Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Pengertian Body Mekanik


Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan
tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.

2.1.1  Prinsip Pergerakan Mekanik


Body mekanik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan digunakannya
tubuh dan bagian-bagianya secara effisien , aman dan terkoordinasi untuk memindahkan suatu
obyek dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Dalam hal ini difokuskan pada penggunaan body
mekanik oleh perawat pada saat mengatur posisi pasien diatas bed , memindahkan pasien
diantara bed,kursi roda dan brankat.
Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan,
seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan
klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan
tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat.
Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang
pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan
dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
     a.    Gravitasi
            Merupakan prinsip yang  pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan mekanika
tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi :
1) Pusat gravitasi (center of grafity), titik yang berada dipertengahan bulan.
2) Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imajiner vertikal melalui pusat gravitasi.
3) Dasar dari tumpuan (base of support), merupakan  dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat
untuk menopang/menahan tubuh.
b.   Keseimbangan
Keseimbangan  dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan
posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
    c.  Berat
 Dalam menggunakan mekanika tubuh, yang sangat diperhatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda tersebut akan mempengaruhi mekanika tubuh.

2.1.2 Pergerakan dasar dalam mekanika tubuh


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum
melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan, di
antaranya:
a.      Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh:
keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan lebih
mudah stabil disbandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi perpindahan
dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu berubah pada posisi
kaki.
b.      Menahan ( squatting ).
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi orang duduk
akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
c.       Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik, sodorkan
telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada
permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk, lalu dilakukan penarikan.

d.  Mengangkat ( lifting ).


Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari tumit,
paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah
tubuh bagian belakang.
e.  Memutar ( Pivoting ).
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh buruk
pada postur tubuh.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi


            Ambulasi (ambulation) adalah tindakan berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat
lain tanpa perangkat seperti tongkat atau kruk atau usaha seseorang untuk melakukan latihan
jalan atau berpindah tempat.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Mekanika Tubuh dan Ambulasi
         Status Kesehatan.
. Perubahari status kesehatan dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistcm saraf berupa
penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain.
         Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan
sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dari memudahkan
terjadinya penyakit. Sebagai contoh, tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah
mengalami fraktur.
         Emosi.
Kondisi psikologis sesearang dapat memudahkan perubahan perilaku yang dapat menurunkan
kemampuan mekanika tubuh dari ambulasi baik. Seseorang yang mengalami perasaan tidak
aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam
mekanika tubuh dan ambulasi.    
         Situasi dan Kebiasaan.
 Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda yang
berat.

         Gaya Hidup.
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara
sistem muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
         Pengetahuan.
kurang memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang berisiko
mengalami gangguan koordinasi sistem neurolobri dan muskuloskcletal. Pengetahuan yang baik
terhadap penggunaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya
dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pcngetahuan
yang buruk tentang penggunaan mekanika tubuh akan memperbanyak tenaga yang di keluarkan.
2.1.4 Konsekuensi kurangnya ambulasi
            Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energi secara
berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah
sebagai berikut  :
         Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam system
muskuloskletal.
Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang  salah dalam berjongkok
atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, 
misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
1.       Jatuh
2.       Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
a.       Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
b.      Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
c.       Memindahkan bed (27%)
d.      Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
2.1.5 Struktur abnormal yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi
Beberapa gangguan pada muskuloskeletal dapat merangsang pergerakan:
a.       Osteoporosis
      Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang
rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat
akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
b.       Compression fraktur pada vertebra
      Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
c. Osteoartritis
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah
kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-
ujung tulang penyusun sendi.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya
menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial
terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah
ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
Pada kondisi kekurangan cairan sinovial lapisan kartilago yang menutup ujung tulang akan
bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut akan membuat lapisan tersebut semakin tipis dan
pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Osteomyelitis  
      adalah peradangan sumsum tulang dan jaringan tulang disekitarnya yang di sebabkan oleh
infeksi mikroganisme pathogen (yang dapat menyebabkan penyakit), umunya oleh jenis
staphylococcus bakteri biasanya mencapai tulang secara langsung melalui luka terbuka tapi dapat
pula melalui hematogen (penyebaran melalui peredaran darah) osteomyelitis banyak terjadi pada
anank
e. Ankylosing spondilitis
Merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai dengan peradangan pada tulang belakang
dan sendi-sendi yang besar, menyebabkan kekakuan dan nyeri. Penyebabnya tidak diketahui,
tetapi penyakit ini cenderung menyerang anggota keluarga, menunjukkan adanya peran dari
genetik.

f. Rhematoid artritis
Merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan
radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan, bengkok dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan
studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan, bahu,
lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si penderita tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita
tidak merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di atas
18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk Indonesia.
g. Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang.
Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui
penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang
diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom
Down, dan penyakit lainnya.  Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar
tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi
melengkung.
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat kategori
berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya. Keempat
kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja yang berada di sekitar
masa pubertas, dan dewasa.
i. Atropi otot
Atrofi (bahasa Inggris: atrophy) merupakan simtoma penyusutan jaringan atau organ.
Atrofi berkemungkinan berlaku akibat tindak balas adaptasi terhadap tekanan sehingga isi padu
sel mengerut dan seterusnya keperluan tenaga diturunkan ke tahap yang minimum. penyebab lain
yang mungkin ialah sel kurang digunakan seperti dalam otot rangka. selain penurunan keperluan
sesuatu fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin, inflamasi kronik dan proses penuaan
juga menyumbang kepada fenomena atropi. Begitu juga dengan gangguan isyarat dalam tindakan
hormon berakibat fungsi sesuatu organ berkurangan.
j. Ketegangan dan keseleo.

2.1.6 pengkajian mekanik tubuh dan ambulasi


      Pengkajian keperawatan pada masalah mekaika tubuh dan ambulasi, antara lain menilai
adanya kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara bangkit dari posisi berbaring
ke posisi duduk, kemudian bangkit dari kursi ke posisi berdiri, atau perubahan posisi.
Selanjutnya, menilai adanya kelainan dalam mekanika tubuh pada saat duduk, beraktivitas atau
saat pasien mengalami bergerakan serta pengkajian terhadap status ambulasinya. Kemudian,
menilai gaya berjalan pasien (mantap atau tegak lurus), ayunan lengan atas (pantas atau tidak),
kaki ikut siap pada saat ayunan atau tidak, langkah jatuh jauh dari garis gravitasi atau tidak serta
berjalan apakah diawali dan diakhiri dengan mudah atau tidak.
      1.Pengkajian
Menilai kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara :
         Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk .
         Bangkit dari kursi ke posisi berdiri
         Menilai gaya berjalan
         Perubahan posisi
         Saat pasien bergerak
         Saat beraktifitas
         Status ambulasi

2.1.7 Diagnosa keperawatan


  Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengam adanya kelemahan akibat spasme pada extremitas,
nyeri akibat arthritis, penggunaan alat bantu dalam waktu yang lama.
  Resiko cedera berhubungan dengan adanya paralysis, gaya berjalan tidak stabil, penggunaan
tongkat yang tidak benar.
  Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik secara umum.

2.1.8 Rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan mekanik tubuh dan ambulasi
Tujuan :
  Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh  pada saat melakukan aktifitas.
  Memulihkan dan memperbaiki ambulasi
  Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh

Perencanaan :
  Terapi latihan : Mobilitas Sendi : pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi.
  Penaturan Posisi : tempatkan pasien yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan, meningkatkan
integritas kulit, dan mendukung kemandirian.
  Berikan penguatan positif selama aktivitas
  Dukung pasien / keluarga untuk memandang keterbatasan secara realistis.
  Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
  Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
  Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
  Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam katihan aktivitas
  Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas
  Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
  Berikan pendidikan kesehatan tentang :
  Perubahan gaya hidup untuk menyimpan energy
  Penggunaan alat bantu pergerakan.
2.1.9 Tindakan keperawatan
a.  Latihan ambulasi
  Membantu klien duduk diatas tempat tidur
Cara :
   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
    Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya dengan telapak tangan
menghadap ke bawah
   Berdirilah di samping tempat tidur kemudian letakkan tangan pada bahu pasien.
   Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang / bantal.
b.      Turun dan berdiri
Cara :
         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
         Atur kursi roda dalam posisi terkunci
         Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang
         Fleksikan lutut dan pinggang Anda.
         Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangannya di bahu Anda dan letakkan kedua tangan
Anda di samping kanan dan kiri pinggang pasien
         Etika pasien melangkah ke lantai tahan lutut Anda pada lutut pasienBantu pasien tegak dan
         jalan sampai ke kursi
          Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi agar nyaman
         Membantu berjalan
Cara :
         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
         Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak tangan
Anda.
         Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien
         Bantu pasien berjalan
2)      Membantu Ambulasi dengan Memindahkan Pasien
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak
boleh berjalan sendiri dari tempat tidur ke branchard.
Cara :
         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
         Atur branchard dalam posisi terkunci
         Bantu pasien dengan 2-3 perawat
         Berdiri menghadap pasien
         Silangkan tangan di depan dada
         Tekuk lutut Anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien.
         Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher / bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
         Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard
         Atur posisi pasien di branchard

2.1.10 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah mekanika
tubuh dan ambulasi adalah :
-  Masalah mekanika tubuh dan ambulasi teratasi dengan baik.
-  Klien mampu menggunakan mekanika tubuh dengan baik.
-  Klien mampu menggunakan alat bantu gerak dengan baik.
- Klien mampu mengambil benda, naik turun, tidur dan berjalan dengan mandiri.

2.2 Pengertian Body Alligment


            Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya
dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Body alignmen baik akan meningkatkan keseimbangan
yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur.
Body aligment yang baik: keseimbangan pada persendian otot, tendon, ligamen.
Body Alignment yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan untuk mempertahankan keseimbangan, mengurangi
kelelahan, memperlyas ekspansi paru Meningkatkan sirkulasi renal dan fungsi gastrointestinal
Body alignment yang buruk dapat: Mengurangi penampilan individu dan mempengaruhi
kesehatan yang dapat mengarah pada gangguan. Perawat merupakan role model yang penting
dalam mengajarkan kebiasaan yang sehat/baik: postur tubuh yang baik.

2.2.1 Prinsip body alligment


Prinsip body alligment adalah sebagai berikut:
1.Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan
lebih besar.
3.Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk
mempertahankan keseimbangan.
4.The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat
energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6.Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan
otot dan kontraktur.
7.Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual
dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8.Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika
body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.
2.2.2 Gravity
Gravity adalah atraksi timbal balik antara tubuh dan bumi. Pusat gravity adalah titik pusat
seluruh massa dari suatu objek. Memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
Garis gravitasi, merupakan garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi. Dasar tumpuan,
merupakan dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.
2.2.3  Postural reflekxes dan opposing muscle group
            Merupakan aksi dari otot postural (ekstensor) yang terus menerus menahan seseorang
pada posisi tegak melawan grafitasi bumi.
Jenis dari postural reflex :
a.Otot ekstensor: otot-otot anti gravity.
b. Kontraksi otot-otot menyokong posisi tegak disebut postural tonus.

c.Numorous postural/Righting reflek merangsang dan mempertahankan postural tonus adalah:


1.       Labryn sense
Organ sensor yang  terdapat dalam organ telinga bagian dalam
2.       Visual /optic reflek
Sensasi visual membantu seseorang dalam mendapatkan kesadaran mengenai tata ruang dan
hubungan antara satu subyek dengan lingkungannya.
3.        Proprioceptor /kinestetik sense
Ini sering disebut sebagai indera keenam .
4.       Ekstensor atau anti grafitasi reflex
Yang termasuk otot-otot ekstensor diantaranya otot-otot pada ekstremitas bawah,otot-otot
abdomal,otot-otot adductor pada scapula dan otot-otot kaki bawah.
5.       Plantar reflex
Tekanan melawan telapak kaki oleh permukaan tanah akan menimbulkan reflex kontraksi otot-
otot ekstensor dari otot-otot kaki bagian bawah

Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Status Kesehatan. Perubahan status keschatan dapat mc;nimbulkan keadaan yang tiidak
optimal terdapat organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga
dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh.
2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan dalam membantu
proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen dan persendian. Apabila status
nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan kurang sehingga dapat proses
keseimbangan.
3.Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga kescimbangan tubuh. Ilal
tersebut dapat mcmcngaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi dan tulang.
4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang jadi lebih baik atau bahkan
sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam melakukan kcgiatan sehari-hari, dapat mengalami
ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkcmbang dengan baik.
5.Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat memengaruhi
pembentukan postur tubuh. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang
tempati dapat memengaruhi proses pembcntukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk
selalu bersih dari sampah.

2.2.4 Perubahan dalam postur dan struktur anatomi


            Beberapa posisi tubuh dalam aktivitas tertentu benar ataupun salah, jika berlangsung lama
akan menyebabkan kerusakan syaraf-syaraf superfasialis,kerusakan pembuluh darah serta
kontraktur. Setiap orang mempunyai anatomi yang berbeda, ini akan membawa pengaruh pada
postur tubuh sesorang , meskipun hanya sedikit.
2.2.5 Struktur abnormal yang mempengaruhi posisi dan Konsekuensi posisi tubuh yang
kurang baik
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus
berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan.
b. Kifosis

Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.


Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur,
memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c.Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan
penyebab.
d.Skoliosis

Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e.Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f.Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang
kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal
kedangkalan assetatbulum).

Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang). Penatalaksanaan:


mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian
tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.

g. Knock-knee (genu varum)


diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.Penatalaksanaan: knee braces, operasi
jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
H.Lordosis

adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab.

2.2.6 Askep gangguan Body alligment


            A.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Untuk melakukan pengkajian body alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat
berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara
lain :
1.       Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam
posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat
diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.

2.       Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada
saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna
telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
3.       Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat
tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas
yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
4.       Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien
diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
a.       Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
b.      Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
c.       Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
d.      Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
e.      Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X
per menit.
B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Nyeri yang berhubungan dengan posisi duduk, berdiri dan berbaring yang salah akibat
pemakaian gips pada daerah ekstremitas
2.       Gangguan mobilitas berhubungan dengan drop foot lutut akibat kontraktur
3.       Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
C.      PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN KEPERAWATAN
1.       Pertahankan posisi tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang tepat
2.       Perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih berdiri, duduk dan berbaring
secara optimal.
3.       Kurangi cedera akibat posisi tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien melakukan
aktifitas sehari-hari
4.       Kurangi beban otot dengan cara meletakan alat dekat dengan pasien dan bantu pasien pada
saat melakukan kegiatan yang bersifat berat.
5.       Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat.
D.      EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatanuntuk mengatasi gangguan postur
tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu
melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
iNTERVENSI
Untuk masalah standing alignment:
• Jika kontraktur fleksi pada spina servikal: cegah kontraktur yang lebi lanjut lurangi kontraktur
yang ada
• Jika tidak mengalami kontraktur: cegah jangan sampai terjadi ontraktur
• Kondosis
• Latihan mengempeskan perut
• Latihan menguatkan dan menyokong otot-otot tulang belakang yang menyokong spina
lumbaris dan otot-otot abdomen
Latihan untuk meningkatkan body alignment yang baik:
• Berjalan
• Berenang
Intervensi Untuk masalah pada sitting alignment:
• Duduk dikursi
• Duduk dikursi roda
•  mempengaruhi tulang belakang danàDuduk disamping tempat tidur  berhubungan dengan
ukuran dan bentuk objek yangàekstremitas atas digunakan
Tempat duduk dan sandaran kursi harus aps utuk individu tersebut:
• Tempat duduk tidak terlalu tinggi
• Tempat duduk tidak terlalu rendah
• Sandaran kursi tidak terlalu jauh
     

BAB III
PENUTUP

      3.1 Kesimpulan
            Body mekanik merupakan cara menggunakan tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan
keseimbangan selama beraktivitas. Prinsip pergerakan mekanik meliputi :
  Gravitasi
  Keseimbanagan
  Berat
Ambulasi adalah Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh.Faktor yang mempengaruhi pergerakan dan ambulasi yaitu:
         Status Kesehatan.
 Terjadi penurunan koordinasi yang disebabkan oleh penyakit berupa    berkurangya melakukan
aktifitas sehari-hari.
         Nutrisi.
 Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadi
penyakit.contoh: tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih mudah fraktur.
         Emosi.
 Kondisi psikologi seseorang dapat mudah memudahkan perubahan perilaku yang dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
•      Situasi dan Kebiasaan.
 Situasi dan kebiasaan yang dilakukan sesorang misalnya sering mengangkat benda-benda yang
berat.
•      Gaya Hidup.
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan
menyebabkan kecerobohan dalam beraktifitas.
•      Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik dalam pengguanaan mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya dengan benar, sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan.
            Body alignment adalah susunan geometric bagian-bagian tubuh dalam hubungannya
dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Prinsip body alligment adalah sebagai berikut:
1.Keseimbangan dapat dipertahankan jika line of gravity melewati dan base of support.
2. The base of support lebih luas dan pusat gravity lebih rendah kestabilan dan keseimbangan
lebih besar.
3.Jika line gravity berada diluar pusat dari base of support, energi lebih banyak digunakan untuk
mempertahankan keseimbangan.
4.The base of support yang luas dan bagian-bagian dari body alignment baik akan menghemat
energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubaan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot-otot.
6.Body alignment yang jelek dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri kelelahan
otot dan kontraktur.
7.Karena struktur enatomi individu berbeda maka intervensi keperawatan harus secara individual
dan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut.
8.Memperkuat otot-otot yang lemah, membantu mencegah kekakuan otot dan ligament ketika
body alignment jelek baik secara temporal maupun penggunaan yang kurang hati-hati.

3.2 Saran
      Semoga makalah ini dapat menjadikan tambahan ilmu bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya . Namun , penulis juga membutuhkan kritik yang membangun untuk
menjadikan tambahan ilmu bagi penulisnya dan menjadikan lebih baik dalam penulisan
makalah  berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Alimul ,Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Potter and perry volume 2. 2006. Fundamental of Nursing . Jakarta : EGC
http//:www.google.com
  Nurma ningsih,Lukman.2009.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
musculoskeletal.jakarta :salemba medika
     Potter, Perry.2006.Konsep Proses dan praktik, Fundamental Keperawatan, vol. 2, edisi 4.
Penerbit buku kedokteran EGC.
        Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999.Fundamental Keperawatan,buku kedokteran.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai