2.1. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem
2.1. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem
Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya atau berfikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secra metodik, sistematik, menyeluruh atau universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha dalam
mempelajari dengan sungguh-sungguh kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan / hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup,
dan filsafat dala arti praktis. Hal ini berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Jadi, Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang
sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.
2.1.1 Obyek filsafat
Filsafat merupakan kegiatan yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu
obyek) yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk
mencari kebenaran. Ajaran filsafat merupakan ajaran pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang
kesemestaan secara mendasar (fundamental dan hakiki). Manusia memiliki potensi dan fungsi
kepribadian untuk berpikir aktif dalam mencari kebenaran.
Filsafat sebagai pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau system nilai, baik
sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan Negara maupun berwujud
pandangan hidup atau filsafat hidup.
Yang demikian itu sudah menjadi tata nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme)
dalam mempengaruhi kehidupan modern. Misalnya komunisme, fasisme, dll.
Filsafat yang merupakan kegiatan olah piker manusia memiliki obyek yang tidak terbatas
yang menurut isi atau sustansinya dapat dibedakan menjadi berikut:
1. Obyek Material Filsafat à Obyek pembahasan filsafat yang mencakup
keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit seperti alam, manusia, benda, hewan, dll,
maupun yang bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-nilai, ide, ideology, moral, pandangan hidup,
dll.
2. Obyek Formil Filsafat à Cara pandang filsuf terhadap obyek material
tersebut.
Suatu obyek material dapat ditinjau dalam berbagai sudut pandang berbeda. Oleh sebab itu,
terdapat banyak sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-
cabang filsafat tsb adalah :
1. Metafisika : Membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi
bidang-bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi
(membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan) dan anthropologi.
2. Epistemologi : Membahas persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi : Membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika : Membahas persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.
5. Etika : Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika : Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
Pancasila sebagai sistem filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
indonesia dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya. Filsafat
Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek Pancasila yang benar
dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.
3. Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada setiap sila terkandung
keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi :
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa,berkemanusiaan
yang adil dan beradab,berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Ini merupakan bukti bahwa sila-sila Pancasila merupakan kesatuan atau sebagai Sistem
Filsafat.