Dosen Pembimbing :
Oleh Kelompok XI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN GIZI
2020/2021
DAFTAR ISI
COVER …………………………………………………….............................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...........ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………......iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang……………………………………...........................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB I PEMBAHASAN..........................................................................................3-4
Kesimpulan…………………………………………………………........................12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....................13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini
yang berjudul “Pemberian Insentif Bagi Tenaga Kesehatan” dengan tepat waktu. Makalah ini
di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Kesehatan dan bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari, bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Kelompok XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tenaga kesehatan merupakan komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan
tujuan nasional sebagaimana diamanatkat oleh konstitusi. Selaku komponen utama pemberi
pelayanan kesehatan tentunya keberadaan, peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan
sangatlah penting dalam kegiatan pembangunan kesehatan. Pelaksanaan dan pendayagunaan
terhadap keberadaan, peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan tersebut berjalan dengan
baik, seimbang, teratur, terjaga mutunya, dan terlindungi baik bagi tenaga kesehatan itu
sendiri maupun bagi masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan tersebut tentu perlu
pengaturan yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Insentif merupakan pengungkit utama, sehingga organisasi dapat menggunakannya untuk
menarik, mempertahankan, memotivasi, memuaskan dan meningkatkan kinerja staf. Insentif
dalam strategi retensi tenaga kerja yang strategis adalah yang paling efektif. Penelitian
insentif finansial sebagian besar dilakukan di negara-negara Afrika dengan menyertakan
intervensi kombinasi lainnya. Insentif finansial yang diberikan dalam bentuk beragam, baik
berupa gaji, tunjangan maupun manfaat lain yang diasosiasikan dengan sejumlah uang.
Intervensi ini sangat efektif jika dilakukan untuk program retensi jangka pendek, sedangkan
untuk jangka panjang tingkat keberhasilannya rendah jika tanpa disertai intervensi non
finansial lainnya. Untuk meningkatkan distribusi, khususnya di daerah terpencil, pemerintah
pusat telah mendorong pemerintah daerah untuk memberikan prioritas pada kebijakan
penempatan untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, serta untuk memberikan insentif
finansial dan non finansial untuk tenaga kesehatan. Variasi dalam pemberian insentif di
antara daerah tergantung pada beberapa faktor di antaranya kapasitas fiskal. Menurut,
desentralisasi kesehatan secara prinsip menyerahkan urusan kesehatan ke pemerintah daerah.
Dalam hal ini dinas di pemerintah daerah menjadi lembaga tertinggi yang mengurusi suatu
sektor yang diserahkan ke daerah. Selain itu, desentralisasi kesehatan bertujuan agar
pemerintah kabupaten/kota dapat mengelola sumber daya manusia dengan baik, sehingga
permasalahan-permasalahan di bidang SDM seperti penempatan tenaga yang tidak merata,
ketidaksesuaian jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan serta tidak retensinya tenaga
kesehatan yang ditempatkan dapat teratasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis pasal-pasal yang ada dalam Kepmenkes
156/menkes/SK/I/2010 tentang Pemberian Insentif Bagi Tenaga
Kesehatan?
2. Apa saja sanksi yang didapat jika melakukan pelanggaran terhadap
Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010 tentang Pemberian Insentif Bagi
Tenaga Kesehatan?
3. Apa saja pasal-pasal penting dari Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010
tentang Pemberian Insentif Bagi Tenaga Kesehatan?
C. TUJUAN
1. Menganalisis pasal-pasal yang ada dalam Kepmenkes
156/Menkes/SK/I/2010
2. Untuk mengetahui sanksi yang didapat jika melakukan pelanggaran
terhadap Kepmenkes 156/Menkes/SK/I/2010
3. Untuk mengetahui pasal-pasal penting dalam Kepmenkes
156/Menkes/SK/I/2010.
BAB II
PEMBAHASAN
Menimbang :
Mengingat :
Memutuskan :
- Kedua : Kriteria penentuan besaran insentif bagi tenaga kesehatan yang bertugas
di puskesmas daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan sebagaimana dimaksud
pada diktum kesatu tercantum dalam lampiran I keputusan ini.
- Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan (28 januari 2010).
Menganalisis Pasal-pasal yang ada di Undang-undang/Permenkes
Permenkes RI No 1231/Menkes/Per/XI/2007
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2. SDMK adalah Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non Kesehatan yang bekerja di
bidang kesehatan.
3. Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti
keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan
sosial budaya.
4. Daerah sangat terpencil adalah daerah yang sangat sulit dijangkau karena berbagai
sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa),
transportasi dan sosial budaya.
6. Daerah perbatasan negara adalah daerah dalam wilayah NKRI yang berbatasan
langsung dengan wilayah kedaulatan tetangga, baik perbatasan darat maupun laut.
Perbatasan darat yaitu perbatasan sepanjang garis batas darat
(Kabupaten/Kota/Kecamatan) dan entry point, sedangkan perbatasan laut adalah
Kab/Kota yang mempunyai wilayah laut yang berbatasan langsung dengan Negara
tetangga dan cluster pulau-pulau kecil di sekitar 92 pulau kecil terluar.
7. Pulau-pulau kecil terluar adalah Pulau dengan luas area kurang atau sama dengan
2000 km2 yang memiliki titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis
pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.
8. Daerah rawan bencana dan konflik sosial adalah daerah yang sering mengalami
bencana alam dan konflik sosial sehingga menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi.
9. Daerah yang tidak diminati adalah daerah yang selalu tidak menjadi pilihan
bertugas bagi tenaga kesehatan atau daerah yang tidak memiliki tenaga kesehatan
dengan berbagai sebab.
BAB II
Pasal 2
(2) Jenis, Kualifikasi, serta jumah SDMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan terlebih dahulu oleh Pemerintah Pusat dengan memperhatikan usulan
Pemerintah Daerah.
(3) Pemanfaatan SDMK, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung berada
dibawah tanggung jawab Bupati/Walikota bersama-sama dengan Gubernur setempat.
Pasal 3
(1) Pemanfaatan SDMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus disertai dengan
penyediaan sarana pelayanan kesehatan, alat kesehatan, obat-obatan, dan fasilitas
lainnya sesuai standar yang berlaku, serta memperhatikan hierarki dan komposisi
tenaga kesehatan penyertanya atau yang tersedia.
(2) Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
Menteri Kesehatan.
BAB III
KEWAJIBAN DAN HAK
Pasal 4
(1) SDMK yang ditetapkan untuk melaksanakan penugasan khusus diberikan hak dan
kewajiban.
(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kompetensi dan kewenangan serta dilaksanakan sesuai dengan hierarki klinis di
tempat kerjanya.
Pasal 5
(2) Membuat laporan kegiatan sesuai tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
yang diiaksanakan setiap akhir bulan dan akhir masa penugasan kepada Gubernur
atau Bupati/Walikota dan Menteri Kesehatan.
(3) Melaksanakan penugasan khusus sesuai ketentuan perundangan dan secara rinci
akan tertuang dalam perjanjian kerja yang ditandatangani sebagaimana ditetapkan
dalam Form perjanjian kerja tersendiri, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan ini.
Pasal 6
(1) Biaya perjalanan dari Propinsi domisili terakhir untuk keberangkatan ke lokasi
penugasan (pulang-pergi).
(2) Insentif dari Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja.
Pasal 7
Selain hak yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :
(1) Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas perumahan, honor serta
tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
setempat.
JANGKA WAKTU
Pasal 8
Lamanya waktu penugasan khusus bagi SDMK minimal 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB V
Pasal 9
(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah memiliki ijin,
dikecualikan dari pemilikan ijin bagi tenaga kesehatan masyarakat.
(2) Dokter/dokter gigi yang sedang menempuh program pendidikan dokter spesialis
dalam melakukan praktik kedokteran/kedokteran gigi diberikan Surat ijin praktik
sesuai kompetensi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 10
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Ketentuan lebirh lanjut sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri ini akan ditetapkan
tersendiri.
Pasal 12
Pasal 6
(1) Biaya perjalanan dari Propinsi domisili terakhir untuk keberangkatan ke lokasi
penugasan (pulang-pergi).
(2) Insentif dari Pemerintah Pusat yang ditetapkan dalam perjanjian kerja.
Pasal 7
SeLain hak yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :
(1) Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas perumahan, honor serta
tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah Propinsi/Kabupaten/Kota
setempat.
Pasal 10
PENUTUP
Kesimpulan
Pasal 7 (SeLain hak yarig diberikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 Pemerintah
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dapat memberikan insentif tambahan antara lain :
Insentif dari Pemerintah Daerah sebagai tempat penugasan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, Jasa pelayanan, tunjangan kemahalan, asuransi, fasilitas
perumahan, honor serta tansportasi sesuai kebijakan dan kemampuan daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota setempat dan Pemberian ijin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam rangka melaksanakan pelayanan kesehatan).
Pasal 10 (Segala biaya sebagai pelaksanaan penugasan khusus SDMK dibebankan pada
Anggaran Belanja Departamen Kesehatan dan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota serta sumber lainnya yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan).
MGY4MjAyNGM1NmE3YTNhZTczN2JmZWViZWQ5MGY4YzhkYjhhMjJmNA= =
PMK_No._31_ttg_Penghargaan_dan_Sanksi_Pegawai_di_Lingkungan_KEMENKES_
30765099_PMK_No_33