Startegi Belajar Mengajar Matematika
Startegi Belajar Mengajar Matematika
BELAJAR MENGAJAR
MATEMATIKA
STRATEGI
BELAJAR MENGAJAR
MATEMATIKA
ISBN 978-602-5679-36-0
iv
Dalam mencapai kesuksesan mengajar, seorang guru harus
memiliki perspektif strategi yang efektif. Tak terkecuali saat
belajar di sekolah, strategi pembelajaran akan sulit diterapkan
apabila tidak dibiasakan, saat paling tepat untuk menguasai dan
menjadikan strategi pembelajaran sebagai bagian dari kehidupan
profesi pendidikan dengan mempelajari strategi pembelajaran
yang dirangkum dalam buku ini.
v
DAFTAR ISI
PRAKATA.......................................................................... iv
DAFTAR ISI....................................................................... vi
vi
BAB V PENGELOLAAN KELAS ................................... 83
A. Pengertian Pengelolaan Kelas .......................... 83
B. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas .............. 86
C. Menejemen Kelas ............................................. 88
D. Lingkungan Kondusif....................................... 98
vii
BAB I
HAKIKAT STRATEGI BELAJAR
MENGAJAR
Soal-soal Latihan
1. Jelaskan makna belajar dan pembelajaran!
2. Jelaskan apa yang dimaksud startegi belajar mengajar!
Berikan contoh!
3. Berapa jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran?
Dan jelaskan !
4. Jelaskan apa yang menjadi tujuan strategi belajar mengajar!
5. Apa yang dimaksud metode, pendekatan dan teknik dalam
pembelajaran, jelaskan!
6. Apa perbedaan antara metode, pendekatan dan teknik
dalam pembelajaran, jelaskan!
7. Sebutkan dan jelaskan konsep strategi belajar mengajar
matematika!
8. Apa yang dimaksud dengan komponen belajar mengajar
matematika, jelaskan!
9. Ada lima komponen yang berpengaruh untuk mendapatkan
proses pembelajaran berjalan efektif, sebutkan dan
jelaskan!
10. Sebutkan dan jelaskan fungsi dan tugas pendidik, serta
berikan contoh!
−Wayne W. Dyer
A. Teori Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme merupakan teori belajar yang
digagas oleh Gage dan Berliner serta sudah cukup lama
diterapkan oleh para pendidik di dunia. Teori ini berpendapat
bahwa perubahan tingkah laku merupakan hasil dari
pengalaman yang didapat. Pengukuran menjadi keutamaan
dalam teori ini, sebab pengukuran digunakan sebagai tolak
ukur perubahan tingkah laku. Teori ini juga dikenal dengan
model stimulus dan responnya, melihat peserta didik sebagai
individu yang pasif. Perilaku yang muncul akan semakin kuat
jika diberi penguatan dan akan hilang jika diberikan hukuman.
Teori behaviorisme menggunakan metode pelatihan dan
pembiasaan dalam proses pembelajaran.
Paham Behaviorisme tidak mengakui adanya bakat,
minat, perasaan peserta didik dalam belajar dan intelektualnya,
b) John Watson
John Watson merupakan pendiri aliran behaviorisme di
Amerika Serikat. Watson berpendapat bahwa psikologi harus
dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.
Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan
d) Edwin Guthrie
Edwin Ray Guthrie lahir di Lincoln Nebrazka, Guthrie
merupakah ahli behavioristik yang percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Teori ini menjelaskan
bahwa pendidik harus mampu melihat situasi dalam
memberikan stimulus dan respon. Peseta didik haruslah
diarahkan untuk menemukan konsep belajar yang benar.
Peserta didik harus dibimbing dalam melakukan kegiatan
belajar dan hukuman yang diberikan harus sesuai dengan
asumsi peserta didik. Namun, beberapa sekolah berpendapat
hukuman bukanlah bersifat edukatif dan tidak efektif dalam
memperbaiki perilaku peserta didik, hal ini tergantung dari
asumsi di lingkungan peserta didik.
Guthrie mengatakan bahwa hukuman yang diberikan
disaat yang tepat akan mengubah kebiasaan seseorang. Begitu
halnya dalam proses belajar mengajar. Namun, teori pemberian
hukuman ini mendapat kritikan dari beberapa ahli, alasannya
ialah:
C. Teori Humanisme
Teori humanisme mengutamakan kebebasan peserta didik
dalam menyelesaikan permasalahan atau menemukan suatu
konsep belajar dengan caranya masing-masing, peserta didik
berperan sebagai subjek didik dan pendidik berperan sebagai
pengarah atau fasilitator. Pembelajaran aliran Humanisme
meletakkan peserta didik sebagai central dalam aktivitas
pembelajaran. Peserta didik menemukan pengalamannya
sendiri dalam belajar dan menggali potensi diri secara mandiri
semaksimal mungkin. Sehingga peserta didik tidak sekedar
hanya menerima informasi yang disampaikan pendidik.
Pendidik berperan menjadi fasilitator dengan memberi
motivasi dan memfasilitasi peserta didik dalam menemukan
pengalaman belajar. Peserta didik menerapkan metode yang
D. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme memiliki perspektif bahwa belajar
merupakan konstruksi informasi yang masuk ke otak. Belajar
Soal-soal Latihan
1. Apa yang kamu ketahui tentang teori belajar?
2. Jelaskan pandangan teori behaviorisme tentang tujuan
pendidikan, kurikulum, proses pembelajaran, guru dan
siswa!
John F. Kennedy
b) Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang
menjadi landasan berfikir dengan membangun sedikit demi
sedikit pengetahuan yang didapatkan dan hasil pengetahuan
tersebut diperluas dengan konteks yang terbatas serta tidak
secara tiba-tiba. Kelebihan konstruktivisme adalah peserta
didik dapat membimbing pengetahuannya secara mandiri dan
aktif melalui proses belajar yang continue antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru. Konsep-konsep
yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang
dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
Pendekatan Induktif
Ciri utama pendekatan induktif dalam pengolahan
informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep
atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan
mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-
kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan
pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan
meningkat ke penerapan teori. Di bidang sains dan teknik
dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang
menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan
rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama
peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan.
e) Pendekatan Open-Ended
Pendekatan open-ended pendekatan belajar yang
menyajikan suatu problem yang dirancang agar memikiki multi
jawaban yang benar, dikenal dengan istilah problem tak
lengkap atau soal tebuka. Tujuan utamanya bukanlah untuk
mendapatkan jawaban tetapi bagaimana cara agar untuk sampai
pada jawaban. Dengan demikian, bukan hanya satu pendekatan
atau metode dalam mendapatkan jawaban.
Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang
apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan
yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin
untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah open-ended
dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda
dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
g) Pendekatan Realistic
Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan
antar konsep-konsep matematika dengan pengalaman sehari-
hari. Dalam pembelajaran realistik, dunia nyata dijadikan
sebagai sunber pemunculan konsep matematika. Pengenalan
konsep-konsep matematika dilakukan dengan menghadapkan
siswa pada masalah dari kehidupan mereka, pengalaman
mereka, atau apa yang pernah mereka lihat atau dengar, tetapi
yang mereka anggap sebagai kenyataan sehingga siswa segera
melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar secara bermakna.
h) Pendekatan Etnomatematika
Menurut Agasi & Wahyuono (2016) pendekatan
etnomatematika merupakan pendekatan yang digunakan untuk
Soal-soal Latihan
1. Apa pengertian dari pendekatan pembelajaran?
2. Ada 2 jenis pendekatan, sebutkan dan jelaskan!
3. Sebutkan karakteristik pendekatan pembelajaran!
JD Houson
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara transfer
informasi di mana peserta didik melakukan percobaan dan
terlibat langsung serta membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode
percobaan ini peserta didik diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri melalui suatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan
dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek,
keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, peserta didik
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Namun, metode
eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
penerapannya sebagai metode pembelajaran, yaitu:
5. Metode Ekspositori
Metode ini merupakan metode yang mengutamakan
transfer informasi pengetahuan secara verbal agar peserta didik
dapat menguasai konsep materi pelajaran secara optimal.
Metode ini dikenal dengan pembelajaran langsung (direct
instruction). Yang menekankan pada proses bertutur dan
menemukan materi yang diberikan, maka sering juga
dinamakan istilah metode chalk and talk. Metode ini
menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik (teacher centered learning). Pendidik menyampaikan
materi secara terstruktur agar ilmu tersampaikan dengan
efektif, karena metode ini berfokus kepada adalah kemampuan
akademik siswa (academic achievement student).
6. Metode Demontrasi
Metode demontrasi merupakan metode pembelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta
didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai
dengan penjelasan lisan. Proses transfer informasi kepada
peserta didik akan lebih real dan dapat dibayangkan peserta
didik, sehingga pemahaman terbentuk dengan baik, peserta
didik langsung dapat mengamati apa yang diperlihatkan selama
pelajaran berlangsung.
Metode ini digunakan untuk mentransfer gambaran kepada
peserta didik yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses mengatur, membuat sesuatu,
proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau
menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan
untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode
demontrasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya, sebagai
berikut:
9. Metode Latihan
Metode latihan dikenal dengan sebutan metode training
merupakan metode mengajar yang menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat
juga digunakan untuk melatih ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan ketrampilan peserta didik. Sebagai suatu
metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak
dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain sebagai berikut:
Soal-soal Latihan
1. Apa pengertian dari metode dan mengajar?
2. Apa pengertian dari metode mengajar sesuai dengan
pemahamanmu?
