Anda di halaman 1dari 52

BAB 7

PENGETAHUAN UMUM

GARIS BESAR

Tiga topik utama yang dibahas dalam bab ini adalah memori semantik, skema dan
metakognisi.
Memori semantik melibatkan pengetahuan terorganisir kita tentang dunia. Kita
akan melihat empat teori yang berbeda yang mencoba menjelaskan bagaimana semua
informasi ini dapat disimpan dan digunakan.
Skema adalah jenis pengetahuan umum tentang situasi dan kejadian. Satu jenis
skema adalah skrip yang menggambarkan urutan kejadian yang diharapkan. Misalnya,
kebanyakan orang memiliki “skrip, Restoran” yang didefinisikan dengan baik, yang
menentukan semua kejadian yang mungkin terjadi saat anda bersantap di restoran.
Skema mempengaruhi ingatan kita selama empat proses: ketika kita memilih materi
yang ingin kita ingat, ketika kita menyimpan makna dari bagian verbal, ketika kita
menafsirkan materi, dan ketika kita membentuk satu representasi terpadu dalam
memori. Meskipun skema dapat menyebabkan ketidak akuratan selama tahap ini, kita
sering kali lebih akurat dari pada teori skema yang diusulkan.
Metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif kita
sendiri. Misalnya anda sering menyadari karakteristik kata diujung lidah anda
( misalnya, huruf pertama dari kata target). Bahkan jika anda tidak dapat memulihkan
kata itu. Dibagian kedalaman metamemori, kita akan melihat bahwa mahasiswa bisa
memprediksi apa yang akan mereka ingat dari beberapa tugas memori. Namun, mereka
sering mengahabiskan banyak waktu untuk mempelajari materi yang sudah mereka
ketahui, dan waktu yang tidak mencukupi pada materi sulit yang belum mereka kuasai.

PENDAHULUAN

Pada Bab ini akan membahas sifat latar belakang pengetahuan kita, yaitu
pengetahuan yang menginformasikan dan mempengaruhi proses-proses kognitif seperti
memori dan kognisi ruang. Kita akan membahas tiga topik utama: struktur memori
semantik, skema dan metakognisi.

1
Memori semantik adalah pengetahuan terorganisir kita mengenai dunia. Kita
akan melihat empat  kategori teori yang menjelaskan bagaimana semua informasi ini
dapat disimpan dalam memori semantik. Teori ini saling mempengaruhi satu sama lain,
tetapi menekankan aspek yang berbeda dari memori semantik. Misalkan Anda sedang
berusaha memutuskan apakah sebuah benda dalam toko bahan makanan adalah buah
apel. Model perbandingan ciri mengusulkan agar Anda memeriksa daftar dari ciri-ciri
yang diperlukan seperti warna, ukuran, dan bentuk untuk menentukan apakah itu apel.
Pendekatan prototipe menganjurkan agar anda memutuskan apakah benda itu apel
melalui pembandingannya dengan apel yang diidealkan (idealized apple) yang paling
tipikal dari kategori itu. Pendekatan eksemplar menekankan agar anda memutuskan
apakah ia apel melalui pembandingannya dengan sejumlah contoh spesifik apel yang
sangat anda kenal (seperti apel McIntosh, Ida Red, dan Fuji).  Ketiga teori ini memberi
perhatian mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, model-model jaringan yang
dijelaskan dalam bab ini menekankan interkoneksi di antara item-item terkait;
contohnya, sebuah apel dapat dikaitkan dengan item-item lain seperti merah,
mengandung biji, dan pear. (Secara sepintas, anda sudah mempunyai latar belakang
tertentu mengenai model jaringan yang paling menonjol, yakni pendekatan
pemprosesan terdistribusi paralel).

Skema dan skrip berlaku pada kelompok-kelompok pengetahuan yang lebih


besar. Skema adalah jenis pengetahuan yang digeneralisasi mengenai situasi dan
peristiwa. Satu jenis skema dinamakan skrip (naskah); skrip menggambarkan rangkaian
peristiwa yang diperkirakan. Contohnya, sebagian besar orang mempunyai “skrip
restoran” yang dirumuskan dengan baik, yang menspesifikasi semua peristiwa yang
mungkin terjadi ketika anda makan malam di restauran. Skema mempengaruhi memori
anda selama empat proses: pemilihan bahan yang ingin kita ingat, penyimpanan makna
dari pesan verbal, penginterpretasian bahan, dan pembentukan satu representasi terpadu
dalam memori. Skema dapat menyebabkan ketidakakuratan selama tahap-tahap ini,
tetapi kita sering lebih akurat dari yang dikemukakan oleh teori skema.

Sejauh ini, kami fokus pada retensi dan proses pengambilan yang terlibat dalam
mengingat informasi efisodik terisolasi (Bab 4 & 5), serta proses pengkodean untuk

2
informasi visual spasial (Bab 6). Dalam bab ini, kita mengalihkan perhatian kita pada
informasi semantik dan pengetahuan umum.
Di bawah ini akan dijelaskan sifat pengetahuan umum, memori semantik,
skema, dan teori-teori yang melatar belakanginya

A. STRUKTUR MEMORI SEMANTIK


Seperti yang kita bahas pada bab-bab sebelumnya, memori semantik
mengorganisir pengetahuan tentang dunia. Hal ini berbeda dengan memori
episodik, yaitu memori yang memuat informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada kita. Umumnya memori semantik merujuk pada pengetahuan atau
informasi; tidak menyebut bagaimana informasi itu diperoleh yang berisi informasi
tentang kejadian tanggal. Namun,ungkapan “ yang terjadi pada saya “ selalu tersirat
dalam memori episodik, yang menekankan kapan, dimana atau bagaimana
peristiwa ini terjadi (Chang, 1986). Contoh memori semantik, “ Tata surya
memiliki Sembilan planet”. Contoh memori episodik, “ Pagi ini saya diberi tahu
bahwa tata surya memiliki Sembilan planet (Chang, 1986).
Para psikolog menggunakan istilah memori semantik dalam pengertian
luas dari percakapan normal (Moss & Tyler, 1995). Contohnya, memori semantik
mencakup pengetahuan ensiklopedia (misalnya, “Martin Luther King, Jr., lahir di
Atlanta, Georgia). Ia juga mencakup pengetahuan leksikal atau pengetahuan bahasa
(misalnya, “Kata salju terkait dengan kata hujan”). Selain itu, memori semantik
mencakup pengetahuan konseptual (misalnya, “Bujur sangkar mempunyai empat
sisi”). Seperti ditunjukkan oleh para peneliti dalam disiplin itu, memori semantik
mempengaruhi sebagian besar dari kegiatan kognitif kita. Contohnya, bentuk
memori ini diperlukan untuk memecahkan sebuah masalah, menentukan lokasi, dan
membaca kalimat (Choben, 1992).
Kategori dan konsep adalah komponen-komponen penting dari memori
semantik. Kategori adalah kelas objek-objek yang masuk bersama-sama.
Contohnya, beragam objek mewakili sebuah kategori perabot tertentu, semua objek
ini dapat dinamakan meja. Psikolog menggunakan istilah konsep untuk merujuk
pada representasi mental dari sebuah kategori. Misalnya, Anda mempunyai konsep
“meja”, yang merujuk pada representasi mental anda  dari kategori itu. (Secara

3
sepintas, dalam bab ini saya akan mengikuti tradisi dalam psikologi kognitif dalam
hal penggunaan huruf miring untuk nama-nama kata aktual, dan tanda kutipan
untuk kategori dan konsep).
Memori semantik memungkinkan kita mengkodekan objek-objek yang ada
disekitar kita, dengan menggabungkan beragam objek serupa ke dalam konsep yang
sama. Proses pengkodean ini mengurangi ruang penyimpanan, karena banyak objek
dapat disimpan dengan  label yang sama.  Konsep-konsep juga memungkinkan kita
untuk membuat inferensi ketika kita menghadapi contoh-contoh baru dari sebuah
kategori. Contohnya, seorang anak mungkin mengetahui bahwa satu anggota dari
kategori “meja” mempunyai atribut “Anda dapat menempatkan benda-benda di
atas.” Ketika dia menemukan meja baru, dia membuat inferensi (biasanya secara
tepat) bahwa anda dapat menempatkan benda-benda di atas meja ini (E.E. Smith,
1995). Seperti kita catat sebelumnya, inferensi-inferensi ini memungkinkan kita
untuk bergerak di luar informasi tertentu itu, yang sangat memperluas pengetahuan
kita.
Psikolog biasanya mempelajari dua jenis konsep, yaitu konsep natural
merujuk pada konsep yang terjadi dalam alam, seperti apel, harimau, dan lengan
manusia dan artifak merujuk pada objek yang telah dibentuk oleh manusia seperti
meja, jaket, dan buku.  Konsep natural dan artifak disimpan dalam memori
semantik.
Terdapat empat pendekatan memori semantik, yaitu model perbandingan
ciri, model jaringan, pendekatan eksemplar, dan pendekatan prototip.

1. MODEL PERBANDINGAN CIRI


Satu cara logis untuk mengatur memori semantik adalah dalam hal daftar
ciri. Menurut model perbandingan ciri, konsep-konsep disimpan dalam memori
menurut sebuah daftar ciri-ciri atau karakteristik yang diperlukan ( Smith, shoben, &
Rips, 1974). Proses pengambilan keputusan dua tahap diperlukan untuk membuat
penilaian tentang konsep-konsep ini. Pertama-tama kita akan melihat struktur yang
penulis ajukan untuk memori semantic dan kemudian memeriksa proses pengambilan
keputusan.

4
Komponen-komponen structural dari model perbandingan ciri.
Pertimbangkan konsep kucing sejenak. Kita dapat menyusun sebuah daftar ciri yang
sering relevan pada kucing:
 Mempunyai bulu.
 Tidak menyukai air.
 Mempunyai empat kaki.
 Berbunyi meong.
 Mempunyai ekor.
 Mengejar tikus

Menurut gambar di atas ada tiga keputusan yang mungkin yaitu: pada Tahap
1 Pertama, term subjek dan term predikat bisa menunjukkan kesamaan rendah dan
karena itu orang dengan cepat menjawab “salah” pada pertanyaan itu. Contohnya,
pernyataan “kucing adalah pensil” mempunyai kesamaan kecil di antara kedua term
sedemikian sehingga anda akan segera menjawab “salah.” Dalam situasi kedua, term
subjek dan term predikat bisa menunjukkan kesamaan tinggi, yang mendatangkan
jawaban cepat “benar”. “Kucing adalah binatang” mendatangkan jawaban segera
“benar”. Tetapi juga term subjek dan term predikat menunjukkan kesamaan antara

5
(intermediate), keputusan memerlukan perbandingan Tahap 2. Contohnya, anda
mungkin membutuhkan perbandingan Tahap 2 untuk pernyataan seperti “burung
adalah mamalia.” Seperti dapat anda bayangkan, keputusan-keputusan ini
membutuhkan waktu yang lebih lama. Perhatikan demonstrasi berikut ini:

Demonstrasi 7.1

TEKNIK VERIFIKASI KALIMAT

Untuk masing-masing dari item di bawah, jawab secepat mungkin “benar” atau
“salah”.

1.      Poodle adalah anjing.

2.      Tupai adalah binatang

3.      Bunga adalah batu

4.      Wortel adalah sayuran

5.      Mangga adalah buah

6.      Petunia adalah pohon

7.      Robin adalah burung

8.      Rutabaga adalah sayuran

Smith, dkk menyatakan bahwa ciri-ciri yang digunakan dalam model


perbandingan ciri adalah ciri-ciri penentu atau ciri-ciri khas. Ciri-ciri penentu
adalah ciri-ciri yang perlu untuk makna dari item. Contohnya, ciri-ciri penentu dari
seekor robin mencakup bahwa ia hidup dan mempunyai bulu  dan dada merah. Ciri-
ciri Khas adalah ciri-ciri yang deskriptif tetapi tidak esensil. Contohnya, ciri-ciri
khas dari seekor robin mencakup bahwa ia terbang, bertengger di pohon, tidak
diternakkan, dan berukuran kecil.
Riset mengenai model perbandingan ciri. Teknik verifikasi kalimat adalah
salah satu alat utama yang digunakan untuk meneliti model perbandingan ciri. Dalam
Teknik Verifikasi kalimat orang melihat kalimat sederhana, dan mereka harus
menggunakan pengetahuan semantik mereka yang tersimpan untuk menentukan
apakah kalimat itu benar atau salah. Demonstrasi 7.1 menunjukkan jenis-jenis item

6
yang disajikan dalam teknik verifikasi kalimat. Umumnya orang sangat akurat pada
tugas ini, sehingga peneliti tidak perlu membandingkan angka kesalahan di seluruh
kondisi eksperimen. Melainkan mereka mengukur waktu-waktu reaksi. Dua kondisi
eksperimen bisa menghasilkan waktu-waktu reaksi yang berbeda sebesar
sepersepuluh detik.
Satu temuan umum dalam riset yang menggunakan teknik verifikasi kalimat
adalah efek typicality. Dalam efek typicality, orang mencapai keputusan lebih cepat
bila sebuah item adalah anggota tipikal dari sebuah kategori, bukan anggota luar
biasa. Contohnya, dalam Demonstrasi 7.1, anda akan memutuskan dengan cepat
bahwa wortel adalah sayuran, tetapi anda mungkin membutuhkan waktu lama untuk
memutuskan bahwa rutabaga adalah sayuran. Dalam sebuah studi representatif, Katz
(1981) menyajikan kalimat-kalimat typicality tinggi seperti “bumi bundar” dan
kalimat-kalimat  rendah seperti “tong bundar”. Waktu reaksi adalah sekitar 0,3 detik
lebih cepat untuk item tipikal dibanding untuk item atipikal, suatu perbedaan yang
signifikan secara statistik di antara kedua kondisi.
Model perbandingan ciri dapat menjelaskan hasil-hasil ini. Contohnya, wortel
adalah anggota tipikal dari kategorinya, sehingga ciri-ciri wortel dan sayuran sangat
serupa. Orang-orang cepat menjawab pertanyaan “Apakah wortel merupakan
sayuran?” karena mereka hanya memerlukan pemprosesan Tahap 1 dalam model.
Tetapi rutabaga adalah contoh dari sayuran atipikal.  Orang-orang memerlukan jauh
lebih lama untuk menjawab pertanyaan “Apakah rutabaga merupakan sayuran?”
karena keputusan itu memerlukan pemprosesan Tahap 2, dan juga pemprosesan
Tahap 1.
Riset mengenai aspek lain dari model perbandingan ciri jelas kontradiksi
dengan model tersebut. Secara spesifik, sebuah masalah utama dengan perbandingan
ciri adalah bahwa sangat sedikit dari konsep yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari dapat ditangkap oleh sebuah daftar ciri-ciri yang perlu (Hahn & Chater,
1997). Contohya, Sloman dkk (1998) meminta sejumlah mahasiswa untuk membuat
pertimbangkan mengenai beberapa konsep natural (contohnya, “Robin”) dan artifak
(contohnya, “sekitar”). Dalam studi ini, mahasiswa disuruh untuk menilai apakah
mereka dapat membayangkan satu contoh dari konsep yang tidak mempunyai sebuah
karakter tertentu. Dalam kenyataannya, mereka dapat membayangkan seekor Robin

7
yang tidak terbang, tidak makan, tidak mempunyai bulu, dan tidak mempunyai dada
merah! Maka perhatikan bahwa mereka tidak yakin bahwa suatu ciri tertentu mutlak
perlu untuk dimiliki seekor robin; berbeda dengan teori, kategori “Robin” ini tidak
benar-benar mempunyai semua ciri esensil. Sloman dkk juga menemukan bahwa
artifak tidak memiliki ciri-ciri penentu yang esensil.
Kesimpulan mengenai perbandingan ciri. Kita telah melihat bahwa
perbandingan ciri dapat menjelaskan efek typicality. Tetapi riset tidak mendukung
ide bahwa keanggotaan kategori didasarkan pada sebuah daftar dari ciri-ciri yang
perlu.
Masalah lainnya dengan perbandingan ciri adalah asumsinya bahwa ciri-ciri
individual independen satu sama lain. Dalam kenyataannya, untuk konsep-konsep
natural, ciri-ciri cenderung berkorelasi. Contohnya, objek-objek yang mempunyai
daun tidak mungkin mempunyai kaki atau bulu. Di pihak lain, objek-objek yang
mempunyai bulu sangat mungkin mempunyai kaki. Terakhir, perbandingan ciri tidak
menjelaskan bagaimana para anggota kategori terkait satu sama lain (Barselou,
1992).

2. MODEL JARINGAN
Model perbandingan ciri, pendekatan prototip, dan pendekatan eksemplar
semuanya menekankan apakah sebuah item masuk ke dalam sebuah kategori. Hal ini
berbeda dengan teori jaringan yang kurang memperhatikan kategorisasi tetapi lebih
memperhatikan interkoneksi di antara item-item yang terkait.
Sejak 1985, para ilmuwan kognitif di Princeton University telah membentuk
sekumpulan jaringan, yang didasarkan pada hubungan-hubungan di antara kata-kata
dalam bahasa Inggris (Miller, 1999). Sejak 1999, jaringan ini yang dinamakan
WordNet telah memasukkan 122.000 bentuk kata. Jaringan besar ini telah
dibayangkan oleh model-model jaringan yang paling awal, dan desain dasar dari
WordNet mempunyai implikasi untuk semua model jaringan.
Buku ini akan membahas model jaringan yang dikembangkan oleh Collins
dan Loftus (1975), serta teori ACT dari Anderson (1983, 1990). Pendekatan ini
mengemukakan bahwa proses-proses kognitif dapat dipahami dari segi  jaringan-
jaringan yang menghubungkan unit-unit yang menyerupai neuron (Masson, 1995).

8
Model Jaringan Collins dan Loftus. Collins dan Loftus (1975)
mengembangkan sebuah teori dimana makna ditunjukkan oleh jaringan-jaringan
hipotetis. Model Jaringan Collins dan Loftus menyatakan agar memori semantik
diorganisir dari segi struktur menyerupai jaringan, dengan banyak interkoneksi;
ketika kita  memanggil informasi, aktivasi menyebar ke konsep-konsep terkait.
Dalam model ini, masing-masing konsep dapat ditunjukkan sebagai  sebuah
node (simpul), atau lokasi dalam jaringan. Masing-masing  link (mata rantai)
menghubungkan satu node tertentu dengan node konsep lainnya.  Kumpulan node
dan link membentuk satu jaringan. Gambar 7.2  menunjukkan sebagian kecil  dari
jaringan yang mungkin mengitari konsep “apel”. Hal ini dapat digambarkan seperti
di bawah ini.

Misalkan anda mendengar kalimat “McIntos adalah buah.” Model ini


mengusulkan bahwa aktivasi akan menyebar dari “McIntos” dan “Buah” ke node
“apel”. Pencarian memori mencatat perpotongan kedua pola aktivasi ini.  Akibatnya, 
kalimat “McIntos adalah buah” patut mendapatkan jawaban “Ya”. Tetapi, misalkan
anda mendengar kalimat “apel adalah mamalia”. Aktivasi menyebar dari “apel” dan
“mamalia”, tetapi tidak ada perpotongan dapat ditemukan. Kalimat ini patut
mendapatkan  jawaban “tidak”.

9
Collins dan Loftus (1975) juga mengusulkan  bahwa link yang sering
digunakan mempunyai kekuasaan lebih besar. Akibatnya, aktivasi melakukan
perjalanan lebih cepat di antara node-node. Karena itu mudah untuk menjelaskan
efek tipikalitas,  di mana orang-orang mencapai keputusan lebih cepat bila sebuah
item adalah anggota tipikal dari sebuah kategori. Secara spesifik link antara
“sayuran” dan “wortel” lebih kuat dibanding link antara “sayuran“ dan “rutabaga”.
Konsep aktivasi penyebaran  adalah konsep yang sangat kuat. Dalam kenyataannya,
variasi-variasi konsep ini telah diterapkan pada bidang-bidang psikologi kognitif, di
luar memori semantik (Neath, 1998). Tetapi, model Collins dan Loftus telah
digantikan oleh teori-teori yang lebih kompleks yang berusaha menjelaskan aspek-
aspek lebih luas dari pengetahuan  umum. Dua teori yang telah menggantikan model
Collins dan Loftus adalah teori ACT dari Anderson dan pendekatan pemprosesan
terdistribusi parallel.
Teori ACT dari Anderson. John Anderson dari Carnegie Universitas Mellon
telah membentuk serangkaian model jaringan, yang dia namakan ACT. ACT,
singkatan dari “adaptive control of though” (control pemikiran adaptif), berusaha
menjelaskan semua kognisi. Model-model yang telah kita pertimbangkan sejauh ini
mempunyai satu tujuan terbatas: Untuk menjelaskan bagaimana kita mengorganisir
konsep-konsep kognitif kita. Di pihak lain, ACT dan desain variasinya untuk
menjelaskan memori, pembelajaran,  kognisi ruang, bahasa, penalaran, dan
pengambilan keputusan.
Model ACT juga menekankan bahwa proses-proses kognitif kompleks kita
dapat dijelaskan  melalui akumulasi sederhana dan pemantapan banyak unit kecil
pengetahuan. Ketika kita mempelajari konsep baru atau memecahkan sebuah
masalah yang menantang, kita tidak membuat lompatan-lompatan  besar
pemahaman. Kita juga tidak mereorganisasi  atau mengubah bidang-bidang besar
pengetahuan. Sebagaimana Anderson menjelaskan  perspektifnya, “keseluruhan tidak
lebih banyak dari jumlah bagian-bagiannya, tetapi ia mempunyai banyak bagian”
(Anderson, 1996). Jelas, teori yang berusaha menjelaskan  semua dari kognisi  sangat
kompleks. Anderson membuat perbedaan dasar di antara pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai
fakta-fakta dan hal-hal (dengan kata lain, esensi dari bab sekarang). Di pihak lain,

10
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai bagaimana melakukan
tindakan (Anderson & Lebiere, 1998). Ciri penting ketiga dari teori Anderson adalah
memori kerja, yang merupakan bagian aktif dari sistem memori deklaratif.
Anderson mengemukakan bahwa memori kerja mempunyai kapasitas terbatas
(Anderson, dkk, 1996).
ACT digunakan untuk melihat bagaimana pengetahuan deklaratif,
pengetahuan prosedural, dan memori kerja bisa berkolaborasi pada sebuah tugas
kognitif tipikal (Black, 1984). Misalkan anda sedang berusaha menyetel waktu pada
jam digital baru anda, dengan menggunakan brosur petunjuk. Pertama, anda
mengaktivasi tujuan dari keinginan menyetel jam; karena itu tujuan tersebut berada
dalam memori kerja. Tujuan penyetelan jam akan mengaktivasi prosedur seperti
“jika tujuan adalah menyetel jam, maka lihat  brosur petunjuk”. Melihat pada brosur
petunjuk akan mengaktivasi prosedur pemprosesan bahan verbal dan gambar-gambar
dalam brosur. Kemudian anda memahami bahan, sehingga isi brosur  disimpan
dalam jaringan deklaratif.  Jaringan deklaratif memuat satu kumpulkan proposisi
yang saling berhubungan (misalnya, “jam mempunyai tiga tombol”), citra visual
(contohnya, “tombol tanggal ada di kiri”), dan informasi mengenai urutan peristiwa
(contoh, “stel tanggal pertama-tama, kemudian jam, kemudian menit, kemudian
detik”).
Sekarang kita akan berfokus pada pengetahuan deklaratif, yang bertanggung
jawab untuk memori semantik. Anderson mendesain sebuah model yang didasarkan
pada unit-unit makna yang lebih besar. Menurut Anderson (l985, 1995), makna dari
sebuah kalimat dapat ditunjukkan oleh jaringan proposisional, atau pola proposisi-
proposisi yang saling berhubungan.
Proposisi adalah unit pengetahuan terkecil yang dapat dinilai benar atau
salah.  Contohnya, frase kucing putih  tidak memenuhi syarat sebagai proposisi 
karena kita tidak dapat mengetahui apakah ia benar atau salah tanpa kita mengetahui
sesuatu lebih banyak mengenai kucing putih. Model itu mengusulkan bahwa masing-
masing dari ketiga pernyataan berikut adalah proposisi:

1.       Susan memberi seekor kucing kepada Maria.

2.       Kucing itu putih

11
3.       Maria adalah ketua club

Ketiga proposisi ini dapat tampak tersendiri, tetapi mereka juga dapat
digabung ke dalam sebuah kalimat, sebagai berikut:

Susan memberi seekor kucing putih kepada Maria yang merupakan ketua club.

Gambar 7.3 menunjukkan bagaimana kalimat ini dapat diwakili oleh sebuah
jaringan proposisional. Seperti dapat kita lihat, masing-masing dari ketiga proposisi
dalam kalimat diwakili oleh satu node,  dan link diwakili oleh tanda panah.
Perhatikan juga bahwa jaringan proposisional mewakili hubungan-hubungan penting
dalam ketiga proposisi, tetapi tidak susunan kata-kata persis. Proposisi-proposisi
abstrak; tidak mewakili  satu kumpulan tertentu.
Kemudian Anderson mengemukakan bahwa masing-masing dari konsep-
konsep dalam proposisi  dapat juga diwakili oleh sebuah jaringan. Gambar 7.4
menggambarkan hanya sebagian kecil dari representasi kata kucing dalam memori.
Cobalah membayangkan akan tampak seperti apa jaringan proposisional dalam
gambar 7.3 jika masing-masing dari konsep dalam jaringan  akan diganti dengan
sebuah jaringan yang diperluas yang menunjukkan kekayaan makna-makna yang
telah anda peroleh. Jelas, jaringan-jaringan ini perlu dikomplikasi untuk mewakili
secara akurat sejumlah hubungan yang kita punya untuk masing-masing item dalam
memori semantik (Miller, 1999).

12
Selanjutnya, Anderson menyarankan agar masing-masing konsep dalam
proposisi dapat diwakili oleh jaringan juga. Gambar 7.4 hanya menggambarkan
sebagian kecil representasi kata cat di memori. Coba bayangkan bagaimana jaringan
proposisional pada gambar 7.3 akan terlihat seperti jika masing-masing konsep di
jaringan tersebut diganti oleh jaringan yang diperluas yang mewakili kekayaan makna
yang Anda dapatkan. Jelas, jaringan ini perlu dipersulit agar mewakili secara akurat
lusinan asosiasi yang kita miliki untuk setiap item dalam memori semantik.
Model memori semantik Anderson membuat beberapa proposal tambahan.
Misalnya, mirip dengan model Collins-Loftus, kaitannya bervariasi dalam kekuatan,
dan keduanya menjadi lebih kuat karena lebih sering digunakan. Selain itu, model
mengasumsikan bahwa pada saat tertentu, sebanyak 10 node terwakili dalam memori
kerja. Selanjutnya, model tersebut mengusulkan agar aktivasi dapat menyebar. Namun,
Anderson berpendapat bahwa ada keterbatasan kapasitas untuk penyebaran aktivasi.
Jadi, jika banyak link diaktifkan bersamaan, setiap link menerima aktivasi yang relatif
sedikit (Anderson, 1983b).
Model Anderson sangat dipuji karena keahliannya dalam mengintegrasikan
proses kognitif dan untuk beasiswa (misalnya, hitam, 1984; Lehnert, 1984). Namun,
yang lain bersikap kritis terhadap beberapa atribut umumnya. Johnson-Laird dan
Coauthors (1984), misalnya, mengeluh bahwa model jaringan hanya menyediakan
koneksi antara kata-kata; mereka tidak membuat koneksi ke representasi kata-kata di
dunia nyata. Tampaknya teori semantik dalam fiture akan berusaha menjadi lebih
komprehensif dan membuat koneksi terakhir ke objek dunia nyata.

13
3. PENDEKATAN EXEMPLAR
Pendekatan ini menyatakan bahwa kita pertama-tama mempelajari beberapa
contoh spesifik dari sebuah konsep;  kemudian kita menggolongkan masing-masing
stimulus baru dengan memutuskan seberapa dekat ia mirip dengan contoh-contoh
spesifik tersebut. Masing-masing dari contoh yang disimpan dalam memori
dinamakan eksemplar. Misalnya, anggaplah bahwa Anda baru saja membaca empat
studi kasus, masing-masing menggambarkan individu yang depresi. Anda kemudian
memutuskan untuk membaca studi kasus kelima dan menemukan bahwa individu ini
juga cocok dengan kategori "orang depresi" karena deskripsi ini sangat mirip dengan
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Menurut pendekatan exemplar, orang tidak melakukan proses abstraksi
apapun (Hintzman, 1986; Medin 1989; Medin & Schaffer, 1978; Shoben, 1988).
Artinya, saat membaca keempat studi kasus tersebut, Anda tidak mengetahui
karakteristik umum apa yang cenderung dimiliki individu karena, seperti yang
disarankan oleh model examplar, jika Anda merangkum informasi, Anda akan
membuang data bermanfaat; Sebagai konsekuensinya, prediksi Anda akan kurang
akurat.
Pertimbangkan deskripsi Barsalou (1992) tentang kategori sarjana. Kategori
ini mungkin diwakili oleh kenangan bujangan tertentu yang sudah Anda ketahui.
Anda tidak abstrak sebuah pernyataan umum, seperti pria manusia dewasa yang
belum menikah. Sebagai gantinya, Anda mewakili konsep bujangan dengan koleksi
kenangan yang tak terpisahkan untuk contoh (John, Pete, Guillermo, Steve, dan
sebagainya). Bila Anda bertemu orang baru, Anda memutuskan apakah dia seorang
sarjana dengan membandingkan atributnya dengan atribut orang dalam sejumlah
kategori yang berbeda. Jika pesan baru ini cocok dengan atribut, misalnya Anda
menyimpulkan bahwa dia adalah seorang sarjana.
Barsalou menunjukkan beberapa kemungkinan masalah dengan pendekatan
exemplar. Misalnya, teori ini menunjukkan bahwa orang menyimpan sejumlah besar
informasi contoh khusus; ingatan manusia mungkin tidak mampu menyimpan
banyak detail ini. Masalah yang lebih serius adalah bahwa kita secara jelas membuat

14
abstraksi tentang kategori, berdasarkan contoh. Mari kita beralih ke teori prototip,
yang menekankan kecenderungan kita untuk mendapatkan sifat abstrak ini.

4. PENDEKATAN PROTOTIPE
Menurut Eleanor Rosch (1973), kita mengorganisir masing-masing kategori
atas dasar prototip, yaitu item yang diidealkan yang paling prototip dari kategori.
Menurut pendekatan prototip, kita memutuskan apakah sebuah item masuk pada
sebuah kategori dengan membandingkan item itu dengan sebuah prototip. Jika item
serupa dengan prototip, anda memasukkan item itu dalam kategori tersebut.
Contohnya, anda menyimpulkan bahwa robin adalah seekor burung karena ia cocok
dengan prototip ideal anda untuk seekor burung. Tetapi jika item yang sedang anda
nilai cukup berbeda dari prototip, anda menempatkannya dalam kategori lain di mana
ia lebih mirip dengan prototip kategori itu.
Prototip dari sebuah kategori tidak benar-benar perlu ada (Hahn & Chater,
1997. Markman, 1999). Contohnya, jika saya meminta anda untuk menggambarkan
seekor hewan prototipikal, anda mungkin memberitahu kepada saya mengenai seekor
mahluk berkaki empat dengan bulu, ekor, dan ukuran yang masuk di antara anjing
besar dan sapi—sesuatu yang tidak percis mirip dengan suatu mahluk di bumi.  Jadi
prototip adalah contoh abstrak dan yang diidealkan.
Perhatikan bahwa pendekatan prototip tidak memberi perhatian pada rincian
yang membuat masing-masing item dalam sebuah kategori unik (Haberlank, 1999).
Contohnya, pendekatan ini tidak memberi perhatian pada fakta bahwa pisang
mempunyai jenis kulit yang berbeda dari jeruk atau nenas. Semua ketiga item adalah
contoh yang sangat baik dari kategori “buah”.
Rosch juga menunjukkan bahwa anggota-anggota dari sebuah kategori
berbeda dalam hal prototypically mereka, atau sejauh mana mereka protipikal.
Robin dan burung pipit adalah burung-burung yang sangat tipikal, sementara burung
unta dan penguin non prototip. Pikirkan sebuah prototip, atau anggota yang paling
tipikal, untuk sekelompok tertentu mahasiswa di kampus anda, barangkali mahasiswa
dengan jurusan tertentu. Juga pikirkan sebuah nonprototip (“maksud anda dia adalah
jurusan seni? Dia tidak tampak sama sekali seperti itu!”). Sekarang pikirkan prototip
untuk professor, buah, dan kendaraan; lalu pikirkan non prototip untuk masing-

15
masing kategori. Contohnya, tomat adalah buah non prototipikal, dan elevator adalah
kendaraan non prototipikal.
Pendekatan prototip mewakili sebuah perspektif yang sangat berbeda dari
model perbandingan ciri yang baru saja kita periksa. Menurut model perbandingan
ciri, sebuah item masuk pada sebuah kategori sepanjang dia memiliki ciri-ciri yang
perlu dan cukup (Markman, 1999). Karena itu perspektif perbandingan ciri
mengemukakan bahwa keanggotaan kategori sangat gamblang. Contohnya, untuk
kategori “bujangan”, ciri penentu adalah pria dan tidak menikah. Tetapi, apakah anda
tidak berpikir bahwa saudara sepupu anda yang pria tak menikah berusia 32 tahun
merupakan contoh yang lebih baik dari bujangan dibanding keponakan anda yang
berusia 2 tahun atau seorang pastor Katolik yang sudah tua? Semua ketiga orang itu
memang pria dan tidak menikah, karena itu model perbandingan ciri akan
menyimpulkan bahwa ketiganya patut dikategorisasi sebagai bujangan. Di pihak lain,
pendekatan prototip akan mengemukakan bahwa tidak semua anggota kategori
“bujangan” diciptakan sama. Melainkan, saudara sepupu anda adalah bujangan yang
lebih prototipikal dibanding keponakan anda atau pastor.
Eleanor Rosch dkk, dan juga peneliti lain, telah melakukan banyak studi
mengenai karakteristik prototip -prototip. Riset mereka menunjukkan bahwa semua
anggota kategori tidak diciptakan sama (Hampton, 1997b; Whittlesea, 1997).
Melainkan, sebuah kategori cenderung mempunyai struktur bertingkat (graded
structure), yang mulai dengan anggota-anggota yang paling representatif atau
prototipikal dan terus melalui anggota-anggota non prototipikal kategori itu. Marilah
memeriksa beberapa karakteristik penting dari prototip-prototip. Kemudian kita akan
mengulas komponen penting lainnya dari pendekatan prototip, yang berfokus pada
tingkat-tingkat kategorisasi.
Karakteristik prototip. Prototip berbeda dari anggota non prototipikal kategori-
kategori dalam beberapa hal.  Seperti akan anda lihat, prototip mempunyai status
khusus dan diistimewakan (Smith, 1989)
1). Prototip disuplai sebagai contoh dari sebuah kategori. Beberapa studi telah
menunjukkan bahwa orang-orang menilai sejumlah item sebagai contoh-contoh
yang lebih baik dari sebuah konsep dibanding sejumlah item lain. Dalam sebuah
studi, misalnya, Mervis, Catlin, dan Rosch (1976) melihat beberapa norma

16
kategori yang telah dikumpulkan. Norma-norma itu telah dibentuk dengan
meminta orang-orang untuk memberikan contoh dari delapan kategori, seperti
“burung”, “buah”, “olah raga”, dan “senjata”. Mervis, dkk meminta satu
kelompok lain orang-orang untuk memberi rating prototip untuk masing-masing
dari contoh-contoh ini. Sebuah analisis statistic menunjukkan bahwa item-item
yang dinilai paling prototipikal ternyata adalah item-item yang sama yang diberi
orang-orang paling sering dalam norma-norma kategori. Misalnya, untuk
kategori burung, orang menganggap robin sangat prototipikal, dan robin sangat
sering terdaftar sebagai contoh burung kategori ini. Sebaliknya, orang akan
menilai penguin rendah pada skala prototipe, dan penguin jarang terdaftar
sebagai contoh burung kategori. Jadi, jika seseorang meminta Anda untuk
memberi nama anggota sebuah kategori, Anda mungkin akan memberi nama
sebuah prototipe.
Sebelumnya, kita membahas efek tipikal; Orang-orang mencapai
keputusan lebih cepat saat item adalah anggota kategori yang khas. Dengan
demikian, prototipe dipasok lebih sering sebagai contoh, dan mereka juga
menilai dengan lebih cepat
2). Prototip berfungsi sebagai titik acuan. Demonstrasi 7.2, yang mengillustrasikan
bagaimana prototip dapat berfungsi sebagai titik acuan. Demosntrasi ini
didasarkan pada penelitian Rosch (1975a), di mana orang-orang melihat
pasangan-pasangan angka, warna, dan garis. Untuk pasangan-pasangan angka,
satu anggota dari masing-masing pasangan adalah prototip-yakni, sebuah
perkalian dari 10 yang mesti relevan dalam sistem bilangan desimal kita
(contohnya, 10, 50, atau 100). Anggota lainnya dari pasangan itu adalah sebuah
angka yang mempunyai ukuran kira-kira sama, tetapi bukan perkalian dari 10
(contohnya, 11, 48, atau 103). Untuk pasangan-pasangan warna, satu anggota
adalah prototip (merah, kuning, hijau, dan biru), dan yang lainnya adalah non
prototip (contohnya, merah keungu-unguan). Untuk pasangan-pasangan garis,
satu anggota adalah garis dalam posisi “standar” (tepat horizontal, tepat vertical,
atau diagonal 45o), dan yang lainnya adalah garis dalam posisi yang diputar 10 0
dari salah satu posisi standar. Dalam masing-masing kasus, Rosch ingin

17
menentukan anggota pasangan mana berfungsi sebagai titik acuan-yakni,
stimulus yang bisa digunakan untuk membandingkan anggota lain.
Hasil-hasil Rosch (1975a) menunjukkan bahwa prototip cenderung
berfungsi sebagai titik acuan. Contohnya, orang-orang lebih mungkin
mengatakan “11 pada dasarnya adalah 10”, dari pada “10 pada dasarnya adalah
11”. Periksa jawaban anda dalam Demonstrasi 7.2. Apakah prototip-prototip,
yang merupakan perkalian dari 10, terdapat kedua dalam kalimat, seolah-olah
mereka adalah standar yang digunakan untuk membandingkan Pendekatan
prototipinya memiliki dampak penting pada psikologi kognitif, dan juga
mempengaruhi disiplin ilmu lain dalam psikologi (Rosch 1988). Misalnya,
Mayer dan Bower (1986) menemukan bahwa orang menggunakan prototipe
untuk mengatur konsep kepribadian, seperti "ekstrovert". Psikolog klinis juga
menggunakan prototip untuk berbagai gangguan psikologis, seperti "anak
impulsif agresif" (Horowitz et al, 1981). Lebih jauh lagi, emosi seperti
kemarahan bisa diatur menurut prototipe (Russell, 1990).
Eleanor Rosch dan rekan penulisnya, serta peneliti lainnya, telah
melakukan banyak penelitian mengenai karakteristik prototipenya. Mereka telah
menunjukkan bahwa semua anggota kategori tidak diciptakan sama (Malt &
Smith 1984). Sebaliknya, kategori cenderung memiliki struktur bergradasi,
dimulai dengan anggota yang paling representatif atau prototipikal dan terus
mempertimbangkan anggota nonprototip kategori (Barsalou, 1985, 1987;
Neisser, 1987). Mari kita periksa beberapa karakteristik penting dari prototype.
Kemudian kita akan membahas komponen penting lain dari teori prototipe
Rosch, tingkat kategorisasi. Karakteristik Prototip. Prototip berbeda dari anggota
kategori nonprototipikal dalam beberapa hal. Seperti yang akan Anda lihat,
prototip memiliki status istimewa dan istimewa (Smith, 1989).

DEMONSTRASI 7.2

Prototipe sebagai titik Acuan

Pasangan-pasangan item dicantumkan di bawah, diikuti dengan kalimat yang


memuat dua blanko. Pilih satu item untuk mengisi blanko pertama, dan
tempatkan item lain dalam blanko kedua. Gunakan waktu anda, coba item-
item dengan kedua cara, dan pilih cara di mana kalimat tampak paling
bermakna.

1. (10.11)             ________is essentially___________


18

2. (103, 100)        ________sejenis/is short of________


3). Prototip dinilai lebih cepat setelah priming (penyiapan). Efek ketelitian berarti
bahwa orang-orang merespon lebih cepat pada sebuah item jika item itu
didahului oleh satu item serupa. Contohnya, anda akan membuat penilaian
mengenai apel lebih cepat jika anda baru saja telah melihat kata buah dibanding
jika anda telah baru saja melihat kata jerapah.
Riset menunjukkan bahwa ketelitian mempermudah respon pada prototip
lebih dari ia mempermudah respon pada non prototip. Contohnya, bayangkan
anda sedang berpartisipasi dalam studi mengenai ketelitian.  Tugas anda adalah
menilai pasangan-pasangan yang mempunyai warna serupa dan untuk menjawab
apakah mereka sama atau tidak. Pada beberapa kesempatan, nama warna
ditunjukkan kepada anda sebelum anda harus menilai pasangan warna-warna; ini
adalah percobaan-percobaan yang dipersiapkan (primed trial). Pada kesempatan
lain, tidak ada nama warna diberikan kepada anda sebagai “peringatan”; ini
adalah percobaan-percobaan yang tidak dipersiapkan. Rosch (1975b) mencoba
setup priming ini untuk kedua warna prototip (misalnya, warna merah yang baik
dan cemerlang) dan warna nonprototip (misalnya, merah buram).
Hasil-hasil Rosch menunjukkan bahwa priming sangat membantu bila
orang-orang membuat penilaian mengenai warna prototipikal; mereka merespon
lebih cepat setelah percobaan-percobaan yang dipersiapkan dibanding setelah
percobaan-percobaan yang tidak dipersiapkan. Tetapi, priming sebenarnya
menghambat penilaian untuk warna-warna nontrototipikal, bahkan setelah dua
minggu latihan. Dengan kata lain, jika anda melihat kata merah, anda berharap
untuk melihat warna-warna merah yang sesungguhnya dan menyala. Sebaliknya,

19
jika anda melihat warna-warna merah yang gelap buram, priming tidak memberi
keuntungan.
4). Prototip-prototip berbagi atribut-atribut bersama dalam sebuah kategori
kemiripan keluarga. Kemiripan keluarga berarti bahwa tidak ada atribut
tunggal sama-sama dimiliki oleh semua contoh dari sebuah konsep; tetapi
masing-masing contoh mempunyai setidaknya satu atribut yang dimiliki
bersama dengan contoh lain dari konsep itu (Hampton, 1997b; Withlesea, 1997).
Seperti ditunjukkan oleh filsuf Wittgenstein (1953), sejumlah konsep sulit
digambarkan dari segi ciri-ciri penentu spesifik. Contohnya, pertimbangkanlah
konsep “permainan” (game). Pikirkanlah mengenai permainan yang anda kenal. 
Apa atribut tunggal yang sama-sama mereka miliki semua?B agaimana
Monopoli serupa dengan bola voli? Anda mungkin merespon bahwa dua-duanya
melibatkan kompetisi, tetapi lalu bagaimana mengenai permainan anak-anak
“Ring Around the Rosie”? Sejumlah permainan memerlukan keahlian, tetapi
yang lainnya bergantung pada nasib baik. Perhatikan bagaimana masing-masing
permainan sama-sama mempunyai beberapa atribut dengan permainan lain,
namun tidak ada atribut tunggal yang sama-sama dimiliki oleh semua
permainan.
Tabel 7.1

20
Rosch dan Mervie (1975) membahas peran prototip-prototip dalam
kemiripan keluarga. Secara spesifik, mereka membahas apakah item-item yang
dinilai orang-orang sebagai paling prototipikal akan mempunyai jumlah atribut
terbesar yang dimiliki bersama anggota lain dari kategori itu. Pertama, mereka
meminta sekelompok orang untuk memberi rating-rating prototip untuk kata-
kata dalam beberapa kategori. Tabel 7.1 menunjukkan tiga dari kategori-kategori
ini. Untuk kategori “kendaraan”, perhatikan bahwa mobil dinilai sebagai yang
paling prototipikal, sementara kereta luncur mempunyai rating prototip rendah.
Kemudian Rosch dan Mervis meminta satu kelompok baru orang-orang untuk
mencantumkan atribut-atribut yang dimiliki oleh masing-masing item. Sebagai
contoh, para partisipan diberitahu bahwa untuk kata anjing mereka akan
mencantumkan atribut-atribut seperti mempunyai empat kaki, menggonggong,
berbulu, dan sebagainya. Terakhir, dari informasi ini, para peneliti
mengkalkulasi sebuah angka yang menunjukkan berapa bagian dari atribut-
atribut sebuah item juga dimiliki oleh anggota lain dari kategori yang sama.
Mobil menerima skor tinggi; seperti sebagian besar item lain pada daftar
“kendaraan”, ia mempunyai roda, bergerak horizontal, dan menggunakan bahan
bakar. Di pihak lain, kereta luncur menerima skor rendah.

21
Rosch dan Mervis menemukan korelasi signifikan antara kedua ukuran-
rating prototip dan skor atribut-atribut yang dimiliki bersama. Dengan kata lain,
sebuah item yang sangat prototipikal, seperti “mobil”—biasanya mempunyai
banyak atribut yang dimiliki bersama dengan anggota kategori lain. Di pihak
lain, sebuah item yang tidak prototipikal—seperti “kereta luncur”—mempunyai
hanya sedikit atribut yang dimiliki bersama anggota kategori lain. Lihat apakah
hubungan ini juga berlaku untuk konsep-konsep berikut: “Profesi”, “film
petualangan”, dan makanan ringan”.
Sebagian besar peneliti dalam memori semantik sependapat bahwa
kategori alami cenderung mempunyai struktur yang didasarkan pada kemiripan
keluarga. Artinya, para anggota dari sebuah kategori biasanya mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan anggota lain dari sebuah kategori. Tetapi, tidak ada satu
sifat yang berfungsi sebagai kriteria yang perlu dan cukup untuk keanggotaan
dalam kategori.
Tingkat-tingkat kategorisasi. Sebuah objek bisa masuk pada banyak kategori
yang berbeda-beda dan terkait.  Sejumlah tingkat kategori dinamakan kategori
tingkat superordinat, yang berarti mereka adalah kategori tingkat lebih tinggi
atau lebih umum. “Perabot”, “binatang”, dan “alat” semuanya adalah contoh dari
tingkat kategori superordinat. Kategori tingkat dasar cukup spesifik. “Kursi”,
“anjing”, dan “obeng” adalah contoh-contoh dari kategori tingkat dasar.
Terakhir, kategori tingkat subordinat merujuk pada kategori tingkat lebih
rendah dan lebih spesifik. “Kursi meja”, “anjing collie”, dan “obeng Phillips”
adalah contoh dari kategori subordinate.
Kategori tingkat dasar mempunyai status khusus (Biederman dkk, 1999;
Rosch dkk, 1976). Umumnya mereka lebih berguna dibanding kategori tingkat
superordinat dan kategori tingkat subordinat. Kategori tingkat dasar sangat
informatif dan berguna untuk komunikasi dalam kelompok-kelompok sosial.

1) Nama-nama tingkat dasar digunakan untuk mengidentifikasi objek. Rosch dkk


(1976) meminta orang-orang untuk melihat gambar-gambar dan
mengidentifikasi objek-objek; mereka menemukan bahwa orang-orang lebih
suka menggunakan nama-nama tingkat dasar. Tampaknya nama tingkat dasar

22
memberi informasi yang cukup tanpa terlalu dirinci. Peneliti lainnya telah
menunjukkan bahwa efek ini sebagian tetapi tidak sepenuhnya disebabkan oleh
preferensi kita untuk kata-kata yang singkat dan berfrekuensi tinggi. Lebih
lanjut, orang menghasilkan nama-nama tingkat dasar lebih cepat dibanding
nama-nama superordinat atau subordinate. Dengan kata lain, tingkat dasar
memang mempunyai status khusus dan diistimewakan.
2) Anggota-anggota kategori tingkat dasar mempunyai atribut-atribut bersama.
Rosch, dkk (1976) menemukan bahwa orang-orang mencantumkan sejumlah
besar atribut yang dimiliki bersama oleh para anggota dari sebuah kategori
tingkat dasar. Contohnya, untuk kategori tingkat dasar “obeng”, seseorang
mungkin mencantumkan atribut-atribut seperti mempunyai tonjolan logam,
mempunyai gagang berpunggung, dan panjangnya sekitar 4 sampai 10 inci. Di
pihak lain, orang-orang mencantumkan sangat sedikit atribut yang dimiliki
bersama oleh para anggota dari sebuah kategori tingkat superordinat, seperti,
“alat”. Lantas seberapa banyak atribut dapat anda suplay yang akan benar untuk
semua alat yang dapat anda sebut? Rosch, dkk juga menemukan bahwa orang-
orang tidak menyediakan lebih banyak atribut untuk item-item tingkat
subordinat dibanding untuk item-item tingkat dasar. Lagi-lagi, ini masuk akal.
Untuk kategori tingkat subordinat “obeng Phillips”, kita tidak dapat
menambahkan banyak atribut pada daftar yang kita bentuk untuk “obeng”.
Temuan-temuan serupa dilaporkan oleh Tversky dan Hemenway (1984).
3) Nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek priming. Para anggota dari
kategori tingkat dasar yang sama memiliki bentuk umum yang sama. Contohnya,
para anggota dari kategori “kursi” tampak kira-kira sama. Karena itu kita akan
berharap bahwa bila orang-orang mendengar kata kursi, mereka akan
membentuk satu citra mental yang akan mirip dengan sebagian besar kursi.

Citra mental relevan karena Rosch, dkk (1976) ingin melihat apakah
priming dengan nama-nama tingkat dasar akan membantu. Dalam sebuah variasi
dari teknik priming, eksperimenter memberi nama objek, dan para partisipan
memutuskan apakah dua gambar yang menyusul sama seperti satu sama lain.
Contohnya, anda mungkin mendengar kata apel dan melihat gambar-gambar

23
dari dua apel yang identik.  Agaknya priming efektif karena presentasi kata itu
memungkinkan anda untuk membuat citra mental dari kata ini, yang membantu
ketika anda membuat keputusan yang belakangan.
Bagaimanapun, hasil-hasil menunjukkan bahwa priming dengan nama-
nama tingkat dasar membantu—partisipan membuat penilaian-penilaian yang
lebih cepat jika mereka melihat istilah tingkat dasar seperti apel sebelum menilai
apel-apel itu. Tetapi, priming dengan nama-nama superordinat (seperti buah)
tidak membantu. Tampaknya, ketika anda mendengar kata buah, anda
menciptakan sebuah representasi agak umum dari buah, bukan representasi yang
cukup spesifik untuk menyiapkan anda untuk menilai apel-apel. Ketika anda
ingin memperingatkan orang-orang bahwa sesuatu sedang terjadi, peringatan
mereka dengan istilah tingkat tinggi—teriakkan “Kebakaran!, bukannya istilah
superordinat, “Bahaya!”

4) Tingkat Kategorisasi yang berbeda-beda mengaktifkan bagian yang berbeda-


beda dari otak. Riset  Neuro-science dengan menggunakan PET Schan telah
memeriksa apakah istilah-istilah tingkat dasar, superordinat dan subordinat
diproses di bagian yang berbeda-beda dari otak. Kosslyn, Alpert dan Thompson
(1995) menyajikan  gambar dari sebuah item, disertai dengan sebuah kata bahasa
Inggris. Dalam beberapa kasus, kata itu adalah istilah tingkat dasar (misalnya,
doll). Dalam kasus lainnya, kata itu adalah istilah superordinat (misalnya, toy)
atau istilah subordinat (misalnya, rag doll). Dalam masing-masing kasus, para
partisipan disuruh untuk menilai apakah kata itu cocok dengan gambar yang
disajikan. Sementara itu, sebuah PET Scan merekam kegiatan otak. Kemudian
para peneliti dapat membandingkan PET scan untuk istilah-istilah tingkat dasar
dengan PET scan  untuk dua jenis istilah lainnya. Perbandingan ini akan
memungkinkan para peneliti untuk melihat bagian-bagian tambahan mana dari
otak diaktifkan ketika orang-orang membuat jenis-jenis kategorisasi yang lebih
canggih, di luar tingkat dasar.

Hasilnya menunjukan bahwa istilah-istilah superordinat lebih mungkin


dibanding istilah-istilah tingkat dasar untuk mengaktifkan  sebagian dari

24
prefrontal cortex. Bagian  cortex ini memproses bahasa dan memori assossiatif,
sehingga penemuan logis. Untuk menjawab apakah gambar doll (boneka)
memenuhi syarat sebagai toys (mainan anak-anak), anda harus memeriksa
memori anda mengenai keanggotaan kategori. Di pihak lain, istilah-istilah
subordinate lebih mungkin dari pada istilah-istilah tingkat dasar untuk
mengaktifkan bidang-bidang otak yang dilibatkan ketika kita menggeser
perhatian visual.

5) Para pakar menggunakan kategori subordinate secara berbeda-beda. Sejauh ini 


kita telah melihat bahwa orang-orang menggunakan nama-nama tingkat dasar
untuk mengidentifikasi objek-objek, bahwa para anggota dari kategori tingkat
dasar sama-sama memiliki atribut yang sama, dan bahwa nama-nama tingkat
dasar menghasilkan efek priming. Kita juga telah melihat bahwa nama-nama
tingkat dasar kurang mungkin dibanding nama-nama lain untuk memperoleh
pengaktifan bagian-bagian tambahan dari cortex. Tetapi sejauh ini kita hanya
mempertimbangkan kinerja  orang-orang baru, orang-orang yang tidak
mempunyai keahlian dalam topik yang sedang dipelajari. Riset menunjukkan
bahwa kategori tingkat dasar memang bisa mempunyai status khusus jika anda 
bukan ahli dalam suatu bidang. Tetapi jika anda memang mempunyai keahlian,
kategori yang lebih terspesialisasi mungkin  juga mempunyai status
“diistimewakan”.
Marilah mempertimbangkan riset  oleh Kathy Johnson dan Carolyn
Mervis (1997), yang mempelajari individu-individu dengan tingkat keahlian
yang berbeda-beda dalam pengidentifikasian burung penyanyi. Dari rangkaian
studi-studi mereka, marilah secara khusus mengulas riset mengenai
pemproduksian nama-nama untuk burung-burung ini. Johnson dan Mervis
menempatkan 12 ahli tingkat lanjutan mengenai burung—yang telah
menyebabkan banyak perjalanan lapangan pengamatan burung—dan juga
delapan pakar tingkat menengah (intermediate).  Selain itu, mereka mempelajari
12 mahasiswa undergraduate yang merupakan orang baru berkenaan dengan
nama-nama burung. Kepada masing-masing partisipan  ditunjukkan serangkaian

25
foto berwarna burung-burung, dan juga item-item yang tidak relevan seperti
buah dan ikan.
Orang-orang baru secara seragam menyediakan istilah tingkat dasar
burung, seperti yang kita perkirakan. Ahli tingkat menengah jarang memberi
istilah tingkat dasar. Melainkan, mereka memberi istilah tingkat subordinat
(seperti burung pengicau pada 55% dari percobaan dan istilah sub-subordinat
(seperti burung pengicau berparuh kuning) pada 34 dari percobaan. Pakar
tingkat lanjutan jarang menghasilkan istilah tingkat dasar atau istilah tingkat
subordinate. Melainkan, Pada 87% dari percobaan mereka memberi istilah sub-
subordinat.

Kesimpulan Mengenai Pendekatan Prototif. Keuntungan dari pendekatan prototif 


adalah bahwa ia dapat menjelaskan kemampuan kita untuk membentuk konsep-konsep
untuk kelompok-kelompok yang terstruktur secara longgar. Contohnya, kita dapat
menciptakan sebuah konsep untuk stimuli yang hanya  berbagi satu kemiripan keluarga
pada satu sama lain, seperti permainan. Seperti ditunjukkan oleh Barsalou (1992b),
model-model prototif bekerja sangat baik bila para anggota dari kategori  tidak
mempunyai satu karakteristik bersama-sama.

Pendekatan prototif juga menjelaskan bagaimana kita dapat mereduksi semua informasi
mengenai beragam stimuli ke satu abstraksi yang diidealkan.  Kita tidak perlu
mempertahankan sejumlah besar informasi mengenai sejumlah besar anggota kategori.

Tetapi realitasnya adalah bahwa kita memang sering menyimpan informasi spesifik
mengenai contoh-contoh individual dari sebuah kategori ini. Karena itu model ideal dari
memori semantik perlu mencakup satu mekanisme untuk penyimpanan informasi
spesifik ini, dan juga prototif-prototif abstrak. Model prototif ideal juga harus mengakui
bahwa konsep-konsep dapat tidak stabil dan variabel.

Kekurangan dalam pendekatan prototif adalah bahwa ia menunjukkan bahwa kategori-


kategori mempunyai batas-batas kabur. Tetapi, sebagian besar orang sangat yakin
bahwa sejumlah kategori memang mempunyai batas-batas gamblang, bukan batas-batas
kabur (Komatsu, 1994). Contohnya, kita merasakan dengan kuat bahwa Pomeranian

26
adalah anjing dan mesti dikategorisasi  dengan anjing herder, bukan dengan kucing
Persia berbulu lebat yang secara fisik mirip dengan mereka.

Untuk menjelaskan kompleksitas dari konsep-konsep  yang kita simpan  dalam memori
semantik, sebuah teori ideal harus menjelaskan bagaimana kita kadang menyimpan
informasi spesifik mengenai anggota kategori spesifik.  Teori ini juga harus
menjelaskan bagaimana konsep-konsep dapat diubah oleh factor-faktor spesifik
keahlian dan konteks. Lebih lanjut, teori ideal ini harus menjelaskan intuisi kita bahwa
kategori kadang tampak ditentukan oleh batas-batas yang gamblang. Teori prototif
dengan jelas mempertimbangkan sejumlah fenomena seperti kemiripan keluarga.

KESIMPULAN TENTANG: Struktur Memori Semantic

1. Dalam bab-bab sebelumnya, kita melihat bagaimana pengetahuan umum


mempengaruhi proses-proses kognitif; bab ini menjelaskan bagaimana kemampuan
kognitif manusia mengesankan dan aktif berkenaan dengan pengetahuan umum.
2. Model perbandingan ciri menyatakan bahwa konsep-konsep disimpan dalam
sebuah daftar ciri. Beberapa keputusan mengenai memori semantik dapat dibuat
dengan cepat, sementara keputusan yang lebih halus membutuhkan dua tahap.
3. Menurut Collins dan Loftus ada tiga model jaringan yang konsep-konsepnya saling
berhubungan dalam memori semantik, dan aktivasi menyebar ke konsep-konsep
terkait.
4. Pendekatan eksemplar mengemukakan bahwa kita mengklasifikasikan sebuah
stimulus baru dengan memutuskan seberapa dekat kemiripannya dengan contoh-
contoh spesifik (atau eksemplar) yang telah kita pelajari.
5. Menurut teori prototip Rosch, orang-orang membandingkan stimulus baru dengan
prototip yang diidealkan untuk mengkategorisasi stimulus tersebut. Orang-orang
sering menyediakan prototip ketika mereka diminta untuk memberi sebuah contoh
dari kategori; prototip berfungsi sebagai titik acuan; prototip dinilai lebih cepat dan
akurat; dan prototip sama-sama mempunyai sejumlah atribut bersama dengan item
lain dalam kategori kemiripan keluarga.

27
6. Teori Rosch juga mengemukakan bahwa  kategori-kategori level dasar lebih
disukai daripada  subordinat dan superordinat untuk mengidentifikasi suatu objek.
Selain  itu, anggota-anggota dari kategori tingkat dasar mempunyai atribut-atribut
umum; nama-nama tingkat dasar menghasilkan efek ketelitian; berbeda dengan
tingkat kategorisasi yang berbeda-beda mengaktivasi bagian otak yang berbeda-
beda.

B. SKEMA

Sejauh ini pembahasan kita mengenai pengetahuan umum telah berfokus


pada kata, konsep, dan kadang kalimat.  Tetapi,  proses kognitif kita juga
menangani unit-unit pengetahuan yang jauh lebih besar. Contohnya, pengetahuan
kita mencakup informasi  mengenai situasi biasa, peristiwa, dan “paket” lain dari
hal-hal yang kita ketahui.  Pengetahuan yang digeneralisasi mengenai situasi atau
peristiwa ini dinamakan skema. Contohnya, anda mempunyai skema untuk interior
dari sebuah store hardware. Ia mesti mempunyai kunci Inggris, kaleng cat, pipa,
dan bola lampu-tetapi bukan buku psikologi, video tape opera, atau nuke ulang
tahun.
Teori-teori skema terutama membantu ketika psikolog  berusaha
menjelaskan bagaimana orang-orang memproses situasi dan peristiwa kompleks.
Marilah pertama-tama mempertimbangkan informasi latar belakang mengenai
skema dan satu titik terkait yang dinamakan script. Kita akan mempertimbanagkan
beberapa bidang penting penelitian.
1. SCRIPT

Teori skema mengemukakan bahwa orang-orang mengkodekan, dalam


memori mereka, informasi “generik” mengenai suatu situasi. Kemudian
mereka menggunakan informasi ini untuk  memahami dan mengingat contoh-
contoh baru dari skema. Secara spesifik, skema memandu pengenalan dan
pemahaman kita mengenai contoh-contoh baru dengan memberi harapan atau
perkiraan mengenai apa yang akan terjadi.  Karena itu skema mengekploitasi
pemprosesan dari atas ke bawah (top-down),  sebuah prinsip proses-proses
kognitif yang ditekankan dalam Tema 5. Skema juga memungkinkan kita

28
untuk memprediksi apa yang akan terjadi dalam suatu situasi baru. Dalam
sebagian besar, prediksi-prediksi ini akan benar. Skema adalah heuristic atau
aturan umum yang biasanya akurat.

Skema kadang dapat menyesatkan kita, dan membuat kita salah. Tetapi
kesalahan-kesalahan ini biasanya masuk akal dalam kerangka skema itu.
Konsisten dengan Tema 2, proses-proses kognitif kita umumnya akurat, dan
kesalahan-kesalahan kita biasanya rasional.

Konsep skema telah mempunyai sejarah panjang dalam psikologi.


Contohnya, karya Piaget dalam 1920-an meneliti skema-skema pada bayi, dan
Bartlett (1932) menguji memori untuk skema pada orang dewasa. Skema tidak
popular selama era behavioris, karena  menekankan proses-proses kognitif
yang tidak terlihat. Tetapi,  pakar psikologi kognitif telah melakukan banyak
studi mengenai topik ini, sehingga skema adalah istilah standar dalam
psikologi kognitif kontemporer (Brewer, 1999).

Satu jenis umum skema adalah script. Script adalah rangkaian sederhana
dan terstruktur dengan baik dari peristiwa-peristiwa yang terkait dengan satu
kegiatan yang sangat dikenal (Anderson & Conway, 1993; Shank dan Abelson,
1995).  Istilah-istilah skema dan script sering digunakan secara saling bertukar.
Tetapi, script sesungguhnya adalah istilah yang lebih sempit, dengan merujuk
pada serangkaian peristiwa yang terjadi selama satu periode waktu.

Pertimbangkan satu script tipikal, yang menggambarkan rangkaian


standar peristiwa-peristiwa yang mungkin diperkirakan seorang konsumen
dalam sebuah restaurant (Abelson, 1981; Schank dan Abelson, 1977). “Script
restaurant” mencakup peristiwa-peristiwa seperti duduk, melihat menu,
memakan makanan, dan membayar rekening. Kita juga dapat mempunyai
script untuk pengunjungan ruang praktek dokter gigi, untuk bagaimana sebuah
pertemuan dewan  harus dilakukan dan bahkan untuk peristiwa-peristiwa yang
tidak mempunyai hasil yang kita harapkan. Banyak dari pendidikan awal kita

29
terdiri dari pembelajaran scripts yang diharapkan untuk kita ikuti dalam kultur
kita (Schank & Abelson, 1995).

Faktor-faktor yang Terkait dengan Pengingatan Script

Kita mencatat bahwa satu kategori skema adalah script. Karakteristik


penting dari script adalah bahwa  script menggambarkan suatu rangkaian
peristiwa. Akibatnya setiap script mempunyai satu urutan tipikal dan linier.
Riset yang dilakukan mengenai script memperlihatkan bahwa kita mengingat
sebuah script secara lebih akurat jika script telah diidentifikasi sebelumnya.
Riset juga memperlihatkan bahwa orang-orang umumnya gagal mengapresiasi
kesamaan di antara scripts terkait.

Identifikasi script. Trafimow dan Wyer (1993) menemukan bahwa kita


dapat mengingat unsur-unsur dalam sebuah script secara jauh lebih akurat jika
script itu  diidentifikasi secara jelas pada permulaan sebuah uraian. Para
peneliti ini mengembangkan empat script, yang masing-masing
menggambarkan satu rangkaian biasa tindakan-tindakan: Meng-copy selembar
kertas, menguangkan sebuah cek, membuat teh, dan  menaiki kendaraan
subway. Beberapa rincian yang tidak relevan pada script (seperti mengambil
sebuah permen dari saku) juga ditambahkan. Dalam beberapa kasus, peristiwa
pengidentifikasian script disajikan pertama.

Setelah membaca semua keempat uraian, para partisipan  diberi tugas


pengisian lima menit, yang mensyaratkan pengingatan nama-nama dari 
negara-negara bagian AS dan ibu kotanya. Kemudian mereka diminta untuk
mengingat peristiwa-peristiwa dari keempat uraian asli. Hasil-hasil untuk
paragraph yang memuat enam peristiwa yang terkait dengan script (seperti
dalam demonstrasi n7.5) menunjukkan bahwa partisipan mengingat 23% dari
peristiwa-peristiwa tersebut ketika  peristiwa pengidentifikasian script telah
disajikan pertama-tama. Di pihak lain, mereka mengingat hanya 10% ketika
peristiwa pengidentifikasian script telah disajikan terakhir.  Seperti mungkin
anda perkirakan, peristiwa dalam satu rangkaian jauh lebih mudah diingat jika

30
anda dapat mengapresiasi—dari permulaan sekali—bahwa peristiwa-peristiwa
ini  semuanya adalah bagian dari sebuah script standar. Dengan jenis informasi
latar belakang ini, masing-masing peristiwa dalam rangkaian logis.

Mengapresiasi Kesamaan Scripts Terkait. Script adalah abstraksi,


prototip dari serangkaian peristiwa yang sama-sama mempunyai satu kesamaan
pokok. Apakah orang-orang dalam mengapresiasi satu tingkat abstraksi yang
bahkan lebih canggih? Artinya, apakah mereka dapat melihat kemiripan di
antara dua jenis script yang mempunyai jenis-jenis motif dan hasil yang
serupa?

Colleen Seifert dkk (1986) memeriksa episode-episode yang serupa


secara tematis. Contohnya, satu episode terjadi dalam situasi akademik.  Itu
berkenaan dengan Dr. Popoff, yang mengetahui bahwa mahasiswanya Mike 
tidak senang dengan fasilitas riset. Ketika Dr. Popoff mengetahui bahwa Mike
telah diterima pada  sebuah universitas saingan, dia cepat menawarkan kepada
Mike peralatan riset yang sangat banyak. Tetapi, pada saat itu, Mike telah
memutuskan untuk beralih. Episode kedua terjadi dalam situasi romantis. Phil
dan sekretarisnya jatuh cinta, tetapi Phil terus menunda untuk meminta dia
menikah. Sementara itu, sekretaris itu jatuh cinta dengan seorang akuntan.
Ketika Phiol mengetahui itu, dia meminangnya. Tetapi, pada saat itu, dia dan
akuntan tersebut sudah sedang membuat rencana bulan madu. Perhatikan
bahwa kedua bagian cerita ini mempunyai tema yang sangat mirip.

Seifert dkk menggunakan teknik priming yang digambarkan sebelumnya


dalam bab ini.  Mereka ingin menemukan apakah para partisipan akan
mengenali sebuah kalimat ujian secara lebih cepat jika kalimat itu telah
didahului dengan kalimat priming dari cerita yang serupa secara tematis. Jika
partisipan mempunyai waktu reaksi yang lebih cepat setelah stimulus priming,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka menganggap stimulus priming
dan stimulus ujian terkait secara konseptual.

31
Tetapi, hasil-hasil dari studi menunjukkan bahwa waktu respon untuk
sebuah kalimat ujian dipermudah oleh kalimat priming hanya jika partisipan
telah didesak untuk memberi perhatian pada tema-tema berkurang dalam cerita
yang sedang mereka baca.  Kalau tidak, orang-orang tidak tampak membuat
hubungan di antara kedua cerita. Tampaknya orang-orang tidak secara spontan
mendeteksi kesamaan abstrak dalam scripts. Dalam bab 10, kita juga  akan
melihat bahwa orang-orang tidak secara spontan mendeteksi kesamaan-
kesamaan abstrak di antara soal-soal matematika.

