Anda di halaman 1dari 29

BAB II

SEKILAS TENTANG TEKNOLOGI INFORMASI


DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Teknologi Informasi


Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani “teknologis”, “technic”
berarti seni, keahlian akan sains dan “logos” berarti ilmu.1 Menurut Everent
Rogers teknologi adalah suatu rancangan langkah instrumental untuk
memperkecil langkah mengenai hubungan sebab akibat dalam mencapai hasil
yang diharapkan.2 Teknologi pada umumnya mempunyai dua komponen,
yaitu perangkat keras yang berupa peralatan elektronik dan perangkat lunak.
Selain telah dijelaskan di atas tampaknya terdapat banyak sekali definisi
teknologi, diantaranya adalah menurut J.K Galbraith sebagaimana dikutip oleh
Ziauddin Sardar, dia mendefinisikan teknologi sebagai penerapan sistematis
pengetahuan ilmiah atau pengetahuan terorganisasi lainnya pada masalah-
masalah praktis.3
Menurut Ahmad Y. Al-Hasan dan Donald R. Hill teknologi adalah ilmu
tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan
dan kenyamanan umat manusia.4
Sedangkan informasi adalah pesan atau keterangan berupa suara, isyarat
atau cahaya yang dengan cara tertentu dapat diterima oleh sasaran, yakni
pihak penerima yang dapat berupa mahluk hidup atau mesin.5
Informasi hanya salah satu tahapan dalam pengertian komunikasi.
Komunikasi merupakan proses melingkar dari penyampai atau sumber,

1
Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 3
2
Everent Rogers dalam Fatah Syukur, Ibid, hlm.14
3
J.K. Galbraith, The New Industrial State, (Penguin, 1970), dikutip oleh D. Dickson,
Alternative Technology and The Politics of Technical Change, (London: Fontana, 1974), juga
terdapat dalam bukunya Ziauddin Sardar, Sains, Teknologi dan Pembangunan di Dunia Islam,
(Bandung: Pustaka, 1989), hlm. 161.
4
Ahmad Y. Al-Hasan dan Donald R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam, terj. Yuliani
Liputo, (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 17.
5
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 7, (Jakarta: PT. Delta Pamungkas, 1997), cet.3, hlm.
152.

17
18

melalui media menyampaikan pesan atau informasi kepada penerima, dan


kemudian berbalik menjadi dua arah, sehingga penerima menjadi penyampai.
Dalam pengertian informasi proses tersebut hanya berlangsung satu tahap,
yaitu dari sumber ke penerima.
Informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah terolah. Informasi ini
dapat berupa berita, publikasi hasil penelitian dan pengembangan baik
program pendidikan atau latihan. Informasi tersebut dapat disimpan dalam
bentuk tulisan, suara, gambar mati ataupun gambar hidup. Sehingga informasi
akhirnya dapat berupa ilmu dan pengetahuan itu sendiri.
Informasi dapat dipandang sebagai entitas yang dapat dicari,
dibangkitkan, diolah, disimpan, disebarluaskan dan dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, diantaranya adalah dimanfaatkannya teknologi informasi
dalam dunia pendidikan. Dalam konteks ini, teknologi informasi didefinisikan
sebagai himpunan perangkat bantu untuk bekerja dengan informasi dan
memanfaatkannya secara cepat, akurat, efisien dan berkelanjutan.6
Sedangkan komunikasi berasal dari bahasa latin “communicate” yang
berati memberitahukan, berpartisipasi atau menjadi milik bersama. Sehingga
"komunikasi" bisa diartikan proses menyebarkan informasi, berita pesan,
pengetahuan atau nilai-nilai dengan maksud menggunakan partisipasi agar hal
yang disampaikan itu menjadi milik bersama antara orang yang memberi
pesan (komunikator) dan orang yang menerima pesan (komunikan).7
Melihat uraian panjang di atas secara sederhana teknologi informasi
dapat diartikan sebagai ilmu yang diperlukan untuk mengelola informasi agar
informasi tersebut dapat dicari dan dimanfaatkan dengan mudah dan akurat.8
Isi dari ilmu tersebut dapat berupa teknik-teknik dan prosedur untuk
menyimpan informasi secara efisien dan efektif.

6
APJII, Kompetensi dalam Teknologi Informasi, http://psi.ut.ac.id/Jurnal/71hardono.htm,
hlm 1.
7
Fatah Syukur, Op cit, hlm. 4-5
8
A.P. Hardhono, Pemanfaatan Teknologi Informasi yang Telah Diterapkan dalam Proses
Pengajaran di Indonesia, http://psi.ut.ac.id/Jurnal/71hardono.htm, hlm. 1
19

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Wigrantoro Roes
Setiyadi tentang teknologi informasi yaitu teknologi yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan informasi.9
Memang ada yang membedakan antara teknologi komunikasi dengan
teknologi informasi. Teknologi komunikasi mencakup pengertian lebih luas
termasuk sistem saluran perangkat keras dan perangkat lunak dari komunikasi
modern, dimana teknologi informasi merupakan bagian daripada teknologi
komunikasi. Sedangkan ilmuwan lainnya membedakan teknologi informasi
sebagai perangkat komputer berikut segala kelengkapannya "tok".10 Namun
bila diamati dengan lebih mendalam bahwa diantara kedua bidang saling
berkaitan satu sama lain, bahkan seringkali digunakan untuk menyebut hal
yang sama secara bergantian.
Teknologi informasi dan komunikasi pendidikan menurut Yusuf Hadi
Miarso dapat diartikan ke dalam empat pengertian, yaitu:
1. Penerapan praktis merupakan suatu yang sudah diolah dan siap dipakai
oleh para pelaksana dan penerima pendidikan, tentu saja pada tingkatan
dan tanggungjawab yang berbeda, misalnya menerapkan produk
elektronika seperti, komputer, radio dan lain-lain dalam belajar mengajar.
2. Prinsip dan penemuan ilmu komunikasi baik pada diri manusia maupun
pada diri mesin (peralatan) tetap dalam pengertian “man machine system”.
3. Efisien dan efektif dalam aplikasi prinsip dan penemuan itu tidak semata-
mata merupakan komponen tambahan, melainkan yang mempunyai
peranan khusus dan menentukan adanya perubahan peranan pada
komponen yang lain. Misalnya tidak sekedar membantu guru (sebagai alat
bantu guru mengajar yang seringkali hanya dipajang di depan kelas),
melainkan sebagai penunjang dengan pedoman dan syarat penggunaan
tertentu.

