Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI

AIDS ( acquired immunodeficiency syndrome ) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala


atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus ) yang termasuk family retroviridae. AIDS merupakan tahap
akhir dari infeksi HIV.

AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya
(Siti Setiati, 2014)

ETIOLOGI

Agen etiologik AIDS adalah HIV, yang termasuk family retrovirus manusia dan
subfamili lentivirus. Lentivirus nononkogenik menyebabkan penyakit pada spesies hewan yaitu
sapi, domba, kambing, lembu, kucing dan monyet. Keempat retrovirus manusia yang telah
terkenal termasuk dalam kedua kelompok: virus limfotrofik Tmanusia, HTLV-I dan II, dan virus
imunodefisiensi manusia (human iimmunodeficiency virus), HIV-1 dan 2. Penyebab tersering
penyakit HIV di seluruh dunia dan tentu saja di Amerika Serikat adalah HIV-1 dan HIV-2
diidentifikasi pada tahun 1986 pada pasien di Afrika Barat dan semula terbatas diAfrika
Barat.Namun,sejumlah kasus HIV-2 penah di laporkan di Eropa,Amerika Selatan,Kanada,dan
Amerika Serikat.Walaupun memiliki homologi nukleotida sekitar 40% dengan HIV-1dan HIV-2
secara filogenetis lebih erat berhubungan dengan virus imunodefisiensi
simian(simianimmunodefisiency virus,SIV) yang dijumpai pada sooty mangabey.HIV-1 lebih
erat berhubungan dengan SIV yang diisolasi dari simpanse pada tahun 1990.Hubungan
taksonomik diantara berbagai lentivirus primata.

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada

1
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist (Ahmad Asdie, 2014)

PATOFISIOLOGI

Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali
seseorang terinfeksi HIV. Seumur hidup ia akan terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir
semua orang terinfeksi HIV menunjukan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan
penyakit tersebut menunjukan gambaran penyakit yg kronis, sesuai dengan perusakan sistem
kekebalan tubuh yang juga bertahap.

Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian
memperlihatan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala
yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam,diare,
atau batuk. Setelah terinfeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimpomatik (tanpa gelaja). Masa
tanpa gelaja ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang
yang perjalanan penyakitnya sangat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan adapula yg
perjalanannya lambat (non-progressor).

Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, odha mulai menampakkan gejala-
gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah,
pembesaran kelenjer getah bening , diare, tuberkulossis, infeksi jamur, herpes, dan lain-lain.

Tanpa pengobatan ARV,walaupun selama beberapa tahun tidak menunjukan gejala, secara
bertahap sistem kekebalan tubuh organ yang terinfeksi HIV akan memburuk,dan akhirnya pasien
menunjukkan gejala klinik yang makin berat, pasien masuk tahap AIDS. Jadi yang disebut laten
secara klinik (tanpa gejala), sebetulnya bukan laten bila ditinjau dari sudut penyakit HIV.
Manifestasi dari awal dari kerusakan sistem kekebalan tubuh adalah kerusakan mikro arsitektur
folikel kelenjer getah bening dan infeksi HIV yang luas di jaringan limfoid, yang dapat dilihat

2
dengan pemeriksaan hidridisasi. Sebagian besar replikasi HIV terjadi dikelenjar getah bening,
bukan diperadaran darah tepi

Pada waktu organ dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan
gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari. Replikasi yang
cepat ini disertai dengan mutasi HIV dan seleksi, muncul HIV yg resisten. Bersama dengan
memproduksi limfosit CD4 sekitar 10 sel setiap hari.

Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkotika. Lebih dari 80% pengguna
narkotika. Terinfeksi virus hepatis c. infeksi pada kutub jantung juga adalah penyakit yang
dijumpai pada odha pengguna narkotika dan biasanya tidak ditemukan pada odha yang tertular
dengan cara lain. Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi pneumonia
dan tuberkolosis. Makin lama seseorang menggunakan narkotika suntikan, makin mudah ia
terkena pneumonia dan tuberkolosis . infeksi secara bersamaan ini akan menimbulkan efek yang
buruk. Infeksi oleh kuman penyakit lain akan menyebabkan virus HIV membelah dengan cepat
sehingga jumlahnya akan meningkat pesat. Selain itu juga dapat menyebabkan reaktivasi virus
didalam limfosit T. Akibatnya perjalanan penyakitnya biasa nya lebih progresif.

Perjalanan penyakit HIV yang lebih progresif pada pengguna narkotika ini juga tercermin
dari hasil penelitian di RS dr. Cipto Mangunkusomo pada 57 pasien HIV asimptomatik yang
berasal dari pengguna narkotika, dengan kadar CD4 lebih dari 200 sel/mm. Ternyata 56,14%
mempunyai jumlah virus dalam darah (viral load) yang melebihi 55.000 kopi /ml, artinya
penyakit infeksi HIV nya progresif, walaupun kadar CD4 relatif masih cukup baik (Siti Setiati,
2014)

GEJALA KLINIS

Orang dewasa yang terinfeksi HIV akan mengalami masa tanpa gejala sekitar 5-10 tahun
sebelum menunjukan gejala.Untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi HIV perlu
dilakukan tes darah.Saat ini tes darah yang sering digunakan adalah tes antibodi karena murah
dan mudah dilaksanakan.Jika tes HIV dilakukan untuk keperluan diagnostik,tes harus dilakukan
secara sukarela,disertai dengan konseling sebelum dan sesudah tes,serta dijaga kerahasiannya
.Dengan demikian orang yang akan dites dipersiapkan untuk menerima hasil tes,baik positif
maupun negative dia juga dilindungi dari kemungkinan akibat negative stigma yang masih sering

3
terdapat dimasyarakat.Hasil tes perlu dinilai dengan hati-hati.Hasil tes positif harus diulangi dan
bila masih positif dilakukan tes konfirmasi dengan tes westem blot.Bila tak tersedia westem blot
hasil dinyatakan positif apabila tes penyaring 3 kali positif.Sebaliknya,hasil negative dapat
berarti yang bersangkutan tidak terinfeksi virus HIV atau masih dalam masa jendela.

Gejala AIDS pada umumnya merupakan gejala infeksi oportunistik atau kanker yang
terkait dengan AIDS.Kanker yang terkait dengan AIDS adalah sarcoma Kaposi,limfoma
malignum,dan karsinorma serviks invasive.Sedangkan gejala yang sering ditemukan pada pasien
AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr.Cipto Mangunkusumo dapat dilihat pada table :

Gejala Frekuensi
Demam Lama 100%
Batuk 90,3%
Penurunan Berat Badan 80,7%
Sariawan dan Nyeri Menelan 78,8%
Diare 69,2%
Sesak Nafas 40,4%
Pembesaran Kelenjar Getah Bening 28,8%
Penurunan Kesadaran 17,3%
Gangguan Penglihatan 15,3%
Neuropatih 3,8%
Ensefalopati 4,5%

Dengan demikian,pada diagnosis infeksi HIV peran pemeriksaan anti-HIV penting.Pada


keadaan asimtomatik diagnosis ditegakkan berdasarkan tes anti-HIV,sedangkan pada masa sudah
ada gejala,karena gejala yang timbul berasal dari infeksi oportunistik,maka tes HIV tetap
diperlukan.Pada fasilitas kesehatan yang amat sederhana,dibenarkan untuk mendiagnosis AIDS
dengan gejala saja,tetapi karena di Indonesia sudah tersedia tes HIV yang tersebar
luas,hendaknya gejala klinis tersebut ditunjang oleh tes HIV (Arjatmo Tjokronegoro, 2001)

4
GAMBARAN HISTOPATOLOGI

GAMBAR DAN PENJELASAN

5
walaupun menakutkan bukan berarti kita harus menghindari penderita AIDS, atau yang
dikenal dengan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). AIDS yang mengakibatkan menurunnya
sistem imun, diakibatkan oleh terinfeksinya penderita oleh virus yang dikenal sebagai HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Bahayanya adalah penderita yang sudah terinfeksi HIV, tidak
langsung mengalami tanda (sign) ataupun gejala (symptom) segera setelah infeksi terjadi. Gejala
penyakit AIDS biasanya baru mulai muncul selama 5-10 tahun setelah terinfeksi, dan biasanya
penderita memeriksakan kesehatannya karena sudah pada state yang parah, karena sudah
mengalami infeksi opportunistik (yang menyertai AIDS) karena menurunnya sistem imun dan
penyakit oportunistik  ini biasanya merupakan penyakit infeksi.

AIDS di dunia paling besar terjadi melalui hubungan seksual suami istri, suami yang sudah
mengetahui bahwa ia memiliki AIDS, dengan sengaja menularkan ke istrinya yang tidak
mengetahui tentang kondisi suaminya dan bahayanya adalah penularan bisa terjadi pada janin,
jika istri tersebut hamil, maka pemeriksaan medis (medical check up) nikah menjadi penting.
Menghindari penyebabnya (tindakan AIDS memang merupakan penyakit menular, tapi
penularannya pun tidak sembarangan, tidak bisa melalui udara seperti penyakit tuberculosis

6
(TBC). AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual, melalui transfusi darah atau luka
terbuka yang menyebabkan HIV dapat masuk ke peredaran darah dan melalui plasenta dari ibu
ke anak (maternal). Akan sangat penting untuk mengetahui prevetif) memang tindakan yang
paling benar dari pada menyembuhkan (kuratif) maupun promotif. AIDS tidak akan menular
hanya dengan bersentuhan tangan atau berpelukan, namun bisa saja penularan terjadi karena
infeksi oportunistik yang dialami oleh ODHA.

Tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari infeksi HIV adalah:

1. Mempraktekan seks yang aman.


2. Penggunaan kondom saat seks.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan.
4. Skrining pada darah yang akan ditransfusi.
5. Skrining HIV pada orang-orang yang beresiko (seperti pekerja seks komersial/PSK,
orang yang suka berganti-ganti pasangan atau pada pengguna narkoba).
6. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesadaran dan pencegahan AIDS.

Penegakkan diagnosis untuk mendeteksi AIDS bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
memeriksa antibodi terhadap HIV dan atau pemeriksaan CD4+ (cluster of differentiation 4+),
yaitu glikoprotein yang diekspresikan pada sel T-helper, monosit, makrofag dan sel dendritik
atau secara global bisa diartikan sebagai bagian dari sel darah putih yang berperan dalam sistem
imun tubuh. Pemeriksaan ini tentu saja tidak langsung dilakukan, karena umumnya ODHA
mengalami berbagai komplikasi penyakit, yang membuat kebingungan para dokter. Bila positif,
hal pertama yang harus dilakukan keluarga terdekat adalah melakukan pengecekan darah pada
anak ODHA (terutama bila anak tsb masih berumur 1-10 tahun) serta suami ODHA.

Infeksi HIV ini terjadi pada beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap akut

 Tahap ini terjadi pada beberapa minggu setelah infeksi HIV.

7
 Hal yang terjadi pada tahap ini adalah demam yang terjadi secara akut, sakit kepala,
lemas (malaise), limfanodenopati (pembesaran kelenjar getah bening), radang
tenggorokan dan kemerahan pada kulit.
 Kemudian gejala berkurang dan menghilang dalam beberapa minggu, kemudian
penderita menjadi asimptomatik (tidak mengalami gejala).

2. Tahap Asimptomatik (Tanpa Gejala)

 Terjadi beberapa minggu setelah terjadinya infeksi akut.


 Berlangsung selama periode waktu tertentu (biasanya 5-10 tahun) di mana tidak adanya
gejala, namun terjadi destruksi persisten terhadap CD4+ yang mengakibatkan makin
melemahnya sistem imun.

3. Tahap Simptomatik

 Terjadi saat kadar CD4+ telah menurun secara drastis.


 Tahap ini ditandai dengan munculnya infeksi opportunistik, yang terjadi karena telah
menurunnya sistem imun. Infeksi oportunistik yang biasanya terjadi meliputi: pneumonia
pneumocystis (infeksi pada paru-paru), kandidiasis (infeksi pada rongga mulut), infeksi
ini merupakan infeksi yang sering pada ODHA. Infeksi lainnya adalah toksoplasma,
TBC, infeksi Cryptococcal (pada otak), Cytomegalovirus (herpes)
 Tahapan ini dibagi lagi menjadi beberapa tahap sesuai dengan jumlah CD4+.
 Kanker juga dapat terjadi pada tahap ini, biasanya menyerang kulit, nodus limpa dan
rongga perut.
 Pada tahap infeksi HIV yang telah parah, dapat terjadi manifestasi pada syaraf, seperti
dementia (pikun), gangguan psikologis dan kehilangan kontrol pada fungsi motorik
(pergerakan).

ODHA masih tetap dapat hidup normal, asalkan infeksi opportunistik tersebut
disembuhkan dan ODHA mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan secara teratur, untuk
menghindari resistensi. Walaupun butuh pengobatan seumur hidup, obat untuk AIDS ini
merupakan obat program, yakni obat yang diberikan gratis oleh pemerintah. Obat-obat

8
HIV/AIDS adalah obat anti virus, yang dibagi menjadi golongan protease inhibitor, non-
nukleosida reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) dan nukleosida reverse transcriptase
(NRTI) dan biasanya telah disusun menjadi fixed combination. Contohnya adalah
Lamivudin/Zidovudin, FDC (Lamivudin, stavudin dan nevirapin), DDI (Didanosine), LPV-RTV
(lopinavir/ritonavir), D4T (Staviral, Stavudine)3TC (Hiviral, Lamivudin), NVP (Nevirapin),
EFV (Efavirenz), ZDV (Reviral), dan lain lain.

Terutama untuk keluarga ODHA harus mendapatkan edukasi mengenai HIV/AIDS, agar
keluarga tidak takut akan tertular oleh ODHA. Keluarga merupakan sumber kekuatan bagi
ODHA, maka jangan menghindari ODHA, karena ODHA tidak berbahaya jika kita tahu cara
menanganinya (Asdie Ahmad, 2014)

Anda mungkin juga menyukai