Sekarang setelah kita sudah memeriksa jenis skema yang dikenal sebagai
script, marilah berpaling pada kategori skema-skema yang lebih umum dan 
meneliti bagaimana mereka beroperasi dalam beberapa tahap memori (Halba &
Hasher 1983, Intraub dkk, 1998). Seperti akan anda lihat skema-skema penting
selama kelima komponen memori ini:

1. Selama pemilihan bahan yang akan diingat.


2. Dalam perluasan batas (ketika anda menyimpan suatu adegan dalam
memori)
3. Selama abstraksi (ketika anda menyimpan makna, tetapi tidak rincian
spesifik dari bahan).
4. Selama interpretasi (ketika anda membuat inferensi mengenai bahan)
5. Selama integrasi (ketika anda membentuk satu representasi memori dari
bahan)

2. SKEMA DAN SELEKSI MEMORI

Riset mengenai skema dan pemilihan memori telah menghasilkan temuan-


temuan kontradiktif. Kadang orang mengingat bahan paling baik bila  konsisten
dengan sebuah skema; kadang mereka mengingat bahan paling baik bila tidak
konsisten dengan skema. Marilah pertama-tama mempertimbanagkan satu studi
klasik yang mendukung memori yang konsisten dengan skema.

32
Memori yang ditingkatkan  untuk Bahan yang Konsisten dengan Skema.
Cobalah Demonstrasi 7.6 ketika anda mempunyai kesempatan. Demonstrasi ini
didasarkan pada sebuah studi oleh Brewer dan Treyens (1981). Para penulis ini
meminta partisipan dalam studi mereka untuk menunggu, satu pada satu waktu, di
ruang yang digambarkan dalam demonstrasi. Setiap kali, eksperimen menjelaskan
bahwa ini adalah kantornya, dan dia perlu memeriksa laboratorium untuk melihat
apakah partisipan sebelumnya telah menyelesaikan eksperimen. Setelah 35 detik,
eksperimenter meminta partisipan untuk pindah ke ruang sebelah. Di sini, setiap
orang diberi test mengejutkan: ingat segala sesuatu dalam ruangan di mana anda
telah menunggu.

Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang sangat mungkin mengingat objek-


objek yang konsisten dengan “skema kantor”—hampir setiap orang mengingat meja,
kursi di dekat meja, dan dinding.  Tetapi hanya sedikit yang mengingat botol anggur
dan teko kopi, dan hanya satu mengingat keranjang picnic. Item-item ini tidak
konsisten dengan skema kantor. Selain itu, sejumlah orang “mengingat“ item-item
yang tidak ada di ruangan tersebut; contohnya, sembilan mengatakan mereka
mengingat buku-buku, walaupun tidak ada yang telah terlihat.  Pensuplaian item-
item yang konsisten dengan skema ini merupakan kesalahan rekonstruksi yang
DEMONSTRASI 7.5
menarik.

Skema dan Memori

Sumber: didasarkan pada Brewer & Treyens, 1981)

Setelah membaca instruksi-instruksi ini, tutup mereka dan sisa teks dalam demonstrasi
ini sehingga hanya gambar yang terlihat. Sajikan gambar kepada seorang teman, dengan
instruksi,” lihat gambar kantor psikolog ini sejenak.” Setengah menit kemudian tutup
buku dan tanya teman anda untuk mencantumkan segala sesuatu yang ada dalam
ruangan itu.

33

(Instruksi lebih lanjut untuk Demonstrasi 7.5: Sekarang tanpa melihat kembali pada
Demonstrasi 7.5, tuliskan cerita dari demonstrasi itu, seakurat mungkin.)
Dalam kasus studi Brewer dan Treyen, orang-orang mengingat informasi
yang konsisten dengan: skema kantor”, tetapi perhatikan bahwa orang-orang tidak
menyadari bahwa mereka akan diminta untuk mengingat item,-item itu; dengan kata
lain, tugas tersebut melibatkan pembelajaran kebetulan. Kondisi pembelajaran
kebetulan bisa mendorong kita untuk lebih sembarangan (casual) mengenai
pemprosesan objek-objek yang kita lihat. Akibatnya, kita mungkin mengingat objek-
objek secara lebih akurat ketika mereka cocok dengan perkiraan-perkiraan kita.

Memori yang ditingkatkan untuk Bahan Yang Tidak Konsisten Dengan


Skema. Seperti yang mungkin anda bayangkan, kita kadang menunjukkan ingatan
yang lebih baik untuk bahan yang melanggar perkiraan kita. Orang-orang terutama
mungkin mengingat bahan yang tidak konsisten dengan skema bila bahan itu 
semarak, dan bila ia mengganggu skema yang sedang berlangsung. Contohnya,
Davidson (1994) menyuruh partisipan untuk membaca beragam cerita, dengan
menggambarkan skema-skema terkenal seperti “pergi ke bioskop.” Hasil-hasil
menunjukkan bahwa orang-orang terutama mungkin mengingat peristiwa yang
menginterupsi cerita yang normal dan diperkirakan. Contohnya, satu cerita
menggambarkan wanita bernama Sarah, yang pergi ke bioskop. Para partisipan
sangat mungkin mengingat sebuah kalimat yang tidak konsisten dengan skema,
seperti “seorang anak berlari-lari di dalam bioskop dan membenturkan kepala ke
Sarah.” Di pihak lain, mereka kurang mungkin mengingat kalimat yang konsisten
dengan skema, seperti “penjaga pintu menyobek karcis setengah dan memberi
kepada mereka potongan karcis”. Secara sepintas, sebelum anda membaca lebih
lanjut, cobalah demonstrasi 7.6

34
35
Rojahn dan Pettigrew (1992) melakukan sebuah meta-analisis terhadap riset
mengenai memori dan skema. Sebagian besar studi yang dicakup dalam meta-
analisis tampak memerlukan pembelajaran sengaja intentional learning), yakni
situasi di mana orang-orang menyadari bahwa mereka akan diminta  untuk
mengingat item-item itu. Ketika memori dinilai dari segi ingatan dalam studi
Davidson orang-orang  kemungkinan mengingat bahan yang tidak konsisten dengan
skema secara lebih baik dibanding bahan yang konsisten dengan skema. Ketika
memori dinilai dari segi pengakuan dan hasil-hasil telah dikoreksi untuk penebakan,
bahan yang tidak konsisten dengan skema masih didukung. Tetapi, ketika memori
dinilai dari segi pengenalan dan hasil-hasil telah tidak dikoreksi untuk penebakan,
bahan yang konsisten dengan skema didukung. Dengan kata lain, jika anda tidak
dapat mengingat apakah anda telah melihat sebuah kalimat pada  sebuah tes
pengenalan mengenai skema film, anda lebih mungkin menebak  bahwa anda melihat
kalimat mengenai penjaga pintu menyobek tiket dari pada kalimat yang melanggar
skema, seperti contoh kita mengenai anak yang bertubrukan dengan wanita itu.

Kenapa kita mesti sering mengingat bahan yang tidak konsisten dengan
skema sedemikian akurat? Satu penjelasan yang masuk akal adalah bahwa kita
sangat mungkin mengingat bahan yang menarik perhatian dan memerlukan lebih
banyak usaha untuk memprosesnya.  Dengan pemprosesan mendalam dan yang
membutuhkan usaha, kita akan mengingat  bahan luar biasa itu.

Status Sekarang Dari Skema dan Pemilihan Memori. Ironisnya, kita tidak
dapat menentukan suatu skema yang jelas untuk riset mengenai topik penting ini!
Agaknya kita tampak mengingat  bahan yang konsisten dengan skema secara lebih
akurat jika tugas menggunakan pembelajaran insidentil atau jika memori dinilai
melalui pengenalan tanpa koreksi untuk penebakan. Tetapi dalam sebagian besar
kasus pembelajaran sengaja, bahan yang tidak konsisten dengan skema tampak lebih
mudah diingat.

36
3. SKEMA DAN ABSTRAKSI MEMORI

Abstraksi merupakan proses memori yang menyimpan arti sebuah pesan


tanpa menyimpan kata-kata pasti dan struktur tata bahasa. Sebagai contoh, anda bisa
mengingat banyak informasi tentang konsep kemirippan keluarga tanpa mengingat
satu kalimat dalam bentuk aslinya. Pada bab 4, kita melihat bahwa orang kadang
memiliki ingatan terhadap kata demi kata atau memori  verbatim. Sebagai contoh,
seorang actor professional mampu  menceritakan secara tepat setiap kata dari karya
Shakespeare. 

Kebanyakan memori  verbatim kita jauh  dari spektakuler beberapa menit


setelah penerimaan dihadirkan (Sach, 1967). Bagaimanapun kita cenderung
mengingat intisari dari pemahaman general  dengan tingkat akurasi yang impresif.
Mari kita pertimbangkan dua pendekatan terhadap abstraksi yaitu pendekatan
konstruktif dan pendekatan pragmatis.

Pendekatan Konstruktif

Pastikan untuk melakukan percobaan 7.6 sebelum membaca lebih jauh. Ini
adalah versi yang lebih sederhana dari studi klasik oleh Bransford dan Franks (1971).
Berapa kalimat pada bagian 2 pada percobaan yang pernah anda lihat sebelumnya?
Jawabannya terdapat pada akhir bab.

Bransford dan Franks meminta pada partisipan dalam penelitiannya untuk


mendengarkan kalimat-kalimat dari beberapa cerita yang berbeda, lalu mereka
diberikan test pengenalan yang didalamnya dimasukkan kalimat-kalimat baru,
banyak diantaranya merupakan kombinasi kalimat-kalimat sebelumnya meskipun
begitu mereka yakin bahwa mereka telah melihat kalimat-kalimat itu sebelumnya,
kesalahan seperti ini disebut false alarm. Dalam penelitian mengenai memori, false
alarm terjadi ketika orang mengingat sesuatu yang tidak secara original hadir.

Penelitian Bransford dan Franks menunjukan bahwa false alarm


kemungkinan besar untuk kalimat kompleks yang konsisten dengan skema asli.
Sebagai contoh “Pohon tinggi di halaman depan menaungi  orang yang sedang

37
merokok dengan pipa cangklongnya” sebagai pembanding  fals alarm kecil
kemungkinannya untuk kalimat sederhana seperti “Kucing itu ketakutan” lagipula
mereka tidak membuat false alarm untuk kalimat yang merusak makna dari kalimat
sebelumnya – sebagai contoh, “kucing yang ketakutan yang memecahkan jendela
beranda memanjat pohon”

  Penelitian ini akhir-akhir ini dilakukan ulang oleh Holmes dan rekan-
rekannya (1998).Pada percobaan pertamanya para peserta “mengingat” kalimat-
kalimat yang sebenarnya merupakan kombinsi dari kalimat yang asli. False alarm
lebih memungkinkan untuk kalimat yang lebih kompleks. Penelitian ini juga
menanyakan pada para partisipan untuk mengukur sejauh mana kepercayaan diri
yang mereka dapat sebenarnya ketika mendengar setiap kalimat tersebut. Para
partisipan pada dasarnya lebih percaya diri terhadap kalimat yang kompleks
dibandingkan dengan kalimat yang asli.

Holmes dan peneliti lainnya juga mengulang penelitian mereka dengan satu
perbedaan penting. Dalam susunan standar, para partisipan menjawab pertanyaan
yang berhubungan dengan ilmu semantic seperti yang telah anda lakukan pada
percobaan 7.7. bagaimanapun dalam penelitian berikutnya para partisipan
diinstruksikan untuk menghitung jumlah huruf pada kata terakhir dari kalimat
(sebagai contoh kata porch untuk kalimat yang pertama di percobaan 7.7) dengan
proses instruksi yang dangkal ini, false alarm secara signifikan tercatat berkurang.
Rupanya proses semantic yang mendalam lebih memungkinkan dibandingkan proses
yang mendalam untuk mendorong kita untuk menggabungkan informasi yang
berkaitan dengan tujuan untuk membentuk sebuah cerita yang utuh.

Bransford dan Franks (1971) mengajukan sebuah model konstruktif memori


untuk materi prosa. Berdasarkan model konstruktif memori manusia menggabungkan
kalimat-kalimat pribadinya dengan tujuan untuk membangun ide yang lebih besar.
Oleh karena itu mereka berpikir bahwa mereka telah melihat kalimat yang kompleks
karena mereka telah menggabungkan berbagai jenis fakta di dalam memori. Sekali
kalimat-kalimat itu tergabung di dalam memori, kita tidak bisa menguraikannya ke
dalam bentuknya yang asli dan mengingat komponen verbatim. Penelitian yang

38
dilakukan oleh Holmes dan rekan-rekan (1998) menunjukkan bahwa kita sangat
mungkin untuk menggabungkan informasi  ketika kita memperhatikan kepada makna
dari sebuah materi.

Sebagai catatan bahwa pandangan memori konstruktif menekankan pada


keaktifan alami dari proses kognitif, sejalan dengan tema 1 dari buku ini, kalimat-
kalimat  tidak secara pasif memasuki memori, dimana tersimpan secara terpisah.
Bahkan kita mencoba mempertimbangkan kalimat-kalimat lain yang sepertinya
memiliki hubungan antara satu dengan yang lain. Kita mengkombinasikan kalimat-
kalimat itu menjadi cerita yang masuk akal, menggabungkan beberapa bagian
menjadi satu.

Memori konstruktif  juga menggambarkan tema 2 walaupun memori secara


umum akurat, kesalahan pada proses kognitif dapat sering terdeteksi secara umum
merupakan strategi yang berguna di kehidupan nyata. Sebuah heuristic yang berguna
menggabungkan kalimat-kalimat menjadi satu. Bagaimanapun juga proses heuristic
ini mampu menuntun kita untuk tersesat apabila digunakan secara tidak tepat. Karena
ternyata para partisipan dalam penelitian Bransford dan Franks (1971) menggunakan
strategi memori konstruktif yang berguna dalam kehidupan nyata tetapi tidak tepat
digunakan dalam penelitian tentang tes memori verbatim.

Pendekatan Pragmatis

Murphy dan Shapiro (1994) telah mengembangkan cara pandang yang


berbeda terhadap memori kalimat, yang mereka sebut dengan cara pandang
pragmatis terhadap teks memori. Cara pandang memori pragmatis mengungkapkan
bahwa manusia sampai pada tingkat menganalisa teks yang paling relevan, penting
atau yang menonjol yang diberikan oleh tujuan mereka dengan kata lain, manusia
bisa secara strategis mengontrol perhatian mereka, dalam kehidupan sehari-hari kita
sadar bahwa kita harus memperhatikan arti secara umum sebuah cerita. Sebagai
sebuah konsekuensi kita mengingat kembali intisarinya secara akurat namun
mengabaikan kalimat-kalimatnya, bagaimanapun juga jika kita menyadari bahwa kita
harus memperhatikan kata-kata  dari kalimat secara tepat, maka memori verbatim

39
akan sangat akurat. Sebagai catatan bahwa pandangan pragmatis dari sebuah memori
teks agak serupa dengan beberapa penelitian yang telah kita diskusikan pada bab 4,
dalam hubungannya dengan pengkodean khusus, secara khusus ketika seseorang
terfokus pada bunyi dari kata pada saat pengkodean, mereka bisa mengingat memori
akustik , ketika mereka terfokus pada arti, mereka bisa mengingat informasi semantik
(Bransford et al., 1979; Moscovitch & Craik, 1976).

Memory pernah di coba pada test pengenalan test dimana didalamnya lima
kalimat asli,  lima versi penafsiran kalimat-kalimat tersebut dengan sedikit bentuk
yang berbeda (sebagai contoh, “Aku tak pernah berpikir akan jadi seorang ibu di usia
yang semuda ini”) dan empat kalimat yang tidak berkaitan.

4. SKEMA DAN INTERPRETASI MEMORI

Dalam banyak kasus, orang menambahkan pengetahuan umumnya dalam


materi yang mereka jumpai dan mereka mengingat bahwa informasi ini pernah hadir
dalam materi aslinya. Dengan demikian mengingat kembali bisa termasuk inferensi
atau interpretasi logis dan kesimpulan yang tidak pernah merupakan bagian dari
materi stimulus aslinya, mari kita pertimbangkan penelitian klasik pada topic ini,
sebaik implikasi dari sebuah iklan.

Penelitian klasik mengenai inferensi  Penelitian pada bidang ini dimulai


dengan penelitian Sir Frederick Bartlett (1932), seorang peneliti memori yang
menggunakan materi bahasa natural. Seperti telah disebutkan sebelumnya teori dan
tehniknya menandakan pendekatan kontemporer psikologi kognitif. Sedangkan
Ebbinghaus menyukai kata-kata omong kosong, Bartlett yakin aspek yang paling
menarik dari memori adalah interaksi yang kompleks antara pengetahuan dasar dari
para partisipan dalam sebuah percobaan dengan materi yang dihadirkan selama
percobaan. Khususnya dia berpendapat bahwa ketertarikan yang unik dari setiap
individu dan pengalaman pribadi bisa membentuk konten sebuah memori.

Bartlett (1932) dalam seri penelitiannya yang cukup terkenal, dia


memerintahkan kepada murid-murid  inggris untuk membaca cerita Amerika yang
berjudul “Pertempuran Para Hantu” mereka kemudian diperintahkan untuk

40
mengingat kembali cerita 15 menit kemudian. Bartlett menemukan bahwa para
peserta diajak untuk mengabaikan materi yang tidak masuk akal dari cara pandang
murid-murid Inggris (sebagai contoh, bagian kisah yang menceritakan hantu yang
menyerang soseorang yang tidak merasakan sakit) mereka juga diarahkan untuk
membentuk kisah ke dalam bentuk yang lebih familiar, lebih mirip kisah dongeng
Inggris. Bartlett juga memerintahkan para partisipan penelitiannya untuk mengingat
kembali kisahnya, setelah jeda beberapa hari. Dia melaporkan bahwa seiring
berjalannya waktu setelah mendengarkan kisah aslinya, kisah yang di recalled 
membawa  lebih banyak unsur dari pengetahuan sebelumnya  dan sedikit informasi
dari cerita aslinya .

Bransford dan Kawan-kawan (1972) menyajikan lebih banyak bukti


mengenai penggabungan pengetahuan sebelumnya dengan informasi dari stimulus.
Ilmuwan ini meneliti bagaimana orang membangun model mental berdasarkan
deskripsi verbal. Sebuah topiK yang kami pertimbangkan pada akhir bab 6.  Mereka
memberikan kepada para peserta kalimat seperti:

1. Tiga ekor kura-kura beristirahat di atas kayu yang mengapung dan ikan-ikan
berenang di bawahnya. Kemudian para peserta menerima test pengenalan yang
berisi kalimat seperti.
2. Tiga ekor kura-kura beristirahat di atas kayu yang mengapung dan ikan-ikan
berenang di bawahnya.  sebagai catatan pada kalimat ini diakhiri dengan “it” dan
bukan dengan”them”tapi ini merupakan inferensi yang masuk akal dari kalimat
yang pertama. Pengetahuan kita dalam relasi spasial mengatakan bahwa :
3. Kura-kura ada di kayu dan ikan ada di bawahnya , lalu ikannya pasti berada
di bawah kayu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang pernah melihat
kalimat yang pertama sering dilaporkan bahwa meraka mengenali kalimat yang
kedua. Bransford dan rekan-rekannya (1972) menjelaskan bahwa orang melihat
kalimat yang pertama, dan mereka membangun suatu ide dengan menggabungkan
kalimat tersebut dengan apa yang mereka ketahui tentang dunia. Hasilnya, mereka

41
percaya bahwa mereka telah melihat secara logis kalimat yang konsisten yang tidak
pernah disajikan sebelumnya.

Penelitian Brandsford dan rekan-rekannya mendemonstrasikan latar belakang


pengetahuan dapat menyesatkan seseorang, menyebabkan mereka menggunakan
sistematis error dan ‘mengingat’ inferensi yang tidak semestinya. Dalam kehidupan
sehari-hari, bagaimanapun, latar belakang informasi biasanya membantu cerita.
Cerita sederhana telah jelas, struktur regular ( Schank & Abelson, 1995). Orang
menjadi familiar dengan struktur dasar cerita dari pengalaman mereka sebelumnya
dalam budaya mereka. Mereka menggunakan struktur ini untuk memilah cerita baru
yang mereka dengar.  Sekali lagi, ketika latar belakang informasi konsisten dengan
materi stimulus, latar belakang informasi ini akan sangat membantu.

Implikasi untuk Iklan (Implications for Advertising) Materi dalam skema


dan interpretasi memori dapat digunakan untuk iklan. Seharusnya iklan mengatakan,
“Empat dari lima dokter merekomendasikan obat merk Gonif.” Mungkin anda cukup
dapat menyimpulkan, oleh karena itu, empat dari lima dokter juga akan
merekomendasikan obat merk Gonif, meskipun iklan tidak mengatakan demikian.

Penelitian menyarankan orang yang membaca iklan mungkin langsung


menyimpulkan, ‘mengingat’ inferensi yang tidak selalu sesuai dengan yang
dijanjikan. Harris dan rekan-rekan (1989) meminta mahasiswa untuk membaca cerita
yang berisi beberapa slogan iklan. Beberapa slogan dibuat secara gamblang
(misalnya, “Tylenol menyebuhkan flu”). Slogan lainnya hanya tersirat, (misalnya
“Tylenol melawan flu”). Pada tugas pilihan ganda yang diikuti, orang yang melihat
iklan yang tersirat (implied claim version) seringkali dipilih daripada iklan yang
gamblang (direct claim version). Anda dapat mengetahui mengapa hasil tersebut
menyarankan bahwa konsumen harus berhati-hati. Apabila iklan tmenyiratkan bahwa
suatu produk tertentu memiliki sifat yang luar biasa, pastikan bahwa anda tidak
langsung mengambil kesimpulan yang tidak tepat. Anda cenderung ‘mengingat’
inferensi tersebut daripada informasi yang sebenarnya.

42
Setelah membaca mengenai kecenderungan manusia menarik kesimpulan
yang tidak semestinya, mungkin anda menyimpulkan bahwa orang pasti menarik
kesimpulan berdasarkan kesimpulan dari pengalaman sehari-hari. Namun, membuat
kesimpulan bukan proses yang wajib (Alba & Hasher, 1983; Wynn & Logie, 1998).
Beberapa peneliti menemukan bahwa inferensi hanya terjadi pada situasi yang
terbatas dan mungkin lebih sering terjadi di laboratorium daripada di kehidupan yang
sebenarnya. Faktanya, orang sering mengingat materi dengan akurat, sama seperti
pada awal dipresentasikan. Penelitian lanjutan harus menangani masalah kapan
memori itu semantic dan kapan ketika itu akurat. Dalam banyak kasus, kemudian,
skema dapat mempengaruhi inferensi dalam memori. Bagaimanapun, konsisten
dengan Tema 2, memori lebih sering akurat.

5. SKEMA DAN INTEGRASI DALAM MEMORI

Proses akhir dalam pembentukan memori adalah integrasi. Teori skema


berpendapat bahwa satu, representasi yang terintegrasi  dibuat dalam memori dari
informasi yang dipilih pada fase pertama, pada fase berikutnya diabstraksi, dan
diinterpretasikan (dengan bantuan latar belakang pengetahuan) pada fase selanjutnya.
Faktanya, beberapa peneliti berpendapat bahwa skema memberikan efek yang lebih
kuat selama integrasi dan fase pengambilan daripada selama fase memori
sebelumnya (Bloom, 1988; Kardash dkk., 1988). Sekali lagi, bagaimanapun, skema
tidak selalu dapat digunakan. Seperti yang telah kita lihat, skema integrasi yang
konsisten lebih mungkin ketika ‘recall’ ditunda dan ketika orang melakukan yang
lain, tugas simultan selama me-recall.

Integrasi dan Recall yang Tertunda Sejumlah penelitian menunjukkan


bahwa latar belakang pengetahuan tidak berpengaruh terhadap ‘recall’ jika ‘recall’
itu diuji dengan segera setelah materi dipelajari. Namun, setelah tertunda cukup
lama, materi yang telah terintegrasi dengan skema yang ada; ‘recall’ sekarang telah
diubah. Sebagai contoh, Haris dan rekan-rekan (1989) meminta mahasiswa di Kansas
untuk membaca sebuah cerita yang sesuai dengan tradisi budaya Amerika dan
Meksiko. Sebuah cerita yang mewakili tentang perencanaan tanggal dalam budaya
tradisional Meksiko termasuk sebuah kalimat tentang saudara laki-laki kakak

43
perempuan yang menyertai pasangannya sebagai pendamping; versi Amerika tidak
ada pendamping. Ketika me-recall cerita diuji 30 menit setelah membaca materi,
siswa tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengubah skema cerita orang
Meksiko ke arah yang sesuai dengan skema orang Amerika. Setelah ditunda selama 2
hari, namun, siswa telah mengubah sejumlah detail cerita.

Seperti Haris dan rekan-rekannya (1988) tunjukkan, skema tentang budaya


dapat mempengaruhi pemahaman awal dari cerita tentang perbedaan budaya.
Bagaimanapun, sebagai sumber tambahan penting dari distorsi budaya yang terjadi
selama ‘recall’ tertunda.

Integrasi dan Kapasitas Memori Terbatas Penelitian mengesankan skema


lebih mungkin untuk mempengaruhi integrasi memori ketika kapasitas memori
tegang selama ‘recall’; skema mungkin tidak berpengaruh ketika orang melakukan
tugas yang relative sederhana. Sherman dan Bassenoff (1999) meminta seseorang
untuk membaca 30 daftar karakteristik, digambarkan sebagai suatu daftar eksperimen
(daftar 1). Kemudian mereka membaca daftar karakteristik yang kedua yang telah
digambarkan sebagai ciri seorang pria yang bernama Bob Hamilton (daftar 2).
Sebagian partisipan diberitahu bahwa Bob adalah seorang yang berkepala plontos;
sebagian mengatakan bahwa ia seorang pendeta. Dari 10 karakteristik pada masing-
masing daftar menggambarkan yang ramah, 10 menggambarkan tidak ramah, dan 10
lainnya mengatakan netral.

Keesokan harinya, masing-masing item dari dua daftar disajikan lagi,


ditambah 30 item yang baru. Partisipan diminta untuk  mengenali karakteristik mana
yang sebelumnya berkaitan dengan Bob. Selama tes memori ini, sebagian partisipan
hanya melakukan tes pengenalan. Namun, sebagian diberi tambahan, tugas simultan.
Khususnya, mereka diminta untuk menahan delapan digit angka dalam memori
sambil mengerjakan tugas pengenalan.

Sherman dan Bassenof kemudian menganalisa item dari daftar 1 yang


partisipannya keliru menghubungkan dengan Bob. (hanya item dari daftar 2 dapat
secara tepat menghubungkan dengan Bob). Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan

44
yang hanya melakukan  tugas pengenalan tidak dapat menunjukkan skema memori
yang konsisten untuk item dari daftar 1. Tetapi, partisipan yang melakukan tugas
simultan menunjukkan skema memori yang konsisten untuk item dari daftar 1.
Secara spesifik, mereka mungkin menerapkan item tidak ramah dari daftar ke
berkepala plontos dan item ramah ke pendeta.

Seringkali orang mengintegrasikan materi dalam memori. Tetapi, Alba dan


Hasher (1983) mengambil bukti eksperimen yang gagal mendemonstrasikan
integrasi. Pada banyak kasus, orang menyimpan dalam beberapa memori secara
terpisah, unit yang tidak terintegrasi dari original stimulus yang kompleks.

KESIMPULAN  TENTANG SKEMA

1. Penelitian skrip menunjukkan bahwa para ahli dapat mengatur acara dalam urutan
yang sesuai lebih cepat dari pada pemula; Juga, orang menunjukkan pola waktu
yang berbeda dalam mengingat materi dari skrip dan kategori; selanjutnya. Orang
mungkin tidak mendeteksi 'kesamaan umum antara dua naskah kecuali kesamaan
yang ditunjukkan.

2. Program komputer telah dirancang untuk menguraikan sedikit kerangka naskah;


Setiap program komputer harus mencerminkan fleksibilitas yang digunakan
manusia untuk menggunakan skrip.

3. Skema beroperasi dalam pemilihan kenangan; Sebagai contoh, item recall peOple
konsisten dengan skema kantor

4. Skema mendorong abstraksi ingatan; sehingga rincian pesan asli hilang, namun arti
umum tetap dipertahankan. Skema mempengaruhi interpretasi dalam ingatan; Orang
mungkin ingat kesimpulan yang tidak pernah muncul dalam materi aslinya. Namun.
informasi latar belakang sering membantu kita menafsirkan informasi yang tidak
jelas. Sayangnya. orang sering mengingat kesimpulan yang salah dari iklan. .

45
5. Skema mendorong keterwakilan terpadu dalam memori; penelitian menunjukkan
bahwa orang mungkin salah mengartikan materi sehingga lebih sesuai dengan
skema mereka, termasuk skema budaya mereka.

6. Skema mendorong keterwakilan terpadu dalam ingatan; penelitian menunjukkan


bahwa orang mungkin salah mengartikan materi sehingga lebih sesuai dengan
skema mereka, termasuk skema budaya mereka.
7. Skema dapat memiliki pengaruh penting pada ingatan, namun pengaruhnya tidak
bisa dihindari.

C. METACOGNITION
Metakognisi adalah pengetahuan dan kesadaran Anda tentang proses
kognitif. Dengan demikian, kita beralih dari pengetahuan tentang dunia luar untuk
mengetahui tentang proses di dalam kepala Anda.
Pikirkan beragam pengetahuan metakognitif yang Anda miliki. Misalnya,
jika saya menanyakan nama peneliti yang terkait dengan pendekatan prototipe
dengan memori semantik. Anda bisa memberi tahu saya apakah nama peneliti ada di
ujung lidah Anda atau tidak. Anda juga tahu faktor apa saja yang mempengaruhi
proses kognitif Anda sendiri (misalnya, waktu, motivasi, jenis materi, dan keadaan
sosial. Selain itu, Anda juga dapat menilai apakah Anda cukup siap menghadapi
ujian berikutnya yang akan Anda ambil.
Metakognisi adalah proses yang menarik karena kita menggunakan proses
kognitif kita untuk merenungkan proses kognitif kita. Metakognisi itu penting
karena kita Pengetahuan tentang proses kognitif curam dapat membimbing kita
dalam mengatur keadaan dan memilih strategi untuk memperbaiki kinerja kognitif
di masa depan.

1. UJUNG FENOMENA LIDAH


Cobalah Demonstrasi 7.8 untuk melihat apakah ada definisi yang
mendorong Anda ke pengalaman ujung fenomena lidah. Gejala ujung fenomena
lidah mengacu pada sensasi yang kita miliki saat kita yakin bahwa kita

46
mengetahui kata yang kita cari. Namun kita tidak bisa mengingatnya. Studi
Brown dan McNeill (1966) adalah topik klasik tentang topik ini. Mari kita amati
fenomena ini dan kemudian lihat bagaimana kaitannya dengan metakognisi.
Gambaran Brown dan McNeill tentang seorang pria "disita" ujung lidah
bisa menangkap siksaan yang mungkin Anda rasakan saat Anda gagal
menangkap sepatah kata dari ujung lidah Anda: Sigma itu tidak salah lagi , dia
akan tampak dalam siksaan ringan, sesuatu seperti jahitan bersin dan jika dia
menemukan kata itu, lega adalah cukup besar (hal 326)

DEMONSTRASI 7.8

UJUNG FENOMENA LIDAH

Lihatlah masing-masing definisi di bawah ini. Untuk setiap definisi, berikan kata
yang sesuai jika Anda mengetahuinya. Tunjukkan "Tidak tahu" untuk orang-orang
yang Anda yakin Anda tidak tahu. Tandai TOT di samping yang Anda cukup yakin
Anda tahu kata itu, meskipun Anda tidak dapat mengingatnya sekarang. Paling
sedikit satu kata yang terdengar mirip dengan kata target. Jawabannya akan
muncul nanti di bab ini.

1. Penguasa absolut, seorang tiran.


2. Batu yang memiliki rongga dilapisi dengan kristal.
3. Lingkaran besar bumi yang melewati kutub geografis dan titik tertentu di
permukaan bumi.
4. Layak dihormati atau dihormati dengan alasan usia dan martabat.
5. Menumpahkan daun setiap tahun, sebagai lawan hijau
6. Seseorang ditunjuk, bertindak sebagai pengganti orang lain.
7. Lima keturunan lahir pada kelahiran tunggal.
8. Kualitas kepemimpinan khusus yang menangkap imajinasi populer dan
mengilhami kesetiaan yang tak tergoyahkan.
9. Benda pewarna merah dari sel darah merah.
10. Reptil terbang yang punah pada akhir Era Mesozoikum.
11-. Musim semi dari mana air panas, uap. atau lumpur menyemburkan keluar
pada interval. menemukannya Taman Nasional Yellowstone.
12. Perut kedua seekor burung, yang memiliki dinding tebal dan berotot.

47
Kesamaan antara "jurang bersin" dan iritasi pada ujung lidah terasa luar
biasa! Tidakkah Anda berharap Anda memiliki zat yang mirip dengan lada yang
bisa membujuk kata yang hilang dari ingatan?

Bagaimanapun juga. Brown dan McNeill menghasilkan status ujung


lidah dengan memberi orang definisi untuk kata bahasa Inggris yang tidak biasa,
seperti kloaka. ambergris, dan nepotisme. Terkadang orang memberikan kata
yang tepat itu segera, dan lain kali mereka yakin bahwa mereka tidak
mengetahui sepatah kata pun. Namun. dalam beberapa kasus. definisi yang
dihasilkan. sebuah negara ujung lidah. Dalam kasus-kasus ini. Eksperimen
tersebut meminta orang untuk memberikan kata-kata yang menyerupai kata
target dalam hal suara. tapi tidak berarti. Sebagai contoh. Saat kata target
sampan. Orang-orang memberikan kata-kata yang terdengar serupa ini: saipan.
Siam. Cheyenne. sarung. sanching, dan simfon.
Hasil Brown dan McNeill menunjukkan bahwa kata-kata yang terdengar
serupa memang sangat mirip dengan kata-kata target. Kata-kata terdengar serupa
sesuai dengan huruf pertama target 49 persen. dan mereka mencocokkan angka
target nf suku kata 48 persen dari waktu. ''
Brown dan McNeill (1966) mengemukakan bahwa memori jangka
panjang kita untuk kata-kata dan definisi seperti kamus. Namun, kamus mental
kita jauh lebih fleksibel daripada versi alfabet yang Anda miliki di rak buku
Anda. Kita dapat memulihkan kata-kata dari ingatan dengan arti atau suaranya
dan kita tidak perlu memeriksa entri dalam urutan abjad. .

Alan Brown (1991) telah meninjau 25 tahun penelitian tentang


pengalaman ujung lidah. Dia menyimpulkan bahwa orang melaporkan bahwa
pengalaman itu terjadi sekitar sekali seminggu dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Meskipun lansia melaporkannya lebih sering daripada orang dewasa muda.
Orang berhasil mengambil kata yang mereka cari sekitar separuh waktu,
seringkali dalam dua menit pertama pengalaman ujung lidah .

48
Secara umum, penelitian juga menunjukkan bahwa orang benar
menebak kata pertama dari kata target antara 50 persen dan 70 persen dari
waktu. Orang juga sangat akurat dalam menebak jumlah suku kata yang tepat
(antara 47 persen dan 83 persen tebakan benar). Namun. Angka-angka ini
kurang mengesankan begitu Anda menyadari bahwa orang bisa sangat akurat
hanya dengan menebak-nebak. Tingkat akurasi yang lebih tinggi biasanya
diperoleh dengan nama yang tepat, yang biasanya terbatas pada kata-kata satu
dan dua suku kata.

Sekarang periksa akurasi Anda sendiri untuk Demonstrasi 7.8, dan


perhatikan apakah kata-kata yang terdengar serupa menyerupai target dalam hal
huruf pertama dan jumlah suku kata. Kata-kata sasarannya adalah:

1. Penganiaya 5. Gugur 9. Hemoglobin


2. Geode 6. Pengganti 10. Pterodaktil
3. Meridian 7. Kembar lima 11. Air Mancur Panas
4. Tua 8. Karisma 12. Tenggorokan

Kebetulan, fenomena ujung lidah konsisten dengan konsep degradasi


anggun, dibahas sehubungan dengan pendekatan pemrosesan terdistribusi
paralel (hlm. 97). Artinya, kita sering mengingat beberapa informasi parsial,
bahkan jika kita tidak dapat menemukan kembali target yang tepat yang kita cari
di memori. Pikirkan alasan mengapa fenomena ujung lidah adalah salah satu
jenis metakognisi. Orang cukup tahu tentang ingatan mereka untuk melaporkan,
"Kata ini ada di ujung lidah saya." Pengetahuan mereka memang cukup akurat,
karena mereka cenderung bisa mengidentifikasi huruf pertama dan jumlah suku
kata dalam kata target. Mereka juga cenderung memberikan kata-kata yang
terdengar serupa yang benar-benar menyerupai kata target. Akhirnya. Dalam
sekitar setengah kasus, mereka berhasil mengambil kembali kata yang mereka
cari. sebuah indikasi bahwa mereka benar-benar melakukan pencarian dari kata
target.

49
2. SECARA MENDALAM: Metamemori

Pernahkah Anda berada di posisi ini? Anda pikir Anda tahu materi
untuk semester tengah dan faktanya, Anda mengharapkan memperoleh nilai
yang cukup tinggi. Namun, saat ujian tengah semester diserahkan kembali Anda
menerima C. jika ini terdengar asing, kamu punya telah menjadi korban
kegagalan metamemory. Metamemori mengacu pada pengetahuan dan
kesadaran orang akan ingatan mereka.

Metamemori juga akan membantu Anda mengidentifikasi strategi


memori mana yang paling sesuai untuk Anda dan mana yang tidak efisien. Oleh
karena itu, bagian pendalaman ini menyarankan beberapa tip praktis untuk
perbaikan dan kinerja memori pada pemeriksaan. Saat Anda membaca materi
ini, cobalah untuk mengidentifikasi di mana metamemory Anda mungkin
memerlukan beberapa perbaikan.

Akurasi Metamemory Dalam kondisi ideal, metamemori bisa beredar.


Pertimbangkan, misalnya, sebuah studi oleh Eugene Lovelace (1984). Lovelace
menampilkan pasangan kata-kata bahasa Inggris yang tidak terkait (misalnya,
DISEASE-RAILROAD). Para peserta diberi tahu bahwa mereka akan diuji
untuk pembelajaran rekan berpasangan, yaitu mereka kemudian akan melihat
kata pertama di pasangan dan diminta untuk memberikan kata kedua. Ada empat
kondisi belajar: 51 orang melihat masing-masing pasangan selama 8 detik dalam
satu percobaan studi; 82 orang melihat masing-masing pasangan selama 4 detik
pada masing-masing dua uji coba berturut-turut; 34 orang melihat masing-
masing pasangan selama 2 detik pada masing-masing empat uji coba berturut-
turut; dan orang-orang dalam kondisi T2 melihat masing-masing pasangan
selama 4 Detik pada masing-masing dua uji coba berturut-turut dengan uji coba
di antaranya. Setelah pemaparan akhir dari masing-masing pasangan, peserta
menilai masing-masing pasangan untuk kemungkinan mereka menjawab item
dengan benar pada tes selanjutnya. Akhirnya, mereka diuji untuk mengingat.

50
Gambar 7.6 menunjukkan hasilnya. Penemuan yang menyerang adalah
bahwa orang dapat memprediksi barang mana yang akan mereka ingat. Ketika
mereka memberikan rating 5 pada item, mereka sebenarnya mengingatnya
sekitar 90 persen dari waktu ketika mereka diuji nanti; Ketika mereka memberi
rating 1, mereka mengingatnya kurang dari separuh waktu. Melihat, bahwa
hubungan antara peringkat kepercayaan dan proporsi benar berlaku untuk
keempat kondisi tersebut. Temuan ini dapat diterapkan pada kinerja kelas Anda.
Jika Anda tahu bahwa Anda akan diuji pada daftar item tertentu-seperti definisi
kosakata bahasa asing untuk psikologi temis-Anda mungkin cukup akurat dalam
mengurangi apakah Anda mengetahui materinya.
Sebuah studi oleh Ruth Maki dan Sharon Berry (1984) memiliki
implikasi penting bagi kinerja Anda dalam kursus psikologi. Mereka memeriksa
kemampuan siswa untuk memahami seberapa baik kinerja mereka dalam ujian
Meliputi materi yang telah mereka baca

KESIMPULAN  TENTANG METAKOGNISI

1. Dua komponen metakognisi penting adalah fenomena ujung tombak dan


metamemori.
2. Penelitian tentang fenomena ujung lidah menunjukkan bahwa ketika orang tidak
dapat mengingat kata-kata yang mereka cari, mereka masih dapat
mengidentifikasi atribut pentingnya.
3. Metamemories orang cukup akurat saat tugasnya jelas; Bila materi melibatkan
konsep dan Anda tidak tahu apa yang akan diuji. Kegunaan metamemory tidak
begitu mengesankan.
4. Siswa yang baik agak lebih baik daripada siswa miskin dalam memperkirakan
kinerja tes mereka; Juga, beberapa komponen metamemori berkorelasi dengan
kinerja memori.
5. Siswa tidak cukup sadar bahwa usaha berhubungan dengan nilai tes atau
beberapa strategi ingatan lebih efisien daripada yang lain.

51
6. Siswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempelajari materi yang sulit
dari pada materi yang mudah, tapi idealnya mereka harus menghabiskan lebih
banyak waktu untuk mendapatkan barang yang sulit.

52

Anda mungkin juga menyukai