Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FEBBRY WENDRA PERMANA

NIM : 1919020068
SEMESETER/KELAS : III/B
MATA KULIAH : HUKUM & HAM
DOSEN : Prof Dr I Made Subawa, S.H, M.S

SEJARAH PERKEMBANGAN HAM 1945-SEKARANG

1. Periode 1945-1950
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih menekankan pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk
menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat persetujuan dan
pengesahan secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk ke dalam hukum
dasar negara (konstitusi), yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Komitmen terhadap HAM pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam
Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya, memberikan keleluasaan
kepada rakyat untuk medirikan partai politik sebagaimana tercantum dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945.

2. Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 dikenal dengan sebutan periode demokrasi parlementer. Pemikiran
HAM pada periode ini mendapatkan momentum yang sangat membanggakan, karena suasana
kebebasan yang menjadi sangat demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan
tempat di kalangan elit politik. Indikator demokrasi parlmenter menurut Prof. Bagir Manan ada 5
(lima) aspek, sebagai berikut.
a. Semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam ideologinya masing-masing.
b. Kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya.
c. Pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi harus berlangsung dalam suasana
kebebasan, fair (adil), dan demokratis.
d. Dewan Perwakilan Rakyat sebagai representasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan
kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif
terhadap eksekutif.
e. Wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan
tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

3. Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan dengan
demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno, demokrasi terpimpin
(Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan presiden Seokarno terhadap demokrasi
parlementer yang dinilai merupakan produk barat.
Melalui sistem demokrasi terpimpin kekuasan terpusat di tangan persiden. Persiden tidak
dapat dikontrol oleh parlemen. Sebaliknya parlemen dikendalikan oleh persiden. Kekuasaan
persiden Sokarno bersifat absolut, bahkan dinobatkan sebagai persiden seumur hidup. Dan akhir
pemerintahan peresiden Seokarno sekaligus sebagai awal Era pemerintahan orde baru yaitu masa
pemerintahan persiden Seoharto.

4. Periode 1966-1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk
menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM.
Pada awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM di Indonesia mengalami
kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi, dan ditegakkan. Pemerintah pada
masa ini bersifat mempertahankan produk hukum yang umumnya membangun pelaksanaan
HAM. Sikap pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran Barat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila. Selain
itu, bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam
rumusan UUD 1945 yang lahir lebih dulu dibandingkan dengan Deklarasi Universal HAM.
Selain itu, sikap pemerintah ini didasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan
oleh negara-negara Barat untuk memojokkan negara yang sedang berkembang seperti halnya
Indonesia.
Pada tahun 1990-an masyarakat terus berupaya untuk kembali memajukan penegakan
HAM di Indonesia. Upaya tersebut memberikan hasil yang menggembirakan dengan
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berdasarkan Keppres No. 50
Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyelidiki
pelaksanaan HAM serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal
pelaksanaan HAM.
5. Periode paska orde baru
Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di Indonesia, setelah terbebas
dairi pasungan rezim Orde baru dan merupakan awal datangnya era demokrasi dan HAM yang
kala itu dipimpin oleh Bj.Habibie yang menjabat sebagai wakil presiden. Pada masa
pemerintahan Habibie misalnya perhatian pemerintah terhadap pelaksanan HAM mengalami
perkembangan yang sangat segnifikan, lahirnya TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
merupakan salah satu indikator pemerintah era reformasi. Komitmen pemerintah juga ditunjukan
dengan pengesahan tentang salah satunya, UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak,
pengesahan UU No.23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai