Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN

EVALUASI PEMBELAJARAN BI

ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA DAN BERSASTRA

Disusun Oleh :

SAHRUL HASAN 18188201051P

Fakultas Pedagogi dan Psikologi


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA
Jl. Ki. Hajar Dewantara No. 27 - 29 Pasuruan Telp. (0343) 421946
Website : www.uniwara.ac.id
Tahun Akademi 2020/2021

1
A. ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA

1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan


Mendengarkan merupakan proses kegiatan memdengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresisasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
       Kemampuan mendengarkan merupakan bagian yang penting yang tidak dapat di
abaikan dalam pembelajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaranya adalah
penguasaan kemampuan bahasa selengkapnya. Kemampuan memdengarkan terkait
dengan kemampuan untuk memahami makna suatu bentuk penggunaan bahasa yang
diungkapkan secara lisan. Kemampuan memahami makna bahasa lisan itulah yang
merupakan sasaran dari tes mendengarkan.
       Penyusunan asesmen menyangkut aspek kognitif secara berjenjang. Tingkatan
asesmen kemampuan mendengarkan dapat digolongkan atas :
a) Asesmen mendengarkan tingkat ingatan
b) Asesmen mendengarkan tingkat pemahaman
c) Asesmen mendengarkan tingkat penerapan
d) Asesmen mendengarkan tingkat analisis
e) Asesmen mendengarkan tingkat sintesis
f) Asesmen mendengarkan tingkat evaluasi
       Asesmen mendengarkan diselenggaraka dengan mendengarkan wacana lisan
sebagai bahan asesmen. Beberapa bentuk asesmen memdengatkan adalah sebagai
berikut:
a) Identifikasi peristiwa atau kejadian 
b) Identifikasi tema cerita 
c) Identifikasi topik percakapan
d) Menjawab pertanyaanwacana
e) Merumuskan inti wacana
f) Menceritakan kembali 

2. Asesmen Keterampilan Berbicara


       Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengespresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka si pembicara harus memahami makna

i
segala sesuatu yang ingin di komunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Dengan sedemikian berbicara merupakan bagian dari kemampuan berbahasa yang
aktif-produktif.
       Bentuk pengajaran berbicara dapat bersifat terkendali dengan isi dan jenis wacana
yang ditentukan atau di batasi atau dapat  bersifat bebas bergantung  pada keinginan 
dan kreatifitas pembicara. Bentuk-bentuk asesmen berbicara tersebut antara lain
sebagai berikut:
a) Berbicara singkat berdasarkan gambar, asesmen ini meminta peserta tes untuk
berbicara singkat.
b) Wawancara, asesmen ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
secara lisan pada peserta tes.
c) Menceritakan kembali, setelah peserta tes dibacakan sebuah teks kemudian ia
menceritakan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri.
d) Pidato atau berbicara bebas,  guru mempersilakan tes untuk memilih topik yang
ditawarkan kemudian menyusun menjadi pokok-pokok pikiran.
e) Percakapan terpimpin, guru menceritakan suatu situasi percakapan dengan topik
tertentu.
f) Diskusi, membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok
diberi topik diskusi yang berbeda kemudian guru mengadakan evaluasi pada masing-
masing kelompok untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.

3. Asesmen Keterampilan Membaca


       Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang meliputi proses fisik dan
psikologis. Sesuai dengan hakikatnya membaca sebagau suatu proses, pembelajaran
membaca, baik pembelajaran membaca permulaan maupun pembelajaran membaca
lanjut dilaksanakan agar anak menguasai proses membaca. 
       Tingkatan kognitif dalam asesmen kemampuan membaca dapat dibuat secara
berjenjang. Taksonomi Bloom pada domain kognitif berupa enam tingkat kognisi, yaitu
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari taksonomi ini,
dapat disusun taksonomi membaca menjadi tingkat literal, interpretatif, dan kritis/ kreatif.
Membaca literal meliputi:
a) Membaca Literal
Dengan memakai taksonomi dari Blooms, terdapat dua tingkat pemahaman literal:
pengetahuan dan pemahaman. Pada tingkat pengetahuan, siswa mengaku fakta-fakta

ii
dan pendukungnya dengan memakai kata-kata yang dipakai pengarang. Siswa
mengetahui fakta-fakta (siapa?, apa?, kapan?, dimana?). 
Tingkat kedua pemahaman literal adalah comprehension (pemahaman). Siswa
mengingat apa yang telah ditulis namun mereka menjawab dengan kata-kata yang
berbeda dari yang dipakau oleh pengaran. 
b) Membaca Interpretatif
Pada tingkat interlretatif, pikiran menjadi suatu pabrik produksi. Pikiran bisa membantu
mengidentifikasi hubungan antara pengalaman (aktual dan pengalaman orang lain).
Bloom menyebut tingkat ini sebagau applied level (tingkat penerapan). Siswa dapat
menerapkan aturan atau proses pada problem (atau ide-ide pada situasi baru), karena
itu siswa bisa menentukan suatu jawaban yang betul. 
c) Membaca Kreatif/ Kritis
Selama membaca kritis/kreatif, pikiran tetap menjadi pabrik produksi. Hal itu membantu
menganalisis, memproduksi, dan memutuskan. Bloom mengidentifikasi tiga kategori ini:
analisis, sintesis, dan evaluasi. 
Pada tingkat analisis, siswa mendeteksi fakta dari opini, teknik propaganda, dan
kesalagan penalaran. Siswa dapat mengidentifikasi motif atau alasan terjadinya
sesuatu. Siswa dapat pula menilai kualifikasi sumber informasi. Siswa juga dapat
menentukan bukti untuk mendukung suatu kesimpulan, inferensi, atau generalisasi,
mengambil kesimpulan serta mengidentifikasi motif dan sebab-sebabnya. 
Pada tingkat sintesis, siswa mengumpulkan informasi. Siswa menghasilkan komunikasi
orisinal, membuat predikai, dan mengantisipasi hasilnya. Siswa dapat menulis,
menciptakan, mengembangkan, mendesain, dan menyintesis. 
Pada tingkat akhir yakni evaluasi, siswa membuat keputusan. Siswa membentuk dan
menawarkan opini; menilau dan mengapresiasi. Siswa dapat memutuskaan kebaikan
gagasan, suatu solusi bagi suatu problem, atau suatu karya estetika. Siswa bisa juga
menawarkan suatu opini berdasarkan pada sejumlah standar.

4. Asesmen Keterampilan Menulis


     Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke
dalam lambang-lambang kebahasaan. Dalam menulis dilibatkan berbagai aspek
kebahasaan yang meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi,
penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengelohan gagasan, dan pengembangan
model karangan. Untuk mengetahui kemampuan menulis seseorang diperlukan adanya
asesmen dengan menggunakan alat ukur tes menulis. Dalam tes menulis, unsur
kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu diceematu, disamping isi pesan yang

iii
diungkapkan yang merupakan inti dari hakikat sebagai bentuk penggunaan bahasa yang
aktif-produktif. 
       Tes menulis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain pendekatan
diskret, pendekatan integratif, dan pendekatan pragmatik atau komunikatif. Asesmen
kemampuan menulis dapat dibuat dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk asesmeb
kemampuan menulis tersebut adalah sebagai berikut. 
a) Tes Unsur-unsur Kemampuan Menulis
b) Menulis Reproduksi
c) Menulis Produksi

B. ASESMEN ASPEK KESASTRAAN

1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan


     Kemampuan mendengarkan adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain
yang disampaikan lewat suara, baik langsung maupun tidak langsung lewat media
tertentu. Kegiatan asesmen yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran
merupakan bagian teknik pembelajaran. Bahan yang diperdengarkan tentulah yang
berkaitan dengan wacana kesastraan. Pengungkapan kemampuan mendengarkan itu
dapat berwujud latihan-latihan mengerjakan tugas tertentu, misalnya berupa tanya
jawab singkat mengenai wacana sastra yang didengarkan dan mengungkapkan kembali
pemahaman siswa secara lisan dan tertulis. Asesmen kompetensi kesastraan lewat
mendengarkan yang dilakukan secara khusus dapat dilakukan antara lain dengan cara :
setelah mendengarkan wacana, siswa diberi soal ujian objektif dan mengungkapkan
kembali isi wacana secara lisan maupun tertulis. Penentuan ketepatan jawaban siswa
dilihat dari aspek gagasan dan bahasa. Cara pengujian dengan cara mengungkapkan
kembali juga dapat dipandang sebagai bagian dari ujian kemampuan berbicara dan
menulis.

2. Asesmen Keterampilan Berbicara


     Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak
lain secara lisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta untuk
menampilkan kemampuan apresiasi sastranya secara lisan. Tugas ini dapat dilakukan
misalnya dengan cara mengungkapkan atau menceritakan kembali secara lisan isi teks
sastra yang diperdengarkan dan atau yang dibaca dan kemudian diikuti tugas
berdiskusi. Walau dalam rangka ujian kesastraan, ketepatan pengungkapan gagasan
harus didukung oleh ketepatan bahasa yang mempertimbangkan aspek kosakata dan

iv
gramatikal. Pengembangan soal ujian pada umumnya berangkat dari kegiatan tulis-
menulis sehingga tugas lisan tidak dapat diakomodasi secara bersamaan. Oleh karena
itu, ujian kemampuan apresiasi lewat saluran lisan ini lebih praktis dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran.

3. Asesmen Keterampilan Membaca 


     Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain yang
disampaikan lewat tulisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta
membaca, memahami, dan kemudian menunjukkan hasil pemahamannya terhadap
teks-teks kesastraan dengan mempergunakan indikator-indikator tertentu. Penyadapan
kemampuan membaca yang sebagai bagian kegiatan pembelajaran adalah menjadi
bagian teknik pembelajaran, misalnya berupa latihan-latihan melakukan aktivitas
tertentu sehingga siswa tidak merasakannya sebagai ujian, seperti tanya jawab singkat
mengenai wacana, menjawab pertanyaan-pertanyaan bacaan yang biasanya
disediakan, mengungkapkan kembali pemahaman isi wacana secara lisan dan tertulis.
Kemampuan membaca yang dilatihkan untuk teks-teks kesastraan dapat berupa
membaca puisi (poetry reading), deklamasi, membaca cerpen (novel), dan membaca
drama. 
Asesmen kemampuan membaca yang diselenggarakan secara khusus dapat dilakukan
dengan cara : (1) ujian tulis pemahaman bacaan sastra dengan bentuk soal objektif dan
esai, dan (2) ujian pemahaman bacaan secara lisan dan tertulis, yaitu dengan meminta
siswa untuk mengungkapkan kembali isi wacana. Cara pengujian yang kedua sekaligus
dapat dipandang sebagai bagian dari ujian kemampuan berbicara dan menulis.

4. Asesmen Keterampilan Menulis


  Kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain
secara tertulis. Untuk menulis sebagai tugas tes kesastraan, siswa juga harus benar-
benar diharuskan menulis. Secara umum ada dua macam tugas menulis yang dapat
diberikan, yaitu (1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan
(2) menulis kreatif. Bentuk tugas yang pertama misalnya berupa membuat paraphrase
puisi, membuat sinopsis novel dan cerpen, menuliskana kembali cerita drama atau
sinetron yang didengar atau dilihatnya, menuliskan kembali puisi dan fiksi dengan sudut
pandang lain, menyadur fiksi menjadi drama atau sebaliknya, dan lain-lain. Bentuk tugas
yang kedua misalnya berupa tugas menulis puisi, cerita (pendek), atau drama
sederhana.

Anda mungkin juga menyukai