Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN RUANGAN KESEHATAN IBU & KB

DOKUMENTASI AKREDITASI

PUSKESMAS KECAMATAN GUNUNGSITOLI BARAT

No Dokumen :

Tanggal terbit :

No Revisi :

DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat Nya, kami
dapat menyelesaikan Pedoman Ruangan Kesehatan Ibu & KB Puskesmas Gunungsitoli Barat.
Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam
pelaksanaan persiapan akreditasi baik oleh pendamping maupun pelaksana akreditasi Puskesmas
Gunungsitoli Barat.

Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan


melalui dokumentasi dan penelusuran, karena pada prinsip akreditasi, seluruh kegiatan harus
tertulis dan apa yang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai. Buku ini berisi acuan yang dapat
digunakan Pedoman Ruangan Kesehatan Ibu & KB Puskesmas Gunungsitoli Barat. Pada
kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi
kepada semua staf/petugas yang telah terlibat dalam proses penyusunan Pedoman Ruangan
Kesehatan Ibu & KB Puskesmas Gunungsitoli Barat.

Semoga dengan digunakannya buku pedoman ini dapat mempermudah staf/petugas


dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di Ruangan Kesehatan Ibu & KB Puskesmas
Gunungsitoli Barat.

Gunungsitoli Barat, Juli 2019


Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... HALAMAN


A Latar Belakang...............................................................................
B Tujuan Pedoman............................................................................
C Sasaran Pedoman...........................................................................
D Ruang Lingkup Pedoman...............................................................
E Batasan Operasional......................................................................
BAB II STANDAR KETENAGAAN........................................................
A Kualifikasi Sumber Daya Manusia.................................................
B Distribusi Ketenagaan ……………………………………………...
C Jadwal Kegiatan.............................................................................
BAB III STANDAR FASILITAS..............................................................
A Denah Ruang..................................................................................
B Standar Fasilitas.............................................................................
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...............................................
A Lingkup Kegiatan...........................................................................
B Metode...........................................................................................
C Langkah Kegiatan..........................................................................
BAB V LOGISTISK..................................................................................
BAB VI KESELAMATAN PASIEN.........................................................
BAB VII KESELAMATAN KERJA........................................................
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.......................................................
BAB IX PENUTUP....................................................................................
Referensi.....................................................................................................
Lampiran...................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas
Gunungsitoli Barat adalah salah satu dari UPT Dinas Kesehatan Kota Gunungsitoli dengan wilayah
kerja yang mencakup 9 Desa yang ada di Kecamatan Gunungsitoli Barat.

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Gunungsitoli Barat


adalah “Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Barat yang sehat dan mandiri melalui upaya kesehatan
dengan pendekatan keluarga.”

Untuk mencapai visi tersebut, Puskesmas Gunungsitoli Barat menyelenggarakan upaya


kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, salah satunya adalah Pelayanan Kesehatan
Ibu & KB. Pelayanan Kesehatan Ibu & KB merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan
yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian
dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu serta menurunkan jumlah angka kematian ibu
dan bayi serta angka kelahiran bayi .

Upaya peningkatan pelayanan Kesehatan Ibu & KB ditujukan untuk menunjang pelayanan
dasar, sehingga dapat mencegah angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya kesehatan keluarga
berencana dengan cara penjarangan kelahiran. Dengan semakin meningkatnya jumlah angka
kematian ibu dan bayi serta tingginya angka kelahiran.

Dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu& KB di Puskesmas Gunungsitoli Barat agar


dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas Gumumgsitoli
Barat menyusun “Pedoman Pelayanan Ruang KesehatanIbu & KB di Puskesmas Gunungsitoli Barat”

B. TUJUAN PEDOMAN

a. Tujuan Umum

Terlaksananya pelayanan kesehatan Ibu& KB yang bermutu di Puskesmas Gunungsitoli


Barat.

b. Tujuan Khusus

Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Ibu &
KB yang bermutu di Puskesmas Gunungsitoli Barat

C. SASARAN PEDOMAN

Sasaran Pedoman pelayanan kesehatan Ibu & KB adalah Petugas di ruangan kesehatan
Ibu & KB.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman ruang kesehatan ibu dan KB dipuskesmas kecamatan


Gunungsitoli Barat
1. Pemeliharaan ibu hamil , ibu menyusui

2. Meningkatkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)

3. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan sikap,dan perilaku dalam


mengatasi diri dan keluarga

4. Mencegah terjadinya kematian ibu hamil , ibu nifas dan bayi

5. Mencegah BBLR

6. Penentuan status imunisasi ibu hamil

7. Melakukan anamnese yang tepat sesuai dengan identitas pasien

8. Melakukan penimbangan berat badan , TB , TD , LILA , pengukuran fundus


uteri , pemberian SF (tablet tambah darah minimal 90 tablet selama hamil)

9. Menentukan presentasi janin , denyut jantung janin (DJJ)

10. Pelayanan tes laboratorium sederhana minimal HB

11. Melakukan konseling keluarga berencana

12. Melaksanakan pemasangan KB

13. Pelayanan kesehatan ibu nifas normal

14. Melakukan konseling program perencanaan persalinan dan pencegahan


komplikasi (P4K)

E. Batasan Operasional
Ruang kesehatan ibu dan KB adalah unit pelayanan kesehatan yang menyangkut
pelayanan antental , pelayanan nifas normal , pelayanan KB yang dilaksanakan sesuai
standar pelayanan kebidanan

BAB II

STANDAR KETENAGAKERJAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Pemeriksaan Umum adalah :
NO Jabatan Kualifikasi Jumlah
.
1. Penanggungjawab Ruang D III Kebidanan 1
Kesehatan Ibu dan Kb
2. Pelaksana Ruang Kesehatan Ibu D III Kebidanan 3
dan Kb
Total 4

B. Distribusi Ketenagaan dan pengaturan jadwal kegiatan


 Bidan setiap hari bertugas di Ruangan Kesehatan Ibu & KB. Jumlah petugas yang ada
hanya 4 (empat) orang yang terdiri dari 1 orang penangung jawab dan 3 orang pelaksana
Ruangan Kesehatan Ibu & KB yang masing – masing mempunyai tugasnya sendiri sesuai
dengan pembagian tupoksi yang telah di buat oleh Kepala Puskesmas.

C. JADWAL KEGIATAN
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan di Ruangan Kesehatan Ibu & KB dilakukan setiap hari
kerja mulai hari senin sampai hari sabtu dari jam 08.00 – jam 14.30 yang meliputi pelayanan
ANC,KB Suntik,Pencabutan KB IUD & Implant,pemeriksaan IVA serta Konsultasi Nifas
Normal. Kecuali Pemasangan KB IUD & Implant serta Imunisasi hanya di layani pada hari
selasa, sebelum pelayanan di mulai agar petugas mempersiapkan sarana dan prasarana,dan
sesudah pelayanan petugas mencatat kegiatan serta mengelola peralatan yang telah dipakai
selama pelayanan agar tersusun rapih dan bersih.

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Pintu masuk

Lemari alat

Troli alat

Meja
Ginekologi

Kursi dan meja petugas


Kursi dan Meja
Petugas

Baskom
Cuci alat

B. Standar Fasilitas
Standar
Ruangan kesehatan ibu (KIA) , KB .
I. 1Set alat pemeriksaan Kesehatan Ibu & KB (menurut permenkes)
Jumlah minimum
Ketersediaan di
No Set Pemeriksaan Ibu dan KB (Buah) sesuai
Ruang Ibu dan KB
PMK 75 2014
1 1/2 Klem Korcher 1 buah
2 Anuskop 3 buah -
3 Bak Instrumen dengan tutup 1 buah 2 buah
4 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah 2 buah
5 Doppler 1 buah 1 buah
6 Gunting Benang 1 buah 1 buah
7 Gunting Verband 1 buah 1 buah
8 Korcher Tang 1 buah -
9 Mangkok untuk Larutan 1 buah 3 buah
10 Meja Instrumen / Alat 1 buah 1 buah
11 Meja Periksa Ginekologi dan kursi pemeriksa 1 buah 1 buah
12 Palu Refleks 1 buah 1 buah
13 Pen Lancet 1 buah -
14 Pinset Anatomi Panjang 1 buah 1 buah
15 Pinset Anatomi Pendek 1 buah 1 buah
16 Pinset Bedah 1 buah 1 buah
17 Silinder Korentang Steril 1 buah 1 buah
18 Sonde mulut 1 buah -
19 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Besar 3 buah 3 buah
20 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Kecil 2 buah 2 buah
21 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang 5 buah 8 buah
22 Spekulum Vagina (Sims) 1 buah -
23 Sphygmomanometer Dewasa 1 buah -
24 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah 1 buah
25 Stetoskop Dewasa 1 buah 1 buah
26 Stetoskop Janin / Fetoscope 1 buah -
27 Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 2 buah -
12 cm
28 Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 2 buah -
16,5 cm
29 Tampon Tang 1 buah -
30 Tempat Tidur Periksa 1 buah -
31 Termometer Dewasa 1 buah -
32 Timbangan Dewasa 1 buah 1 buah
33 Torniket Karet 1 buah -
II.1Set alat pelayanan KB ( menurut Permenkes)

Jumlah minimum
Ketersediaan di
No Set pemeriksaan Ibu dan KB (Buah) sesuai
Ruang Ibu dan KB
PMK 75 2014
1 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup 1 buah 1 buah
2 Implant Kit 1 buah 1 buah
3 IUD Kit 1 buah 1 buah

III. Perlengkapan (menurut permenkes )

Jumlah minimum
Ketersediaan di
No Set Perlengkapan Ibu dan KB (Buah) sesuai
Ruang Ibu dan KB
PMK 75 2014
1 Bet pemeriksaan Ibu Hamil -
2 Bet ginekologi 1 buah
3 Bantal dan sarungnya 1 buah 1 buah
4 Safety box 1 buah 1 buah
5 Baskom cuci tangan 1 buah 1 buah
6 Lemari obat 1 buah
7 Lemari alat 1 buah
8 Lemari arsip 1 buah -
9 Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah -
10 Tempat sampah medis dan Non medis 2 buah 1 buah
11 Handuk untuk mengeringkan alat 3 buah
12 Troli 1 buah
13 Lampu sorot/senter 1 buah
14 Ari timer 1 buah -
15 Celemek plastik 1 buah -
16 Duk bolong sedang 2 buah -
17 Perlak 2 buah -
18 Pispot 1 buah -
19 Pita pengukur lila 1 buah 1 buah
20 Pompa payudara 1 buah -
21 Selimut 1 buah -
22 Seprei 2 buah -
23 Toples kasa steril dan kapas 1 buah 1 buah
24 Waskom bengkok kecil 1 buah 2 buah

IV. Bahan Medis Habis Pakai( menurut permenkes)

Jumlah minimum
Ketersediaan di
No Set Bahan Medis Habis Pakai (Buah) sesuai
Ruang Ibu dan KB
PMK 75 2014
1 Handscoon Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
2 Masker Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
3 Spuit Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
4 Alkohol Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
5 Kapas Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
6 Kasa steril dan non steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
7 Betadine Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
8 Plester Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
9 Sabun tangan/ antiseptik Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
10 Sabun cuci alat Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
11 Bayclin Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
12 Cuka Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
13 Lidi kapas steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
14 Bisturi Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
15 Benang chromic cetgut Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
16 Kain steril Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
17 Lubrikan Gel Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

V. Mobiler (menurut permenkes)


Jumlah Minimum Ketersediaan di
No Set Mobiler
(Buah) Ruang Ibu dan KB
1 Kursi Kerja 4 buah 3 buah
2 Kursi pasien
3 Meja tulis setengah Biro 1 buah 1 buah
4 Lemari arsip 1 buah

VI. Pencatatan dan pelaporan( menurut permenkes)


Jumlah Minimum Ketersediaan di
No Pencatatan
(Buah) Ruang Ibu dan KB
1 Buku kohort Ibu 1 buah -
2 Buku Register Ibu 1 buah 1 buah
3 Buku KIA Sejumlah ibu Sejumlah ibu
hamil yang di hamilyang dilayani
layani
4 Formulir Informend Consent Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
5 Formulir Rujukan Internal Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
6 Formulir atau surat keterangan lain sesuai Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
kebutuhan pelayanan

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A.LINGKUP KEGIATAN
1. Lingkup pelayanan poli Kesehatan Ibu & KB adalah pelayanan perseorangan yang
dilakukan secara continum.
2. Prinsip pelayanan adalah :
a. Kontak pertama
b. Layanan bersifat pribadi
c. Pelayanan paripurna
d. Paradigma sehat
e. Pelayanan berkesinambungan
f. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat family and community oriented.
Memperhatikan hak dan kewajiban pasien,pendidikan pasien dan keluarga
sehingga pasien dan keluarga dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan
tindakan Kebidanan berdasarkan pengetahuan yang benar dan ilmiah.
g. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.

3. Jenis pelayanan Kesehatan Ibu & KB di puskesmas adalah;


1. Prinsip umum pelayanan Kesehatan Ibu
2. Kehamilan dan nifas normal
3. Masalah nifas Normal
4. Kontrasepsi

4. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dilakukan oleh petugas ruangan Kesehatan Ibu & KB yang disusun
sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk mengetahui informasi penting yang perlu
diketahui setiap pasien datang.

ALUR PELAYANAN

Pendaftaran

Poli kesehatan Ibu & KB

laboratorium Rujuk

Farmasi

Pulang

Ruang Tunggu
APOTIK
PINTU MASUK
Ruang Pemeriksaan Umum

Ruang MR & Pendaftaran

Ruang kesehatan Ibu & KB


Ruang pemeriksaan Gigi
Dan mulut

LABORATORIUM

5. Mekanisme rujukan
1. Rujukan dilakukan kefaskes terdekat sesuai dengan sistem rujukan
2. Rujukan berdasarkan indikasi medis

B. METODE

SISTEM DAN CARA RUJUKAN


Rujukan ibu hamil dan KB yang berisiko tinggi merupakan komponen yang penting dalam sistem
pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga
kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak
mampu menatalaksankan komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal,
terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:

• Rujukan kegawat daruratan


Rujukan kegawat daruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena berhubungan
dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.

• Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika
keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika
didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat,
rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan
aman bagi pasien.

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:


• Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
• Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk

PERENCANAAN RUJUKAN
 Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan
kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menj


 awab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan
sebaiknya meliputi:
• Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
• Alasan untuk merujuk ibu
• Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
• Tujuan rujukan

 Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung) sesegera mungkin:
 Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, tujuan rujukan, serta
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan)
• Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
• Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
• Hasil pemeriksaan penunjang
 Pastikan ibu yang dirujuk telah membawa berkas yang di butuhkan (Surat Rujukan,fotocopy
KTP,KK,BPJS).

6.Rekam Medis KIA


A.IDENTITAS RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG
Nama : HTHP :
Usia : TTP :
Alamat : G: P: AB: :
Tahun : JARAK KEHAMILAN :
menikah
Agama : LILA :
Suku : : Keluhan lainnya :
RIWAYAT KONTRASEPSI RIWAYAT MEDIS LAINNYA
Riwayat kontrasepsi terdahulu Penyakit jantung + / -
Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini Hipertensi + / -
RIWAYAT OBSTETRI LALU Diabetes melitus + / -
Jumlah kehamilan Penyakit hati + / -
Jumlah Persalinan HIV + / -
Jumlah persalinan cukup bulan IMS + / -
Jumlah persalinan prematur TB + / -
Jumlah anak hidup Alergi obat dan makanan + / -
Cara persalinan Penyakit ginjal kronik + / -
Talasemia + / -
Jumlah aborsi Malaria + / -
Pendarahan pada kehamilan,persalinan + / Asma + / -
dan nifas terdahulu -
Adanya hipertensi dalam + / Epilepsi + / -
kehamilan -
Riwayat BB < 2,5 kg dan atau > 4 + / Riwayat penyakit kejiwaan + / -
kg -
Riwayat kehamilan sungsang + / Riwayat operasi + / -
-
Riwayat kehamilan ganda + / Obat yang rutin dikonsumsi + / -
-
Riwayat pertumbuhan janin + / Status imunisasi TT + / -
terhambat -
Riwayat penyakit dan kematian + / Riwayat transfuse darah + / -
perinatal dan kematian janin -
Adanya masalah lain selama + / Golongan Darah
kehamilan,persalinan dan nifas -
terdahulu
Durasi menyusui eksklusif Riwayat penyakit di keluarga + / -
DM,Gameli,dan kongnetal
Riwayat kecelakaan
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Usia saat ibu pertama menikah Kebiasaan merokok & alcohol + / -
Status perkawinan Aktifitas sehari2
Respon ibu dan keluarga ttg Pekerjaan pasangan
kehamilan
Jumlah yang membantu Pendidikan
Pengambil keputusan dlm keluarga Penghasilan
Pola makan,minum Kehidupan sexual
Sanitasi rumah,listrik,air KDRT
Pilihan tempat melahirkan
Pilihan pemberian makanan bayi

B.PEMERIKSAAN FISIK /UMUM: ( Kunjungan ke I / II / III )*

TD : T; HR : RR: BB: TB: LILA:

STATUS GENERALIS :

KEPALA : PARU :

MATA : PAYUDARA :

GIGI : ABDOMEN :

THYROID : TULANG :
BELAKANG

JANTUNG : EKSTREMITAS :

STATUS OBSTETRI :

INSPEKSI NORMAL : VARISES \; EDEMA : HEMOROID ;LAINNYA

PALPASI TFU LEOPOLD I LEOPOLD II LEOPOLD III LEOPOLD


IV

PEMERIK SAAN PENUNJANG:

Darah rutin : Endemis: Indikasi Khusus


1.Hb :............................................................... 1. HIV :............... 1. Urinalisis
2.Leukosit ......................................................... ..... 2. Hb Tstr III pada dugaan
3.Waktupembekuan:........................................ 2. Malaria :.......... anemia:
4.Gol darah dan rhesus:................................... ... 3. BTA
3. Hepatitis :....... 4. Sifilis
.... 5. Gula darah Puasa

IMUNISASI,SUPLEMEN,DAN KIE

1. Skrining status TT
2. Zat besi dan asam folat

IDENTIFIKASI KOMPLIKASI DAN RUJUKAN ( LINGKARI)

1. Kehamilan normal
2. Kehamllan dengan masalah khusus
3. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau
kerjasama penanganannya
4. Kehamilan dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan rujukan segera

PEMERIKSA

Nama : .......................................

Tanda Tangan : ...........................

7.Persetujuan dan informasi tindakan kebidanan

PEMBERIAN INFORMASI KEPADA PASIEN


Pemberian informasi kepada pasien adalah kewajiban pemberi layananan dan merupakan hak dari
pasien.

12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien :


1) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak
diobati
2) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau tindakan yang
dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk
efek samping yang bisa terjadi dan yang serius
3) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan dan tingkat
kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,
dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
4) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau dinilai kembali
5) Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan tersebut, serta bila
mungkin nama-nama anggota tim lainnya
6) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu. Bila hal itu
dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
7) Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter/bidan lain

KOMUNIKASI DAN KONSELING


Dalam berkomunikasi dengan ibu, tenaga kesehatan perlu memegang prinsip-prinsip berikut ini:
 Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.
 Bersikap ramah, senantiasa menghargai, dan tidak menghakimi.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
 Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur/tindakan klinis, minta persetujuan
dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Rangkum informasi-informasi yang penting termasuk informasi mengenai hasil pemeriksaan
laboratorium rutin dan pengobatan.
 Pastikan ibu mengerti tanda-tanda bahaya/kegawatdaruratan, instruksi pemeriksaan, dan
kapan ia harus kembali berobat atau memeriksakan diri. Minta ibu mengulangi informasi
tersebut, atau mendemonstrasikan instruksi pemeriksaan.
 Lakukan konseling, anamnesis, maupun pemeriksaan di ruang yang pribadi dan tertutup dari
pandangan orang lain.
 Pastikan bahwa ketika berbicara mengenai hal yang sensitif/pribadi, tidak ada orang lain yang
dapat mendengar pembicaraan tersebut.
 Minta persetujuan ibu sebelum berbicara dengan keluarganya.
 Jangan membahas rahasia ibu dengan rekan kerja ataupun pihak lain.
 Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan rapi serta terjaga
kerahasiaannya.
 Batasi akses ke dokumen-dokumen yang memuat informasi terkait ibu hanya kepada tenaga
kesehatan yang berkepentingan.

Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak diterapkan atau digunakan oleh ibu
karena tidak dimengerti atau tidak sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka. Hal ini dapat
terjadi karena komunikasi yang terjadi antara tenaga kesehatan dan ibu terjadi hanya satu arah
sehingga ibu tidak mendapatkan dukungan yang cukup untuk menerapkan informasi tersebut.

Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan ibu serta keluarganya. Selama
proses tersebut, tenaga kesehatan mendorong ibu untuk saling bertukar informasi dan memberikan
dukungan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan serta tindakan yang dapat meningkatkan
kesehatan ibu.

C. LANGKAH KEGIATAN

LANGKAH-LANGKAH KONSELING
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan latar belakangnya. Lakukan
klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
2. Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum diketahui ibu. Pelajari
setiap masalah yang ada serta dampaknya terhadap berbagai pihak (ibu, suami, keluarga,
komunitas, tenaga kesehatan, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang dapat dilakukan untuk
meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau dukungan lain untuk
memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari berbagai alternatif
pemecahan masalah bersama ibu.
6. Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling memungkinkan untuk mengatasi
masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan konseling berikutnya.

KETERAMPILAN KONSELING

Komunikasi dua arah


Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan oleh ibu atau keluarganya, proses
konseling dan komunikasi dua arah harus berjalan. Misalnya, ketika menentukan di mana ibu harus
bersalin dan bagaimana ibu bisa mencapai fasilitas kesehatan tersebut.

Membina suasana yang baik


Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana yang baik dengan ibu misalnya
dengan cara menemukan kesamaan-kesamaan dengan ibu dalam hal usia, paritas, daerah asal, atau
hal-hal kesukaan.
Mendengar dengan aktif
Ketika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan informasi yang diberikan dan
menunjukkan bahwa informasi tersebut sudah dimengerti. Tanyakan pertanyaan yang berhubungan
dengan informasi yang ibu berikan untuk mengklarifikasi pemahaman bersama. Ulangi informasi
yang ibu sampaikan dalam kalimat yang berbeda untuk mengkonfirmasi dan rangkum butir-butir
utama yang dihasilkan dari percakapan.

Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
• Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai untuk mendapatkan data riwayat
kesehatan ibu, misalnya: “Berapa usia Anda?” atau “Mengapa anda ingin menggunakan KB”?
• Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi, perasaan, sikap, pengetahuan,
maupun kebutuhan ibu, misalnya “Apa yang Anda rasakan setelah melahirkan?” atau
“Ceritakanlah mengenai apa yang anda rasakan setelah menggunakan KB? ”

Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus mengetahui sejauh mana ibu telah
memahami informasi yang akan disampaikan dan memberikan informasi baru yang sesuai dengan
situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana perubahan fisik jika dinyatakan hamil ?

Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis makanan tertentu yang perlu Ibu
konsumsi lebih banyak. Apa Ibu sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga buah, kacang-kacangan, ikan,
telur, keju, dan susu. Ibu tahu mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan bayi dan menjaga Ibu tetap sehat.
Apakah ada lagi yang ingin ibu tanyakan mengenai apa yang harus ibu makan selama hamil?

Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk mengatasi masalahnya dengan solusi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan ibu. Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk menganalisa
kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.

LANGKAH-LANGKAH PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN KB


A. Pelayanan ANC pada ibu hamil
1. Melakukan Anamnese
2. Melaksanakan pelayanan ANC dengan prinsip 10 T
a. Ukur BB dan TB
b. Periksa tekanan darah
c. Periksa tinggi fundus uteri
d. Skrining status imunisasi (TT)
e. Minum tablet zat besi
f. Tetapkan status gizi
g. Tes laboratorium
h. Tentukan presentasi janin dan DJJ
i. Tatalaksana kasus
j. Temuwicara
3. Memberikan informent Consent (persetujuan tindakan)
B. Pelayanan KB
1. Anamanese
2. Melakukan pengukuran Tekanan darah
3. Konseling
4. Informent Consent
5. Pelaksanaan tindakan

PERSETUJUAN TINDAKAN

PERSETUJUAN TERTULIS DIPERLUKAN PADA KEADAAN-KEADAAN SBB:


 Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil
 Pemasangan dan pencabutan IUD
 Pemasangan dan pencabutan IMPLANT
 Penolakan pasien atas anjuran untuk dirujuk ke tingkat faskes yang lebih tinggi , atas penyakit
yang dideritanya

CONTOH FORMAT DOKUMENTASI PEMBERIAN INFORMASI

DOKUMEN PEMBERIAN INFORMASI


BIDAN PELAKSANA KEGIATAN
PEMBERI INFORMASI
PENERIMA INFORMASI
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI
1 Hari dan jam pelayanan
diruang kesehatan ibu dan KB
2 Makanan yang baik untuk
dikonsumsi oleh ibu hamil
3 Tanda-tanda keracunan
kehamilan
4 Tanda- tanda ketuban pecah
dini
5 Cara merawat payudara agar
ASI lancar pada saat bayi lahir
6 Tanda-tanda yang dirasakan
pada saat ibu hendak bersalin
7 Cara menjarangkan kehamilan
8 Alat kontrasepsi apa yang
dilayani dipuskesmas

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal diatas secara
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan atau berdiskusi
Dengan ini menyatakan saya telah menerima informasi sebagaimana diatas dan
saya tandatangani dikolom kanannya dan telah memahaminya

CONTOH FORMAT PERSETUJUAN TINDAKAN KEBIDANAN

PEMBERIAN INFORMASI
Bidan Pelaksan Tindakan
Pemberi informasi
Penerima informasi/pemberi
persetujuan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA
1 Pemberian imunisasi TT
2 Pemasangan dan
pencabutan IUD
3 Pemasangan dan
pencabutan IMPLANT
4 Persetujuan untuk dirujuk
ke faskes yang memadai
5 Persetujuan pemriksaan
laboratorium
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal diatas secara Tanda tangan
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan atau
berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal diatas secara Tanda tangan
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan atau
berdiskusi
Bila pasien tidak komplein atau tidak mau menerima informasi maka penerima informasi
adalah wali atau keluarga terdekat
PERSETUJUAN TINDAKAN KEBIDANAN

Yang bertandatangan dibawah ini , saya , nama ………….. umur....... tahun , laki-laki/perempuan
Alamat ………………
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukan tindakan ……………………………………….
Terhadap saya,……………… saya, bernama ………………………. Umur……. Tahun , laki-
laki//perempuan
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas
kepada saya termasuk resiko dan komplikasi yang mungkin timbul .

…………….. tanggal………… pukul……….


Yang Menyatakan Saksi
( ) ( )
CONTOH FORMAT PENOLAKAN TINDAKAN KEBIDANAN

PEMBERIAN INFORMASI
Bidan Pelaksan Tindakan
Pemberi informasi
Penerima informasi/pemberi
persetujuan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA
1 Pemberian imunisasi TT
2 Pemasangan dan
pencabutan IUD
3 Pemasangan dan
pencabutan IMPLANT
4 Persetujuan untuk dirujuk
ke faskes yang memadai
5 Persetujuan pemriksaan
laboratorium
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal diatas secara Tanda tangan
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan atau
berdiskusi
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal diatas secara Tanda tangan
benar dan jujur dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan atau
berdiskusi
Bila pasien tidak komplein atau tidak mau menerima informasi maka penerima informasi
adalah wali atau keluarga terdekat
PENOLAKAN TINDAKAN KEBIDANAN
Yang bertandatangan dibawah ini , saya , nama ………….. umur....... tahun , laki-laki/perempuan
Alamat ………………
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukan tindakan ……………………………………….
Terhadap saya,……………… saya, bernama ………………………. Umur……. Tahun , laki-
laki//perempuan
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti diatas
kepada saya termasuk resiko dan komplikasi yang mungkin timbul .

…………….. tanggal………… pukul……….


Yang Menyatakan Saksi
( ) ( )

BAB V
LOGISTIK

A. Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dilakukan melalu permintaan
kepada kepala puskesmas melalu Ruang Farmasi UPTD kecamatan Gunungsitoli Barat
menggunakan surat permintaan obat dan BMHP ( format terlampir). Untuk BMHP yang
habis/tidak tersedia di Ruang Farmasi Puskesmas Gunungsitoli Barat, dapat dilakukan dengan
pengadaan sendiri dengan menggunakan Dana Kapasitas JKN sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.

B. Alat Kesehatan
Perencanaan Kebutuhan Alat Kesehatan dilakukan ditiap awal tahun( Lokakarya Mini
Bulan Januari) untuk persiapan tahun berikutnya. Untuk pemeliiharaan akan dilaksanakan
kalibrasi berkala sesuai standar. Sedangkan peralatan yang mengalami kerusakan akan
dilakukan recall

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu,
system keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya keselamatan pasien
diwilayah kerja puskesmas

Untuk itu sebaiknya menerapkan 7 standar keselamatan pasien, 7 langkah keselamatan pasien,
dan 6 sasaran keselamatan pasien .

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien tindakan yang
seharusnya diambil

Standar I. Hak pasien


Standar:
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
 Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan (penanggung jawab UKP)
 Bidan penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
 Bidan penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan


Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan.
 Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
puskesmas.
 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar
unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi
dukungan keluarga, pelayanan kebidanan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
Standar:
Puskesmas harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
 Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain)yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan puskesmas,kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien.
 Setiap puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,
keuangan.
 Setiap puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara
proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
 Setiap puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan,agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standar:
 Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “TujuhLangkah Menuju Keselamatan Pasien
Puskesmas “.
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,mengkaji, dan
meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja
puskesmas dan keselamatan pasien

 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.


 Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan
insiden.
 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar
dan jelas untuk keperluan analisis.
 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk
penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah.
 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap
kecukupan sumber daya tersebut.
 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk
mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar:
1.Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner
dalam pelayanan pasien
 Setiap puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
 Setiap puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-
service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
 Setiap puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan pasien
Standar:
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.

7 langkah keselamatan pasien


1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staff
3. Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan resiko
4. Mengembangkan system pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

Langkah I membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
Langkah II memimpin dan mendukung staff
Membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
puskesmas
Langkah III mengintegrasikan aktifitas pegelolaan resiko
Mengembangkan system dan proses pengelolaan resiko serta lakukan identifikasi dan
assessment hal yang berpotensi bermasalah
Langkah IV mengembangkan system pelaporan
Memastikan staff dapat melaporkan kejadian/insiden yang terjadi d dalam ruangan kesehatan
ibu dan kb
Langkah V melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah VI belajar dan berbagi pengalaman keselamatan pasien
Mendorong staff melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul
Langkah VII mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada
system informasi

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Standar SKP I : Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran I


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspek/tahapan
diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu:
pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan;
dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien,seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir dan lain-lain. Suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakandan/atau prosedur agar dapat memastikan
semua kemungkinan situasiuntuk dapat diidentifikasi.

Elemen Penilaian Sasaran I


1. Pasien diidentifikasi menggunakan identitasnya sendiri .
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian/pemasangan alat kontrasepsi
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil surat rujukan .
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.

SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Standar SKP II : Puskesmas mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.

Maksud dan Tujuan Sasaran II


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
berbentuk elektronik,lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon.

Elemen Penilaian Sasaran II


1. Rujukan internal secara lisan dan tulisan sehingga hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima rujukan
2. hasil pemeriksaan dibacakan kembali oleh secara lengkap oleh penerima rujukan
3. hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi rujukan atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau
tulisan
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
(HIGH-ALERT)
Standar SKP III : Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-
obat yang perlu diwaspadai (high-alert).

Maksud dan Tujuan Sasaran III


Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,manajemen harus berperan secara
kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medications) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius , obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip).

Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat
daftar obat-obat yang perlu diwaspadaiberdasarkan data yang ada di puskesmas. Kebijakan dan/atau
prosedur sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.

Elemen Penilaian Sasaran III


1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.

SASARAN IV : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN


KESEHATAN
Standar SKP IV : Puskesmas mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran IV


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan
kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan.
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibacakepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan
internasional.
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di puskesmas.

Elemen Penilaian Sasaran IV


1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygieneterbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan
risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI

1.2. PENCEGAHAN INFEKSI


Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan untuk mencegah penularan penyakit
dari atau kepada pasien di fasilitas kesehatan.
MENJAGA KEBERSIHAN TANGAN
 Jaga agar kuku jari-jari tangan tetap pendek.
 Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air.
 Selalu bersihkan tangan pada situasi-situasi berikut ini:
o Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
o Sebelum memegang alat/instrumen invasif, baik ketika mengenakan sarung tangan
maupun tidak.
o Setelah kontak dengan cairan tubuh atau ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak
intak, atau kasa penutup luka.
o Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari
pasien yang sama.
o Setelah kontak dengan permukaan objek yang bersentuhan dengan pasien (termasuk
peralatan medis).
o Setelah melepas sarung tangan (steril maupun non-steril).
 Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol (alcohol-
based handrub). Jika tangan tidak terlihat kotor namun pembersih tangan berbahan dasar
alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
 Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/cairan tubuh, atau setelah menggunakan
toilet, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Cuci tangan juga dianjurkan bila
dicurigai ada paparan terhadap patogen berspora, misalnya pada wabah Clostridium difficile.
Lakukan teknik mencuci tangan sesuai BAGAN 1 selama 40-60 detik.
 Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan, bersihkan tangan dengan
pembersih tangan berbahan dasar alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir.
 Bila di fasilitas kesehatan tidak tersedia keran dengan air bersih mengalir, letakkan ember
berisi air bersih di tempat yang cukup tinggi dan berikan keran di dasar ember sehingga air
bisa mengalir keluar untuk cuci tangan.

PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI

BAGAN 1a. Langkah-langkah mencuci tangan degan air dan sabun

Basahi tangan dengan air Balurkan sabun ke seluruh Gosokkan telapak dengan
permukaan tangan telapak
Telapak kanan di atas Telapak dengan telapak Bagian belakang jari pada punggung telapak kiri
dengan jari saling telapak dengan posisi dan sebaliknya menyilang saling mengunci

Gosok jempol dengan Kelima jari kanan Bilas kedua tangan gerakan memutar menguncup digosok
dengan air memutar pada telapak kiri dan sebaliknya

Keringkan tangan dengan Gunakan tisu/handuk Tangan Anda kini sudah tisu/handuk bersih dan
tersebut untuk mematikan bersih kering kran, lalu buang/cuci agar tidak digunakan orang lain

PRINSIP UMUM PENCEGAHAN INFEKSI


MENGENAKAN SARUNG TANGAN
 Gunakan sarung tangan steril atau yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi (DTT) ketika
melakukan prosedur tindakan.
 Gunakan sarung tangan pemeriksaan (non-steril) untuk melakukan pemeriksaan vagina,
memberikan obat injeksi.
 Gunakan sarung tangan rumah tangga saat:
• Membersihkan alat dan tempat tidur
• Mengelola bahan yang terkontaminasi, sampah dan limbah
• Membersihkan darah dan cairan tubuh yang berceceran

MELINDUNGI DIRI DARI DARAH DAN CAIRAN TUBUH


 Gunakan sarung tangan sesuai petunjuk di atas.
 Tutup semua bagian kulit yang tidak intak/utuh dengan bahan tahan air.
 Berhati-hati dalam mengelola sampah dan alat/benda tajam.
 Gunakan masker
MEMBUANG SAMPAH TAJAM DENGAN BENAR
 Siapkan tempat penampungan sampah tajam yang tidak dapat ditembus oleh jarum.
 Pastikan semua jarum dan spuit digunakan hanya satu kali.
 Jangan menutup kembali, membengkokkan, ataupun merusak jarum yang telah digunakan.
 Langsung buang semua jarum yang telah digunakan ke tempat penampungan sampah tajam
tanpa memberikannya ke orang lain.
 Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat penuh, tutup, sumbat, atau plester wadah
tersebut dengan rapat lalu bakar.

MEMBUANG SAMPAH DAN LIMBAH SECARA AMAN


 Kubur atau bakar segera sampah padat yang terkontaminasi.
 Buang limbah cair ke saluran khusus.
 Cuci tangan, sarung tangan, dan tempat penampungan setelah membuang sampah atau limbah
yang infeksius.

PEMROSESAN INSTRUMEN
 Untuk instrumen yang dipakai ulang, lakukan 3 langkah pokok yang ada di BAGAN 2:
1. Dekontaminasi
2. Pencucian dan pembilasan
3. Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
*DTT adalah metode alternatif jika fasilitas sterilisasi tidak tersedia.

BAGAN 2. LANGKAH-LANGKAH PEMROSESAN INSTRUMEN

1. DEKONTAMINASI
Rendam instrumen bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. (lihat
BAGAN 3)

2. PENCUCIAN DAN PEMBILASAN


Cuci alat dengan menggunakan air, kemudian cuci lagi dengan deterjen dan air
bersih mengalir.

3.STERILISASI DAN DTT

Sterilisasi: Masukkan alat ke dalam otoklaf selama 20 menit (bila


tidak dibungkus) atau 30 menit (bila dibungkus) dalam tekanan
106 kPa dan suhu 121 C. Bila menggunakan metode panas kering,
lakukan steriliasi dengan oven selama 60 menit pada suhu 1700C
atau selama 120 menit pada suhu 1600C.
INGAT! Waktu paparan mulai dihitung ketika sterilisator
mencapai suhu yang diinginkan. Sisakan jarak 7,5 cm antara
bahan-bahan yang disterilisasi dan dinding mesin.
DTT: Rebus alat dalam panci tertutup (semua alat terendam 2,5 cm di
bawah permukaan air) selama 20 menit, terhitung sejak air mendidih.
Sebagai alternatif, rendam dalam larutan klorin 0,5% atau
glutaraldehid 2-4% selama 20 menit lalu bilas dengan air DTT dan
BAGAN 3.
Cara membuat larutan klorin
Larutan klorin dapat dibuat dengan mencairkan produk larutan pemutih pakaian yang mengandung
klorin. Caranya adalah:
l Periksa kepekatan (% konsentrasi) produk klorin yang digunakan
l Campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan sesuai rumus
dibawah ini:

Jumlah bagian air = % konsentrat produk– 1


% konsentrat yang diinginkan

Contoh:
Membuat larutan klorin 0,5% dari larutan pemutih (klorin 5%)
Jumlah bagian air = (5% / 0,5%) – 1 = 10 – 1 = 9
Larutan klorin 0,5% dapat dibuat dengan menambahkan 1 bagian larutan pemutih (klorin 5%) dengan
9 bagian air, misalnya 100 ml Larutan pemutih dengan 900 ml air

u Saat mencuci alat, kenakan sarung tangan tebal/sarung tangan rumah tangga dan berhati-hatilah
jangan sampai tertusuk instrumen tajam.
u Jika tidak segera dipakai, instrumen yang sudah disterilisasi harus dijaga agar tidak terkontaminasi.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap


kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya adalah
agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari
berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan

A.Identifikasi Potensi Bahaya di poli kesehatan ibu & KB

LoLokasi PoPotensi Je Jenis bahaya M Masalah


Bahaya Kesehatan/kecelakaan
kerja
KI KIA/KB  Kecelakaan  Benda tajam,alat  Tertusuk,tersayat,cedera
kerja medis

 Biologi  mikroorganisme,virus  infeksi hepatitis,tbc,cacar


bakteri dll air,influenza,HIV,ebola,
jamur

 kimia  mercuri,clorin  gangguam SSP, ginjal,


dermatitis

 ergonomi  posisi janggal  musculoskeletal disorder

 Psikososial  Bekerja yang  Stres kerja


monoton

1. Pengendalian resiko dengan upaya;


i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh petugas
b. Memasang leaflet,brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik,bimbingan rohani,rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,APD,mengganti
alat berbahaya.
b. Vaksinasi hepatitis
iii. Kuratif:
1. Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2. Penatalaksanaan kecelakaan akibat kerja
3. Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4. Melakukan rujukan kasus

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu   (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan  teknis yang bersifat rutin yang dirancang  untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa
yang diberikan kepada pelanggan.  Pengendalian mutu pada pelayanan klinis diperlukan agar produk
layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang
telah direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga
mutu produk yang direncanakan dapat tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula
bahwa pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa
layanan kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
Pada Puskesmas kecamatan gunungsitoli barat untuk mengendalikan mutu pelayanan medis di
sediakan kotak saran supaya pasien dapat menyampaikan sarannya sebagai memperbaiki pelayanan
kami dan di setiap unit pelayanan juga terpasang kotak kepuasan untuk survey kepuasan pelanggan dan
mengetahui tingkat kepuasan penerima layanan di Puskesmas kecamatan gunungsitoli barat tidak
terkecuali poli kesehatan ibu dan KB di Puskesmas kecamatan gunungsitoli barat. Hasil dari survey
pelanggan di analisa sehingga dapat merumuskan follow up dari permasalahan yang ada.
Bila terjadi KTD, KNC, KTC, dan KPC yaitu :
1. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
misalkan, pasien jatuh dari bed, jatuh dari brankar, jatuh dari kursi roda.
2. KNC (Kejadian Nyaris Cedera) adalah terjadi insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
misalnya, salah obat terapi segera diganti, pemberian obat salah orang tetapi segera diperbaiki,
salah dosis tetapi segera diperbaiki.
3. KTC (Kejadian Tidak Cedera) adalah insiden yang sudah terpapar kepasien tetapi tidak timbul
cedera misalanya, reaksi transfuse tetapi tidak mengakibatkan cedera, salah pemberian obat
tidak berakibat cedera.
4. KPC (Kejadian Potensial Cedera) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera tetapi belum terjadi insiden.
5. Kejadian sentimel adalah KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
misalnya, pasien bunuh diri, salah diagnose dan salah pemberian obat yang berakibat
kematian.
Peristiwa KTD, KTD, KPC dan KNC segera melaporkan pada Ketua Tim Mutu dan Keselamatan
Pasien untuk segera di follow up bersama-sama dengan Anggota Tim Mutu dan keselamatan pasien
Puskesmas kecamatan gunungsitoli barat.

Indikator mutu yang digunakan pada Ruangan Poli Kesehatan Ibu dan KB Puskesmas Kecamatan
Gunungsitoli Barat dalam memberikan pelayanan adalah :

No Indikator Mutu Target Capaian


.
1. Koin kepuasan Pasien 92 %
2. Waktu Tunggu
3. Kepatuhan Hand Hygiene 100 %
4. Penggunaan APD 100 %
5. Kelengkapan pengisian File 100 %
6. Pengembalian File kurang dari 24 jam 100 %
7. Pemberian layanan Dokter atau bidan 100 %
8. Pelayanan ANC pada ibu hamil sesuai standar 100 %

BAB IX

PENUTUP
Demikian telah disusun suatu Pedoman Pelayanan Klinis yang dapat dipakai sebagai acuan di
dalam pelayanan klinis di Ruang Kesehatan Ibu dan Kb untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara
keseluruhan di Puskesmas kecamatan gunungsitoli barat. Pedoman ini akan mengalami perbaikan
dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga diperlukan evaluasi secara teratur dan
berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan
pelayanan secara khusus di rawat jalan dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan pasien.

REFERENSI

 Permenkes 75 tahun 2014 tentang puskesmas

 Permenkes 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien

 Undang – undang no 36 tahun 2009 tentang keselamatan kerja

LAMPIRAN
1. Surat keputusan kepala puskesmas tentang pola ketenagaaan

2. Alur pelayanan puskesmas kecamatan gunungsitoli barat

3. Denah puskesmas kecamatan gunungsitoli barat

4. Kartu inventaris Ruangan (KIR) pemeriksaan umum

5. Pedoman pemeliharaan alat kesehatan

Anda mungkin juga menyukai