Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman dahulu kemajuan suatu bangsa selalu ditandai dengan
kemajuan dalam berbagai bidang, baik ilmu pengetahuan, teknologi, sosial,
budaya, maupun politik. Begitu pula pada masa pemerintahan Dinasti
Umayyah, kemajuan dalam berbagai bidang terjadi, baik di Damaskus yang
dikenal Dinasti Umayyah Timur (661-750 M) maupun Dinasti Umayyah di
Andalusia yang dikenal Dinasti Umayyah barat (705-1031 M).
Damaskus menjadi saksi sejarah betapa maju peradaban pada saat itu.
Kota itu dibangun dengan tata kota yang sangat teratur serta banyak
dibuktikan gedung dan taman kota yang indah. Jalan-jalan di damaskus
ditanami pepohonan yang teduh serta sungai-sungai dibuat rapi, bersih, dan
teratur. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa pada masa itu masyarakat
muslim telah mengalami perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan yang
sangat maju. Di kota ini juga dibangun masjid yang sangat indah dan megah
rancangan seorang arsitek bernama Abu Ubaidah bin jarrah. Kota Damaskus
juga dikenal dengan kota pelajar. Pada waktu itu tidak ada 20 sekolah. Di
antara lembaga pendidikan itu terdapat sekolah kedokteran dan Rumah Sakit.
Sejumlah perpustakaan besar juga didirikan untuk mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan. Sungguh pada zaman tersebut kemajuan semacam ini
merupakan prestasi yang luar biasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses pendirian Bani Umayyah di Damaskus?
2. Bagaimana masa Bani Umayyah di Damaskus?
C. TUJUAN
1. Mengetahui proses pendirian pendirian Bani Umayyah di Damaskus.
2. Mengetahui masa Bani Umayyah di Damaskus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pendirian Masa Daulah Bani Umayyah di Damaskus


Suasana pertentangan yang sangat memuncak antara Bani Hasyim
dan Bani Umayyah yang telah mengakibatkan perang saudara pada akhir
masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, lahirlah daulah Bani Umayyah di
bawah pimpinan Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan. Sebutan Bani Umayyah
berasal dari nama Umayyah Ibn Abdi Syam Ibn Abdi Manaf yaitu salah
seorang dari kabilah Quraisy di zaman jahiliyah. Bani Umayyah baru
masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW. berhasil menaklukkan
Makkah atau yang dikenal dengan Fathu Makkah. Setelah itu mereka
berjuang membela Islam sampai pada akhirnya salah seorang keturunan
Bani Umayyah, yaitu Muawiyah Ibn Abu Sufyan menjadi gubernur di
Damaskus (Syria). Sepeninggal Rasulullah SAW. sesungguhnya telah
menginginkan jabatan pengganti Rasul, namun mereka belum berani
menampakkan cita-citanya itu pada masa Abu Bakar dan Umar ra. Baru
setelah Umar Bin Khattab wafat, urusan pengganti Umar ra. diserahkan
kepada hasil musyawarah 6 orang sahabat, Bani Umayyah menyokong
Utsman bin Affan secara terang-terangan, hingga akhirnya Utsman
terpilih.1
Kegigihan mereka untuk meraih jabatan sebenarnya sudah
dilakukan sejak menjadi gubernur, terutama pada masa Khalifah Utsman
bin Affan ra. Beliau meletakkan dasar untuk menegakkan
pemerintahannya, dan bahkan mencurahkan segala tenaga dan pikiran
untuk memperkuat dirinya serta menyiapkan daerah Syria sebagai pusat
kekuasaannya di kemudian hari.2
Mu’awiyah datang ke Kufah untuk merealisasikan keputusan-
keputusan tahkim dan menjadikan dia sebagai penguasa terkuat di wilayah
kekuasaan Islam maka ajakan Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib untuk
berdamai diterima dengan catatan Hasan menyerahkan tampuk kekuasaan
kepada Mu’awiyah, dengan mengadakan perjanjian. Isi perjanjian itu
antara lain bahwa pengangkatan Khalifah berikutnya diserahkan kepada
kaum muslimin. Perjanjian ini disetujui, selanjutnya Hasan ibn Ali ibn Abi

1
Fatikhah,2011,Sejarah Peadaban Islam,STAIN Pekalongan Press, Pekalongan,hlm.167.
2
A. Syalabi,1995, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, terj. A. Mukhtar Yahya,Al- Husna
Zikra,Jakarta,hlm.24.

2
Thalib melakukan penyerahan jabatan kepada Mu’awiyah ibn Abi Sufyan
pada tahun 41 H/ 661 M di Kufah dengan disaksikan oleh Putera Ali ibn
Abi Thalib yang lain, Husein ibn Ali ibn Abi Thalib serta rakyat banyak.
Tahun penyerahan Jabatan itu dikenal dengan “Tahun Jamaah”. Dengan
demikian resmilah Mu’awiyah menjadi khalifah, dan berdirilah Daulah
Bani Umayyah. Setelah resmi menjadi Khalifah, beliau langsung
memindahkan ibu kota negara dari Kufah ke Damaskus.3

B. Masa Bani Umayyah di Damaskus


a. Pola Administratif Pemerintahan Umayyah
Khalifah Mu’awiyah mendirikan suatu pemerintahan yang
terorganisasi dengan baik “Ketika Mu’awiyah menjadi penguasa
terjadi banyak kesulitan Pemerintahan Imperium yang
didesentralisasikan itu tampak kacau. Munculnya berbagai anarkisme
dan ketidakdisiplinan nomad yang tidak lagi dikendalikan oleh ikatan
agama dan moral menyebabkan ketidakstabilan dimana-mana dan
hilangnya kesatuan. Ikatan teokrasi yang telah mempersatukan
kekhalifahan yang lebih dulu, tanpa dapat dihindari telah dihancurkan
oleh penggunaan Utsman, oleh perang saudara sebagai akibatnya,
dan oleh pemerintahan ibu kota dari Madinah. Oligarki di Mekah
dikalahkan dan dicemarkan. Mu’awiyah mencoba untuk mencari
suatu dasar baru bagi kepaduan imperium. Oleh karena itulah, dia
mengubah kedaulatan agama menjadi negara sekuler. Sekalipun
demikian, unsur agama di dalam pemerintah dan pemerintahan tidak
hilang sama sekali. Mu’awiyah tetap mematuhi formalitas agama dan
nada-nada yang menunjukkan dirinya sebagai pejuang Islam.4
Muawiyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan
menonjol di dalam pemerintahan negeri itu. Angkatan daratnya kuat
dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang Siria yang
taat dan setia, yang tetap berdiri disampingnya dalam keadaan yang
paling berbahaya sekalipun. Dengan bantuan orang-orang Siria yang
setia, Muawiyah berusaha menjadikan pemerintahan yang stabil
menurut garis-garis pemerintahan Bizantium. Dia bekerja keras bagi
kelancaran sistem yang untuk pertama kali digunakan nya.5

3
Fatikhah.,Op.Cit,hlm.169.
4
Syed Mahmudunnasir,1981,Islam Its Concepts and History,Lohoti Fine Art Press,New Delhi,hlm.152.
5
Ibid.

3
Muawiyah merupakan orang pertama di dalam Islam yang
mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanulkahatam). Setiap
peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin di dalam suatu
register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke alamat
yang dituju. Sebelumnya, yang dikirimkan adalah perintah-perintah
yang terbuka. Pernah terjadi khalifah memberikan 1.000 dirham
kepada seseorang dari perbendaharaan provinsi. Surat yang berisi
perintah itu dijaga di tengah jalan, dan jumlahnya diubah dengan
angka yang lebih tinggi.6
Pelayanan pas (diwanulbarid) kabarnya telah diperkenalkan
oleh Muawiyah. Barid (kepala pas) memberi pemerintah pusat
tentang apa yang sedang terjadi dalam pemerintahan provins. Dengan
cara ini, Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintahan pusat.
Dia membentuk dua sekretariat Imperium (pusat) yang medianya
bahasa Arab, dan sekretariat provinsi yang menggunakan bahasa
Yunani dan bahasa Persia. Sebagai seorang administrator yang
berpandangan jauh, Muawiyah memisahkan urusan keuangan dari
urusan pemerintahan. Dia mengangkat seorang gubernur di setiap
provinsi untuk melaksanakan pemerintahan. Akan tetapi, untuk
memungut pajak, di masing-masing provinsi, dia mengangkat
seorang pejabat khusus dengan gelar sahibulkharaj. Pejabat ini tidak
terikat dalam gubernur, dan dia diangkat oleh khalifah. Dalam
masalah keuangan, gubernur harus menggantungkan dirinya pada
sahibulkharaj, dan hal ini membatasi kekuasaannya. Demikianlah
Muawiyah mengembangkan suatu keadaan yang teratur dari
kekacauan.7
Muawiyah meninggal dunia pada bulan april 680 M. Secara
keseluruhan, setelah memerintah Imperium Islam selama kira-kira 20
tahun, masa pemerintahannya merupakan masa kemakmuran dan
perdamaian di dalam negeri serta keberhasilan di luar negeri. Tidak
sedikit keberhasilan khalifah Muawiyah berkat jasa para pengikut
yang ditempatkan di sekelilingnya, terutama Amar bin Aas, wali
Mesir yang subur, Al-Mughirah, gubernur Al-Kufah yang bergolak,
dan Ziyad bin Abih, penguasa Al- Bashrah.8

6
Dedi Supriyadi,2016,Sejarah Peradaban Islam,CV Pustaka Ceria,Cet.8,Bandung,hlm.105.
7
Syed Mahmudunnasir,Op.Cit.,hlm 105-106.
8
Ibid., hlm.154.

4
b. Ekspansi pada Masa Umayyah
Secara umum, penaklukan pemerintahan Bani Umayyah,
meliputi tiga wilayah. Pertama, melawan pasukan Romawi di Asia
kecil. Penaklukan ini sampai dengan pengepungan Konstantinopel
dan beberapa kepulauan di laut tengah. Kedua , Wilayah Afrika
Utara. Penaklukan ini sampai ke Samudra Atlantik dan menyeberang
ke gunung tarik hingga ke Spanyol. Ketiga, wilayah timur.
Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak. Kemudian, meluas ke
wilayah turkistan di utara, serta ke wilayah Sindh di bagian Selatan.9
Ekspansi Bani Umayyah dalam rangka memperluas wilayah
kekuasaan merupakan lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh
para pemimpin Islam sebelumnya. Muawiyah berhasil menaklukkan
Tunis, Khurasan sampai ke sungai Oxus Serta Afganistan sampai
Kabul; dan Angkatan Laut Muawiyah menyerang Konstatinopel
(ibukota Bizantium). Kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abd Al-
Malik ia berhasil menundukan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana,
Samarkand, dan bahkan sampai ke India dengan menguasai
Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.10
Selain itu, Walid Ibn Al-Malik adalah khalifah yang berhasil
menundukan Maroko dan Al-Jazair. Dari kota ini, serangan
kemudianbdilanjutkan ke Eropa atas pemimpin Thariq Ibn Ziyad.
Tentara Spanyol Kordova, dapat dikuasai. Setelah itu, dikuasai pula
kota Seville ,Elvira, dan Toledo. Pada zaman Umar Ibn Abd Al-Aziz,
serangan dilakukan ke Perancis, Umat Islam berhasil menundukan
kota Tours. Namun, Al-Gafiqi mati terbunuh, akhirnya tentara Islam
mundur dan kembali ke Spanyol.11
Secara operasional, Ahmad Al-usairy menjelaskan lekak-likuk
penaklukkan tersebut bahwa ke wilayah Romawi (Turki) ketika itu
selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi ke sana. tujuannya adalah
menaklukkan Konstantinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50
H./670 M. Dan tahun 53-61 H. /672-680 M., namun tidak berhasil
ditaklukkan. Muawiyah membentuk pasukan laut yang besar yang
siaga di Laut Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan
itu, dya berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil
9
Ahmad Al-Usairy,2006,Sejarah Islam;Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,Akbar Media Eka
Sarana,Cet Keempat,Jakarta,hlm.188.
10
Dedi Supriyadi,Op.Cit.,hlm 106.
11
Ibid.,hlm.107.

5
menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49 H./669 M.,
kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H./673 M., kepulauan kereta pada
tahun 55 H./624 M., kepulauan Ijih dekat Konstantinopelpada tahun
57 H./680 M.12
Di Afrika, Benzarat berhasil ditaklukan pada tahun 41 H./661
M., Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukan pada tahun 45 H./665
M., Susat juga ditaklukan pada tahun yang sam.a Uqbah bin Nafi
berhasil menaklukan Sirt dan Mogadishu, Tharablis, dan
menaklukkan Wadan krmbali. Kota Qayrawan dibangun pada tahun
50 H./670 M. Kur sebuah wilayah di Sudan berhasil pula ditaklukan.
Akhirnya, penaklukkan sampai ke wilayah Maghrib Tengah
(Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah komandan yang paling terkenal di
kawasan ini.13
Selain itu, penaklukan meluas ke kawasan timur (negeri Asia
Tengah dan Sindh). Negeri-negeri Asia Tengah, meliputi kawasan
yang berada di antara sungai Sayhun dan jayhun. Di antara kerajaan
yang paling penting adalah Thakharistan dengan ibukotanya Balkh,
Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shaghad denganibu kota
samarkand dan bukhari, Farghanah dengan ibukota jurjaniyah,
Asyrusanah dengan ibukota Banjaka, Syasy dengan ibukota Bankats.
Mayoritas penduduk di kawasan itu adalah paganis. Pasukan islam
menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 H./661 M.14
Pada tahun 44 H./663 M., mereka mampu menaklukkan
Sajistandan sebagian wilayah Thakharistan pada tahun 44 H./665 M.,
Mereka sampai ke wilayah Quhistan. Pada tahun 44 H./664 M.,
Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari. Pada tahun 44
H./664 M., kaum muslimin menyerang wilayah wilayah Sindh dan
India. Penduduk ditempat itu, selalu melakukan pemberontakan
sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya stabil, kecuali pada
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.15

c. Peradaban Islam pada Masa Umayyah Timur


a. Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
12
Ahmad Al-Usairy,Op.Cit.,hlm.188.
13
Ibid.
14
Dedi Supriyadi,Op.Cit.,hlm.108.
15
Syed Mahmudunnasir,Op.Cit.,hlm 108.

6
Al- Qur’an yang telah dikodifikasi pada zaman Abu Bakar dan
Utsman bin Affan ditulis tanpa titik (sehingga tidak dapat
dibedakan antara huruf fa dengan huruf qaf atau antara huruf ba
dengan huruf ta, dan hururf tsa, serta tidak menggunakan baris
sehingga tidak dapat dibedakan antara dhummah yang berbunyi
u, fathah yang berbunyi a, dan kasrah yang berbunyi i. 16
Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan
baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan Al-
Bashri (642-728 M.) atas perintah Abd Al-Malik Ibn Marwan
(yang menjadi khalifah antara 685-705 M.). Abd Al-Malik Ibn
Marwan menginstruksikan kepada Al-Hajjaj untuk
menyempurnakan tulisan Qur’an; Al-Hajjaj meminta Hasan Al-
Bashri untuk menyempurnakannya; dan Hasan Al-Bashri
dibantu oleh Yahya Ibn Ya’mura (murid Abu Al-Aswad Ad-
Duwali). Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang pertama
membuat garis dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Abu
Al-Aswad Ad-Duwali.17
b. Penulisan Hadis
Umar Ibn Abd Al-Aziz adalah khalifah yang memelopori
penulisan (tadwin) hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu-
Bakar Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hajm (120 H.), gubernur
Madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-
hafalan penghafal hadis. Umar Ibn Abd Al-Aziz menulis surat
sebagai berikut:
“periksalah hadis Nabi Muhammad SAW., dan tuliskanlah
karena aku khawatir bahwa ilmu (hadis) akan lenyap dengan
meninggalnya ulama dan tolaklah hadis, selain dari Nabi
Muhammad SAW., hendaklah hadis disebarkan dan diajarkan
dalam majelis-majelis sehingga orang-orang yang tidak
mengetahui menjadi mengetahuinya; sesungguhnya hadis itu
tidak akan rusak sehingga disembunyikan (oleh ahlinya).”
Atas perintah khalifah, pengumpilan hadis dilakukan olrh
ulama. Diantaranya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Muslim
Ibn Ubaidillah Ibn Syihab Az-Zuhri (guru Imam Malik). Akan
tetapi, buku hadis yang dikumpulkan oleh Imam Az-Zuhri tidak

16
Jaih Mubarok & Atang Abd. Hakim,2000,Metodologi Hukum Islam,Rosdakarya,Bandung,hlm.102.
17
Dedi Supriyadi,Op.Cit.

7
diketahui dan tidak sampai kepada kita. Dalam sejarah tercatat
bahwa ulama yang pertama membuktikan hadis adalah Imam Az-
Zuhri.18
d. Aliran- aliran Keagamaan pada Masa Umayyah
a. Khawarij adalah kaum yang mendesak Ali untuk menghentikan
peperangan pada perang asahiffin dan menjelaskan proses hukum
melalui Al-Qur’an. Namun, kemudian menolak hasil perundingan
antara pihak Ali dan Muawiyah. Setelah itu, mereka melakukan
pemberontakan di Harura dan melakukan kerusakan di muka
bumi. Mereka dibinasakan oleh Ali bin Abi Thalibdalam perang
Nahrawand, namun masih banyak yang tersisa di kalangan
pasukannya. Salah seorang di antara mereka berhasil membunuh
Ali. Pada mas apemerintahan Muawiyah, mereka melakukan
beberapa kali pemberontakan di Kufah dan Bashra, hingga
kembali mereka dihancurkan oleh gubernur Bashrah saat itu,
yaitu Ziyad Ibn Abihi dan anaknya Abdullah bin Ziyad. Mereka
adalah dua orang yang sangat keras terhadap mereka.19
Orang-orang Khawarij adalah manusia-manusia kampungan
yang kaku, keras kepala, dan menginginkan manusia hanya ada
dalam dua kubu, yaitu kafir dan mukmin. Barang siapa yang
sesuai dengan pandangan-pandangannya, ia dianggap sebagai
orang mukmin; dan barangsiapa yang dianggap tidak sesuai
dengan pandangannya ia akan dianggap sebagai orang kafir.20
Mereka menuduh Utsman, Ali, dan Muawiyah sebagai
orang kaum kafir. Mereka selalu mengulangi siapa saja yang
tidak berada dalam jamaah mereka dan menghalalkan darah
kaum muslimin. Mereka adalah manusia-manusia yang sering
menimbulkan bencana. Jika ditilik secara umum, kemenangan
paling menonjol yang mereka capai adalah masa pemerintahan
Bani Umawiyah. Sekte mereka yang paling menonjol adalah
Azariqah, Najdat,Ibadhiyah, Ajaridah, dan Saffariah.21
Dalam tulisan Jaih Mubarok, dijelaskan bahwa awal
pendirian Umayah ditandai dengan munculnya kelompok yang
kontra terhadap Ali dan Muawiyah, yaitu Khawarij. Di samping
18
Jaih Mubarok & Atang Abd, Op.Cit.
19
Dedi Supriyadi,Op.Cit.,hlm.109.
20
Ibid.
21
Ahmad Al-Usairy,Op.Cit.,hlm.190.

8
berperan sebagai gerakan politik, Khawarij juga berperan
sebagai aliran teologi Islam. Gagasan Khawarij yang merupakan
perpaduan antara pemikiran teologi dan Politik terletak pada
gagasannya tentang kewajiban menggunakan hukum Allah
dengan adagium La Hukma ila Lilah. Akan tetapi, Khawarij
kemudian terpecah-pecah menjadi kelompok kecil yang
akibatnya adalah terjadi perbedaan antara gagasan aliran yang
satu dan aliran yang lain.22
Bagi Khawarij, menyelesaikan sengketa bukan dengan
hukum Allah adalah pengingkaran; dan dalam pandangan
mereka, tahkim antara pihak Ali r.a dengan Muawiyah dilakukan
tanpa hukum Allah. Oleh karena itu, Ali Ibn Abi Thalib dan
Muawiyah dianggap telah melakukan dosa besar. Khawarij
mengkafirkan pihak-pihak yang melakukan dosa besar; dan
mereka berpendapat bahwa hukum membelot dari pimpinan
yang menyalahi Sunnah Nabi Muhammad SAW. dalam wajib.
Lebih dari itu, Khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar,
termasuk para sahabat Nabi Muhammad SAW., seperti Ali r.a.,
Muawiyah, Amr Ibn Al-Ash, dan Abu Musa Al Asy'ari akan
ditempatkan di neraka selamanya.23
Keyakinan Khawarij tentang Ali r.a., Muawiyah, Amr Ibn
Al-Ash, dan Abu Musa Al Asy'ari sebagai pelaku dosa besar dan
akan ditempatkan di neraka selamanya pada hari akhirat nanti,
menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat Islam.
Bagaimana mungkin sahabat Ali r.a yang telah banyak berkorban
dalam membela kehidupan Nabi Muhammad SAW. dianggap
ingkar dan akan ditempatkan di neraka selamanya, padahal
beliau termasuk Assabiqunal Awwalun yang Memperoleh
jaminan dari Nabi Muhammad SAW. untuk masuk surga.24

b. Murji’ah, secara bahasa, murjiat berasal dari kata Al-irja’


(mengakhirkan, al-ta’khir atau memberikan harapan (I’tha
al-‘aja’). Arti pertama relevan dengan Khawarij karena adagium
yang mereka gunakan, yaitu maksiat tidak akan merusak iman,

22
Dedi Supriyadi,Op.Cit.,hlm.110.
23
Ibid.
24
Ibid.

9
dan taat tidak akan bermanfaat bagi kekafiran. Makna kedua
relevan dengan Khawarij karena mereka tidak mau menentukan
hukuman bagi yang melakukan dosa besar di dunia ini apakah ia
akan ditempatkan di surga atau di neraka dan sebagai antitesis
dari Syi’ah yang menempatkan Ali sebagai sahabat nabi
Muhammad SAW. pada derajat paling tinggi atau nomor satu,
Murjiah juga berarti kelompok yang menempatkan Ali r.a. pada
urutan ke empa. Di antara gagasannya yang terpenting adalah
bahwa mukmin yang melakukan maksiat akan disiksa oleh Allah
di akhirat nanti; dan setelah disiksa, mereka akan ditempatkan di
surga.25
c. Aliran Fiqh, dalam (analisis Nurcholish Madjid), di bawah
pimpinan khalifah Muawiyah. Masa kekhalifahannya disebut Ibn
Taimiyah sebagai permulaan masa “kerajaan dengan rahmat” (al-
mulk bi al-rahmah). Pada masa itu, kaum muslim dapat dikatakan
kembali pada keadaan, seperti zaman Abu Bakar dan Umar
(zaman (Asy-Syaykhani, “Dua Tokoh”) yang amat dirindukan
banyak orang, termasuk para “aktivis militan” yang membunuh
Utsman (dan yang kemudian [ikut] mensponsori pengangkatan
Ali, namun akhirnya berpisah menjadi golongan Khawarij).
Apapun kualitas kekhalifahan Muawiyah, dalam hal masalah
penegakan hukum, mereka tetap sedapat mungkin berpegang dan
meneruskan tradisi para khalifah di Madinah dahulu, khususnya
tradisi Umar. Oleh karena itu, ada semacam “koalisi” antara
Damaskus dan Madinah (tetapi suatu koalisi yang tak pernah
sepenuh hati, akibat masalh keabsahan kekuasaan Bani Umayyah
itu). “Koalisi” itu mempunyai akibat cukup penting dalam bidang
fiqh, yaitu tumbuhnya orientasi kehukuman (Islam) pada Hadis
atau Tradisi (dengan “T” besar) yang berpusat di Madinah dan
Mekkah serta mendapat dukungan langsung atau tak langsung
dari rezim Damaskus. 26
Sementara banyak tokoh Madinah sendiri tetap
mempertanyakan keabsahan rezim Umayyah. Irak dengan kota-
kota Kufah dan Bashrah adalah kawasan yang selalu potensial
menentang Damaskus secara efektif. Ini kemudian berdampak

25
Ahmad Al-Usairy,Op.Cit.
26
Dedi Supriyadi,Op.Cit.,hlm.111.

10
tumbuhnya dua orientasi dengan perbedaan yang cukup penting:
Hijaz (Mekkah-Madinah) dengan orientasi Hadisnya, dan Irak
(Kufah-Basrah) dengan orientasi penalaran pribadi (ra’y)-nya.
Penjelasan menarik tentang hal ini diberikan oleh Syaykh Ali Al-
Khafif. 27
Jika dikatakan bahwa orang-orang Hijaz adalah Ahli Ar-
Riwayah (Kelompok Riwayat, karena mereka banyak berpegang
pada penuturan masa lampau, seperti hadis sebagai pedoman) dan
orang-orang Irak adalah Ahl Ar-Ra’y (kelompok penalaran
dengan isyarat tidak banyak mementingkan “riwayat”),
sesungguhnya itu hanya karakteristik gaya intelektual masing-
masing daerah itu. Adapun pada peringkat individu, cukup
banyak dari masing-masing daerah yang tidak mengikuti
karakteristik umum. Di kalangan orang-orang Hijaz terdapat
seorang sarjana bernama Rab’ah yang tergolong “Kelompok
Penalaran” dan di kalangan para sarjana Irak kelak tampil seorang
penganut dan pembela “Kelompok Riwayat” yang sangat tegar
yaitu Ahmad Ibn Hanbal. Di samping itu, membuat generalisasi
bahwa sesuatu kelompok hanya melakukan satu metode
penetapan hukum atau tasry’, apakah penalaran atau penuturan
riwayat, adalah tidak tepat. Terdapat Persilangan antara
keduanya, meskipun masing-masing terdapat di kenali ciri
utamanya dari kedua kategori tersebut. Ini semakin memperkaya
pemikiran hukum zaman tabiin.28

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

27
Ibid.,hlm.111-112.
28
Ibid.,hlm.113.

11
Setelah Khalifah Ali ibn Abi Thalib wafat yang menjadi pemimpin
umat islam yaitu Muawiyah ibn Abi Sufyan. Muawiyah merubah sistem
pemilihan pemimpin islam adalah musyawarah umat menjadi penunjukan
Putra Mahkota. Sejak masa kepemimpinannya berdirilah Dinasti Umayyah
selama kurang lebih 90 tahun.
Ada 14 orang khalifah yang memimpin umat islam selama kurang
lebih 90 tahun. Sebagian memiliki masa pemerintahan yang lama dan
sebagian lagi hanya sebentar bahkan beberapa hari.
Pemimpin-pemimpin Dinasti Umayyah telah menunjukan peradaban
yang begitu maju ditandai dengan arsitektur-aksitektur bangunan,
pengembangan ilmu pengetahuan, organisasi pemerintahan dan sebagainya.
Majunya suatu peradaban tentu akan menemui masa kehancuran.
Runtuhnya Dinasti Umayyah terjadi karena beberapa hal yaitu persaingan
keluarga kerajaan untuk menduduki kursi kepemimpinan, pemberontakan-
pemberontakan, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan
Arabia Selatan (Bani Kalb). Yang sudah ada sejak zaman sebelum islam,
maka meruncing, sikap hidup mewah anak- anak khalifah, kelemahan
pemerintah pusat dalam menangani wilayah kekuasaan yang begitu luas,
munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas Ibn Abdul
Mutholib yang didukung kaum Mawali dan Syiah.

DAFTAR PUSTAKA

12
Fatikhah, 2011, Sejarah Peadaban Islam, STAIN Pekalongan Press, Cet. Ke-1,
Pekalongan.
Syalabi, 1995, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, terj. A. Mukhtar Yahya, Al- Husna
Zikra, Jakarta.
Syed Mahmudunnasir, 1981,Islam Its Concepts and History, Lohoti Fine Art Press,
New Delhi.
Dedi Supriyadi, 2016, Sejarah Peradaban Islam, CV PustakaCeria, Cet.8, Bandung.
Ahmad Al-Usairy, 2006, Sejarah Islam; Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad
XX,Akbar Media Eka Sarana,Cet. 4, Jakarta.
Jaih Mubarok & Atang Abd. Hakim, 2000, Metodologi Hukum Islam, Rosdakarya,
Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai