Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

IMUNITAS PADA KASUS DERMATITIS

SUSUN OLEH

ARNIAATA RADE KAKA

2018610015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI MALANG
2020
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS
PADA KASUS DERMATITIS

1. Definisi Penyakit
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis .
(NANDA NIC-NOC. 2015).Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada
kulit) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi.
2. Klasifikasi
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi)
tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen.Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.Alergennya bisa berupa
karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan
faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang
yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan (fleksural).
3. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat berhubungan
dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang
disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti
goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah
jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-
bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul
pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
4. Tanda dan Gejala
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka
(terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
5. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe
lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase
elisitasi.Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat
terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala
klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi
limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian
sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama
atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
Pathway

Sabun, detergen, zat kimia allergen: s.sensitizen

Iritan primer sel langerhans & makrofag

Mengiritasi kulit Gangguan Sel T


integritas kulit

Peradangan kulit(lesi) Sensitasi sel T oleh saluran limfe Terpajang ulang

Reaksi hipersensitivitas IV

sel efektor mengeluarkan

limfokin
Risiko Gangguan
nyeri
infeksi citra tubuh Gejala klinis: gatal, panas,

kemerahan pada kulit

Gangguan pola tidur


6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan
integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit
yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu.Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.Faktor
pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, untuk
mengidentifikasi respon alergi.Uji ini menggunakan bahan kimia yang
ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang
ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan-
bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofolik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginos
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak
dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila
tiba-tiba dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan kolonis.
Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari
selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi
reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian steroid topical juga
membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent
diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah
kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada pengobatan jangka
panjang digunakan steroid yang lowpoten, pemakaian high-potent steroid
hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan
perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun
oral.

Dermatitis numularis

1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien


2) Secara topical lesi  dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
d. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua
umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita),
alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama, diagnosa medis, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kuli, suhu
tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering, edema disertai nyeri, dan rasa
terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisamuncul tergantung bagaimana respon
kulitdari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada kulit
yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa
meningkat/demam, kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas
pada kulit.Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita
sehingga penderita harus datang ke pelayanan kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya riwayat
alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit
seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga yang sama
dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-anak sering ditemukan alergi
terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan
terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulka dermatitis.
Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila
penyakitnya tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu karena
penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan nyeri bagian kulit yang
biasanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari masing-masin idividu
yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola eliminasi,
kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga membuat penderita takut
untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi
tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit yang
dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur
dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan tetapi tergantung
dari masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal, masih
mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola seksual jika penyakit
tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi
obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise, demam, rasa panas
pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau kemerahan
pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita mengalami
peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkanpeningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi (Mendengar),
Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
a) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
lukaataulesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan
tidakpucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada
kelainan atau tidak, serta adanay bengkak kemrahan/tidak
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi tidak
berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi pada
bagian bibir akibat infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak, adanya
kemerahan atau tidak karena dermatitis bias menyerang bagian kulit manapun
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada tidak
bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen atau
tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau
tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang menyerang genital
mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
Adanya tanda- tanda insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT
kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut terutama
priritus (sebagai pengganti dolor),  kemerahan (rubor),  gangguan fungsi kulit
(function laisa), terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar, terdapat bula atau pustule, hiperpigmentai tau
hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,  edema atau pembengkakan, serta kulit
bersisik
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit dermatitis
diantaranya :
a. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
c. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan Pruritus.
d. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara menangani kelainan pada kulit
f. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.

Anda mungkin juga menyukai