Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
7. Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Propinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat Nomor.
56); dan
8. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 11 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun …
Nomor … Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima
Nomor …).
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
2
6. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.
7. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan social ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
8. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
9. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
10. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
11. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
12. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam
rencana rinci tata ruang.
13. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus
yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau
persil.
14. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi
penataan ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis
kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
15. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten.
16. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat
RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan serta memuat materi pokok
ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana, pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografi beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
18. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah
bagian dari kabupaten dan/atau kawasan strategis kabupaten yang
akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai
3
arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten yang
bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona
peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan Ruang.
19. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri
dari beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama dengan
Subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Penataan
Ruang.
20. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayaan sosial, dan kegiatan ekonomi.
21. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan.
22. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
23. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
24. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
25. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,
baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni.
26. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang
layak, sehat, aman, dan nyaman.
27. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang
lain.
28. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh
batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan,
saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau
yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan
prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana perkotaan, dan
memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
29. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan
perbedaan Subzona.
30. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik
spesifik.
4
31. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
32. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh dasar bangunan
gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
33. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di
luar bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertamanan/
penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
34. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya dingkat KLB adalah
angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan
gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
35. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas
terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak
bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap
lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa
bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi
listrik, jaringan pipa gas, dan lain sebagainya (building line).
36. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yng penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
37. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah
ruang terbuka dibagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam
kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan
air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi
tanaman atau berpori.
38. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat
SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat
penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik
dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 278
kV.
39. Saluran udara tegangan tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah
tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang
digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dan pusat pembangkit ke
pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV sampai dengan 278 kV.
5
Bagian Kedua
Bagian Wilayah Perkotaan
Pasal 2
Bagian Ketiga
Jangka Waktu
Pasal 3
6
pemekaran wilayah yang ditetapkan melalui peraturan perundang-
undangan.
BAB II
TUJUAN PENATAAN BWP
Pasal 4
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Bagian Kesatu
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Pasal 6
7
Bagian Kedua
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
8
(3) Jaringan jalan lokal sekunder sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. peningkatan jaringan jalan eksisting sepanjang 11,46 (sebelas koma
empat puluh enam) kilo meter di blok B-1, B-3, S-1, S-2, S-3, T-2, T-
3, U-3; dan
b. pembangunan jaringan jalan baru sepanjang 7,18 (tujuh koma
delapan belas) kilo meter di blok B-3, S-1, S-2, S-3, T-2, U-1, U-3, U-
4.
Pasal 11
Pasal 12
9
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Prasana
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
Paragraf 2
Rencana Penembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 14
Paragraf 3
Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Pasal 15
10
(1) Pengembangan infrastruktur dasar telekomunkasi berupa penetapan
pusat automatisasi sambungan telepon;
(2) Penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel secara hirarkris,
meliputi:
a. Jaringan Primer sepanjang 22,91 KM di blok B-1, B-3, S-1, S-2, S-
3, T2, T3, U-1, U-2, U-3, U-4;
b. Jaringan Sekunder sepanjang 19,91 KM di blok B-1, B-2, B-3, S-1,
S-2, S-3, T2, T3, U-1, U-2, U-4;
c. Jaringan Tersier sepanjang 50,58 KM di blok B-1, B-3, S-1, S-2, S-
3, T2, T3, U-1, U-2, U-3, U-4.
(3) Penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel berupa
penetapan menara telekomunikasi/menara BTS berupa pemakaian
menara telekomunikasi bersama antar berbagai operator telepon
genggam yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
(4) Pengembangan sistem televisi kabel;
(5) Penyediaan jaringan serat optik secara terpadu dengan jaringan
infrastruktur lainnya; dan
(6) Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.
Paragraf 4
Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Pasal 16
11
Paragraf 5
Rencana Pengembangan Jaringan Drainese
Pasal 17
Paragraf 6
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Pasal 18
12
Paragraf 7
Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
Pasal 19
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
13
Bagian Kedua
Zona Lindung
Pasal 21
Paragraf 1
Zona Perlindunga Setempat
Pasal 22
Paragraf 2
Zona RTH Kota
Pasal 23
(1) Zona RTH Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, terdiri
atas:
a. Subzona hutan kota;
b. Subzona taman kecamatan;
c. Subzona taman kelurahan/ desa;
d. Subzona taman RW; dan
e. Subzona pemakaman.
(2) Target zona RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 20 %
dari luas kawasan efektif perkotaan untuk RTH Publik atau seluas
kurang lebih 411,64 (empat ratus sebelas koma enam puluh empat)
hektar dan 10 % untuk RTH Privat atau seluas 205,82 (dua ratus lima
koma delapan puluh dua) hektar di semua blok.
(3) Subzona hutan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdapat seluas 157,37 (seratus lima puluh tujuh koma tiga puluh
tujuh) hektar di blok B-1, B-2, B-3, S-1, S-2, S-3, T-2, T-3, U-2, U-3,
dan U-4;
(4) Subzona taman kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat seluas 1,24 (satu koma dua puluh empat) hektar di blok U-4;
(5) Subzona taman kelurahan/ desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdapat seluas 1,90 (satu koma sembilan puluh) hektar di blok
S-1, S-3, dan T-2;
(6) Subzona taman RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdapat seluas 2,42 (dua koma empat puluh dua) hektar di blok B-1, S-
1, S-3, dan T-3; dan
14
(7) Subzona pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
terdapat seluas 5,26 (lima koma dua puluh enam) hektar di blok B-1, S-
1, S-2, S-3, T-2, U-3.
Bagian Ketiga
Zona Budi Daya
Paragraf 1
Umum
Pasal 24
Zona budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. zona perumahan;
b. zona perdagangan dan jasa;
c. zona perkantoran;
d. zona sarana pelayanan umum
e. zona industri;
f. zona lainnya; dan
g. zona campuran.
Paragraf 2
Zona Perumahan
Pasal 25
15
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 26
Paragraf 3
Zona Perkantoran
Pasal 27
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 28
Paragraf 5
Zona Industri Kecil dan Menengah
Pasal 29
16
Paragraf 6
Zona Lainnya
Pasal 30
Paragraf 7
Zona Campuran
Pasal 31
BAB V
PENETAPAN SUB BWP YANG DI PRIORITASKAN PENANGANANNYA
Pasal 32
17
(5) Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan dasar
penyusunan RTBL yang akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati yang
dikeluarkan paling lama 24 bulan sejak ditetapkannya Peraturan
Daerah Rencana Detail Tata Ruang ini.
BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
18
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
(1) Peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruan di bawah
tanah;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. Acuan dalam inventasi.
(2) Peraturan zonasi terdiri atas;
a. Materi wajib; dan
b. Materi pilihan.
(3) Materi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
19
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan prasarana dan sarana minimal; dan
e. Ketentuan pelaksanaan.
(4) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Ketentuan tambahan; dan
b. Ketentuan khusus
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 43
Pasal 44
20
b. Diizinkan untuk kegiatan infrastruktur strategis atau mendukung
kepantingan orang banyak berupa pertahanan keamanan,
bandara, pelabuhan/ dermaga, pengambilan air tanah, TPS, TPST,
instalasi pengolahan air limbah, BTS, instalasi pengolahan air
baku, pembangkit listrik;
c. Diizinkan sarana ibadah secara terbatas sebagai sarana penunjang
kegiatan yang diizinkan dan bersyarat konstruksi bangunan tidak
berdinding;
d. Diizinkan terbatas untuk jenis tambang yang bernilai ekonomis
tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat; dan
e. Diizinkan TPS secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan
prasarana dasar kegiatan yang diizinkan.
(2) Zona Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota (RTH-1) berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Diizinkan kegiatan secara terbatas dengan proporsi ruang sesuai
ketentuan berlaku untuk mendukung RTH yang memiliki fungsi
sosial atau tempat berinteraksinya masyarakat berupa pedagang
kaki lima, kolam pemancingan, hiburan keluarga, sarana ibadah,
RTNH, wisata, TPS ; dan
b. Diizinkan untuk kegiatan kepentingan orang banyak yang tidak
dapat dihindari dan tidak ada alternatif lokasi lain berupa
pengambilan air tanah, BTS, instalasi pengolahan air baku,
pembangkit listrik.
(3) Zona Ruang Terbuka Hijau Taman (RTH) berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Diizinkan kegiatan secara terbatas dengan proporsi ruang sesuai
ketentuan berlaku untuk mendukung RTH yang memiliki fungsi
sosial atau tempat berinteraksinya masyarakat berupa pedagang
kaki lima, kolam pemancingan, sarana ibadah, lapangan olah raga,
RTNH, pengambilan air tanah, TPS, instalasi pengolahan air
limbah, instalasi pengolahan air baku, pembangkit listrik; dan
b. Diizinkan untuk kegiatan yang masih sesuai berupa RTH.
21
a. Sesuai dengan jenis zona perumahan, diizinkan semua jenis
perumahan termasuk sarana pendukung skala lingkungan
perumahan;
b. Diizinkan secara terbatas untuk kegiatan pendukung perumahan,
berupa warung terbatas jenis dagangan yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan penduduk perumahan sehari- hari, sarana
ibadah terbatas sesuai kebutuhan penduduk setempat;
c. Diizinkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan,
memberi kemudahan berusaha, memberi kesempatan berusaha
masyarakat yang seluas- luasnya terutama masyarakat golongan
ekonomi lemah, meliputi: toko, PKL/ sektor informal, restoran/
rumah makan, jasa lainnya, kantor swasta, bumi perkemahan,
kolam pemancingan, ruko, rukan dengan ketentuan:
1. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan;
2. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat; dan
4. Menyediakan tempat parkir kendaraan.
d. Diizinkan toko modern secara terbatas pada koridor jalan dengan
ROW minimum setingkat lokal sekunder yang menerus sampai
jalan utama perkotaan, mendapat izin dari warga setempat,
menyediakan ruang parkir dan jarak minimum antar toko modern
2.500 meter;
e. Diizinkan showroom, gudang, pool bus, teater, tempat pelelangan
ikan, rumah potong hewan, wisata, kantor pemerintah tingkat
kabupaten atau lebih tinggi secara terbatas pada koridor jalan
dengan ROW minimum setingkat kolektor sekunder yang menerus
sampai jalan utama perkotaan, mendapat izin dari warga setempat,
dan menyediakan ruang parkir;
f. Diizinkan bersyarat mampu menyediakan infrastruktur memadai
dan terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan, mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat atau infrastruktur
strategis yang dibutuhkan banyak orang berupa: pertahanan
keamanan, rumah sakit, perguruan tinggi, stadion/ gelanggang
olah raga, superblok, pelabuhan/ dermaga, terminal, TPST,
instalasi pengolahan air limbah, BTS, instalasi pengolahan air
baku, pembangkit listrik, musium, penampungan sementara
korban bencana alam;
g. Diizinkan kegiatan non perumahan yang diperkirakan dampak
masih bisa ditoleransi terhadap kegiatan perumahan, berupa
kantor pemerintah tingkat kecamatan atau lebih rendah, kantor
pos, SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/
Diklat, Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik, Laboratorium
Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba Guna/ Balai
Pertemuan/ Pameran, dengan ketentuan:
22
1. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan;
2. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat; dan
4. Menyediakan tempat parkir kendaraan.
h. Diizinkan kegiatan yang perlu didorong hampir di setiap zona
berupa RTH, RTNH, gedung/ lapangan parkir;
i. Diizinkan kegiatan dengan intensitas kegiatan lebih rendah dari
perumahan secara terbatas untuk kegiatan sampingan penduduk
setempat berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
perkebunan, kolam perikanan;
j. Diizinkan kegiatan pertambangan dengan ketentuan:
1. Terbatas jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan.
3. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar
4. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat
5. Menyediakan tempat parkir kendaraan
k. Diizinkan kegiatan skala pelayanan lingkungan, meliputi TK/
sederajat, SD/ sederajat, posyandu, praktek dokter, bidan;
l. Tidak diizinkan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi berupa TK/ sederajat, SD/
sederajat; dan
m. Diizinkan bersyarat berupa kegiatan industri kecil menengah,
kandang ternak, lapangan penggembalaan, yaitu mampu mengelola
dampak berat bagi masyarakat setempat, lingkungan alami,
mendapat izin dari warga setempat.
23
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan;
2. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat; dan
4. Menyediakan tempat parkir kendaraan.
d. Diizinkan toko modern secara terbatas pada koridor jalan dengan
ROW minimum setingkat lokal sekunder yang menerus sampai
jalan utama perkotaan, mendapat izin dari warga setempat,
menyediakan ruang parkir dan jarak minimum antar toko modern
2.500 meter;
e. Diizinkan showroom, gudang, pool bus, teater, tempat pelelangan
ikan, rumah potong hewan, wisata, kantor pemerintah tingkat
kabupaten atau lebih tinggi secara terbatas pada koridor jalan
dengan ROW minimum setingkat kolektor sekunder yang menerus
sampai jalan utama perkotaan, mendapat izin dari warga setempat,
dan menyediakan ruang parkir;
f. Diizinkan bersyarat mampu menyediakan infrastruktur memadai
dan terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan, mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat atau infrastruktur
strategis yang dibutuhkan banyak orang berupa: pertahanan
keamanan, rumah sakit, perguruan tinggi, stadion/ gelanggang
olah raga, superblok, pelabuhan/ dermaga, terminal, TPST,
instalasi pengolahan air limbah, BTS, instalasi pengolahan air
baku, pembangkit listrik, musium, penampungan sementara
korban bencana alam;
g. Diizinkan kegiatan non perumahan yang diperkirakan dampak
masih bisa ditoleransi terhadap kegiatan perumahan, berupa
kantor pemerintah tingkat kecamatan atau lebih rendah, kantor
pos, SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/
Diklat, Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik, Laboratorium
Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba Guna/ Balai
Pertemuan/ Pameran, dengan ketentuan:
1. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan;
2. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat; dan
4. Menyediakan tempat parkir kendaraan.
h. Diizinkan kegiatan yang perlu didorong hampir di setiap zona
berupa RTH, RTNH, gedung/ lapangan parkir;
i. Diizinkan kegiatan dengan intensitas kegiatan lebih rendah dari
perumahan secara terbatas untuk kegiatan sampingan penduduk
setempat berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
perkebunan, kolam perikanan;
j. Diizinkan kegiatan pertambangan dengan ketentuan:
24
1. Terbatas jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan.
3. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar
4. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat
5. Menyediakan tempat parkir kendaraan
k. Diizinkan kegiatan skala pelayanan lingkungan, meliputi TK/
sederajat, SD/ sederajat, posyandu, praktek dokter, bidan;
l. Tidak diizinkan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi berupa TK/ sederajat, SD/
sederajat; dan
m. Diizinkan bersyarat berupa kegiatan industri kecil menengah,
kandang ternak, lapangan penggembalaan, yaitu mampu mengelola
dampak berat bagi masyarakat setempat, lingkungan alami,
mendapat izin dari warga setempat.
25
dengan ROW minimum setingkat kolektor sekunder yang menerus
sampai jalan utama perkotaan, mendapat izin dari warga setempat,
dan menyediakan ruang parkir;
f. Diizinkan bersyarat mampu menyediakan infrastruktur memadai
dan terintegrasi dalam struktur perkotaan secara utuh bagi
kegiatan besar yang dapat meningkatkan pelayanan, mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan/ masyarakat atau infrastruktur
strategis yang dibutuhkan banyak orang berupa: pertahanan
keamanan, rumah sakit, perguruan tinggi, stadion/ gelanggang
olah raga, superblok, pelabuhan/ dermaga, terminal, TPST,
instalasi pengolahan air limbah, BTS, instalasi pengolahan air
baku, pembangkit listrik, musium, penampungan sementara
korban bencana alam;
g. Diizinkan kegiatan non perumahan yang diperkirakan dampak
masih bisa ditoleransi terhadap kegiatan perumahan, berupa
kantor pemerintah tingkat kecamatan atau lebih rendah, kantor
pos, SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat, Sekolah Khusus/ Kursus/
Diklat, Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes/ Poskesdes/
Balai Pengobatan/ Klinik, Rumah Bersalin, Apotik, Laboratorium
Kesehatan, Gedung Olah Raga, Gedung Serba Guna/ Balai
Pertemuan/ Pameran, dengan ketentuan:
1. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan;
2. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat; dan
4. Menyediakan tempat parkir kendaraan.
h. Diizinkan kegiatan yang perlu didorong hampir di setiap zona
berupa RTH, RTNH, gedung/ lapangan parkir;
i. Diizinkan kegiatan dengan intensitas kegiatan lebih rendah dari
perumahan secara terbatas untuk kegiatan sampingan penduduk
setempat berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,
perkebunan, kolam perikanan;
j. Diizinkan kegiatan pertambangan dengan ketentuan:
1. Terbatas jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan.
3. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar
4. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat
5. Menyediakan tempat parkir kendaraan
k. Diizinkan kegiatan skala pelayanan lingkungan, meliputi TK/
sederajat, SD/ sederajat, posyandu, praktek dokter, bidan;
l. Tidak diizinkan pada koridor jalan utama perkotaan yang dilalui
kendaraan dengan intensitas tinggi berupa TK/ sederajat, SD/
sederajat; dan
26
m. Diizinkan bersyarat berupa kegiatan industri kecil menengah,
kandang ternak, lapangan penggembalaan, yaitu mampu mengelola
dampak berat bagi masyarakat setempat, lingkungan alami,
mendapat izin dari warga setempat.
(8) zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP (K-2) berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Sesuai dengan jenis zona perdagangan dan jasa, diizinkan semua
jenis kegiatan perdagangan dan jasa, kecuali skala regional.
b. Untuk memberi kesempatan berusaha masyarakat golongan
ekonomi lemah diizinkan pedagang kaki lima dengan syarat diatur
secara tertata dan tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan setempat.
c. Untuk optimalisasi pemfaatan zona dalam jangka pendek diizinkan
secara terbatas kegiatan dengan intensitas kegiatan lebih rendah
dari perdagangan dan jasa berupa perumahan yang dibangun
secara individual.
d. Sesuai dengan kestrategisan lokasi diizinkan kegiatan sarana
pelayanan umum yang bersifat perdagangan.
e. Diizinkan terbatas sesuai kebutuhan zona berupa berupa sarana
ibadah, TPS
f. Diizinkan kegiatan yang perlu didorong di setiap zona berupa RTH,
RTNH, gedung/ lapangan parkir
g. Diizinkan kegiatan dengan intensitas kegiatan lebih rendah dari
perdagangan dan jasa secara terbatas untuk kegiatan sampingan
penduduk setempat berupa pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering, perkebunan, kolam perikanan.
h. Diizinkan kegiatan yang bersifat komersial, berupa wisata, tempat
pelelangan ikan, rumah potong hewan
i. Diizinkan penggunaan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan meliputi: instalasi energi,
telekomunikasi, instalasi air bersih, instalasi air limbah.
27
telekomunikasi, instalasi air bersih, instalasi air limbah.
(12) Zona pertanian lahan basah (PL-1) berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Diizinkan untuk kegiatan pertanian lahan basah;
b. Diizinkan terbatas pendukung berupa gudang, sarana ibadah, TPS
c. Diizinkan penggunaan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan
strategis yang tidak dapat dielakkan meliputi: instalasi energi,
telekomunikasi, sarana transportasi, instalasi air bersih, instalasi
air limbah, pertahanan dan keamanan, prasarana penunjang
keselamatan umum, dan penampungan sementara korban bencana
alam.
d. Diizinkan kegiatan pertambangan dengan ketentuan:
1. Terbatas jenis tambang yang bernilai ekonomis tinggi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Terbatas pada koridor jalan dengan ROW minimum setingkat
lokal sekunder yang menerus sampai jalan utama perkotaan.
3. Mendapatkan izin dari warga setempat melalui Ketua RT, Ketua
RW setempat, tetangga sekitar
28
4. Tidak mengganggu lingkungan sekitar yang dapat menimbulkan
dampak besar bagi warga setempat
5. Menyediakan tempat parkir kendaraan
29
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 45
30
k. Zona perkantoran pemerintah berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 50%, KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai
maksimum sebesar 4 lantai, KLB maksimum sebesar 2,0.
l. Zona sentra industri kecil menengah berlaku ketentuan KDB
maksimum sebesar 50%, KDH minimum sebesar 40%, jumlah
lantai maksimum sebesar 4 lantai, KLB maksimum sebesar 2,0.
m. Zona SPU sarana transportasi berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 70%, KDH minimum sebesar 16%, jumlah lantai
maksimum sebesar 4 lantai, KLB maksimum sebesar 2,8.
n. Zona SPU Lapangan Olah Raga berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 20%, KDH minimum sebesar 76 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,2.
o. Zona SPU lainnya berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 50%,
KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai maksimum sebesar 4
lantai, KLB maksimum sebesar 2,0.
p. Zona pertanian lahan basah berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 10%, KDH minimum sebesar 88 %, jumlah lantai
maksimum sebesar 1 lantai, KLB maksimum sebesar 0,1.
q. Zona pertahanan keamanan berlaku ketentuan KDB maksimum
sebesar 50%, KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai
maksimum sebesar 5 lantai, KLB maksimum sebesar 2,5.
r. Zona pariwisata berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 50%,
KDH minimum sebesar 40%, jumlah lantai maksimum sebesar 5
lantai, KLB maksimum sebesar 2,5.
s. Kegiatan campuran perumahan dan perdagangan/ jasa berlaku
ketentuan KDB maksimum sebesar 60%, KDH minimum sebesar
52 %, jumlah lantai maksimum sebesar 5 lantai, KLB maksimum
sebesar 3,0.
t. Kegiatan RTNH berlaku ketentuan KDB maksimum sebesar 80%,
KDH minimum sebesar 4%, jumlah lantai maksimum sebesar 1
lantai, KLB maksimum sebesar 0,8.
(4) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) untuk RTH dan kegiatan RNTH berlaku untuk semua kegiatan
RTH dan RTNH di semua zona.
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Masa Bangunan
Pasal 46
(1) Ketentuan tentang tata masa bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (3) huruf c merupakan ketentuan yang mengatur
perletakan bangunan pada suatu persil/tapak pada suatu zona
tertentu;
(2) Ketentuan tentang tata masa bangunan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur berdasarkan parameter Garis Sempadan Bangunan
(GSB), yaitu:
a. Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8 m, GSB minimum = ½ rumija
b. Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½ rumija + 1
31
c. Bangunan di sepanjang bantaran sungai, mempunyai arah
orientasi muka bangunan ke arah sungai dimana orientasinya
tidak langsung ke sungai tetapi orientasi ini sebelumnya di
rencanakan jalur jalan maupun jalur hijau di tiap sisi kiri-
kanannya sebagai pemanfaatan ruang sempadan sungai.
d. Bangunan sudut pertemuan antara sungai dan jalan mempunyai
dua (2) arah orientasi, yaitu ke arah jalan dan sungai.
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Pasal 47
(1) Ketentuan tentang prasarana minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (3) huruf d merupakan prasarana minimum yang harus
disediakan oleh setiap persil yang menempati suatu jenis zona tertentu
untuk membentuk prasarana dasar zona;
(2) Ketentuan tentang prasarana minimum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) terdiri atas:
a. Penyediaan RTH;
b. Penyediaan Tempat Pemakaman Umum;
c. Parkir;
d. Pengendali Banjir;
e. Pejalan Kaki;
f. Bongkar Muat Barang;
g. Jaringan Jalan; dan
h. Sarana Prasarana.
(3) Ketentuan penyediaan RTH sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
meliputi:
a. Setiap pembangunan kawasan wajib menyediakan RTH minimal
sebesar 20% (dua puluh persen) dari luas lahan yang dimohon.
b. Pembangunan kawasan wajib menyediakan RTH jalan pada jalan
utama.
c. Setiap 100 m² Kavling, diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi
dan rindang
(4) Ketentuan penyediaan Penyediaan Tempat Pemakaman Umum`
sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:
a. Pembangunan rumah komunal harus menyediakan lahan Tempat
Pemakaman Umum sebesar 2% (dua persen) dari luas lahan
sesuai rencana perumahan horizontal dan vertikal pada rencana
tapak yang disetujui;
b. Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara dan mekanisme
penyediaan TPU diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(5) Ketentuan penyediaan Penyediaan Tempat Parkir sebaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, meliputi:
a. Pembangunan kawasan secara komunal dan bangunan baru wajib
melaksanakan sistem parkir off steet atau menyediakan kantung
parkir bersama, kecuali rumah tinggal deret dan kopel.
32
b. Kegiatan non perumahan (bangunan baru) pada jalan utama
perumahan dan jalan utama kota wajib menyediakan ruang parkir
privat.
c. Pada peruntukan tanah tuang terbuka tidak diwajibkan
menyediakan parkir kecuali pada penggunaan rekreasi dan tempat
pemakaman.
d. Penyediaan parkir tidak boleh mengurangi daerah-daerah
penghijauan, dan harus memperhatikan kelancaran sirkulasi
keluar masuk kendaraan dan pejalan kaki, keamanan,
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan.
e. Penentuan parkir di dalam daerah milik jalan (on-street)
ditentukan dengan keputusan Bupati.
(6) Ketentuan Pengendali Banjir sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d, meliputi:
a. Pembangunan kawasan/ zona wajib melaksanakan zero run off.
b. Setiap bangunan diharuskan dilengkapi dengan sumur resapan
dan biopori, kecuali daerah tertentu, yaitu daerah yang muka air
tanah tinggi (diukur sekurang-kurangnya 3 m dari permukaan
tanah). Untuk daerah yang tinggi muka air tanahnya kurang dari 3
m atau permeabilitas tanahnya kurang dari 2 cm/jam, atau
persyaratan jaraknya tidak memenuhi syarat, maka air hujan
langsung dialirkan ke sistem penampungan air hujan terpusat
seperti tandon air, dsb, melalui sistem drainase lingkungan/kota.
c. Pengembangan kegiatan dalam skala besar wajib menyediakan
kolam retensi untuk menampung run off.
d. Saluran drainase tertutup dikembangkan di kavling-kavling yang
berada di zona-zona dimana banyak terdapat pejalan kaki seperti
di zona perdagangan, zona pendidikan, zona perkantoran, dan
lain- lain. Tujuan penggunaan sistem drainase saluran tertutup
adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan terperosoknya
pengguna jalan khususnya pejalan kaki ke saluran drainase.
Untuk mempermudah pemeliharaan, beton penutup (slab) dibuat
movable (mudah diangkat), dan di beberapa bagian dibangun bak
kontrol.
e. Saluran drainase terbuka dapat dikembangkan di kavling-kavling
di daerah-daerah dengan tingkat kepadatan bangunan rendah dan
aliran air permukaan cukup tinggi. Seperti di zona permukiman,
zona wisata alam, dan zona tidak terbangun lainnya.
(7) Ketentuan Pejalan Kaki sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e,
meliputi:
a. Wajib menyediakan ruang pejalan kaki pada jalan utama kawasan
dan jalan utama kota (khususnya bagi kawasan baru)
b. Ukuran dan bentuk trotoar harus dapat digunakan oleh seluruh
masyarakat baik masyarakat pejalan dan sebaiknya
menggakomodir pengguna kursi roda/ orang cacat.
(8) Ketentuan Bongkar Muat Barang sebaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf f, yaitu tidak diperkenankan melakukan bongkar muat barang di
Rumija/ diwajibkan menyediakan ruang bongkar muat yang memadai.
33
(9) Ketentuan Jaringan jalan sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f,
meliputi:
a. Lebar Badan Jalan lingkungan perumahan minimum 6,0 meter
b. Lebar Badan Jalan Lingkungan utama perumahan minimum 6,5
meter.
c. Pada jalan yang dilalui kendaraaan besar menyediakan area
putaran untuk kendaraan besar
d. Pada jalan utama perkotaan diupayakan menyediakan jalur
lambat sebelum masuk ke dalam kavling
e. Pada jalan utama perkotaan diupayakan menyediakan area untuk
pemberhentian sementara angkutan umum (teluk jalan/ busbay)
(10) Ketentuan Sarana Prasarana sebaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
f, meliputi:
a. Pengembangan perumahan komunal menyediakan sarana
prasarana 40 % (termasuk RTH dan pemakaman) atau lahan yang
dapat dibangun untuk hunian maksimal 60%.
b. Pengembangan perumahan komunal menyediakan fasilitas
lingkungan untuk setiap blok yang memiliki 250 rumah, yaitu
miinimum berupa Lapangan Olah Raga terbuka untuk pelayanan
setingkat RW, Fasilitas kesehatan berupa Pos Yandu dan Balai
Pengobatan, Fasilitas pendidikan berupa TK.
c. Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis sampahnya
(organik dan non organik) dan meupayakan mampu menyediakan
TPS-3R.
d. Setiap bangunan harus menggunakan pengalahan air limbah
rumah tangga yang ramah lingkungan, yaitu mengolah air limbah
dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) individual kemudian
mengalirkan/menampung air limbah ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) Terpadu dalam kawasan;
e. Ketersediaan menjadi salah satu syarat untuk pengembangan
zona/ kegiatan baru.
Bagian Keenam
Ketentuan Pelaksanaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 48
(1) Ketentuan tentang pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (3) huruf e merupakan ketentuan mengenai pelaksanaan
aturan zonasi pada pemanfaatan ruang;
(2) Ketentuan tentang pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri atas:
a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b. ketetuan perubahan pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan Insentif dan Disinsentif
d. Penggunaan lahan yang tidak sesuai
34
Paragraf 2
Ketentuan Variansi Pemanfaatan Ruang
Pasal 49
(1) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
pasal 48 ayat (2) huruf a, terdiri atas:
a. minor variance dan non conforming dimension,
b. interim development; dan
c. interim/temporary use.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang dalam bentuk minor variance
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah izin untuk bebas
dari aturan standar sebagai upaya untuk menghilangkan kesulitan
yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas, bentuk persil);
(3) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang dalam bentuk non conforming
dimension sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah
kelonggaran atau pengurangan ukuran dari yang ditetapkan dalam
peraturan atau standar.
(4) Ketentuan interim development sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah izin pembangunan yang diberikan untuk
melaksanakan pembangunan antara sebagai bagian/tahapan dari
pembangunan secara keseluruhan.
(5) Ketentuan Interim/temporary use sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c adalah izin penggunaan lahan sementara yang diberikan
untuk jangka waktu tertentu sebelum pemanfaatan ruang final
direalisasikan.
Paragraf 3
Ketentuan Perubahan Pemanfaatan Ruang
Pasal 50
(1) Ketentuan perubahan pemanaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
pasal 48 ayat (2) huruf b adalah pemanfaatan ruang yang berbeda dari
pemanfaatan ruang dan peraturannya yang ditetapkan dalam
peraturan zonasi dan peta zonasi.
(2) Perubahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk mengakomodasi fleksibilitas pemanfaatan ruang
sehingga membuka peluang yang lebih besar bagi pihak swasta dalam
berpartisipasi dalam pembangunan, secara seimbang dengan tetap
berorientasi pada usaha melindungi kelestarian lingkungan,
kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang bisa terjadi di zona lindung
maupun zona budidaya. Ketentuan perubahan pemanfaatan ruang di
zona lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi:
a. Izin Perubahan Pemanfaatan Ruang Bersyarat, yaitu Izin ini
adalah izin perubahan pemanfaatan ruang yang disertai dengan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku
kegiatan.
b. Izin Perubahan Pemanfaatan Ruang Tanpa Syarat, yaitu izin
perubahan pemanfaatan ruang yang tidak disertai dengan
35
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku
kegiatan. Jangka waktu izin perubahan pemanfaatan ruang bisa
bersifat sementara ataupun bersifat tetap.
c. Izin Perubahan Sementara, yaitu dilakukan dengan
mempertimbangkan perkembangan kota sepanjang merupakan
perubahan kecil dan sesuai dengan matriks perubahan
pemanfaatan ruang. Perubahan ini dilakukan dengan jangka
waktu maksimal 5 tahun.
d. Izin Perubahan Tetap, yaitu dilakukan dengan ketetapan bupati
dan melalui prosedur peninjauan rencana tata ruang kota sesuai
dengan mandat yang diberikan dalam peraturan daerah tentang
RDTR dan peraturan zonasi.
Paragraf 4
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 51
(1) Ketentuan tentang Insentif dan Disinsentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (2) huruf c adalah aturan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam melerstarikan pembangunan atau juga
merupakan upaya atau bentuk keringanan/ imbalan terhadap
pengguna pembangunan apabila mereka berupaya untuk melestarikan
pembangunan. Sedangkan aturan disinsentif adalah aturan sebagai
upaya untuk mencegah, membatasi dan mengurangi terjadinya
perubahan atas pembangunan yang telah direncanakan.
(2) Bentuk aturan insentif, yaitu :
a. Penggantian nilai lahan yang memadai
b. Kemudahan izin
c. Penghargaan
d. Keringanan pajak
e. Kompensasi
f. Bantuan Pengelolaan
g. Subsidi prasarana
h. Bonus/insentif
i. Pengalihan Hak Membangun
(3) Bentuk aturan disinsentif, yaitu :
a. Perpanjang prosedur
b. Pengetatan / penambahan persyaratan
c. Retribusi tinggi
d. Denda
e. Pembatasan prasarana
(4) Perincian lebih lanjut mengenai ketentuan insentif dan dis-insentif
diatur dalam peraturan bupati.
36
Paragraf 5
Penggunaan Lahan Yang Tidak Sesuai
Pasal 52
Ketentuan tentang Penggunaan Lahan yang Tidak Sesuai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf d, yaitu:
a. Pembangunan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun
sudah memiliki izin, akan dibatasi pengembangan perluasannya.
b. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai dan tidak memiliki izin
yang sah harus segera disesuaikan setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Ketentuan Tambahan
Pasal 53
(1) Ketentuan Tambahan sebagaimana dimaksud pada pasal 42 ayat (4)
huruf a adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan pada suatu
zona untuk melengkapi aturan dasar yang sudah ditetapkan.
(2) Zona dikenakan aturan tambahan, yaitu:
a. Zona Sempadan Sungai
b. Zona RTH
c. Zona Pertahanan dan Keamanan
(3) Ketentuan tambahan zona sempadan sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. diperkenankan kegiatan fisik buatan untuk perlindungan kawasan;
b. pelarangan membuang limbah secara langsung;
c. lahan milik negara dan merupakan lahan bebas diperuntukkan
bagi perluasan kawasan lindung;
d. semua kegiatan yang dibolehkan (I), Terbatas (T), Bersyarat (B)
berlaku ketentuan menerapkan konsep Green Building dan
bangunan penunjang rekreasi tidak diperkenankan dilengkapi
dinding.
(4) Ketentuan tambahan zona RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi:
a. diperbolehkan pendirian bangunan yang menunjang kegiatan
rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
b. tidak diperbolehkan pembangunan reklame dan sejenisnya di RTH.
(5) Ketentuan tambahan zona pertahanan keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. pembatasan kegiatan budidaya di sekitar kawasan pertahanan dan
keamanan; dan
b. diperkenankan penyediaan infrastruktur pendukung kawasan
pertahanan dan keamanan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
37
Bagian Kedelapan
Ketentuan Khsusus
Pasal 54
(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada pasal 42 ayat (4) huruf
b, berupa Ketentuan Kegiatan Non Hunian Pada Zona Perumahan.
(2) Ketentuan khsusus Kegiatan Non Hunian Pada Zona Perumahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. Kegiatan Toserba di batasi jarak dengan kegiatan sejenis dan
dengan pasar tradisional sekurang-kurangnya 2.500 meter ( dua
ribu lima ratus meter).
b. Kegiatan Non Hunian pada zona perumahan harus mendapatkan
persetujuan dari warga setempat, RT dan RW;
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 55
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 56
(1) Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, semua peraturan daerah
yang berkaitan dengan perwujudan RDTR ini yang telah ada tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti
berdasarkan peraturan daerah ini.
(2) Dengan berlakunya peraturan daerah ini, maka:
a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan peraturan daerah ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan, akan dibatasi pengembangannya.
c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
diterbitkan dan disesuiakan dengan Peraturan Daerah ini.
d. Pemanfaatan ruang yang sesuia dengan ketentuan Peraturan Daerah
ini, agar dipercepat unuk mendapatkan izin yang diperlukan.
38
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 57
Ditetapkan di …
Pada tanggal
BUPATI KABUPATEN BIMA,
………………………………..
Diundangkan di …
Pada Tanggal
………………………………………….
39
Datar Lampiran Raperda RDTR Kawasan Perkotaan Madapangga
40