Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEPMENKES 156/MENKES/SK/I/2010 TENTANG PEMBERIAN

INSENTIF BAGI TENAGA KESEHATAN

Dosen Pembimbing :

Dr. Ir. I Komang Agusjaya Mataram, M.Kes

Oleh Kelompok XI

Ni Luh Dhia Wijayanti (014)

Ni Luh Made Intan Anggarawati (015)

Haselel Poni Lalo (022)

Marlis Renda Lede (024)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN GIZI

2020/2021
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………….............................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………...........ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………......iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang……………………………………...........................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN..........................................................................................3-4

 Menganalisis pasal-pasal yang terkandung dalam UU/Permenkes...............5-9


 Sanksi Bila melanggar UU/Permenkes..........................................................9-10
 Pasal-pasal yang penting dalam UU/Permenkes............................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................12

Kesimpulan…………………………………………………………........................12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....................13

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini
yang berjudul “Pemberian Insentif Bagi Tenaga Kesehatan” dengan tepat waktu. Makalah ini
di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kesehatan dan bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Denpasar, 09 Maret 2021

Kelompok XI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tenaga kesehatan merupakan komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkat oleh konstitusi. Selaku komponen utama pemberi
pelayanan kesehatan tentunya keberadaan, peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan
sangatlah penting dalam kegiatan pembangunan kesehatan. Pelaksanaan dan pendayagunaan
terhadap keberadaan, peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan tersebut berjalan dengan
baik, seimbang, teratur, terjaga mutunya, dan terlindungi baik bagi tenaga kesehatan itu
sendiri maupun bagi masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan tersebut tentu perlu
pengaturan yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Insentif merupakan pengungkit utama, sehingga organisasi dapat menggunakannya untuk
menarik, mempertahankan, memotivasi, memuaskan dan meningkatkan kinerja staf. Insentif
dalam strategi retensi tenaga kerja yang strategis adalah yang paling efektif. Penelitian
insentif finansial sebagian besar dilakukan di negara-negara Afrika dengan menyertakan
intervensi kombinasi lainnya. Insentif finansial yang diberikan dalam bentuk beragam, baik
berupa gaji, tunjangan maupun manfaat lain yang diasosiasikan dengan sejumlah uang.
Intervensi ini sangat efektif jika dilakukan untuk program retensi jangka pendek, sedangkan
untuk jangka panjang tingkat keberhasilannya rendah jika tanpa disertai intervensi non
finansial lainnya. Untuk meningkatkan distribusi, khususnya di daerah terpencil, pemerintah
pusat telah mendorong pemerintah daerah untuk memberikan prioritas pada kebijakan
penempatan untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, serta untuk memberikan insentif
finansial dan non finansial untuk tenaga kesehatan. Variasi dalam pemberian insentif di
antara daerah tergantung pada beberapa faktor di antaranya kapasitas fiskal. Menurut,
desentralisasi kesehatan secara prinsip menyerahkan urusan kesehatan ke pemerintah daerah.
Dalam hal ini dinas di pemerintah daerah menjadi lembaga tertinggi yang mengurusi suatu
sektor yang diserahkan ke daerah. Selain itu, desentralisasi kesehatan bertujuan agar
pemerintah kabupaten/kota dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik, sehingga
permasalahan-permasalahan di bidang SDM seperti penempatan tenaga yang tidak merata,
ketidaksesuaian jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan serta tidak retensinya tenaga
kesehatan yang ditempatkan dapat teratasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis pasal-pasal yang ada dalam Kepmenkes
156/menkes/SK/I/2010 tentang Pemberian Insentif Bagi Tenaga
Kesehatan?
2. Apa saja sanksi yang didapat jika melakukan pelanggaran terhadap
Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010 tentang Pemberian Insentif Bagi
Tenaga Kesehatan?
3. Apa saja pasal-pasal penting dari Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010
tentang Pemberian Insentif Bagi Tenaga Kesehatan?

C. TUJUAN
1. Menganalisis pasal-pasal yang ada dalam Kepmenkes
156/Menkes/SK/I/2010
2. Untuk mengetahui sanksi yang didapat jika melakukan pelanggaran
terhadap Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010
3. Untuk mengetahui pasal-pasal penting dalam Kepmenkes
156/Menkes/SK/I/2010.

BAB II
PEMBAHASAN

KEPMENKES RI NOMOR 156/MENKES/SK/I/2010

TENTANG PEMBERIAN INSENTIF BAGI TENAGA KESEHATAN

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan di daerah terpencil,


perbatasan, dan kepulauan dibutuhkan ketersediaan tenaga kesehatan yang
memadai
b. Bahwa untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
perlu diberikan insentif bagi tenaga kesehatan yang melaksanakan penugasan
khusus di daerah terpencil, perbatsan, dan kepulauan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b,
perlu di tetapkan pemberian insentif bagi tenaga kesehatan dalm rangka
penugasan khusus di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan dengan
keputusan Menteri Kesehatan.

Mengingat :

1. UU No 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Sebagaimana telah


di ubah dengan UU No 43 tahun 1999
2. UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara.
3. UUNo 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara.
4. UU No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.
5. UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan UU No 12 tahun 2008 tentang perubahan
kedua atas UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
6. UU No 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
7. UU Kesehatan No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
8. Peraturan pemerintah No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
9. Keputusan Presiden No 23 tahun 1994 tentang pengangkatan bidan sebagai
pegawai tidak tetap sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No
77 tahun 2000.
10. Peraturan Presiden No 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
susunan organisasi, dan tata kerja Kementrian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No 94 tahun 2006.
11. Peraturan Presiden No 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar.
12. Keputusan Bersama Menteri Pertahanan Keamanan dan Menteri Kesehatan
No 1122/menkes/SKB/1999 dan No NKB/01/IX/1999 tentang kerjasama
pembinaan kesehatan dalam rangka pertahanan keamanan Negara.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No 508/menkes/SK/IV/2007 tentang penetapan
lama penugasan dan besaran insentif bagi tenaga medis dan bidan pegawai
tidak tetap yang bertugas pada sarana pelayanan kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No 949/menkes/Per/VIII/2007 tentang kriteria
sarana pelayanan kesehatan terpencil dan sangat terpencil sebagaimana diubah
dengan Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/menkes/Per/XII/2007.
15. Peraturan Menteri Kesehatan No 1231/menkes/Per/XI/2007 tentang penugasan
khusus sumberdaya manusia kesehatan.
16. Keputusan Menteri Kesehatan No 1235/menkes/SK/XII/2007 tentang
pemberian insentif bagi sumber daya manusia kesehatan yang melaksanakan
penugasan khusus.
17. Peraturan Menteri Kesehatan No 1575/menkes/Per/XI/2005 tentang organisasi
dan tata kerja departemen kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan NO 439/menkes/Per/VI/2009.

Memutuskan :

- Kesatu : Keputusan Menteri Kesehatan tentang pemberian insentif bagi tenaga


kesehatan dalam rangka penugasan khusus di puskesmas daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan.

- Kedua : Kriteria penentuan besaran insentif bagi tenaga kesehatan yang bertugas
di puskesmas daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan sebagaimana dimaksud
pada diktum kesatu tercantum dalam lampiran I keputusan ini.

- Ketiga : Tenaga kesehatan penerima insentif sebagaimana dalam diktum


kesatu terdiri atas perawat, kesehatan lingkungan, gizi, analis kesehatan, dengan
kualifikasi pendidikan Diploma III dan DIII Kesehatan lainnya selain bidan sesuai
dengan kebutuhan daerah tersebut.

- Keempat : Daftar puskesmas penerima insentif bagi tenaga kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu tercantum dalam lampiran II
keputusan ini.

- Kelima : Daftar puskesmas penerima insentif sebagaimana dimaksud dalam


diktum keempat dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.

- Keenam : Alokasi biaya untuk pembayaran insentif sebagaimana dimaksud dalam


diktum kedua dibebankan pada anggaran Kementrian Kesehatan.

- Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan (28 januari 2010).
 Menganalisis Pasal-pasal yang ada di Undang-undang/Permenkes

Permenkes RI No 1231/Menkes/Per/XI/2007

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Penugasan khusus adalah Pendayagunaan secara khusus Sumber Daya Manusia


Kesehatan (SDMK) dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yang berada di daerah terpencil,
sangat terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau-pulau kecil terluar, daerah yang tidak
diminati, daerah rawan bencana/mengalami bencana dan konflik sosial.

2. SDMK adalah Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan yang bekerja di
bidang kesehatan.

3. Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti
keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan
sosial budaya.

4. Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai
sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),
transportasi dan sosial budaya.

5. Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang


dibandingkan daerah lain dalam skala nasional dan berpenduduk relatif tertinggal.

6. Daerah perbatasan negara adalah daerah dalam wilayah NKRI yang berbatasan
langsung dengan wilayah kedaulatan tetangga, baik perbatasan darat maupun laut.
Perbatasan darat yaitu perbatasan sepanjang garis batas darat
(Kabupaten/Kota/Kecamatan) dan entry point, sedangkan perbatasan laut adalah
Kab/Kota yang mempunyai wilayah laut yang berbatasan langsung dengan Negara
tetangga dan cluster pulau-pulau kecil di sekitar 92 pulau kecil terluar.

7. Pulau-pulau kecil terluar adalah Pulau dengan luas area kurang atau sama dengan
2000 km2 yang memiliki titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis
pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.

8. Daerah rawan bencana dan konflik sosial adalah daerah yang sering mengalami
bencana alam dan konflik sosial sehingga menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi.
9. Daerah yang tidak diminati adalah daerah yang selalu tidak menjadi pilihan
bertugas bagi tenaga kesehatan atau daerah yang tidak memiliki tenaga kesehatan
dengan berbagai sebab.

BAB II

SDMK DALAM PENUGASAN KHUSUS

Pasal 2

(1) Penugasan Khusus SDMK dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan


kesehatan perorangan dan masyarakat di daerah terpencil, sangat terpencil, tertinggal,
perbatasan, pulaupulau kecil terluar, daerah yang tidak diminati, daerah rawan
bencana/mengalami bencana dan konflik sosial.

(2) Jenis, Kualifikasi, serta jumah SDMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan terlebih dahulu oleh Pemerintah Pusat dengan memperhatikan usulan
Pemerintah Daerah.

(3) Pemanfaatan SDMK, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung berada
dibawah tanggung jawab Bupati/Walikota bersama-sama dengan Gubernur setempat.

Pasal 3

(1) Pemanfaatan SDMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus disertai dengan
penyediaan sarana pelayanan kesehatan, alat kesehatan, obat-obatan, dan fasilitas
lainnya sesuai standar yang berlaku, serta memperhatikan hierarki dan komposisi
tenaga kesehatan penyertanya atau yang tersedia.

(2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
Menteri Kesehatan.

BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK

Pasal 4

(1) SDMK yang ditetapkan untuk melaksanakan penugasan khusus diberikan hak dan
kewajiban.

(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kompetensi dan kewenangan serta dilaksanakan sesuai dengan hierarki klinis di
tempat kerjanya.
Pasal 5

Kewajiban SDMK yang melaksanakan Penugasan Khusus:

(1) Melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan


yang dimiliki serta menjunjung tinggi etika profesi.

(2) Membuat laporan kegiatan sesuai tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
yang diiaksanakan setiap akhir bulan dan akhir masa penugasan kepada Gubernur
atau Bupati/Walikota dan Menteri Kesehatan.

(3) Melaksanakan penugasan khusus sesuai ketentuan perundangan dan secara rinci
akan tertuang dalam perjanjian kerja yang ditandatangani sebagaimana ditetapkan
dalam Form perjanjian kerja tersendiri, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan ini.

Pasal 6

Hak SDMK yang melaksanakan penugasan khusus, mendapatkan:

(1) Biaya perjalanan dari Propinsi domisili terakhir untuk keberangkatan ke lokasi
penugasan (pulang-pergi).

(2) Insentif dari Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja.

(3) Uang makan/orang/bulan.

Pasal 7

Selain hak yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :

(1) Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas perumahan, honor serta
tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
setempat.

(3) Pemberian ijin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam rangka


melaksanakan pelayanan kesehatan.
BAB IV

JANGKA WAKTU

Pasal 8

Lamanya waktu penugasan khusus bagi SDMK minimal 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB V

SURAT IJIN PRAKTIK

Pasal 9

(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah memiliki ijin,
dikecualikan dari pemilikan ijin bagi tenaga kesehatan masyarakat.

(2) Dokter/dokter gigi yang sedang menempuh program pendidikan dokter spesialis
dalam melakukan praktik kedokteran/kedokteran gigi diberikan Surat ijin praktik
sesuai kompetensi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 10

Segala biaya sebagai pelaksanaan penugasan khusus SDMK dibebankan pada


Anggaran Belanja Departamen Kesehatan dan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

Ketentuan lebirh lanjut sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri ini akan ditetapkan
tersendiri.

Pasal 12

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri


ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di
Jakarta Pada tanggal 28 November 2007.

 Sanksi jika melanggar Permenkes RI 1231/Menkes/Per/XI/2007 tentang


Penugasan Khusus Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sanksi yang didapatkan jika melanggar UU/Permenkes ini yaitu :

- Peserta yang mengundurkan diri sebelum dan sesudah mengikuti pembekalan


akan di kenakan sanksi denda.
- Peserta yang mengundurkan diri atau tidak menyelesaikan masa tugas sesuai
dengan perjanjian penugasan akan dikenakan sanksi denda sebesar 6 kali lipat dari
semua penghasilan yang telah diterima dan biaya-biaya lainnya.
- Peserta yang tidak melaksanakan tugas selama satu bulan berturut-turut tanpa ada
keterangan yang sah akan diberhentikan dengan tidak hormat dan dikenakan
sanksi tidak dapat diangkat kembali menjadi peserta penugasan khusus dan denda.
 Pasal-pasal yang penting dalam UU/Permenkes

Adapun pasal-pasal yang penting dalam UU/Permenkes yaitu:

Pasal 6

Hak SDMK yang melaksanakan penugasan khusus, mendapatkan:

(1) Biaya perjalanan dari Propinsi domisili terakhir untuk keberangkatan ke lokasi
penugasan (pulang-pergi).

(2) Insentif dari Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja.

(3) Uang makan/orang/bulan.

Pasal 7

SeLain hak yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :

(1) Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas perumahan, honor serta
tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
setempat.

(3) Pemberian ijin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam rangka


melaksanakan pelayanan kesehatan.

Pasal 10

Segala biaya sebagai pelaksanaan penugasan khusus SDMK dibebankan pada


Anggaran Belanja Departamen Kesehatan dan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Insentif merupakan pengungkit utama, sehingga organisasi dapat menggunakannya


untuk menarik, mempertahankan, memotivasi, memuaskan dan meningkatkan kinerja
staf. Insentif dalam strategi retensi tenaga kerja yang strategis adalah yang paling efektif.

Adapun pasal-pasal yang penting dalam Permenkes No 1231/Menkes/Per/XI/2007 yang


berkaitan dengan Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010 yaitu : Pasal 6 ( Hak SDMK yang
melaksanakan penugasan khusus, mendapatkan: Biaya perjalanan dari Propinsi domisili
terakhir untuk keberangkatan ke lokasi penugasan (pulang-pergi), insentif dari
Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,dan uang makan/orang/bulan).

Pasal 7 (SeLain hak yarig diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :
Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas
perumahan, honor serta tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota setempat dan Pemberian ijin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan).

Pasal 10 (Segala biaya sebagai pelaksanaan penugasan khusus SDMK dibebankan pada
Anggaran Belanja Departamen Kesehatan dan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan).

Adapun sanksi yang didapatkan jika melanggar UU/Permenkes tersebut adalah :

- Peserta yang mengundurkan diri sebelum dan sesudah mengikuti pembekalan


akan di kenakan sanksi denda.
- Peserta yang mengundurkan diri atau tidak menyelesaikan masa tugas sesuai
dengan perjanjian penugasan akan dikenakan sanksi denda sebesar 6 kali lipat dari
semua penghasilan yang telah diterima dan biaya-biaya lainnya.
- Peserta yang tidak melaksanakan tugas selama satu bulan berturut-turut tanpa ada
keterangan yang sah akan diberhentikan dengan tidak hormat dan dikenakan
sanksi tidak dapat diangkat kembali menjadi peserta penugasan khusus dan denda.
DAFTAR PUSTAKA

MGY4MjAyNGM1NmE3YTNhZTczN2JmZWViZWQ5MGY4YzhkYjhhMjJmNA= =

--Permenkes 1231-2007_penugasan khusus SDM kesehatan

PMK_No._31_ttg_Penghargaan_dan_Sanksi_Pegawai_di_Lingkungan_KEMENKES_

30765099_PMK_No_33

Anda mungkin juga menyukai