Anda di halaman 1dari 31

PASAR MODAL

TRANSAKSI EFEK DAN INSTRUMEN

Disusun Oleh:
Pasar Modal kelas G – Kelompok 2
Alisya Nurul Fadhila 041811233118
Dewi Rohima Wati 041811233157
Octavina Dwi Cahyani 041811233158
Adinda Eldy Putri M. 041811233159
Clarissa Mulialim 041811233174
Devon Euodia Pahaway 041811233175
Tri Afni Agustin 041811233181
Muhammad Arief 041811233234
Marsa Syahda Nabila 041811233238
Feby Rizki Kurnia H. 041811233246

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
JENIS MEKANISME TRANSAKSI EFEK
A. Transaksi Menurut Tempat Pelaksanaan
1. Transaksi Bursa
Kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek,
pinjam-meminjam Efek, atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek.
Manfaat:
a. Penempatan order yang fair (Price priority dan time priority)
b.Jaminan penyelesaian transaksi
c.Patokan harga yang wajar
d.Pasar yang likuid
e.Informasi yang transparan
f. Biaya transaksi yang ekonomis
g.Keamanan bertransaksi
2. Transaksi Luar Bursa
Transaksi antar Perusahaan Efek atau antara Perusahaan Efek dengan
Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan transaksi antar Pihak yang
bukan Perusahaan Efek.
Karakteristik:
a. Tidak diatur oleh Bursa Efek
b. Dilakukan oleh Perusahaan Efek dengan Pihak
c. Dilakukan oleh Pihak dengan Pihak
d. Untuk menampung transaksi atas Efek tidak tercatat dan Efek atas
unjuk
e. Untuk menampung kebutuhan spesifik dari bermacam ragam investor
Kelemahan:
a. Kurang transparan dan tidak likuid
b. Tidak mendapatkan harga terbaik
c. Penyelesaian transaksi tidak dijamin
d. Keamanan transaksi tidak dijamin
e. Berdasarkan UUPT dan AD pemindahan hak atas saham harus
dilakukan secara notariel
f. Biaya transaksi & penyelesaiannya tidak standar & tidak ekonomis
B. Transaksi Menurut Pembiayaan
1. Transaksi Reguler
Transaksi efek yang dilakukan nasabah di pasar sekunder tanpa
pembiayaan dari perusahaan efek.
Persyaratan:
a. Telah membuka rekening efek (bagi nasabah retil) atau memiliki
perjanjian tertulis (bagi nasabah Kelembagaan) di Perusahaan Efek
b. Memiliki kecukupan dan ketersediaan dana dan efek.
2. Transaksi Margin
a. Pinjam meminjam efek
b. Transaksi repo/reverse repo
C. Transaksi Menurut Nasabah
1. Transaksi Nasabah Pemilik Rekening
Transaksi Efek yang dilaksanakan oleh Perusahaan Efek untuk
kepentingan rekening nasabahnya sesuai dengan kontrak antara Perusahaan
Efek dengan nasabah tersebut.
2. Transaksi Nasabah Umum
Transaksi melalui pemesanan Efek dalam Penawaran Umum oleh
pemodal yang tidak mempunyai rekening Efek pada Perusahaan Efek.
Ketentuan:
a. Wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam Prospektus
b. Jika dalam Penawaran Umum terjadi kelebihan permintaan Efek,
Perusahaan Efek harus memprioritaskan pesanan melalui rekening
Efek, kecuali dalam hal rekening Efek dimiliki oleh Pihak terafiliasi
3. Transaksi Nasabah Kelembagaan
Transaksi Efek antara Perusahaan Efek dengan nasabah kelembagaan
tertentu yang didasarkan pada perjanjian antara Perusahaan Efek dengan
nasabah kelembagaan tersebut seperti perusahaan asuransi, Reksa Dana, bank
atau lembaga keuangan lainnya yang tidak mempunyai rekening Efek pada
Perusahaan Efek tersebut.
Ketentuan:
a) Dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam
perjanjian antara Perusahaan Efek dan nasabah kelembagaan.
b) Penyelesaian Transaksi Nasabah Kelembagaan dapat dilakukan dengan
cara penyerahan uang dan Efek pada saat yang bersamaan, atau dengan
cara lain, sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh para Pihak.
c) Perusahaan Efek wajib mencatat setiap Transaksi Nasabah
Kelembagaan pada tanggal transaksi tersebut mulai mengikat.
d) Perusahaan Efek wajib mencatat dalam rekening Gagal Terima atau
Gagal Serah atas Efek untuk setiap keterlambatan penyelesaian
Transaksi Nasabah Kelembagaan pada tanggal yang ditentukan untuk
penyelesaian transaksi tersebut.
e) Perusahaan Efek wajib mengirim konfirmasi kepada nasabah
kelembagaan yang menjadi Pihak dalam Transaksi Nasabah
Kelembagaan

PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA


Peraturan mengenai Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa saat ini diatur dalam
POJK No. 26/POJK.04/2014 menggantikan Peraturan III.B.6 tentang Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa dan III.B.7 tentang Dana Jaminan.
A. Definisi
1. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
Kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan untuk seketika dan
langsung mengambil alih tanggung jawab Anggota Kliring yang gagal
memenuhi kewajibannya berkaitan dengan penyelesaian Transaksi Bursa dan
untuk menyelesaikan transaksi tersebut pada waktu dan cara yang sama
sebagaimana diwajibkan kepada Anggota Kliring yang bersangkutan.
2. Dana Jaminan
Kumpulan dana dan/atau Efek yang diadministrasikan dan dikelola
oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan yang digunakan untuk melakukan
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga Kliring dan
Penjaminan
3. Cadangan Jaminan
Akumulasi dana yang berasal dari penyisihan laba bersih Lembaga
Kliring dan Penjaminan dalam bentuk kas atau setara kas yang digunakan
untuk melakukan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa oleh Lembaga
Kliring dan Penjaminan.
4. Kliring
Proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari Transaksi Bursa.
5. Netting
Kegiatan Kliring yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap
Anggota Kliring untuk menyerahkan atau menerima sejumlah saldo Efek
tertentu untuk setiap jenis Efek yang ditransaksikan dan untuk menerima atau
membayar sejumlah saldo dana untuk seluruh atau setiap jenis Efek yang
ditransaksikan.
6. Anggota Kliring
Anggota Bursa Efek atau pihak lain, yang memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan layanan jasa Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi
Bursa berdasarkan peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.
7. Transaksi Bursa
Kontrak yang dibuat oleh Anggota Bursa Efek sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam
meminjam Efek, atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek.
B. Prosedur
1. Apabila Anggota Kliring tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh
kewajibannya untuk menyelesaikan Transaksi Bursa sesuai dengan waktu dan
cara yang telah diatur dalam peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan maka
Anggota Kliring dinyatakan gagal memenuhi kewajibannya berkaitan dengan
penyelesaian Transaksi Bursa. Kemudian Anggota Kliring tersebut wajib
melaksanakan.
2. Fungsi Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
Fungsi Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, dilaksanakan dengan
sumber keuangan dan urutan sebagai berikut:
a. Cadangan Jaminan;
b. Kredit bank, jika sudah ada kontrak antara Lembaga Kliring dan
Penjaminan dengan bank;
c. Dana Jaminan;
d. Sumber keuangan dari anggota Jaringan Kredit yang lain, apabila
seluruh sumber keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf
b, dan huruf c telah digunakan tetapi tidak mencukupi, dengan
pembagian sebagai berikut:
1) 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah yang dibutuhkan untuk
membayar kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan dibagi
sama rata di antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa;
2) 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah yang dibutuhkan
untuk membayar kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan
dibagi di antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa secara
proporsional berdasarkan nilai Kliring masing-masing anggota
Jaringan Kredit dimaksud selama 6 (enam) bulan terakhir
3) Jumlah yang tidak dibayar dalam 30 (tiga puluh) hari oleh
anggota Jaringan Kredit tertentu, dibagi kembali di antara
anggota Jaringan Kredit yang tersisa sesuai ketentuan nomor 1)
dan 2) diatas.
3. Penggunaan sumber keuangan yaitu Dana Jaminan wajib dibayar kembali dari
sumber keuangan Anggota Kliring yang gagal menyelesaikan Transaksi Bursa.

PEMBIAYAAN TRANSAKSI EFEK


Jaminan Awal adalah sejumlah dana dan atau Efek yang wajib disetor nasabah kepada
Perusahaan Efek sebagai Jaminan Pembiayaan pada saat pembukaan Rekening Efek
Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling.
Jaminan Pembiayaan adalah sejumlah dana dan atau Efek milik nasabah yang ditahan oleh
Perusahaan Efek sebagai jaminan untuk penyelesaian Transaksi Marjin atau Transaksi Short
Selling. Permintaan Pemenuhan Jaminan adalah permintaan Perusahaan Efek kepada nasabah
untuk menyerahkan dana dan atau Efek dalam rangka memenuhi batas maksimal nilai
pembiayaan yang diberikan oleh Perusahaan Efek kepada nasabah atau batas minimal nilai
Jaminan Pembiayaan yang wajib dipenuhi oleh nasabah.
Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian antara Perusahaan Efek dengan nasabah yang
memuat hak dan kewajiban terkait dengan pembiayaan penyelesaian transaksi Efek nasabah
oleh Perusahaan Efek yang dapat berupa pembiayaan dana dan atau pembiayaan Efek. Posisi
Long adalah saldo Efek dalam akun tertentu di buku pembantu Efek yang menunjukkan
sejumlah Efek yang dimiliki oleh Perusahaan Efek atau sejumlah Efek yang wajib diserahkan
oleh Perusahaan Efek kepada nasabah. Posisi Short adalah saldo Efek dalam akun tertentu di
buku pembantu Efek yang menunjukkan sejumlah Efek yang dijual oleh Perusahaan Efek
untuk kepentingannya sendiri dan atau kepentingan nasabah, tetapi pada saat dijual Efek
dimaksud belum dimiliki oleh Perusahaan Efek dan atau belum diserahkan oleh nasabah
kepada Perusahaan Efek Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin adalah rekening Efek
nasabah yang khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Marjin.
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling adalah rekening Efek nasabah yang
khusus dipergunakan untuk aktivitas Transaksi Short Selling. Saldo Debit adalah saldo dalam
Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi
Short Selling yang menunjukkan jumlah uang yang wajib dibayar oleh nasabah kepada
Perusahaan Efek. Saldo Kredit adalah saldo dana dalam rekening Efek nasabah yang
menunjukkan kewajiban Perusahaan Efek kepada nasabah dan atau yang menunjukkan
jaminan termasuk Jaminan Pembiayaan dalam Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Marjin
atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short Selling. Transaksi Marjin adalah transaksi
pembelian Efek untuk kepentingan nasabah yang dibiayai oleh Perusahaan Efek. Transaksi
Short Selling adalah transaksi penjualan Efek dimana Efek dimaksud tidak dimiliki oleh
penjual pada saat transaksi dilaksanakan.

Pokok-pokok Perjanjian Pembiayaan Transaksi Efek Nasabah Perjanjian Pembiayaan


Wajib Memuat Klausula Sebagai Berikut:
1. Tingginya tingkat risiko investasi nasabah karena perubahan harga Efek yang dapat
mengakibatkan antara lain Jaminan Pembiayaan nasabah berkurang, habis, atau
minus;
2. Kebijakan penilaian Jaminan Pembiayaan berupa Efek, antara lain meliputi jenis Efek
yang dapat diterima sebagai Jaminan Pembiayaan, penetapan nilai pasar wajarnya,
dan penetapan haircut (jika ada);
3. Kewajiban nasabah untuk setiap saat memenuhi permintaan Perusahaan Efek
sehubungan antara lain Permintaan Pemenuhan Jaminan atas Transaksi Marjin, dan
atau Transaksi Short Selling;
4. Kewajiban Perusahaan Efek untuk melakukan pemberitahuan Permintaan Pemenuhan
Jaminan kepada nasabah;
5. Hak Perusahaan Efek, dalam hal nasabah tidak memenuhi Permintaan Pemenuhan
Jaminan, untuk setiap saat tanpa memberikan alasan atau pemberitahuan atau
memperoleh persetujuan terlebih dahulu untuk menjual atau membeli Efek atau
tindakan lain yang disepakati dengan nasabah guna memenuhi:
6. Persyaratan nilai Jaminan Pembiayaan yang ditentukan dalam Perjanjian Pembiayaan;
dan
7. Kewajiban nasabah dalam penyelesaian transaksi Efek.
8. Nasabah Perusahaan Efek tidak dapat memilih Efek yang akan dilikuidasi atau dijual
untuk memenuhi kewajibannya;
9. Batasan maksimal Efek nasabah yang menjadi Jaminan Pembiayaan yang dapat dijual
atau dibeli oleh Perusahaan Efek dalam rangka Permintaan Pemenuhan Jaminan,
penyelesaian Transaksi Marjin, dan atau Transaksi Short Selling;
10. Hal-hal yang menyebabkan Perusahaan Efek dapat setiap saat menutup Rekening
Efek Pembiayaan Transaksi Marjin atau Rekening Efek Pembiayaan Transaksi Short
Selling;
11. Ketentuan pembiayaan yang antara lain meliputi jangka waktu pembiayaan,
perhitungan tingkat bunga pembiayaan, dan metode perhitungan bunga pembiayaan;
dan
12. Ketentuan mengenai perjanjian pinjam meminjam Efek antara nasabah dengan
Perusahaan Efek dalam rangka Transaksi Short Selling nasabah.

KONTRAK BERJANGKA DAN OPSI ATAS EFEK ATAU INDEKS EFEK

KBIE selain diatur didalam Peraturan III.E.1 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas
Efek Atau Indeks Efek juga diatur dalam Peraturan Bursa Efek Indonesia Nomor II.E tentang
Perdagangan Kontrak Berjangka Indeks Efek LQ-45
A. Peraturan Bapepam III.E.1
● Definisi Istilah
1. Jaminan adalah dana dan atau Efek yang dapat digunakan oleh Lembaga Kliring
dan Penjaminan untuk menyelesaikan Transaksi Bursa atas Kontrak atau untuk
menyelesaikan kewajiban anggota kliring kepada Lembaga Kliring dan
Penjaminan.
2. Kontrak Berjangka adalah suatu perjanjian yang mewajibkan para Pihak untuk
membeli atau menjual sejumlah Underlying pada harga dan dalam waktu
tertentu di masa yang akan datang.
3. Kontrak adalah Kontrak Berjangka atau Opsi.
4. Likuidasi Kontrak adalah penutupan Posisi Terbuka anggota kliring oleh
Lembaga Kliring dan Penjaminan.
5. Opsi adalah hak yang dimiliki oleh Pihak untuk membeli atau menjual kepada
Pihak lain atas sejumlah Efek pada harga dan dalam waktu tertentu.
6. Posisi Terbuka adalah posisi Kontrak baik jual maupun beli yang belum
diselesaikan.
7. Transaksi Saling Hapus adalah transaksi yang dilakukan oleh Anggota Bursa
Efek untuk menyelesaikan Kontrak dengan posisi berlawanan, baik itu jual
maupun beli atas Kontrak yang sama.
8. Underlying adalah Efek, indeks Efek, sekumpulan Efek atau indeks sekumpulan
Efek yang menjadi dasar transaksi Kontrak.
● Setiap Underlying yang dijadikan dasar transaksi Kontrak wajib:
1. Memperoleh persetujuan tertulis dari Bapepam;
2. Pemilihan Underlying didasarkan riset Bursa Efek bersama dengan LKP;
3. Mendapat dukungan tertulis sekurangnya 10 Anggota Bursa Efek;
4. Dalam 1 tahun terakhir, memiliki rata-rata volatilitas harga harian tertentu, dan
untuk
5. Underlying sekumpulan Efek atau indeks Efek:
a. Sekurang-kurangnya terdiri dari gabungan 10 Efek;
b. Dalam 3 bulan terakhir, rata-rata kontribusi nilai harian masing-masing
Efek tidak lebih dari 30% dari total nilai atau harga sekumpulan Efek atau
indeks sekumpulan Efek yang bersangkutan; dan
c. Untuk sekumpulan Efek atau indeks sekumpulan Efek luar negeri, telah
diperdagangkan di negara lain.
6. Bursa Efek dan LKP wajib menetapkan parameter tertentu dan mengkaji
kelayakan kembali setiap Underlying sekurangnya sekali dalam 6 bulan.
● Bursa Efek yang menyelenggarakan perdagangan Kontrak
sekurang-kurangnya wajib mengatur hal-hal sebagai berikut :
1. Spesifikasi Kontrak yang diperdagangkan, antara lain :
a. Jenis dan periode Kontrak;
b. Jaminan yang dibutuhkan;
c. Penentuan penghitungan nilai Kontrak dan angka pengganda (multiplier);
dan
d. Penentuan penghitungan harga penyelesaian.
2. Kualifikasi Underlying Efek
3. Persyaratan Anggota Bursa Efek yang dapat melakukan transaksi Kontrak
mekanisme transaksi
4. Ketentuan umum kliring dan penyelesaian Kontrak
5. Pengawasan atas perdagangan Kontrak wajib mengikuti informasi mengenai
Underlying
6. Tindakan yang diambil atas perdagangan Kontrak apabila perdagangan
Underlying dihentikan;
7. Tindakan yang diambil terhadap Posisi Terbuka bila terjadi hal yang
mengakibatkan Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan Penjaminan tidak dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik
8. Kewajiban Anggota Bursa Efek melakukan Transaksi Saling Hapus atau
mengalihkan semua Posisi Terbuka kepada Anggota Bursa Efek lain pada hari
bursa yang sama, apabila Anggota Bursa Efek dimaksud tidak mampu atau
dianggap tidak mampu melaksanakan fungsinya dalam jangka waktu tertentu;
dan sanksi yang dikenakan terhadap Anggota Bursa Efek atas pelanggaran
peraturan.
● Bursa Efek wajib menerbitkan informasi tertulis dan mengumumkan surat
kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional 7
(tujuh) hari sebelum transaksi dimulai, memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Spesifikasi Kontrak yang akan diperdagangkan;
2. Risiko-risiko yang dihadapi;
3. Gambaran umum Underlying, termasuk harga Underlying; dan
4. Dasar penentuan pemilihan Underlying
● Dalam rangka pelaksanaan kliring, penjaminan, dan penyelesaian transaksi
Kontrak, Lembaga Kliring dan Penjaminan sekurang-kurangnya wajib
mengatur hal-hal sebagai berikut:
1. Mekanisme kliring, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Kontrak;
2. Jaminan dan Dana Jaminan yang diperlukan;
3. Setiap Jaminan yang diserahkan oleh Anggota Bursa Efek wajib dikuasai oleh
Lembaga Kliring dan Penjaminan;
4. Kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan menyampaikan pemberitahuan
kepada anggota kliring dan Bursa Efek apabila terdapat Kontrak pada anggota
kliring yang kerugiannya telah mencapai 50% (lima puluh perseratus) dari
total jumlah Jaminan anggota kliring yang dikuasai
5. Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau pada tingkat persentase tertentu
berdasarkan analisa risiko penjaminan; dan
6. Kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan melakukan Likuidasi Kontrak
anggota kliring
7. Apabila anggota kliring mengalami kerugian yang telah mencapai 75% (tujuh
puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah Jaminan yang dikuasai Lembaga
Kliring dan Penjaminan, atau pada tingkat persentase tertentu berdasarkan
analisa risiko penjaminan.
● Perusahaan Efek yang memberikan layanan jasa perantara pedagang Kontrak,
wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Dilarang memberikan pembiayaan penyelesaian transaksi bagi nasabah;
2. Menyampaikan pemberitahuan kepada nasabahnya apabila terdapat Kontrak
nasabah yang dikuasakan kepada Perusahaan Efek telah merugi sehingga nilai
kerugian tersebut telah mencapai 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah
kekayaan nasabah yang dikuasakan kepada Perusahaan Efek;
3. Memiliki wewenang untuk melakukan Transaksi Saling Hapus apabila
Kontrak nasabah yang dikuasakan kepada Perusahaan Efek telah merugi
sehingga nilai kerugian tersebut telah mencapai 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari jumlah kekayaan nasabah yang dikuasakan kepada Perusahaan
Efek;
4. Wajib menyampaikan setiap pesanan nasabah melalui sistem perdagangan
yang disediakan oleh Bursa Efek;
5. Menyediakan rekening khusus untuk perdagangan Kontrak; dan
6. Memperoleh pernyataan tertulis dari investor bahwa investor telah memahami
setiap risiko yang akan diperolehnya.

B, Peraturan BEI II-E tentang Perdagangan KBIE LQ-45


● Definisi
1. Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE) LQ-45 adalah janji untuk menjual
atau membeli kontrak Indeks Efek LQ-45 dengan penyelesaian di waktu yang
akan datang, yang mewajibkan setiap Pihak untuk memenuhi perjanjian
tersebut pada saat jatuh tempo.
2. Indeks Efek adalah indeks dari Efek atau sekumpulan Efek, baik yang berasal
dari Efek yang tercatat di Bursa Efek lokal maupun Bursa Efek negara lain.
3. Nilai Indeks Efek adalah angka dari Indeks LQ-45.
4. Harga KBIE LQ-45 adalah angka yang terbentuk berdasarkan perjumpaan
penawaran jual dan permintaan beli KBIE LQ-45 yang dilakukan oleh
Anggota Bursa Efek di Bursa.
5. Fraksi Harga KBIE LQ-45 adalah satuan perubahan Harga KBIE LQ-45 yang
digunakan dalam melakukan penawaran jual dan/atau permintaan beli KBIE
LQ-45.
6. Angka Pengganda (Multiplier) KBIE LQ-45 adalah nilai Rupiah yang
mewakili satu Harga KBIE LQ-45.
7. Pasar KBIE LQ-45 adalah pasar dimana perdagangan KBIE LQ-45 di Bursa
dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang
berkesinambungan (continuous auction market) oleh Anggota Bursa Efek.
8. Harga Penyelesaian Final (HPF) adalah harga yang digunakan untuk
penentuan hak dan kewajiban Anggota Bursa Efek pada hari jatuh tempo.
9. Harga Penyelesaian Harian (HPH) adalah harga yang digunakan untuk
penentuan hak dan kewajiban harian Anggota Bursa Efek.
10. Daftar Hasil Kliring Kontrak Berjangka dan Opsi (DHK-Kontrak Berjangka
dan Opsi) adalah dokumen elektronik yang memuat perincian hak dan
kewajiban masing- masing Anggota Bursa Efek yang timbul dari Transaksi
Bursa Kontrak Berjangka dan/atau Opsi.
11. Laporan Penyelesaian Kewajiban Kontrak Berjangka dan Opsi (LPK Kontrak
Berjangka dan Opsi ) adalah dokumen yang memuat status pemenuhan hak
atau kewajiban uang dari masing-masing Anggota Bursa Efek terkait
Transaksi Kontrak Berjangka dan/atau Opsi.
12. Anggota Bursa Efek (AB) adalah Perusahaan Efek yang telah memperoleh
izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan sebagai Perantara Pedagang Efek atau
Penjamin Emisi Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) dan telah
memperoleh Persetujuan Keanggotaan Bursa untuk mempergunakan sistem
dan/atau sarana Bursa dalam rangka melakukan kegiatan perdagangan Efek di
Bursa sesuai dengan Peraturan Bursa.
13. Liquidity Provider Kontrak Berjangka adalah Anggota Bursa Efek yang telah
mendapat persetujuan dari Bursa untuk dapat memperdagangkan Kontrak
Berjangka dan Opsi, dan mempunyai kewajiban untuk melakukan penawaran
jual dan permintaan beli Kontrak Berjangka setiap Hari Bursa guna
mendukung terciptanya likuiditas perdagangan Kontrak Berjangka tersebut.
14. Jakarta Automated Trading System (JATS) adalah sistem perdagangan Efek
yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomasi
dengan menggunakan sarana komputer.
15. Auto Rejection KBIE LQ-45 adalah penolakan secara otomatis oleh JATS
terhadap penawaran jual dan/atau permintaan beli KBIE LQ-45 yang
dimasukkan ke JATS akibat dilampauinya batasan harga yang ditetapkan oleh
Bursa.
● Ketentuan Umum Perdagangan
1. AB yang melakukan transaksi KBIE LQ-45 wajib melaksanakan transaksi
tersebut di Bursa melalui JATS.
2. AB bertanggung jawab atas seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik
untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
3. AB dilarang melaksanakan transaksi di luar Bursa atau memberikan fasilitas
transaksi jual dan/atau beli di luar Bursa atas KBIE LQ-45.
4. Dalam hal AB memasukkan penawaran jual dan/atau permintaan beli KBIE
LQ-45 ke JATS, dan penawaran jual dan/atau permintaan beli KBIE LQ-45
tersebut terjadi (match), maka transaksi dimaksud adalah sah sebagai
Transaksi Bursa.
5. Perdagangan KBIE LQ-45 diselenggarakan melalui JATS berdasarkan proses
tawar menawar secara lelang berkesinambungan.
6. Setiap AB yang melakukan perdagangan KBIE LQ-45 wajib terlebih dahulu
menyetor agunan sebagaimana diatur dalam Peraturan KPEI.
7. AB dilarang untuk melakukan koreksi Trading-ID.
8. Dalam hal KPEI melakukan koreksi Trading-ID atas Posisi Terbuka dengan
melakukan Transaksi Saling Hapus maka KPEI akan melaporkan koreksi
tersebut ke Bursa di Hari Bursa yang sama (T+0) dengan dilakukannya
koreksi Trading-ID tersebut
PENGELOLAAN INVESTASI MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1995
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
adalah ketentuan umum mengenai undang-undang Pasar Modal. Berisi tentang definisi,
pengertian, serta aturan dan ketentuan mengenai aktivitas di pasar modal. Di dalamnya berisi
tentang:
1. BAB I Ketentuan Umum
Memberikan penjelasan tentang definisi, pengertian, serta aturan dan ketentuan yang
diatur di UU Pasar Modal.
2. BAB II Badan Pengawas Pasar Modal
Aturan mengenai fungsi, peran, otoritas, serta tanggung jawab yang dimiliki Badan
Pengawas Pasar Modal.
3. BAB III Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian
Memberikan pemaparan fungsi, syarat, dan ketentuan mengenai aktivitas di Bursa
Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian.
4. BAB IV Reksa Dana
Aturan mengenai bentuk dan sifat Reksa Dana, serta ketentuan mengenai pengelolaan
Reksa Dana.
5. BAB V Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi
Aturan mengenai persyaratan, ketentuan, otoritas kegiatan, serta pedoman untuk
Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi.
6. BAB VI Lembaga Penunjang Pasar Modal
Aturan mengenai persyaratan dan ketentuan tentang Lembaga Penunjang Pasar
Modal, yang di dalamnya termasuk Kustodian, Biro Administrasi Efek, dan Wali
Amanat.
7. BAB VII Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif
Penjelasan mengenai tata cara aktivitas penyelesaian transaksi bursa, serta syarat dan
ketentuan mengenai penitipan kolektif.
8. BAB VIII Profesi Penunjang Pasar Modal
Aturan yang mengatur profesi penunjang aktivitas Pasar Modal, serta persyaratan, tata
cara, dan kewajiban saat melakukan aktivitas di Pasar Modal.
9. BAB IX Emiten dan Perusahaan Publik
Penjelasan mengenai persyaratan pendaftaran, kewajiban, ketentuan, serta hak yang
dimiliki Emiten dan Perusahaan Publik dalam aktivitas di bursa saham.
10. BAB X Pelaporan dan Keterbukaan Informasi
Memberikan paparan kewajiban bagi pelaku di bursa saham untuk melapor kepada
Badan Pengawas Pasar Modal, termasuk jenis laporan yang harus disampaikan.
11. BAB XI Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam
Penjelasan mengenai aktivitas dan kegiatan apa saja yang dilarang di kegiatan Pasar
Modal, termasuk penipuan, dan pelarangan penggunaan orang dalam sesuai ketentuan
berlaku
12. BAB XII Pemeriksaan
Dasar hukum mengenai wewenang Bapepam melakukan pemeriksaan terhadap
pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, termasuk aturan tata
cara pemeriksaan.
13. BAB XIII Penyidikan
Aturan mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan penyidikan yang dilakukan
Bapepam terhadap pelanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
14. BAB XIV Sanksi Administratif
Aturan mengenai sanksi administratif yang diberikan Bapepam terhadap pelanggar
UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
15. BAB XV Ketentuan Pidana
Penjelasan mengenai ketentuan pidana terhadap pihak yang melanggar UU Pasar
Modal dan peraturan pelaksanaannya
16. BAB XVI Ketentuan Lain-lain
Penjelasan mengenai ketentuan menuntut ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan
dari pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya, serta kewajiban
konsultasi dan atau koordinasi Bapepam dan Bank Indonesia terkait aktivitas
pengawasan di Pasar Modal.
17. BAB XVII Ketentuan Peralihan
Memberikan paparan kewajiban dan ketentuan bagi Perusahaan Publik setelah UU
Pasar Modal ini diundangkan, dan sifat peraturan lain terkait Pasar Modal setelah UU
Pasar Modal ini resmi berlaku.
18. BAB XVIII Ketentuan Penutup
Penjelasan mengenai tanggal berlakunya UU Pasar Modal mulai 1 Januari 1996,
sekaligus tak berlakunya UU lama yang mengatur Pasar Modal.
GAMBARAN REKSA DANA SECARA UMUM
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu
Reksa Dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di
pasar modal Indonesia. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana
dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan
Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.Dengan demikian, dana yang ada dalam
Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah
pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.

Keuntungan dan Resiko


Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:

1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan
diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai
contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang
tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana,
maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan
diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya
investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah,
namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua
pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut
dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot
untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada
manajer investasi tersebut.

Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang


keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan


Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat
berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian
besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang
dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas
redemption tersebut.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera
membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait
dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

Dilihat dari portfolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:

1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)


Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat Utang dengan
jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas
dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya
dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih
besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam
bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka
risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan
tingkat pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek
bersifat Utang

REKSA DANA SYARIAH

Reksa Dana Syariah adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola

oleh badan hukum yang bernama Manajer Investasi, untuk kemudian diinvestasikan ke dalam

surat berharga seperti : saham, obligasi, dan instrumen pasar uang yang sesuai dengan

ketentuan dan prinsip syariah Islam antara lain dengan portofolio penempatan dana di

instrumen keuangan syariah seperti saham syariah dan sukuk.

Fakta Reksadana Syariah

Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai Reksadana Syariah yang dikutip dari OJK, antara
lain:

1. Produk reksa dana syariah dijamin kesyariahannya oleh DPS;

2. Reksa dana syariah dikelola oleh unit khusus;

3. Reksa dana syariah dikelola oleh manajer investasi syariah;

4. Reksa dana syariah memiliki banyak pilihan produk;

5. Reksa dana syariah berbasis efek syariah luar negeri pertama di Indonesia;

6. Reksa dana syariah memiliki rata-rata pertumbuhan market cap paling tinggi; dan

7. Market place reksa dana syariah tersedia secara offline maupun online.
Hal-hal yang perlu diketahui untuk membeli reksa dana:

1. Pembelian Reksa Dana dapat dilakukan secara langsung melalui perusahaan Manajer
Investasi yang menerbitkan dan mengelola Reksa Dana atau bisa melalui Bank yang
bertindak sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD);

2. Dalam membeli Reksa Dana, persyaratan awal calon investor adalah harus memiliki
kartu identitas (KTP/SIM) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), agar dapat
membuka rekening sebelum membeli Reksa Dana.

3. Investor wajib melakukan proses KYC (Know Your Customer) dan investor
diwajibkan untuk melakukan pertemuan dengan pihak Manajer Investasi atau APERD
(Agen Penjual Efek Reksa Dana) minimal 1 kali.

Perbedaan dengan Reksadana Konvensional

Perbedaan yang paling mencolok antara Reksadana Syariah dengan Reksadana


Konvensional adalah terdapat proses ‘Pembersihan Kekayaan Reksadana Syariah dari Unsur
Non Halal’. Proses ini adalah pembersihan (cleansing) kekayaan Reksadana Syariah dari
unsur non-halal yang wajib dilakukan oleh Manajer Investasi. Maksud dari pembersihan
kekayaan Reksadana Syariah dari unsur non-halal adalah penyesuaian portofolio Reksadana
Syariah saham ketika Daftar Efek Syariah telah berlaku efektif. Investasi di Reksadana
Syariah harus mendapat fatwa dari DSN-MUI dan aspek kesyariahannya diawasi oleh Dewan
Pengawas Syariah.

EXCHANGE – TRADED FUND

ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit
penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa
dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF
merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan
mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Jenis-Jenis ETF

Terkait ETF dengan underlying Saham sendiri, terdapat dua jenis metode pengelolaan yaitu
ETF aktif dan ETF pasif.

1. ETF aktif dikelola secara aktif oleh manajer investasi (MI) berdasarkan kriteria dan
pemilihan efek yang ditentukan oleh MI sehingga kinerja ETF bergantung kepada
kinerja MI tersebut. ETF aktif sendiri bertujuan untuk mencapai performa terbaik
untuk mengalahkan market performance. Sebagai contoh produk ETF aktif adalah
Premier ETF Indonesia Financial Fund (XIIF).
2. ETF pasif mengacu kepada indeks tertentu yang sudah ditetapkan oleh MI, sehingga
kinerja portofolio kurang lebih akan mengikuti pergerakan indeks acuan yang
digunakan. ETF pasif bertujuan untuk replikasi kinerja indeks acuan tersebut. Sebagai
contoh produk ETF pasif adalah ETF Premier Sri Kehati Fund (XISR) yang
menggunakan Indeks SRI-KEHATI sebagai acuan. Indeks SRI-KEHATI sendiri
disusun oleh Yayasan SRI-KEHATI dengan menggunakan prinsip keberlanjutan,
keuangan, dan tata kelola yang baik, serta kepedulian terhadap lingkungan hidup
sebagai tolok ukurnya.

Keuntungan Transaksi ETF


Tujuan Berinvestasi ETF
Tujuan dari berinvestasi ETF adalah sebagai berikut:
1. Diversifikasi: Diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan dalam
sekali order.
2. Fleksibilitas: Memanfaatkan fleksibilitas jual/beli yang tinggi, karena dapat langsung
melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa berlangsung
selayaknya saham.
Mekanisme Transaksi ETF

REKSA DANA PENYERTAAN TERBATAS


Reksa Dana Penyertaan Terbatas adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun
dana dari Pemodal Profesional, yang selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi pada
portofolio Efek atau portofolio yang berkaitan langsung dengan proyek, misalkan Sektor Riil,
sektor infrastruktur dan lain lain. Pemodal profesional adalah pemodal yang memiliki
kemampuan untuk membeli Unit Penyertaan dan melakukan analisis risiko terhadap Reksa
Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan Terbatas.

Unit Penyertaan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif Penyertaan


Terbatas hanya ditawarkan secara terbatas hanya kepada Pemodal Profesional dan dilarang
ditawarkan melalui Penawaran Umum dan atau dilarang dimiliki oleh 50 (lima puluh) Pihak
atau lebih.
RDPT ditawarkan melalui penawaran terbatas yang harus mengikuti peraturan yang
ditetapkan oleh OJK yang terbagi dalam dua jenis:

1. RDPT kegiatan sektor riil


2. RDPT investasi khusus

Sebelumnya, RDPT hanya dapat berinvestasi pada instrumen yang diterbitkan oleh
perusahaan yang tidak ditawarkan melalui penawaran umum (perusahaan tertutup). Namun,
di tahun 2018 OJK memperbolehkan RDPT kegiatan sektor riil berinvestasi pada efek
bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan terbuka apabila merupakan strategi IPO
yang dilakukan oleh RDPT kegiatan sektor riil yang berinvestasi pada efek bersifat ekuitas.

RDPT kegiatan sektor riil juga bisa berinvestasi pada efek bersifat hybrid securities yang
tidak ditawarkan melalui penawaran umum.

Efek bersifat hibrida, antara lain:

● saham preferen
● surat utang perpetual
● surat utang kovers
● surat utang subordinasi
● atau jenis efek lain yang memiliki karakteristik kombinasi antara efek bersifat utang
dan efek bersifat ekuitas.

RDPT investasi khusus dapat berinvestasi pada efek yang diterbitkan dalam negeri,
efek beragun aset, dana investasi real estate, dana investasi Infrastruktur, instrumen pasar
uang, deposito dan efek derivatif. OJK juga memperbolehkan RDPT investasi khusus
berinvestasi pada efek yang diterbitkan di luar negeri sepanjang efek tersebut memiliki
pernyataan efektif dan izin dari regulator asing. Efek tersebut diterbitkan atau efek tersebut
diperdagangkan di bursa efek di luar negeri yang informasinya dapat diakses.

Keuntungan memiliki Reksa Dana KIK Penyertaan Terbatas

● Pengelolaan secara profesional


RDPT dikelola manajer investasi yang terdaftar dan berpengalaman sehingga
pengelolaan investasi RDPT secara sistematis dan profesional dalam hal mikro dan
makro ekonomi, pemilihan kelas aset, instrumen, counter-party, penentuan jangka
waktu penempatan, tujuan investasi, diversifikasi investasi, serta administrasinya.
● Hasil Investasi yang kompetitif
RDPT memberikan imbal hasil yang kompetitif jika dibandingkan investasi dengan
jangka waktu yang sama.
● Transparansi
RDPT ditawarkan melalui penawaran terbatas yang harus mengikuti peraturan yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. RDPT memberikan informasi yang
transparan kepada publik mengenai komposisi aset dan instrumen portfolio investasi,
resiko yang dihadapi, biaya-biaya yang timbul. Selain itu untuk proses pembukuan
dilakukan oleh pihak independen selain Manajer Investasi yaitu Bank Kustodian dan
wajib untuk diperiksa oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

Terkait manfaat, risiko, dan kewajiban relatif sama dengan produk atau jenis Reksa
Dana lainnya. Perbedaannya adalah bahwa Reksa Dana KIK RDPT ditujukan khusus kepada
investor profesional, sehingga cara penjualannya tidak ditawarkan secara ritel seperti Reksa
Dana biasanya. Produk ini ditawarkan dan dijual langsung oleh Manajer Investasi.

EFEK BERAGUN ASSET


Sebagai upaya untuk menggairahkan iklim investasi di Indonesia, pemerintah sejak
1997 mengeluarkan peraturan mengenai efek beragun aset (EBA). Tujuannya, sebagai
alternatif pilihan investasi bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal.
EBA adalah surat berharga yang dapat berupa surat utang, surat partisipasi, atau
turunannya yang diterbitkan oleh penerbit EBA melalui sekuritisasi aset, yang
pembayarannya terutama bersumber dari kumpulan aset keuangan yang dijual oleh kreditor
asal (originator) kepada penerbit EBA. Melalui proses sekuritisasi aset, kreditur asal
mendapatkan dana kembali tanpa harus menunggu pelunasan pinjaman dari para peminjam
(debitur). Dengan begitu, dana tersebut dapat digunakan oleh originator tersebut untuk
mendukung ekspansi ataupun memperbaiki struktur keuangan.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh investor jika berinvestasi pada instrumen
EBA yaitu risiko investasi relatif lebih rendah dibandingkan dengan instrumen lainnya seperti
obligasi, pinjaman, atau modal ventura. Hal ini karena risiko pengembalian tidak bergantung
pada satu kinerja korporasi, melainkan pada banyak sekali debitur yang telah tersebar secara
granular. Investasi dijamin oleh sejumlah tagihan termasuk seluruh jaminan yang melekat di
dalamnya.
Agar suatu transaksi dapat dikategorikan sebagai transaksi sekuritisasi harus
memenuhi sejumlah kriteria:
1. Pertama : Struktur transaksi diciptakan sedemikian untuk meminimalkan dampak
yang mungkin dihadapi investor bila seluruh pihak yang terlibat di dalam transaksi
mengalami masalah keuangan, khususnya bila kreditur asal mengalami kebangkrutan.
2. Kedua : Dalam transaksi penjualan aset keuangan dari kreditor asal kepada penerbit
EBA harus memenuhi kriteria penjualan putus.
3. Ketiga : Aset keuangan yang dijual putus oleh kreditor asal harus melalui proses
penyempurnaan klaim atas tagihan beserta seluruh jaminan melekat. Ini dimaksudkan
sebagai salah satu perlindungan bagi investor. Ketika terjadi gagal bayar, kewajiban
kepada investor masih dapat dipenuhi berdasarkan hasil eksekusi atas jaminan yang
melekat pada aset.
Adapun jenis Aset keuangan yang dapat disekuritisasi adalah berupa kumpulan piutang
(receivables) atau potensi arus kas yang dapat diperkirakan yang berupa: tagihan kartu kredit,
tagihan pinjaman pembelian kredit mobil, tagihan pinjaman pembelian rumah, tagihan sewa
guna usaha, tagihan penggunaan telepon, tagihan penggunaan listrik dan retribusi
penggunaan jalan bebas hambatan.

KIK Efek Beragun Aset (EBA) menurut Peraturan Bapepam No. XI.K.1:
Gambaran umum:
1. KIK Efek Beragun Aset adalah kontrak antara MI dan Bank Kustodian yang mengikat
pemegang Efek Beragun Aset dimana MI diberi wewenang untuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan Penitipan Kolektif.
2. Efek Beragun Aset adalah Efek yang diterbitkan oleh KIK Efek beragun Aset yang
portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul dikemudian hari (future
receivables), pemberian kredit termasuk kredit perumahan atau apartemen, Efek
bersifat utang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana peningkatan kredit (Credit
Enhancement) / Arus Kas (Cash Flow), serta aset keuangan lain yang berkaitan
dengan aset keuangan tersebut.
3. Efek Beragun Aset arus kas tetap adalah efek beragun aset yang memberikan
pemegangnya penghasilan tertentu seperti kepada pemegang efek bersifat hutang.
4. Efek beragun aset kas tidak tetap adalah efek beragun aset yang menjanjikan
pemegangnya suatu penghasilan tidak tertentu seperti kepada pemegang efek bersifat
ekuitas.
5. Ada lima peraturan yang terkait dengan penerbitan unit penyertaan EBA yaitu :
a. Peraturan BAPEPAM No. V.G.5. tentang Fungsi MI Berkaitan Dengan EBA
(Asset Backed Securities)
b. Peraturan BAPEPAM No. VI.A.2. tentang Fungsi Bank Kustodian Berkaitan
Dengan EBA (Asset Backed Securities)
c. Peraturan BAPEPAM No. IX.C.9. tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam
Rangka Penawaran Umum EBA (Asset Backed Securities)
d. Peraturan BAPEPAM No. IX.C.10. tentang Pedoman Bentuk dan Isi
Propektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset (Asset
Backed Securities)
e. Peraturan BAPEPAM No. IX.K.1. tentang Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif EBA (Asset Backed Securities).
6. Di samping peraturan di atas, telah dikeluarkan juga :
a. Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang pembiayaan sekunder
perumahan (sebagai salah satu bentuk sekuritisasi aset). Peraturan ini pada
prinsipnya merupakan kelanjutan dari Keputusan Menteri Keuangan No.
132/KMK.014/1998 tentang Perusahaan Fasilitas Pembiayaan Sekunder
Perumahan (yang sering kali disebut dengan Secondary Mortgage Facility).
b. Peraturan Bank Indonesia No. 7/4/PBI/2005 tentang Prinsip Kehati-hatian
dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum.
c. Surat Edaran Bank Indonesia No.7/51/DPNP tanggal 9 Nopember 2005
tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank
Umum.
d. Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP- 147/PJ/2003 tanggal 13 Mei 2003
tentang Pajak Penghasilan Yang Diterima atau diperoleh KIK-EBA dan Para
Investornya.
e. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 15/POJK.04/2014 Tentang Laporan
Bulanan Kontrak Investasi Kolektif
7. Penerbitan EBA dapat dilakukan melalui Penawaran Umum dan dapat juga
diterbitkan melalui private placement.
8. Jika EBA ditawarkan melalui Penawaran Umum, maka MI wajib menyampaikan
Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam
9. Jika EBA tidak ditawarkan melalui Penawaran Umum, MI hanya diwajibkan untuk
menyampaikan dokumen kepada Bapepam paling lambat 10 hari sejak
ditandatanganinya KIK-EBA
10. Ketentuan yang harus dipenuhi oleh MI untuk KIK-EBA adalah:
a. memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) minimal
25.000.000.000,-.
b. memiliki minimal 2 orang pegawai yang mempunyai pengalaman kerja
minimal 6 bulan dalam kegiatan pengorganisasian, strukturisasi dan
pengelolaan KIK.
c. melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin untuk mengembangkan
likuiditas Efek Beragun Aset dan membantu pemegangnya efek beragun aset
untuk menjual Efek Beragun Asetnya, dan
d. tidak memiliki hubungan afiliasi dengan kreditur awal, kecuali hubungan
afiliasi yang terjadi karena kepemilikan atau penyertaan modal pemerintah
11. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses sekuritisasi termasuk KIK – EBA, yaitu:
a. Adanya jual putus (true sale)
● True sale adalah penjualan tagihan dari kreditur awal (originator)
kepada SPV atau dalam hal ini KIK-EBA.
● Kriteria true sale diatur dalam Pasal 5 PBI No. 7 /4/PBI/2005 tentang
Prinsip Kehati Hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank
Umum
● True sale wajib dilengkapi dengan pendapat auditor independen dan
pendapat hukum yang independen.
b. Adanya bankruptcy remoteness
● True sale mengakibatkan bankruptcy remoteness, yaitu jika kreditur
awal mengalami kebangkrutan, maka hal tersebut tidak akan
mempengaruhi kepada tagihan.
● Investor terhindar dari resiko kebangkrutan kreditur awal
c. Adanya perfection of security interests
● Merupakan kesempurnaan pengalihan tagihan kepada pihak investor
KIK-EBA
12. Pihak – pihak yang terlibat dalam penerbitan KIK-EBA :
a. Kreditur awal (originator), yaitu pihak yang mengalihkan aset tagihannya
kepada para pemegang KIK-EBA secara kolektif dimana aset tersebut
diperoleh originator karena adanya tagihan kepada pihak ketiga.
b. Debitur atau pelanggan yaitu pihak penerima kredit dari originator yang wajib
memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditur baru atau investor.
c. Penyedia Jasa atau servicer yaitu pihak yang menyediakan jasa untuk
memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan debitur, melakukan
tindakan awal berupa peringatan dan atau hal lain sesuai dengan kontrak.
d. Bank Kustodian yaitu pihak yang diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif dan mencatatkan underlying KIK-EBA atas namanya untuk
kepentingan Investor.
e. MI yaitu pihak yang diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif.
f. Special Purpose Vehicle (SPV)/ Special Purpose Company (SPC) yaitu pihak
yang membeli sejumlah aset tagihan dari originator dan menerbitkan EBA
untuk dijual kepada investor.
g. Lembaga Pemeringkat Efek yaitu pihak yang melakukan pemeringkatan atas
efek yang diterbitkan.
h. Lembaga Sarana Peningkatan Kredit atau Credit Enhancer yaitu pihak yang
memberi jaminan pembayaran guna mendukung peningkatan kualitas EBA.
i. Investor yaitu pihak yang membeli EBA.
j. Pihak pendukung seperti konsultan hukum, akuntan publik, notaris, dll.

Mekanisme Penerbitan KIK-EBA


Adapun mekanisme penerbitan KIK-EBA secara ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kreditur awal memberikan KPR kepada debitur
2. MI dan Bank Kustodian membuat suatu kontrak yang mengatur penerbitan KIK-EBA,
dimana yang menjadi dasar penerbitan KIK-EBA tersebut adalah KPR.
3. Kreditur awal menjual putus (true sale) kepada KIK EBA
4. SMF memberikan dukungan bagi peningkatan kredit (credit enchancement) atas
KIK-EBA yang diterbitkan
5. Pemodal melakukan pemesanan KIK-EBA kepada MI
6. Pemodal mentransfer dana pembelian KIK-EBA ke rekening yang telah disediakan
7. MI melakukan pembayaran atas penjualan tagihan KPR kepada Kreditur Awal

Manfaat KIK-EBA
1. Bagi Industri Perbankan dan Pembiayaan sebagai kreditur awal
a. sumber pendanaan KPR jangka panjang, sehingga dapat mengatasi mismatch
di antara pendanaan dan KPR yang diberikan
b. mengurangi resiko kredit atas KPR
c. diversifikasi sumber pendanaan dengan memperoleh dana dari Pasar Modal
d. mengatasi mismatch antara aset dan liabilities
2. Bagi Pemodal
a. alternatif investasi pada surat berharga yang menawarkan
i) Rating terbaik, Tenor Jangka Panjang dan Aman.
ii) Minimum resiko dengan cara antara lain pemilihan KPR yang hanya
berkualitas dan diversifikasi wilayah originasi KPR
b. mendapat imbal hasil yang menarik
c. kontribusi langsung kepada sektor riil secara umum dan sektor perumahan
secara khusus
3. Bagi Pemerintah dan Perekonomian:
a. tersedianya sumber pendanaan yang menunjang pertumbuhan sektor industri
perumahan
b. stimulus pertumbuhan perumahan yang layak dan terjangkau
c. meningkatkan efisiensi pasar primer perumahan dan institusi terkait
Beberapa Sifat & Karakter KIK EBA
Sifat KIK EBA:
a. EBA Arus Kas Tetap
EBA yang memberikan pemegangnya penghasilan tertentu seperti kepada pemegang
Efek bersifat hutang
b. EBA Arus Kas Tidak Tetap
EBA yang memberikan pemegangnya suatu penghasilan tidak tetap seperti kepada
pemegang Efek bersifat ekuitas
Pengembalian Investasi KIK EBA:
a. EBA Teramortisasi (Amortizing ABS)
Pengembalian pokok dan bunganya dilakukan secara bersamaan dengan tempo yang
teratur dalam kurun waktu tertentu
b. EBA Tidak-teramortisasi (Non-amortizing ABS)
Pembayaran bunga (investment return) dilakukan secara periodik, sedangkan
pelunasan atas pokoknya dilakukan pada akhir periode

REKSADANA KIK REAL ESTATE ATAU DANA INVESTASI REAL ESTATE


DIRE atau dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan nama Real Estate Investment
Trust (REIT) adalah sebuah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan pada aset real estate
(properti).DIRE diatur oleh POJK Nomor 64/POJK.04/2017 tentang Dana Investasi Real
Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Reksadana jenis DIRE akan digunakan untuk membeli tanah, bangunan, gedung,
perkantoran, hotel, apartemen, rumah sakit, saham dan obligasi perusahaan pengembang.
Sedangkan pendapatannya diperoleh dari menyewakan aset real estate. Di luar pendapatan
aktif dari sewa, DIRE juga memperoleh pendapatan pasif dari kenaikan harga real estate yang
dimilikinya.

Arah kebijakan investasi DIRE Ciptadana Properti Ritel Indonesia yaitu :


● Aset real estate : minimal 50 persen dan maksimal 100 persen.
● Aset real estate dan aset yang berkaitan dengan real estate : minimal 80 persen dan
maksimal 100 persen.
● Kas dan setara kas : minimal 0 persen dan maksimal 20 persen.
Keuntungan DIRE
● Bagi pengembang, DIRE memberi keuntungan yang lebih cepat kepada pengembang.
Ini dikarenakan DIRE meningkatkan level likuiditas dan mengurangi arus kas macet
pengembang akan aset propertinya yang biasanya membutuhkan waktu balik modal
yang terbilang lama.
● Bagi investor, Keuntungan DIRE tidak hanya dapat dinikmati oleh pengembang,
investor pun adalah salah satu pihak yang paling merasakan manfaat berinvestasi
DIRE. Investor dapat berinvestasi properti tanpa memiliki dan mengelola properti
secara langsung, juga, terdapat diversifikasi investasi yang mengurangi risiko kerugian
bagi investor.
● Bagi pemerintah, DIRE juga memiliki manfaat yang bisa dirasakan langsung oleh
negara. Pasalnya, dengan berinvestasi DIRE, maka, industri properti dan real estat akan
semakin berkembang. Pada properti yang berfokus pada hospitality dan hiburan, DIRE
membantu pembangunannya sehingga properti tersebut menjadi semakin menarik
pengunjung, lokal atau bahkan internasional. Pada properti yang berfokus kepada
kesehatan, DIRE membantu pembangunan rumah sakit agar dapat mengakomodasi
pasien dengan lebih baik lagi, memberikan akses ke rumah sakit yang lebih layak dan
pantas. Kedepannya, DIRE diharapkan hadir untuk bidang properti lain, misalnya
properti perumahan lokal.
Daftar Pustaka
Otoritas Jasa Keuangan (1 Januari 2010) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal Diakses pada 28 Maret 2021
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/undang-undang/Pages/undang-un
dang-nomor-8-tahun-1995-tentang-pasar-modal.aspx
Otoritas Jasa Keuangan. Reksadana Penyertaan Terbatas. Diakses pada 28 Maret 2021
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/296
PT Bursa Efek Indonesia. Exchange Traded Fund (ETF).
http://www.idx.co.id/produk/exchange-traded-fund-etf/ (Diakses pada 29 Maret 2021)
Otoritas Jasa Keuangan. 7 Fakta Reksa Dana Syariah. Diakses pada 30 Maret 2021
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10448
Otoritas Jasa Keuangan. SAL POJK 64. Diakses pada 28 Maret 2021
https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/Pages/Dana-Investasi-Real-Estat-Berben
tuk-Kontrak-Investasi-Kolektif/SAL%20POJK%2064%20-%20DIRE.pdf
Bareksa . Mengenal Reksadana DIRE, Bagaimana contoh dan kinerjannya?. Diakses pada 28
Maret 2021
https://www.bareksa.com/berita/reksa-dana/2019-03-13/mengenal-reksadana-dire-bag
aimana-contoh-dan-kinerjanya
PT Bursa Efek Indonesia. Reksa Dana. Diakses pada 30 Maret 2021
https://idx.co.id/produk/reksa-dana/

Anda mungkin juga menyukai