KAJIAN KEPUSTAKAAN
1.1.1 Pajak
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat di pakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang
yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan, dengan mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk dan yang
7
8
dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) “ Pajak adalah kontribusi
wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
kemakmuran rakyat”.
penghasilan adalah suatu pungutan atau iuran resmi yang ditujukan kepada
undang serta aturan pelaksanaannya yang bersifat dapat dipaksakan. Dalam hal
pemerintah.
9
orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang
bersangkutan, misalnya pajak penghasilan (PPh).
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat
suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan
terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa,
misalnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifat
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Subjektif
Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objekif
Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan , atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun
tempat tinggal, misalnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Pemungut
Pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak Negara (Pajak Pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya, misalnya PPh, PPN dan PPnBM.
b. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat 1 (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak
kabupaten /kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing – masing, misalnya Pajak kendaraan bermotor, pajak hotel,
pajak restoran, pajak air tanah, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
12
besarnya pajak terutang. Dengan kata lain, tarif pajak merupakan tarif yang
digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum,
tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persentase. Tarif pajak terdiri dari :
pajak. Menurut Waluyo (2016:2) “Pajak Pertambahan Nilai (baik barang ataupun
jasa) adalah Pajak dikenakan atas konsumsi didalam negeri (didalam pabean) baik
konsumsi barang maupun Konsumsi jasa”.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menurut Mardiasmo (2016:270)
“Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan
nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Subjek
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yaitu orang
pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Lingkungan PT. Pasha Jaya Banda
Aceh, yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan jasa
kena pajak di dalam Lingkungan PT. Pasha Jaya Banda Aceh dan atau melakukan
ekspor barang kena pajak, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya
penulis adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap pertambahaan nilai
atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam
pendistribusiannya dari produsen dan konsumen dalam lingkungan PT. Pasha Jaya
Banda Aceh. Dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya adalah
yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung kepada konsumen. Pajak ini
Menurut UU Pajak Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009 pasal 1 angka (3)
barang kena pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak
Pertambahan Nilai No. 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas UU No. 8
Tahun 1983 kemudian diubah menjadi UU No. 11 Tahun 1994, dan yang terakhir
diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000 tentang pajak pertambahan nilai (PPN)
barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah. Aturan pelaksanaan
1angka (6) JKP adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatanatau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yangdilakukan untuk
2015:7):
1. Penyerahan Barang kena Pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak.
2. Impor Barang Kena Pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan didalam daerah pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak..
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean.
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean.
6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
8. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula
aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada
saat perolehannya dapat dikreditkan.
penyerahan tidak terutang pajak pertambahan nilai adapun sebagai berikut Resmi
(2015:15):
(2) Jasa penyediaan tenaga kerja adalah jasa yang diserahkan oleh
pengusaha kepada pengguna tenaga kerja, dimana pengusaha
dimaksud semata-mata hanya menyerahkan jasa penyediaan tenaga
kerja. Penyediaan tenaga kerja dimaksud tidak terkait dengan
pemberian jasa kena pajak lainnya, seperti jasa teknik, manajemen,
konsultasi, pengurusan perusahaan, bongkar muat dan lain-lain;
(3) Penyerahan dibidang tenaga kerja selain yang telah disebutkan
dikenakan pajak pertambahan nilai termasuk outsourcing. Outsourcing
merupakan kegiatan memberikan jasa dalam suatu bidang usaha,
kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemberi jasa
dengan disertai keterlibatan langsung tenaga kerja dalam
pelaksanaannya.
l. Jasa perhotelan, meliputi:
(1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya dihotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
(2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel,
rumah penginapan, motel, losmen dan hostel.
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintah secara umum; meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Berdasarkan SE-54/PJ.53/2002, yang dimaksud dengan jasa yang
disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum adalah semua jenis jasa yang berasal dari semua kegiatan
pelayanan yang hanya bias dilakukan oleh instansi pemerintah (meliputi
Departemen dan Lembaga Nondepartemen) dan tidak dapat dilakukan
dalam bentuk lain. Apabila jasa yang disediakan oleh instansi pemerintah
tersebut juga dapat dilakukan oleh bentuk usaha lain, maka jasa tersebut
dikenakan pajak pertambahan nilai, sepanjang tidak termasuk jasa yang
dibebaskan dari pajak pertambahan nilai.
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
Merupakan jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik
tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan
dipungut bayaran.
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
q. Jasa boga atau katering.
24
1. Harga jual
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh pengusaha karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk pajak
pertambahan nilai yang dipungut berdasarkan Undang-undang pajak
pertambahan nilai dan potongan harga yang dicantumkan didalam faktur pajak.
Harga jual dapat diperoleh dengan menjumlahkan harga pembelian bahan baku,
bahan pembantu, alat-alat pelengkap lainnya ditambah dengan biaya-biaya
seperti penyusutan barang modal, bunga pinjaman dari bank, gaji dan upah
tenaga kerja, manajemenn serat laba usaha yang diharapkan.
2. Penggantian
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh pemberi jasa karena penyeraha jasa kena pajak, tidak termasuk pajak
25
pertambahan nilai dan potongan harga yang dicantumkan didalam faktur pajak.
Nilai penggantan merupakan taksiran biaya untuk mengganti biaya yang
dikeluarkan guna mendapatkan profesi, keterampilan dan pengalaman yang
memberikan kegiatan pelyanan dalam jasa tersebut. Jika nilai penggantian
menggunakan mata uang asing, maka harus dikonversi ke dalam mata uang
rupiah sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan mengenai kurs yang
berlaku pada saat itu.
3. Nilai impor
Nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan pabean untuk impor barang kena pajak, tidak termasuk
pajak pertambahan nilai yang dipungut berdasarkan undang-undang pajak
pertambahan nilai. Penentuan nilai impor barang kena pajak didasarkan pada
undang-undang pabean yang menggunakan dasar pengenaan bea masuk, yaitu
cost (harga faktur), insurance (biaya asuransi antar daerah pabean) dan freight
(ongkos angkut atau pengapalan antar daerah pabean) atau disingkat dengan
CIF (cost,insurance,freight). Formulasi menghitung nilai impor sebagai dasar
pengenaan pajak adalah:
4. Nilai ekspor
Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir. Nilai eksportir tercantum didalam dokumen tertentu yang dapat
dijadikan sebagai faktur pajak untuk ekspor, yaitu Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB), yang tidak difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Berapa pun nilai ekspor yang tercantum didalam dokumen ekspor (PEB), tidak
ada perhitungan pajak pertambahan nilai karena tariff pajak pertambahan nilai
untuk barang ekspor adalah 0% (nol persen). Dengan tariff 0% maka
pengusaha kena pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran (restitusi) pajak pertambahan nilai dalam rangka ekspor barang
kena pajak.
5. Nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak pertambahan nilai
Jumlah yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan pajak. Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 38/PMK.011/2013 nilai lain tersebut diuraikan
paada table 2.1 sebagai berikut:
26
Table 2.1
Nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak
Pajak masukan yang berhubungan dengan penyerahan berikut ini tidak dapat
masukan dilakukan dengan pajak keluaran dikurangi pajak masukan. Selisih pajak
keluaran dan pajak masukan dinamakan pajak pertambahan nilai yang kurang atau
1. Pajak keluaran
Pajak pertambahan nilai yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang
melakukan penyerahan barang kena pajak, jasa kena pajak atau ekspor barang
kena pajak.
persen) untuk ekspor barang kena pajak berwujud atau ekspor barang kena
pajak tidak berwujud atau ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Dasar pengenaan berupa harga jual, penggantian atau nilai ekspor
sebelum dikalikan dengan tarif, dasar pengenaa pajak merupakan harga atau
nilai yang tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Apabila dalam sebuah harga
atau nilai termasuk pajak pertambahan nilai, besarnya dasar pengenaan pajak
dihitung terlebih dahulu dengan formulasi berikut:
2. Pajak Masukan
Pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak karena impor
barang kena pajak/perolehan barang kena pajak/penerimaan jasa kena
pajak/pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean/pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean.
Tarif pajak masukan adal 10% (sepuluh persen). Dasar pengenaan pajak
berupa nilai impor, harga beli (sama dengan harga jual bagi penjual), nilai
penggantian atau nilai lain. Pajak masukan dilaporkan didalam Surat
Pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai pada Formulir 1111 B1
atas impor barang kena pajak dan pemanfaatan barang kena pajak tidak
berwujud/jasa kena pajak dari luar daerah pabean. Pajak masukan yang dapat
dikreditkan atas perolehan barang kena pajak/jasa kena pajak dalam negeri
dilaporkan dalam Formulir 1111 B2, dan pajak masukan yang dapat
dikreditkan atau yang mendapat fasilitas dilaporkan dalam Formulir 1111 B3.
3. Pajak pertambahan nilai kurang atau lebih disetor
Pajak pertambahan nilai yang harus dibayar ke kas Negara dihitung
menggunakan indirect substruction method/cash method/invoice method
Sukardji:2009). Artinya pajak pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha
kena pajak penjualan tidak secara otomatis wajib dibayarkan ke kas negara.
Pajak pertambahan nilai yang wajib dibayarkan ke kas negara merupakan pajak
pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak pada saat
melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak (disebut
pajak keluaran) dikurangi dengan pajak pertambahan nilai yang telah dibayar
oleh pengusaha kena pajak pada saat perolehan barang kena pajak dan/atau jasa
kena pajak (disebut pajak masukan).
29
Keterangan :
a. Apabila pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, selisihnya
dinamakan PPN kurang disetor;
b. Apabila pajak keluaran lebih kecil dari pajak masukan, selisihnya
dinamakan PPN lebih disetor;
c. Apabila pajak keluaran sama dengan pajak masukan, dinamakan nihil.
Pajak pertambahan nilai kurang disetor wajib dibayar oleh pengusaha
kena pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya sebelum penyampaian
Surat Pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai. Pajak pertambahan
nilai lebih disetor dapat dikompensasikan pada masa pajak berikutnya atau
dapat diajukan permohonan pengembalian (restitusi) pada akhir tahun.
4. Restitusi
Kelebihan pembayaran pajak masukan dibandingkan pajak keluaran dapat
terjadi karena:
a. Jumlah pajak masukan lebih besar dari pada jumlah pajak keluaran dalam
suatu masa pajak karena:
(1) Pembelian barang kena pajak atau perolehan jasa kena pajak yang
dilakukan sebelum usaha dimulai atau usaha pada saat awal usaha
dimulai;
(2) Pengusaha kena pajak melakukan kegiatan ekspor barang kena pajak;
(3) Pengusaha kena pajak menyerahkan barang kena pajak dan/atau jasa
kena pajak sehubungan dengan proyek milik pemerintah yang dananya
berasal dari bantuan luar negeri baik berupa hibah maupun pinjaman;
(4) Pengusaha kena pajak penyerahan barang kena pajak untuk diolah
lebih lanjut atau bahan pengemas di kawasan berikat.
b. Kesalahan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
Pengusaha kena pajak melakukan kesalahan memungut pajak dan pajak
yang salah dipungut tersebut telah dilaporkan melalui Surapt
Pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai. Didalam keadaan
seperti ini pengusaha kena pajak yang memungut pajak tersebut tidak
30
dapat meminta kembali pajak yang salah dipungut. Namun, pajak yang
tersebut dapat diminta kembali oleh pihak terpungut sepanjang pajak yang
dibayar tersebut belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai biaya.
1. Addition method
Pada metode ini pajak pertambahan nilai terutang dihitung dari penjumlahan
seluruh unsur nilai tambaah dikalikan dengan tarif pajak pertambahan nilai
yang berlaku. Nilai tambah merupakan unsur yang paling penting dalam
mekanisme pemungutan pajak pertambahan nilai dalam metode ini. Nilai
tambah dapat dirimuskan dengan formulasi sebagai berikut:
Pada metode ini disyaratkan bahwa setiap pengusaha kena pajak harus
mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas semua biaya yang
dikeluarkan..
2. Substraction method
Pada metode ini pajak pertambahan nilai yang terutang dihitung dari tarif pajak
pertambahan nilai dikalikan dengan selisih harga jual barang dan harga beli
barang. Adapun perhitungan pajak pertambahan nilai yang terutang dapat
diformulasikan sebagai berikut:
3. Credit method
Metode ini hamper sama dengan substraction method. Pada metode ini harus
mencari selisih antara pajak yang dibayar saaat pembelian (pajak masukan)
dengan pajak yang dipungut saat melakukan penjualan (pajak keluaran).
Adapun mekanisme perhitungannya sebagai berikut:
Petunjuk pengisian faktur pajak yang sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER 24/PJ/2012 sebagai berikut:
1. Kode dan nomor seri faktur pajak
2. Diisi dengan kode dan nomor seri faktur pajak yang telah diajukan
permohonanya disitem elektronik nomor faktur (e-nofa) yang bisa diakses
melalui laman https://efaktur.pajak.go.id/ ;
3. Identitas pengusaha kena pajak
Diisi dengan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4. Pengisian tentang barang kena pajak atau jasa kena pajak yang diserahkan:
a. Nomor urut dari barang kena pajak atau jasa kena pajak;
b. Nama barang kena pajak atau jasa kena pajak yang diserahkan yang
menggambarkan keadaan sebenarnya atau sesungguhnya:
(1) Dalam hal diterima uang muka atau termin atau cicilan, kolom nama
barang atau jasa kena pajak dengan keterangan, minsalnya uang muka
atau termin atau angsuran atas pembelian barang atau jasa kena pajak;
(2) Dalam hal diketahui jumlah unit atau satuan tertentu lainnya, pengusaha
kena pajak harus menambahkan keterangan jumlah unit satuan tertentu
lainnya tersebut atas barang atau jasa kena pajak yang diserahkan.
c. Harga jual/penggantian/uang muka/termin:
(1) Diisi dengan harga jual atau penggantian atas barang atau jasa kena
pajak yang diserahkan sebelum dikurangi uang muka atau termin;
(2) Dalam hal diterima uang muka atau termin, maka yang menjadi dasar
perhitungan pajak pertambahan nilai adalah jumlah uang muka atau
termin yang bersangkutan;
(3) Dalam hal pembayaran harga jual / penggantian / uang muka / termin
dilakukan dengan mata uang asing, maka hanya baris dasar pengenaa
pajak dan PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak yang harus dikonversi
ke dalam mata uang rupiah menurut kurs Kementerian Keuangan;
(4) Dalam hal keterangan nama barang atau jasa kena pajak yang
diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu faktur pajak maka
pengusaha kena pajak dapat membuat leboh dari 1 faktur pajak masing-
masing harus menggunakan kode, nomor seri, dan tanggal faktur pajak
yang sama serta ditanda tangani dan diberi nomor halaman pada setiap
lembarnya.
33
Dan Tata Cara Perpajakan adalah:“Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat oleh
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran samapai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa apabila Surat
1. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai,
2. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
3. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak badan
4. Rp 100.000,(seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Tiga Mutiara Nusantara Dolok
Merawan. Hasil penelitian ini yaitu Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai PT.Tiga
Akibatnya PT.Tiga Mutiara Nusantara dikenakan denda sesuai dengan UU KUP Pasal
7 ayat 1.
39
Pertambahan Nilai Pada PT. Garuda Express Delivery Cabang Semarang. Hasil
Nomor 42 Tahun 2009, sehingga laba yang diperoleh lebih sedikit karena Perusahaan
belum meghitung Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sehingga Laba yang
Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Sesuai Dengan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pada PT. Indosari Mitrajaya Tahun 2015. Dari basil
penelitian dapat disimpulkan bahwa omset yang dihasilkan akan menjadi acuan untuk
melihat laporan keuangan, sehingga prosedur yang diterapkan telah sesuai dengan
menggunakan SPT Masa PPN dan dalam bentuk formulir 1111 beserta lampiran SPT
Masa PPN dan tidak melebihi batas waktu yang ditetapkan. Jadi PT. Indosari
Penelitian dari Putra dan Faridah (2016) Analisis Perhitungan Dan Pelaporan
Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Fajar Mas Karyatama. Hasil penelitian bahwa
Hampir tiap bulan perusahaan membuat pembetulan atas SPT Masa PPN karena
adanya keterlambatan pemberian Faktur Pembelian dari Pimpinan Cabang ke staf yang
menangani Pajak. Perusahaan dalam melakukan penjualan Barang Kena Pajak tidak
40
menerbitkan Faktur Pajak Keluaran, kecuali jika costumer atau pembeli membutuhkan
Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya
Judul dan Model
No Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Penelitian
Analisis Penelitian Hasil penelitian ini yaitu Sama-sama Tempat
Perhitungan kualitatif Perhitungan Pajak menggunak penelitian
Penyetoran Pertambahan Nilai PT.Tiga an judul Tahun
Dan Mutiara Nusantara penelitian penelitian
Pelaporan dikarenakan setiap akhir tentang Analisis data
Pajak bulan berikutnya perhitungan
Pertambahan melakukan pelaporan , penyetoran
1. Nilai Pada sehingga mengalami dan
PT. Tiga keterlambatan Pelaporan pelaporan
Mutiara PPN ke Kantor Pelayanan pajak
Nusantara Pajak. Akibatnya PT.Tiga pertambaha
Dolok Mutiara Nusantara n nilai
Merawan. dikenakan denda sesuai
(Syahfitri, dengan UU KUP Pasal 7
2018) ayat 1.
Analisis Penelitian Hasil penelitian bahwa Sama-sama Kemampuan
Perhitungan kualitatif perusahaan masih belum menggunak keuangan
Pajak sesuai dengan Undang- an judul Tahun
Pertambahan
Undang Perpajakan Nomor penelitian penelitian
Nilai Pada
PT. Garuda 42 Tahun 2009, sehingga tentang Analisis data
Express laba yang diperoleh lebih Perhitungan Tempat
2. Delivery sedikit karena Perusahaan , penyetoran penelitian
Cabang belum meghitung Barang dan
Semarang Kena Pajak atau Jasa Kena pelaporan
(Fransiska, Pajak sehingga Laba yang pajak
2017)
diperoleh lebih sedikit dan pertambaha
tarif pajak lebih besar. n nilai
41
Judul dan
Model
No Nama Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Penelitian
Analisis Penelitian Dari basil penelitian dapat Sama-sama Tempat
Perhitungan, kualitatif disimpulkan bahwa omset meneliti penelitian
Penyetoran yang dihasilkan akan tentang Tahun
Dan menjadi acuan untuk Perhitungan penelitian
Pelaporan melihat laporan , Analisis
Pajak keuangan, sehingga penyetoran data
Pertambahan prosedur yang diterapkan dan
Nilai (PPN) telah sesuai dengan pelaporan
Sesuai prinsip-prinsip akuntansi pajak
Dengan dan peraturan perpajakan pertambaha
3.
Undang- yang berlaku. Perusahaan n nilai
Undang telah melaporkan seluruh
Nomor 42 pengkreditan pajak
Tahun 2009 keluaran dan pajak
Pada PT. masukan dengan
Indosari menggunakan SPT Masa
Mitrajaya PPN dan dalam bentuk
Tahun 2015 formulir 1111 beserta
(Srirahayu , lampiran SPT Masa PPN
2017) dan tidak melebihi batas
waktu yang ditetapkan.
Analisis Penelitian Hasil penelitian bahwa Sama-sama Tempat
Perhitungan Kualitatif hampir setiap bulan menggunak penelitian
Dan Pelaporan perusahaan membuat an judul
Pajak pembetulan atas SPT penelitian
Pertambahan Masa PPN karena adanya tentang
Nilai Pada PT.
keterlambatan pemberian Perhitungan
Fajar Mas
Karyatama Faktur Pembelian dari ,
(Putra dan Pimpinan Cabang ke staf penyetoran
Faridah, 2016) yang menangani Pajak. dan
4.
Perusahaan dalam pelaporan
melakukan penjualan pajak
Barang Kena Pajak tidak pertambaha
menerbitkan Faktur Pajak n nilai
Keluaran, kecuali jika
costumer atau pembeli
membutuhkan Faktur atas
pembelian yang
dilakukan.
42
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Untuk bisa meninjau
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Banda Aceh dibutuhkan data rencana dan realisasi penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) periode tahun 2016-2018. Dari data tersebut terdapat kenaikan dan
rencana dan realisasi terdapat perbedaan dan apakah penerimaan Pajak Pertambahan
Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri timbul karena adanya faktor-faktor produksi
pemberian jasa kepada para konsumen. Barang kena pajak adalah barang yang
berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat bersifat barang bergerak atau
barang tidak bergerak maupun barang yang tidak berwujud yang dikenakan pajak
Menurut Mardiasmo (2015:279) “tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%.
Sedangkan tarif PPN atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0%”. Pengenaan tarif 0%
bukan berarti pembebasan dari pengenaan PPN, tetapi Pajak Masukan yang telah
kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat
tarif tunggal.
Faktur Masukan
Bukti Penyetoran
.