9
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Perannya
dalam Proses Perubahan Sosial, http://maswig.blogspot.com/2005/02/teknologi-informasi-dan-
komunikasi-dan.html, hlm. 4.
10
Zulkarnain Nasution, Teknologi Komunikasi dalam Perspektif, (Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1989), hlm. 5.
20

4. Proses pendidikan bukan hanya yang berlangsung di dalam kelas atau di


dalam sekolah saja, melainkan yang berlangsung pada semua tingkatan
(level), yaitu mulai dari proses kurikulum perencanaan pengajaran sampai
pelaksanaan interaksi dalam belajar.11

B. Memahami Era Teknologi Informasi


Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas
hasil upaya keras para ‘genius’ yang pada gilirannya temuan teknologi
tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas
kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya. Terdapat
urutan yang sistematis dalam perkembangan teknologi, diawali dengan
persoalan yang diciptakan atau yang dihadapi dalam keseharian. Kemudian
manusia berusaha menemukan alat yang dapat mempermudah suatu proses
dengan cara berfikir dan melakukan eksperimen sehingga ditemukanlah apa
yang dinamakan teknologi, yaitu suatu rancangan langkah instrumental untuk
memperkecil proses dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Tahapan berikutnya, temuan teknologi ini diperkenalkan kepada
masyarakat dan jika terbukti dapat membantu memudahkan aktivitas manusia
kemudian memasuki tahap komersial. Mereka yang mampu memiliki
teknologi menjadi penerima manfaat (beneficieris) teknologi, sedangkan yang
tidak mampu berada pada lingkaran luar penerima manfaat teknologi.
Kondisi mampu dan tidak mampu dalam memiliki teknologi inilah yang
menjadi penyebab awal dari kesenjangan ekonomi dan sosial. Mereka yang
mampu menghasilkan teknologi dan sekaligus memanfaatkan teknologi
memiliki peluang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya yang ada.
Sementara yang tidak memiliki teknologi harus puas sebagai penonton saja.
Akibatnya, yang kaya semakin kaya, yang miskin tetap miskin. Pada sisi
gelap, teknologi dapat dituduh sebagai penyebab kesenjangan sosial. Keadaan
seperti inilah yang kemudian memunculkan ide perlunya pemerataan

11
Yusuf Hadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta, Rajawali Press, 1986),
hlm. 168.
21

pemanfaatan teknologi hingga ke masyarakat bawah, yang bila secara individu


tidak mampu memilikinya.
Diantara bermacam pergulatan antara kemajuan dibidang sosial dan
teknologi serta interaksi saling pengaruh diantara keduanya, teknologi
menempati peran sentral. Isu globalisasi, semakin cepat meluas ke seluruh
penjuru dunia karena fasilitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Apa
saja yang terjadi di berbagai bagian planet bumi ini menjadi semakin cepat
tersebar dan mudah diketahui dengan memanfaatkan TIK. Semua ini
menjadikan TIK sebagai agen perubahan tatanan sosial kehidupan manusia di
seluruh dunia.
Teknologi penyimpanan dan penyajian informasi telah berkembang luar
biasa, yang memungkinkan orang untuk mengakses informasi secara instant
dalam berbagai bentuk. Kemampuan tersebut merevolusi bisnis, pendidikan,
kehidupan rumah tangga, pekerjaan, manajemen dan hampir segala sesuatu
yang kita ketahui. Rumah akan menjadi tempat vital dalam belajar, bekerja
dan menikmati hiburan. Hal ini akan mengubah sekolah, bisnis, pusat
perbelanjaan, perkantoran, perkotaan —ringkasnya, mengubah hampir seluruh
konsep kita tentang kehidupan.
Dunia telah menjadi ajang pertukaran informasi yang maha besar. Pada
1988, sebuah "kabel" serat optik tunggal dapat membawa 3.000 pesan
elektronik, pada tahun 1996 1,5 juta, pada tahun 2000 satu serat optik dapat
membawa pesan elektronik sebanyak 10 juta pesan.12
Kemampuan berkomunikasi adalah salah satu sifat utama manusia.
Banyak ilmuwan mengatakan bahwa alam semesta telah ada selama 4,5 milyar
tahun13, bahwa spesies manusia yang bentuknya mendekati bentuk sekarang
ini telah menghuni bumi selam 2 juta tahun dan keberadaan “manusia
modern” telah berlangsung selama 35.000-50.000 tahun. Akan tetapi nenek

12
Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar: Belajar akan Efektif Kalau
Anda dalam Keadaan Fun, terj. Word++ Translations Servis, (Bandung: Kaifa, 2002), cet. IV, hlm.
39, Larry Downes dan Chunka Mui, Unleashing The Killer App, (Harvard Business School Press,
1998).
13
Robert Reich, The Work of Nations (1991) dalam Gordon Dryden dan Jeannette Vos
,Ibid.
22

moyang kita —apa pun argumentasi kita tentang mereka— belum mengenal
tulisan hingga 6.000 tahun silam.14
Manusia membutuhkan 2.000 tahun lagi sebelum menciptakan sistem
abjad untuk pertama kalinya —konsep luar biasa yang memungkinkan seluruh
pengetahuan dicatat hanya dengan mengkombinasikan 26 simbol. Namun baru
abad ke-11 M bangsa Cina mulai mencetak buku. Dan pada 1451 Johannes
Gutenbreg, penemu asal Jerman, berhasil mencetak buku secara masal untuk
pertama kalinya: yang mengubah kemampuan penyimpanan dan penyampaian
pengetahuan, yang dapat dibaca oleh jutaan orang, "sebelum Gutenberg, hanya
ada sekitar 30 ribu buku di seluruh Eropa. Pada tahun 1500, jumlah itu
mencapai 9 juta buku."15
Ratusan tahun kemudian, manusia berhasil mempercepat proses
tersebut: mesin ketik pertama dibuat pada tahun 1872, telepon pertama 1876,
mesin setting pertama pada 1884, film bisu pertama pada 1895, film bersuara
pada 1922, televisi pertama pada 1926, dan mikro processor komputer
pertama serta kalkulator saku pada 1971. Sejak saat itu revolusi komunikasi
tak terbendung lagi.
Setiap tahun dunia mencetak lebih dari 800.000 judul buku.16 Jika satu
buku dibaca setiap hari, dibutuhkan lebih dari 2.000 tahun untuk
menyelesaikan semuanya. Nah, bayangkan jika kita bisa memilih secara
otomatis informasi yang kita butuhkan, dan itu disalurkan melalui salah satu
dari 10 juta pesan —dalam waktu dekat, informasi sebesar itu diharapkan
dapat ditransmisikan sekaligus lewat sebuah serat optik dengan biaya yang
sangat murah.
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak
mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi
informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi

14
Ibid
15
Kevin Kelly, New Rules For The New Ekonomy, sebuah artikel dari majalah Wired
(September 1991), dalam Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Ibid.
16
Don Tapscott, Growing Up Digital, (McGraw Hill, 1998) dalam Gordon Dryden dan
Jeannette Vos, Ibid.
23

kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak ‘gagap
teknologi’ (gaptek). Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh
kesempatan-kesempatan untuk maju.
Informasi sudah merupakan ‘komoditi’ sebagai layaknya barang
ekonomi yang lain. Peran informasi menjadi kian besar dan nyata dalam dunia
modern seperti sekarang ini. Hal ini bisa dimengerti karena masyarakat
sekarang menuju pada era masyarakat informasi atau masyarakat ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau ada perguruan tinggi
yang menawarkan jurusan informasi atau teknologi informasi, maka perguruan
tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Contoh klasik yang bisa dipakai sebagai ilustrasi di sini adalah
pengalaman Bill Gates yang kita kenal sebagai sosok orang mempunyai
perusahaan Microsoft Computer. William Henry Gates III atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Bill Gates tersebut, sebenarnya kuliah di bidang ilmu
hukum di Harvard University. Ia ingin menjadi pengacara, karena dengan
keahlian sebagai pengacara tersebut, maka ia bisa mempunyai ‘power’ untuk
membantu masyarakat yang memerlukan jasa hukum untuk memperoleh
kebenaran. Belajar Ilmu Hukum, menurut dia, ternyata memerlukan waktu
yang banyak untuk membaca di berbagai tempat seperti perpustakaan, toko
buku atau sumber informasi yang lain. Ia merasa waktunya habis untuk
membaca saja. Disitulah ia lalu menemukan idenya mengapa informasi yang
tersebar di mana-mana itu tidak dikemas saja dalam satu ‘wadah’ —baca
computer— agar yang memerlukannya tidak harus ke sana- ke mari. Di benak
Bill Gates saat itu ia memimpikan ‘how to create a tool for the information
era that could magnify the brainpower instead of just muscle power’. Sejak
itulah maka The Saga of Microsoft mulai digarap. Bill Gates akhirnya menjadi
orang yang sangat produktif dan ‘output oriented’. Menurut Robert Heller
yang menulis buku tentang Bill Gates menyatakan bahwa Bill Gates selalu
24

bilang ‘Turn your vision into reality’.17 Itulah sebabnya program-program


yang ada di Microsoft selalu dibuat user friendly. Berkat jasa Bill Gates inilah
maka teknologi informasi berkembang seperti sekarang ini.

C. Teknologi Informasi dalam Pendidikan


Penelitian tentang pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan
semakin mengemuka dalam dua dasawarsa terakhir ini. Perkembangan
tersebut semakin dipacu, terutama oleh semakin membaiknya infrastruktur
teknologi telekomunikasi dan informasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa yang
dimaksud teknologi dalam istilah teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran adalah lebih merujuk kepada teknologi informasi dan
telekomunikasi atau pun kombinasi keduanya. Dalam banyak literatur dan
dokumen kebijakan saat ini, integrasi kedua teknologi tersebut lebih kerap
diistilahkan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai
terjemahan dari Information and Communication Technology (ICT).18

1. Sejarah Internet Sebagai Media Pendidikan


Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan
digunakan pertama kali untuk keperluan militer. Pada tahun ini ARPA
(Advanced Research Project Agency) dari Departemen Pertahanan Amerika
Serikat membangun sistem jaringan komputer yang disebut ‘Arpanet’.
Jaringan ini menghubungkan antar komputer di daerah-daerah vital dalam
rangka mengatasi masalah jika terjadi serangan nuklir. Arpanet berkembang
sangat pesat dan dipecah menjadi dua bagian Milnet dan Arpanet. Milnet
digunakan khusus untuk keperluan militer, sedangkan Arpanet digunakan
untuk keperluan non militer terutama perguruan tinggi. Gabungan kedua
jaringan ini pada akhirnya dikenal dengan nama, Darpa Internet,, yang
kemudian disederhanakan menjadi ‘internet’ (International Networking).19

17
Soekartawi, Prinsip Dasar E-learning: Teori dan Aplikasinya di Indonesia,
http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#1, hlm. 5
18
Muhammad Amin Bahkri, Loc. cit, hlm. 1
19
Oos M. Anwas, Loc. cit, hlm. 3
25

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar,


yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena
internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh
siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor
jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi
kecil, dan komunikasi menjadi mudah.
Internet sering disebut sebagai jaringan komputer. Padahal tidak semua
jaringan komputer termasuk internet. Jaringan sekelompok komputer yang
sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area Network) atau
disebut juga dengan ‘intranet’. Internet merupakan jaringan yang terdiri atas
ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang
terhubung kan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya
mencakup seluruh dunia.20 Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi
atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang mengatur dan
memilikinya.
Pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan dipelopori oleh
sekolah militer di Amerika Serikat (1983). Sejak itu tren teknologi internet
untuk pendidikan berkembang pesat dan lebih dari 100 perguruan tinggi di
Amerika Serikat telah memanfaatkannya.21 Begitu pula teknologi ini
berkembang pesat di negara-negara lain. Hasil survei yang dilakukan James
W. Michaels dan Dirk Smilie, saat ini ‘provider’ di dunia ada sekitar 25%
pendidikan tinggi yang menawarkan programnya melalui internet. Visi dari
sekolah (Universitas) ini adalah untuk mencapai dan memberikan layanan
pada pasar tanpa dibatasi atau perlu memperluas fasilitas fisiknya.22
Pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara
resmi dimulai sejak di bentuknya telematika tahun 1996. Masih di tahun yang
sama dibentuk Asian Internet Interconnections Initiatives

20
Hanny Kamarga, Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber
Informasi Kesejarahan. (Jakarta: Inti Media, 2002), hlm. 21.
21
Oos M. Anwas, Model Inovasi E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#1, hlm. 1
22
Ardito M. Kodijat, On-line Services pada Industri Pendidikan.
http://www.ristek.go.id/berita/ardito.htm, 2
26

(www.ai3.itb.ac.id/indonesia). Jaringan yang dikoordinir oleh Institut


Teknologi Bandung ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan
teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone
internet pendidikan dan riset di kawasan Asia Pasifik bersama-sama perguruan
tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet
yang meliputi aspek ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, dan
ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga pendidikan tinggi (negeri dan
swasta), lembaga riset nasional, serta instansi terkait yang telah bergabung.23
Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk pendidikan di
Indonesia khususnya di perguruan tinggi terus berkembang. Misalnya tahun
2001 didirikan universitas maya, Indonesia Bangkit University Teledukasi
(IBUT) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia, beberapa
Perguruan Tinggi juga menawarkan program on-line course misalnya
(www.petra.ac.id). Universitas Terbuka mengembangkan on-line tutorial
(www.ut.ac.id/indonesia/tutorial.htm), Indonesia Digital Library Network
(IDLN) mengembangkan perpustakaan elektronik (www.idln.itb.ac.id), dan
lain-lain.24
Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam
berbagai bidang, seperti militer, media masa, bisnis, dan juga untuk
pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat,
Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World
Wide Web (www). Di antara banyak fasilitas tersebut ada lima aplikasi standar
internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail,
Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World
Wide Web (www).25
Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari
teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi,
video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu

23
Oos M. Anwas, Loc. cit, hlm. 3
24
Ibid
25
Antonius AH dan Onno W. Purbo., Teknologi e-learning Berbasis PHP dan MySQL:
Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-learning. (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 13
27

meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat


interaktif, bisa sebagai media masa dan interpersonal, dan ‘gudangnya’
sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi
media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu
Khoe Yao Tung mengatakan bahwa, setelah kehadiran guru dalam arti
sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam
menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.26
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo
paling tidak ada tiga hal positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
a. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di
seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.
b. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang
diminatinya.
c. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia
tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di
samping itu kini hadir perpustakaan internet yang lebih dinamis dan bisa
digunakan di seluruh jagat raya.27

Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo. Menurutnya,


manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber
informasi, akses kepada narasumber, dan sebagai media kerjasama.28 Akses
kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur,
akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada
narasumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik.
Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk
melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk
pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem

26
Khoe Yao Tung, Pendidikan dan Riset di Internet. (Jakarta: Dinastindo, 2000), hlm 15.
27
Onno W. Purbo dan Antonius AH., Op. cit., hlm. 9
28
Budi Rahardjo, Pergolakan Informasi di Indonesia akan Sia-sia. Artikel Majalah Tempo.
Jakarta: November 2001, hlm. 12
28

pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama


perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model
pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan
konvensional. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian,
dan pengembangan internet sebagai media dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah kesiapan anggota
masyarakat untuk memakai komputer dan internet untuk mendapatkan materi
ajar, memanfaatkan materi ajar dan ketrampilan untuk berkomunikasi
mengenai isi materi ajar. Mengharapkan seluruh anggota masyarakat agar siap
menggunakan komputer dan internet adalah tidak realistis. Lebih tidak
realistis lagi bila tidak berbuat sesuatu tetapi berharap agar seluruh anggota
masyarakat suatu saat siap untuk memanfaatkan teknologi internet dalam
proses pengajaran. Oleh karena itu harus ada aksi untuk menyiapkan anggota
masyarakat agar mereka mampu memanfaatkan komputer dan internet untuk
pendidikan dan pelatihan.
Salah satu aksi yang dapat ditempuh adalah dengan melibatkan para
penyuluh lapangan dari departemen yang terkait, misalnya penyuluh
pertanian, penyuluh industri, aparat pemerintahan desa/kecamatan dan lain-
lain. Mereka perlu disiapkan untuk mengetahui materi-ajar yang tersedia dan
cara mendapatkannya. Mereka ini yang akan bertanggung jawab membantu
kelompok mereka masing-masing untuk mendapatkan materi ajar yang
diperlukan atau mengkomunikasikan isi materi ajar yang tidak mereka pahami
setelah mempelajarinya dalam waktu tertentu.
Kehadiran teknologi informasi, merupakan solusi yang diyakini dapat
mengatasi kendala yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Pernyataan tersebut
cukup beralasan, karena pertama hampir dapat dipastikan bahwa setiap
sekolahan telah memiliki dan menggunakan komputer, yang merupakan
teknologi informasi yang paling banyak dimanfaatkan. Demikian juga pada
setiap keluarga, terutama diperkotaan komputer sudah menjadi fasilitas biasa
dan dapat dioperasikan oleh hampir semua anggota keluarga. Ini berarti bahwa
29

jumlah masyarakat yang mempunyai akses terhadap komputer meningkat dari


waktu ke waktu. Oleh karena itu, program pendidikan berbasis komputer
dapat dikembangkan untuk kelompok (masyarakat) ini.
Kedua, proses penyampaian materi ajar yang akan ditransformasikan
kepada peserta belajar dapat lebih efektif dan efisien, karena di Indonesia
sudah banyaknya dibuat software pendidikan oleh para pakar komputer,
walaupun tergolong pada fase permulaan. Saat ini sudah banyak software
pendidikan yang bermutu tinggi, namun biasanya software tersebut adalah
buatan luar negeri sehingga muncul kendala baru yaitu masalah bahasa
Inggris. Beberapa contoh software pendidikan yang dikenal diantaranya:
Computer Assisted Instruction (CAI), yang umumnya software ini sangat baik
untuk keperluan remedial. Intelligent Computer Assisted Instructional (ICAL),
dapat digunakan untuk material tau konsep. Computer Assisted Training
(CAT), Computer Assisted Design (CAD), Computer Assisted Media (CAM),
dan lain-lain.29
Ada banyak potensi dan keunggulan lain dari teknologi informasi yang
sering dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan paradigma baru dunia
pendidikan. Diantara potensi tersebut adalah dalam hal-hal berikut:
a. Akses yang lebih luas. Teknologi informasi dinilai dapat memberikan
akses yang lebih luas bagi sistem penyebaran dan pemerataan pendidikan.
Baik dengan menggunakan teknologi telekomunikasi seperti radio,
televisi, satelit, ataupun teknologi baru seperti internet, penyebaran materi
dan konten pembelajaran terbukti dapat menjangkau pembelajar dalam
cakupan area geografis yang lebih luas dengan waktu penyebaran yang
lebih cepat.
b. Peningkatan kualitas pembelajaran. Teknologi informasi juga dinilai dapat
berperan penting dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini
disebabkan oleh karena cukup banyak potensi yang terkandung dalam
teknologi tersebut sangat sesuai dengan teori dan temuan-temuan baru

29
Asep Saepudin, Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Masyarakat,
http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#1, hlm.3.
30

dalam dunia pedagogik. Dengan teknologi informasi, pembelajaran dapat


dilakukan secara lebih menarik (melalui teknologi multimedia), lebih
kolaboratif dan interaktif (melalui internet), lebih variatif (synchronous
and asynchronous learning), dan lebih fleksibel (di mana dan kapan pun).
c. Efektifitas dan efisiensi dalam manajemen pembelajaran. Potensi
teknologi informasi juga mencakup persoalan pengelolaan
penyelenggaraan proses belajar mengajar secara lebih efektif dan efisien.
Hal ini berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti manajemen sumber
pengetahuan, pemantauan kompetensi pembelajar (mahasiswa),
pengelolaan penjadwalan, sistem pelaporan dan penyebaran prestasi
akademik mahasiswa, serta pengembangan komunitas pendidikan
(komunitas guru/dose, komunitas peneliti, komunitas pengembang
teknologi pendidikan, komunitas orang tua, atau komunitas gabungan
mahasiswa, dosen dan orang tua).
d. Pendidikan sepanjang hayat. Melalui aplikasinya dalam banyak teknologi
(TV on Demand, CD-ROM, World Wide Web, dll.), ICT dianggap dapat
mendukung paradigma pendidikan sepanjang hayat (Life Long Education),
karena batasan ruang lingkup dan waktu belajar akhirnya hanya akan
ditentukan oleh pihak pembelajar sendiri sesuai dengan target kompetensi
yang diinginkannya.30

2. Konsep E-Learning
E-learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah
satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan
istilah yang berbeda-beda mengenai e-learning, namun pada prinsipnya e-
learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya.
Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat
menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan
30
Muhammad Amin Bahkri, Potensi E-learning dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran
di Lingkungan Perguruan Tinggi, http://jurnalresultan.com/Artikel/Tulisan_Amin_v_5.htm, hlm. 3
31

singkatan dari ‘elektronika’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-


learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika.31
Menurut Antonius definisi e-learning sendiri sebenarnya sangatlah luas,
bahkan sebuah portal yang menyediakan informasi tentang suatu topik dapat
tercakup dalam lingkup ini. Namun istilah e-learning lebih tepat ditujukan
sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar
yang ada di sekolah ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi
internet.32
Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
E-learning is a generic term for all technologically supported learning
using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio
and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more
recognized web-based training or computer aided instruction also
commonly referred to as online courses.33

“E-learning adalah istilah umum untuk segala teknologi yang


mendukung proses yang digunakan sebagai alat dalam menyampaikan
pengajaran dan pembelajaran, seperti jaringan telepon, video tape,
teleconferencing, satelit transmisi dan juga dengan Web Based Training
atau komputer sebagai alat bantu perintah untuk menghubungkan
bagian-bagian lain secara on-line.”

Dengan demikian maka e-learning adalah semua kegiatan pembelajaran


yang menggunakan media elektronika atau teknologi informasi. Bahkan Onno
W. Purbo menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam
e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan
untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik
internet.34
Uraian di atas menunjukkan bahwa sebagai dasar dari e-learning
adalah pemanfaatan teknologi internet. Jadi e-learning merupakan bentuk
pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui

31
Ibid, hlm. 2
32
Antonius AH dan Onno W. Purbo, Op. cit., hlm. 1.
33
Training Foundation, E-Learning: Electronic Distance Education via the Internet,
http://www.candoproject.com/elearning.htm, Hlm. 1
34
Oos Anwas, Loc. cit, hlm. 7
32

teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem
pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam
pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan
memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco
menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut:
a. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara on-line.
b. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap
buku teks, CD-Rom, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat
menjawab tantangan perkembangan globalisasi
c. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di
dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi pendidikan.
d. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaian nya. Makin baik keselarasan antar content dan alat
penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa
yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.35

Sejalan dengan perkembangan e-learning, terutama yang menyangkut


dengan istilah “e” atau singkatan dari elektronik. E-learning juga mencakup
banyak hal di luar lingkup teknologi internet itu sendiri. Istilah e-learning
digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi internet.
E-learning memang bukanlah sekedar pembelajaran dengan
menggunakan internet. Sesungguhnya, terminologi ini mencakup bidang yang
amat luas dalam aplikasi maupun proses. Di dalamnya terkandung Computer
Based Learning (CBL), Computer-Based Training (CBT), Web-Based
Learning (WBL), Web-Based Training (WBT), Virtual Classroom, Course
Management System (CMS), serta kolaborasi digital. E-learning juga bisa
35
Cisco, E-learning: Combines Communication, Education, Information, and Training.
http://ww.cisco.com/warp/public/10/wwtraining/elearning., hlm. 4.
33

didefinisikan sebagai proses penyebaran materi pembelajaran (learning


content) melalui semua jenis media elektronik seperti internet, intranet,
ekstranet, satellite broadcast, pesawat audio atau video, TV interaktif, serta
CD ROM. Pendek kata, e-learning adalah kombinasi sinergis antara layanan
pembelajaran dengan teknologi untuk menghasilkan kualitas pembelajaran
yang handal, kapan dan dimana pun.36
Dibalik masih ragamnya pengertian dan definisi tentang terminologi e-
learning, aplikasi teknologi ini sesungguhnya memiliki makna-makna kunci
yang dapat memberikan pemahaman dasar kepada masyarakat tentang besar
dan handalnya potensi e-learning. Aspek kunci yang paling menonjol dalam
pengertian ini diantaranya adalah daya interaktifitas yang dimiliki oleh
internet, pengayaan media pembelajaran yang dimungkinkan oleh teknologi
multimedia, fleksibilitas pembelajaran baik dengan pola synchronous learning
ataupun asynchronous learning, kolaborasi, personalisasi, maupun skalabilitas
yang diberikan oleh learning management system.37

3. Model Pengembangan E-learning


Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di
dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat
Haughey perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning.
Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet, yaitu Web Course, Web Centric Course,
dan Web Enhanced Course”.38
a. Web Course
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah
dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran

36
Muhammad Amin Bahkri, Loc. cit., hlm. 2
37
Ibid, hlm. 3.
38
Haughey dalam Oos M. Anwas, Loc. cit, hlm. 10
34

lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain


model ini menggunakan sistem jarak jauh.
b. Web Centric Course
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional).
Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini
pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga
diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak
diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut.

c. Web Enhanced Course


Model Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di
kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta
didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain.
Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari
dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran,
menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang
diperlukan.

Menurut Amin Bakri, diantara keunggulan-keunggulan e-learning


yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan adalah:
a. Live (online) Learning
Adalah fasilitas e-learning yang memungkinkan pembelajar
(mahasiswa) dapat berinteraksi secara live dengan dosen dan nara
35

sumber lainnya secara real time dengan memanfaatkan sejumlah


fasilitas seperti media-rich (teks, gambar berkualitas tinggi,
audio/video, dan animasi), e-mail, chat, maupun virtual class.
b. Interactive Learning
Adalah fasilitas yang memungkinkan mahasiswa dapat
menikmati proses pembelajaran secara aktif dan interaktif melalui
fasilitas hans-on labs, real-world simulation, progress report, maupun
on-line mentoring. Selain itu, assessment test merupakan salah satu
fasilitas yang dapat membantu mahasiswa mengukur kemampuan dan
kebutuhan kompetensinya secara mandiri.
c. Learning Community
Adalah sebuah fasilitas dimana para mahasiswa maupun dosen
dapat membangun komunitas pembelajaran dalam rangka
memperdalam penguasaan materi yang diinginkan dengan
menggunakan fasilitas seperti peer-to-peer chat, threaded discussion,
FAQ section, maupun dengan memanfaatkan link dengan sumber-
sumber terkait lain.
d. Learning Management
Adalah fasilitas e-learning dimana Staf Akademik dapat
merancang, mendesain, mengelola, dan memonitor proses
pembelajaran secara mudah dan efektif. Fasilitas yang tersedia untuk
melakukan tugas-tugas tersebut adalah flexible registration and
approval process, reporting and portfolio, personalized delivery,
performance and competency management, serta skill gap analysis.
e. Learning Content Management
Adalah fasilitas dimana para dosen dapat dengan mudah dan
efektif mendesain dan membuat materi pelajaran, baik dari awal
maupun melalui proses reuse terhadap knowledge object yang
tersimpan dalam repository. Ada banyak fasilitas e-learning yang akan
36

mendukung proses tersebut diantaranya adalah collaborative workflow,


repurpose legacy content, test development, dan simulation editor.39

Pengembangan e-learning diharapkan tidak semata-mata hanya


menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif
dan menarik. Materi pelajaran di desain seolah peserta didik belajar di
hadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui
jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan
diminati, ada tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning,
yaitu “sederhana, personal, dan cepat”.40 Sistem yang sederhana akan
memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang
ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi
pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta
dapat di efisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik
seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan
kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik
diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang
dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di
depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang
cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan
demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh
pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo
menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan
setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar
games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer
sangatlah mengasyikkan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter
39
Muhammad Amin Bahkri, Loc. cit., hlm. 3
40
Onno W. Purbo dan Antonius AH., Op. cit., hlm. 12.
37

yang dimainkannya lewat komputer tersebut.41 Bahkan mampu duduk


berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan
membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik
untuk mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya
ketika bermain sebuah games. Penerapan teori games dalam merancang
materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap
manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta
didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem
digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu mengadaptasi
unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional
dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi,
menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-
contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai
penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-
learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi,
ahli komunikasi, programmer, psikolog, dan lain-lain.

4. Prinsip Aplikasi E-learning


Pada dasarnya, konsep e-learning adalah penyediaan kelas-kelas
baru setara dengan kelas konvensional di sekolah-sekolah yang ada selama
ini. Istilah setara di sini menurut Onno W. Purbo berarti bahwa e-learning
diharapkan dapat menggantikan peran sekolah konvensional bukan hanya
sekedar sebagai pelengkap atau tambahan dari sistem konvensional yang
sudah ada. Oleh karena itu, pembagunan sebuah lembaga pendidikan
virtual seperti e-learning ini haruslah hasil yang lebih jika dibandingkan
dengan lembaga pendidikan konvensional.42

41
Ibid, hlm. 15
42
Ibid, hlm. 19
38

Intinya, sistem e-learning ini diadaptasikan dari sistem yang ada di


sekolah-sekolah konvensional ke dalam sebuah sistem digital melalui
internet. Sebagai sebuah hasil pencangkokan dari benih sistem pendidikan
induk yang ada, e-learning sendiri dapat dikatakan masih dalam taraf
eksperimen. Artinya adalah disadari bahwa sebagai sebuah cangkokan,
sistem ini memerlukan adaptasi dan penyempurnaan di lingkungan yang
baru untuk dapat berkembang dan sejajar dengan sekolah konvensional
yang ada.
Sebagai hasil cangkokan, e-learning juga mewarisi sifat-sifat
sistem yang dilakukan oleh induknya. Salah satu contoh yang paling nyata
adalah proses belajar mengajar, seorang pengajar akan memberikan materi
kepada siswa yang ada di berbagai belahan dunia dengan dihubungkan
oleh internet. Metode ini kurang lebih sama dengan proses belajar
mengajar yang ada di sekolah konvensional, tempat pengajar akan
mengajar di depan kelas dan menuliskan materinya di atas papan tulis.
Adaptasi yang dilakukan adalah pengajar tetap berhubungan dengan siswa,
namun tidak lagi secara langsung melainkan menggunakan komputer yang
saling terhubung dengan internet. Sedangkan papan tulis dan perlengkapan
belajar lainnya digantikan dengan perlengkapan sejenis secara digital di
layer komputer.43
Dari sifat tersebut, jelaslah bahwa pengambangan teknologi e-
learning haruslah didasarkan pada sifat dan karakter asli dari sistem
pendidikan yang telah ada. Hal ini berarti fasilitas-fasilitas yang telah
familier digunakan dalam sistem konvensional, dapat di adaptasi untuk
digunakan dalam sistem konvensional, dapat di adaptasi untuk digunakan
sebagai learning tool dalam sistem e-learning.
Dari sisi teknologi, sistem yang paling disukai adalah sistem yang
sederhana, mudah dan menarik digunakan. Dalam hal ini, perencanaan
sistem e-learning yang baik haruslah memasukkan unsur permainan dalam

43
Ibid, hlm. 20.
39

desain antar muka maupun alur penggunaannya. Tampilan yang interaktif


membantu siswa untuk betah berada di dalam kelas virtual tersebut.
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa konsep ini sebetulnya masih
konservatif dan memposisikan siswa pada konsumen informasi atau
pengetahuan, pada konsep yang lebih maju seperti knowledge
management, siswa akan menjadi bagian integral dalam siklus pemurnian
dan penyebaran ilmu pengetahuan itu sendiri.
Mengingat ragamnya fitur dan fasilitas e-learning yang tersedia,
maka implementasinya dalam sistem penyelenggaraan pendidikan perlu
dituangkan dalam platform standar yang akan membantu proses analisis,
rancangan, pengembangan, implementasi, dan pengelolaannya kelak.

D. Islam dan Era Teknologi Informasi


Manusia adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah, jika ia mampu
menampilkan dirinya sebagai “khalifatullah” (wakil Allah) di muka bumi.
Fungsi “wakil” tidak lain adalah menjalankan tugas yang telah ditetapkan oleh
‘Si Pemberi Tugas’. Untuk itu manusia dianugerahi oleh Allah tool (sarana)
yang memudahkannya dalam mengemban tugas tersebut, seperti akal dan fisik
yang mudah berinteraksi dengan alam.
Dari teks-teks agama, kita dapat memahami bahwa Islam memberikan
dukungan penuh terhadap umatnya untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi yang mereka miliki dalam upayanya untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mempunyai peran yang semakin
penting dalam kehidupan manusia. Bahkan ada yang berpendapat bahwa iptek
merupakan unsur yang terpenting untuk memperoleh kesejahteraan umat
manusia. Kita sekarang sepakat bahwa permulaan abad ke-21 dominan dalam
kancah persaingan hidup manusia. Abad ini merupakan abad kebangkitan
kembali umat Islam setelah sekian lama tertidur.
40

Untuk itu umat Islam harus mampu menyusun skenario masa depannya
secara komprehensif sehingga kembali memimpin, sebagai penggerak dan
pelopor dalam bidang iptek di abad ke-21. Allah berfirman dalam surat Al-
Hasyr, ayat 18:

‫ﻪ ِﺇﻥﱠ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﺍ‬‫ﻐ ٍﺪ ﻭ‬ ‫ﺖ ِﻟ‬


 ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺎ ﹶﻗ‬‫ﺲ ﻣ‬
 ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻨ ﹸﻈ‬‫ﻭﹾﻟﺘ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻮﺍ ﺍ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻦ ﺁ‬ ‫ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳ‬‫ﻳﻬ‬‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻳ‬
(18 :‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺸﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﲑ ِﺑﻤ‬ ‫ﺧِﺒ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺍﻟﻠﱠ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang akan diperbuatnya
untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)44

1. Konsep Islam tentang Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi
Dalam memasuki abad 21 yang penuh dengan persaingan yang
sangat ketat, di mana sumber daya manusia (SDM) memegang peranan
yang sangat penting, bahkan lebih penting daripada sumber daya alam
(SDA).45 Melihat kondisi semacam ini umat Islam harus memahami ajaran
Islam secara menyeluruh (kaffah). Mengkaji kandungan al-Qur'an dan as-
Sunnah dalam membentuk akhlak, ini haram dan itu halal sangat penting.
Namun penafsiran tersebut harus memberi peluang juga terhadap
pengembangan iptek.
Sebagai contoh, wahyu pertama surat al-Alaq, yang diturunkan
Allah melalui malaikat Jibril kepada Muhammad Rasulullah, mengandung
masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar guna pengembangan
potensi diri, pengembangan Iptek, keimanan dan akhlaqul karimah.

‫ﺮﻡ‬ ‫ﻚ ﺍﹾﻟﹶﺄ ﹾﻛ‬


 ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮﹾﺃ‬ ‫( ِﺍ ﹾﻗ‬2)‫ﻋﹶﻠ ٍﻖ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ ِﻣ‬‫ﻖ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ (1) ‫ﻖ‬ ‫ﺧﹶﻠ‬ ‫ﻚ ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬  ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺳ ِﻢ‬ ‫ﺮﹾﺃ ﺑِﺎ‬ ‫ِﺍ ﹾﻗ‬
(5) ‫ﻢ‬ ‫ﻌﹶﻠ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺎ ﹶﻥ ﻣ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴ‬ ‫ﻋﻠﱠ‬ (4) ‫ﻢ ﺑِﺎﹾﻟ ﹶﻘﹶﻠ ِﻢ‬ ‫ﻋﻠﱠ‬ ‫( ﺍﱠﻟﺬِﻱ‬3)
44
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara,
1993), hlm. 919.
45
Zalbawi Soejoeti dkk, Al-Islam dan Iptek, buku I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998), hlm. 130.
41

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.46

Maksud dari wahyu pertama ini memerintahkan kepada umat


manusia agar menjadi umat yang pandai dalam menguasai iptek, sekaligus
menjadi umat yang selalu memelihara hubungannya kepada Allah SWT.
Dan umat yang ber-akhlaqul karimah, yaitu berbuat baik dan
keberpihakan senantiasa kepada Allah, berhubungan baik dengan sesama
manusia dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Pentingnya penguasaan sains dan teknologi dapat dibuktikan dari
banyaknya ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan kegiatan belajar
dan pendayagunaan mental proses. Mental proses tersebut meliputi
pendayagunaan fungsi-fungsi kognitif dan potensi belajar yang meliputi
aql, qolb, lub, fuad serta proses tafakkur, tadzakkur tafaqquh, tadabbur
dan lain-lain. Obyek dari pendayagunaan fungsi-fungsi tersebut adalah
alam semesta sebagai ayat-ayat kauniyah Allah.47
Hubungan dekat antara Al-Qur'an dengan alam semesta dan iptek
menunjukkan bagaimana sikap positif Islam terhadap sains dan teknologi.
Dalam kaitan ini Hasan Hanafi mengatakan:
There is necessary connection between nature, science and
technology. Nature is Divine on God is pure. Pollution is against the
Divinity of nature and the purity of God. Culture is a sublimation of
nature on provide a Weltanschauung through the transformations of
he belief-system into concepts. Technology is founded from above,
controlled by reason and preserved from its fall into more
automation.48

“Ada hubungan yang erat antara alam dan iptek. Alam mempunyai
sifat ketuhanan yang suci dan murni. Polusi bertentangan dengan

46
Departemen Agama RI, Op. cit, hlm. 1.079.
47
Abdul Mukti, Pendidikan Agama dalam Masyarakat Teknokratik, dalam Islmail SM
(eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 357.
48
Hasan Hanafi, Science and Technology in the Muslim world (Part 2),
http://www.malaysia-today.net/columns/minda/2004/12/science-and-technology-in-Muslim-
world_11.htm, hlm. 1
42

sifat ketuhanan yang terdapat pada alam dan kesucian Tuhan.


Budaya adalah sublimasi (proses menghaluskan) alam dalam
menyediakan Weltanschauung melalui perubahan sistem
kepercayaan ke dalam suatu konsep. Teknologi dibangun dengan
cara di atas, dengan batasan-batasan demi memelihara dari
kerusakan.”

Sejarah Islam mencatat peran Al-Qur'an dalam membangkitkan


kemajuan sains-teknologi yang dicapai kaum Muslim di abad pertengahan
antara lain disebabkan oleh pemahaman yang mendalam terhadap Al-
Qur'an. Dan kemunduran yang kini diderita oleh sebagian negara-negara
Muslim karena mereka jauh dari 'elan Al-Qur'an. Sebagian besar Muslim
masih terperangkap dalam kejumudan berpikir dan tidak mampu berdialog
dengan Al-Qur'an. Sebagian Muslim masih antipati terhadap teknologi
dengan suatu argumen bahwa teknologi yang berasal dari Barat yang
sekuler dan anti Islam harus ditolak dan dijauhi.49
Etos penguasaan teknologi di dalam Al-Qur'an berkaitan erat dengan
kedudukan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia
berkewajiban melaksanakan hukum-hukum Allah dan menciptakan
kemakmuran di alam semesta dengan teknologi.

2. Pendidikan Islam di Era Teknologi Informasi


Pembicaraan mengenai manusia unggul di era teknologi informasi
menjadi perbincangan menarik. Kita sadar kedatangan zaman ini menuntut
suatu keunggulan dan kualitas sumber daya manusia.
Datangnya millennium ke tiga sebenarnya ekuivalen dengan
datangnya globalisasi. Dimana ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
teknologi informasi berkembang sangat cepat. Lebih jauh lagi, arus
informasi mengakibatkan dunia menjadi semakin transparan. Satu
peristiwa yang terjadi di suatu negara, pengaruhnya dapat menembus
langsung ke pelosok pedesaan di negara lain dalam waktu singkat.
Demikian pula globalisasi pasar internasional yang semakin terbuka

49
Abdul Mukti, Op. cit. Hlm. 158
43

berdampak pada terbukanya persaingan bebas dalam segala bidang


kehidupan manusia, paling tidak dalam perdagangan.
Jika demikian kedatangan era global atau era teknologi informasi
tidak perlu disikapi secara berlebihan. Sebaliknya, era itu perlu disambut
sebagai era nikmat Tuhan untuk siapa saja. Karena pada era ini kita dapat
menemukan informasi dunia secara cepat dan lengkap melalui internet.
Keahlian dan profesionalisme dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat menghasilkan karya bermutu dan mampu bersaing dalam
percaturan global.
Perkembangan teknologi informasi harus di respon dengan sikap
positif. Jika teknologi lebih banyak menimbulkan madharat dalam
kehidupan Muslim, mungkin kesalahan tersebut terletak dalam diri
Muslim bukan oleh teknologinya. Masyarakat Muslim tidak seyogyanya
terus menyalahkan televisi, internet, video dan teknologi modern lainnya.
Munculnya dampak negatif disebabkan oleh ketidakmampuan Muslim
dalam menguasai dan mengembangkan teknologi untuk kesejahteraan
hidupnya.
Dalam pendidikan Islam sikap positif terhadap teknologi dapat
dikembangkan melalui dua strategi; yaitu pemanfaatan dan keterbukaan.50
a. Strategi Pemanfaatan
Teknologi informasi bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
dalam pendidikan agama. Misalnya menggunakan televisi dan video untuk
mengajarkan shalat. Dengan memanfaatkan teknologi ini, siswa dapat
mempelajari shalat secara efektif. Siswa dapat menirukan bacaan dari
suara yang didengar dan melihat gerakan shalat dari gambar yang
ditampilkan. Cara ini lebih menarik dan efektif dibandingkan dengan cara
konvensional yang selama ini diterapkan dalam pengajaran agama.
Yang tidak kalah menarik nya adalah pembelajaran Al-Qur'an
dengan menggunakan CD-Room. Teknologi ini mampu membantu
mencari, mengelompokkan dan menghitung ayat-ayat dengan cepat.

50
Ibid. hlm. 158.
44

Misalnya, ayat tentang zakat, dengan meng-entry kata 'zakat', maka akan
ditemukan ayat-ayat tentang zakat berikut penafsiran nya oleh para ulama.
Siswa cukup tekan keyboard komputer dan tidak perlu ke perpustakaan
mengusung kitab-kitab besar.
Pemanfaatan teknologi canggih tersebut memiliki dua keuntungan.
Pertama, pembelajaran agama menjadi lebih menarik, efektif dan efisien.
Kedua, siswa memiliki sikap positif terhadap teknologi karena
membuktikan dan mempraktekkan sendiri manfaat dan penggunaannya.

b. Strategi Keterbukaan
Sikap terbuka terhadap teknologi modern menjadikan pembelajaran
agama tidak dilakukan secara dogmatic dan emosional, tetapi rasional dan
dialogis. Strategi ini dilakukan dengan beberapa cara:
1) Tidak mengisolasi pembelajaran agama hanya sebatas teks.
Siswa ditunjukkan bagaimana relevansi ayat-ayat Al-Qur'an
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, mengkaitkan
konsep buraq dengan teori kecepatan cahaya. Kata buraq diambil dari
kata barq yang berarti kilat. Kilat terjadi karena pertemuan listrik alam
positif dan negatif. Kecepatan cahaya jauh melebihi kecepatan suara.
Dengan teori tersebut, peristiwa Isra' Mi'raj dapat dijelaskan secara
rasional.

2) Tidak menutup ruang dialog


Jika terdapat temuan teknologi modern yang secara lahiriah
bertentangan dengan Al-Qur'an. Misalnya dalam dunia sains dipahami
bahwa, sebagai pusat tata surya matahari tidak bergerak. Planet-planet
mengelilingi matahari, termasuk bumi adalah anggota planet yang
mengelilingi matahari. Dengan perputaran planet-planet tersebut
lahirlah teknologi yang waktu (jam dan kalender). Di dalam Al-Qur'an
tidak ada satu pun penjelasan yang menyebutkan bahwa bumi
45

bergerak. Tetapi terdapat ayat yang menjelaskan bahwa matahari


berjalan. "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(QS. Yasin: 38).
3) Menjadikan teknologi untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur'an
Dalam konteks ini diperlukan pemahaman dan reinterprestasi
terhadap pemahaman dan penafsiran yang telah mapan. Misalnya,
bagaimana penjelasan Surat Ali Imran ayat 6 yang menyebutkan:
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana
dikehendaki-Nya. Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Dialog yang perlu dikembangkan adalah bagaimana pengertian
Allah membentuk kamu dalam rahim? Apakah hal tersebut merupakan
hak mutlak Allah yang tidak dapat dicampuri manusia? Ataukah
hukum-hukum Allah tentang perkembangan janin yang bisa diketahui
dan dikembangkan manusia. Hal ini karena perkembangan ilmu
genetik yang memungkinkan para ahli "menciptakan" bayi yang wajah
dan kecerdasan yang diinginkan. Jika ilmu dikatakan datangnya dari
Allah, bagaimana relevansinya dengan teori artificial intelligence?51

Dalam konteks ini guru dituntut untuk memiliki pemahaman agama


yang komprehensif dan wawasan teknologi yang luas. Mereka tidak cukup
hanya mahir membaca dan menafsirkan agama menurut kitab-kitab fiqih
dan tafsir. Mereka perlu mengikuti perkembangan teknologi. Dengan cara
ini, ajaran agama sebagai sesuatu yang "kuno" —dalam pengertian tidak
dapat diubah, ditambah dan dikurangi— dapat diajarkan dengan cara yang
rasional dan modern.

51
Ibid, hlm. 361

Anda mungkin juga menyukai