Asesmen Keterampilan Berbahasa Dan Bersastra
Asesmen Keterampilan Berbahasa Dan Bersastra
EVALUASI PEMBELAJARAN BI
Disusun Oleh :
1
A. ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA
i
segala sesuatu yang ingin di komunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Dengan sedemikian berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang
aktif-produktif.
Bentuk pengajaran berbicara dapat bersifat terkendali dengan isi dan jenis wacana
yang ditentukan atau di batasi atau dapat bersifat bebas bergantung pada keinginan
dan kreatifitas pembicara. Bentuk-bentuk asesmen berbicara tersebut antara lain
sebagai berikut:
a) Berbicara singkat berdasarkan gambar, asesmen ini meminta peserta tes untuk
berbicara singkat.
b) Wawancara, asesmen ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
secara lisan pada peserta tes.
c) Menceritakan kembali, setelah peserta tes dibacakan sebuah teks kemudian ia
menceritakan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri.
d) Pidato atau berbicara bebas, guru mempersilakan tes untuk memilih topik yang
ditawarkan kemudian menyusun menjadi pokok-pokok pikiran.
e) Percakapan terpimpin, guru menceritakan suatu situasi percakapan dengan topik
tertentu.
f) Diskusi, membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok
diberi topik diskusi yang berbeda kemudian guru mengadakan evaluasi pada masing-
masing kelompok untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.
ii
dan pendukungnya dengan memakai kata-kata yang dipakai pengarang. Siswa
mengetahui fakta-fakta (siapa?, apa?, kapan?, dimana?).
Tingkat kedua pemahaman literal adalah comprehension (pemahaman). Siswa
mengingat apa yang telah ditulis namun mereka menjawab dengan kata-kata yang
berbeda dari yang dipakau oleh pengaran.
b) Membaca Interpretatif
Pada tingkat interlretatif, pikiran menjadi suatu pabrik produksi. Pikiran bisa membantu
mengidentifikasi hubungan antara pengalaman (aktual dan pengalaman orang lain).
Bloom menyebut tingkat ini sebagau applied level (tingkat penerapan). Siswa dapat
menerapkan aturan atau proses pada problem (atau ide-ide pada situasi baru), karena
itu siswa bisa menentukan suatu jawaban yang betul.
c) Membaca Kreatif/ Kritis
Selama membaca kritis/kreatif, pikiran tetap menjadi pabrik produksi. Hal itu membantu
menganalisis, memproduksi, dan memutuskan. Bloom mengidentifikasi tiga kategori ini:
analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pada tingkat analisis, siswa mendeteksi fakta dari opini, teknik propaganda, dan
kesalagan penalaran. Siswa dapat mengidentifikasi motif atau alasan terjadinya
sesuatu. Siswa dapat pula menilai kualifikasi sumber informasi. Siswa juga dapat
menentukan bukti untuk mendukung suatu kesimpulan, inferensi, atau generalisasi,
mengambil kesimpulan serta mengidentifikasi motif dan sebab-sebabnya.
Pada tingkat sintesis, siswa mengumpulkan informasi. Siswa menghasilkan komunikasi
orisinal, membuat predikai, dan mengantisipasi hasilnya. Siswa dapat menulis,
menciptakan, mengembangkan, mendesain, dan menyintesis.
Pada tingkat akhir yakni evaluasi, siswa membuat keputusan. Siswa membentuk dan
menawarkan opini; menilau dan mengapresiasi. Siswa dapat memutuskaan kebaikan
gagasan, suatu solusi bagi suatu problem, atau suatu karya estetika. Siswa bisa juga
menawarkan suatu opini berdasarkan pada sejumlah standar.
iii
diungkapkan yang merupakan inti dari hakikat sebagai bentuk penggunaan bahasa yang
aktif-produktif.
Tes menulis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan
diskret, pendekatan integratif, dan pendekatan pragmatik atau komunikatif. Asesmen
kemampuan menulis dapat dibuat dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk asesmeb
kemampuan menulis tersebut adalah sebagai berikut.
a) Tes Unsur-unsur Kemampuan Menulis
b) Menulis Reproduksi
c) Menulis Produksi
iv
gramatikal. Pengembangan soal ujian pada umumnya berangkat dari kegiatan tulis-
menulis sehingga tugas lisan tidak dapat diakomodasi secara bersamaan. Oleh karena
itu, ujian kemampuan apresiasi lewat saluran lisan ini lebih praktis dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran.