materi sehingga lebih sesuai dengan
skema mereka, termasuk skema budaya mereka.
C. METACOGNITION
Metakognisi adalah pengetahuan dan kesadaran Anda tentang proses
kognitif. Dengan demikian, kita beralih dari pengetahuan tentang dunia luar untuk
mengetahui tentang proses di dalam kepala Anda.
Pikirkan beragam pengetahuan metakognitif yang Anda miliki. Misalnya,
jika saya menanyakan nama peneliti yang terkait dengan pendekatan prototipe
dengan memori semantik. Anda bisa memberi tahu saya apakah nama peneliti ada di
ujung lidah Anda atau tidak. Anda juga tahu faktor apa saja yang mempengaruhi
proses kognitif Anda sendiri (misalnya, waktu, motivasi, jenis materi, dan keadaan
sosial. Selain itu, Anda juga dapat menilai apakah Anda cukup siap menghadapi
ujian berikutnya yang akan Anda ambil.
Metakognisi adalah proses yang menarik karena kita menggunakan proses
kognitif kita untuk merenungkan proses kognitif kita. Metakognisi itu penting
karena kita Pengetahuan tentang proses kognitif curam dapat membimbing kita
dalam mengatur keadaan dan memilih strategi untuk memperbaiki kinerja kognitif
di masa depan.
46
mengetahui kata yang kita cari. Namun kita tidak bisa mengingatnya. Studi
Brown dan McNeill (1966) adalah topik klasik tentang topik ini. Mari kita amati
fenomena ini dan kemudian lihat bagaimana kaitannya dengan metakognisi.
Gambaran Brown dan McNeill tentang seorang pria "disita" ujung lidah
bisa menangkap siksaan yang mungkin Anda rasakan saat Anda gagal
menangkap sepatah kata dari ujung lidah Anda: Sigma itu tidak salah lagi , dia
akan tampak dalam siksaan ringan, sesuatu seperti jahitan bersin dan jika dia
menemukan kata itu, lega adalah cukup besar (hal 326)
DEMONSTRASI 7.8
Lihatlah masing-masing definisi di bawah ini. Untuk setiap definisi, berikan kata
yang sesuai jika Anda mengetahuinya. Tunjukkan "Tidak tahu" untuk orang-orang
yang Anda yakin Anda tidak tahu. Tandai TOT di samping yang Anda cukup yakin
Anda tahu kata itu, meskipun Anda tidak dapat mengingatnya sekarang. Paling
sedikit satu kata yang terdengar mirip dengan kata target. Jawabannya akan
muncul nanti di bab ini.
47
Kesamaan antara "jurang bersin" dan iritasi pada ujung lidah terasa luar
biasa! Tidakkah Anda berharap Anda memiliki zat yang mirip dengan lada yang
bisa membujuk kata yang hilang dari ingatan?
48
Secara umum, penelitian juga menunjukkan bahwa orang benar
menebak kata pertama dari kata target antara 50 persen dan 70 persen dari
waktu. Orang juga sangat akurat dalam menebak jumlah suku kata yang tepat
(antara 47 persen dan 83 persen tebakan benar). Namun. Angka-angka ini
kurang mengesankan begitu Anda menyadari bahwa orang bisa sangat akurat
hanya dengan menebak-nebak. Tingkat akurasi yang lebih tinggi biasanya
diperoleh dengan nama yang tepat, yang biasanya terbatas pada kata-kata satu
dan dua suku kata.
49
2. SECARA MENDALAM: Metamemori
Pernahkah Anda berada di posisi ini? Anda pikir Anda tahu materi
untuk semester tengah dan faktanya, Anda mengharapkan memperoleh nilai
yang cukup tinggi. Namun, saat ujian tengah semester diserahkan kembali Anda
menerima C. jika ini terdengar asing, kamu punya telah menjadi korban
kegagalan metamemory. Metamemori mengacu pada pengetahuan dan
kesadaran orang akan ingatan mereka.
50
Gambar 7.6 menunjukkan hasilnya. Penemuan yang menyerang adalah
bahwa orang dapat memprediksi barang mana yang akan mereka ingat. Ketika
mereka memberikan rating 5 pada item, mereka sebenarnya mengingatnya
sekitar 90 persen dari waktu ketika mereka diuji nanti; Ketika mereka memberi
rating 1, mereka mengingatnya kurang dari separuh waktu. Melihat, bahwa
hubungan antara peringkat kepercayaan dan proporsi benar berlaku untuk
keempat kondisi tersebut. Temuan ini dapat diterapkan pada kinerja kelas Anda.
Jika Anda tahu bahwa Anda akan diuji pada daftar item tertentu-seperti definisi
kosakata bahasa asing untuk psikologi temis-Anda mungkin cukup akurat dalam
mengurangi apakah Anda mengetahui materinya.
Sebuah studi oleh Ruth Maki dan Sharon Berry (1984) memiliki
implikasi penting bagi kinerja Anda dalam kursus psikologi. Mereka memeriksa
kemampuan siswa untuk memahami seberapa baik kinerja mereka dalam ujian
Meliputi materi yang telah mereka baca
51
6. Siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempelajari materi yang sulit
dari pada materi yang mudah, tapi idealnya mereka harus menghabiskan lebih
banyak waktu untuk mendapatkan barang yang sulit.
52