Antoine de Saint-Exupery
PENGELOLAAN KELAS 83
pembelajaran peserta didik, apa yang dilakukan pendidik
dalam kelas sangat bergantung kepada pendidik itu sendiri.
c) Menurut Ghufron (2010), pengelolaan kelas bertujuan
untuk menciptakan atau mempertahankan situasi dan
kondisi belajar yang tetap memungkinkan peserta didik
menguasai kompetensi, sekaligus mengamalkan nilai-nilai
karakter bangsa, menciptakan kondisi belajar berarti
menata kelas (fisik dan non-fisik) yang memungkinkan
peserta didik belajar secara memadai.
Penyataan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan kelas merupakan keterampilan seorang pendidik
dalam menciptakan dan memelihara sebuah kelas yang
kondusif dengan maksud agar tercapainya kondisi yang
optimal sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik. Pengelolaan kelas merupakan salah satu
keterampilan penting yang harus dikuasai oleh seorang
pendidik. Karena tanpa keterampilan mengelola kelas, akan
sulit untuk menjalankan kegiatan mengajar belajar secara
efektif. Adapun pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi
pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran di sekolah menggunakan suasana
berkelompok.
PENGELOLAAN KELAS 84
b) Pendidik memiliki kewajiban untuk membentuk dan
mengembangkan kelompok kelas yang efektif dan
kondusif.
c) Kelompok kelas adalah suatu sistem yang memiliki ciri-
ciri sebagaimana yang dimiliki oleh sistem sosial
lainnya.
d) Peserta didik yang memiliki karakteristik yang
bervariasi.
Pengelolaan kelas sangat di perlukan karena dari hari ke
hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan
perbuatan peserta didik selalu berubah-rubah. Hari ini peserta
didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum
tentu. Oleh karena itu kondisi belajar yang optimal dapat
dicapai jika pendidik mampu mengatur peserta didik dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam situasi yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
PENGELOLAAN KELAS 85
intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada peserta
didik. Tujuan lainnya adalah mengantarkan anak didik dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan dari tidak berilmu menjadi berilmu. Menurut Zahroh
(2015), tujuan pengelolaan kelas adalah:
a) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
b) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat
menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar;
c) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar
yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.
d) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang
sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
PENGELOLAAN KELAS 86
laku peserta didik melalui penerapan disiplin yang sangat
ketat serta mengandung unsur kekuasaan dan ancaman.
2) Pendekatan Permisif (Permisive Approach), merupakan
suatu cara pengelolaan kelas dengan memberi kebebasan
kepada peserta didik dalam melakukan berbagai kegiatan
sesuai dengan yang peserta didik inginkan.
3) Pendekatan Resep, merupakan cara pengelolaan kelas
dengan memberi peserta didik satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan tidak boleh
dikerjakan selama pembelajaran.
4) Pendekatan Pengajaran, merupakan cara pengelolaan
kelas dengan membuat perencanaan dan implementasi
yang sangat matang untuk melakukan proses pengajaran
yang baik.
5) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior
Modification Approach), merupakan cara pengelolaan
kelas dengan mengembangkan dan memfasilitasi
perubahan perilaku yang bersifat positif dari sisiwa dan
berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau
memperbaiki perilaku negatif peserta didik.
6) Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Sosio
Emosional Climate Approach), merupakan cara
pengelolaan kelas dengan menciptakan suasana
hubungan interpersonal yang baik dan sehat antara
PENGELOLAAN KELAS 87
pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik.
7) Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses Approach),
merupakan cara pengelolaan kelas dengan seperangkat
kegiatan pendidik untuk menumbuhkan kelas yang efektif.
8) Pendekatan Pluralistik (Electis Approach) merupakan cara
pandangan yang mencakup tiga pendekatan (perubahan
tingkah laku, iklim sosio emosional, dan proses
kelompok.
C. Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolaan
kelas. Dilihat dari kata penyusunnya, manajemen kelas terdiri
dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk
kepada pengertian tentang manajemen kelas, kita perhatikan
terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.
Manajemen dari kata “Management” diterjemahkan dari
pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah
proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam perlaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud
manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan
suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
PENGELOLAAN KELAS 88
dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Pengertian
manajemen kelas menurut para ahli:
a) Djamarah (2010) berpendapat bahwa manajemen kelas
merupakan upaya untuk memperdayagunakan potensi kelas
yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses
interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
b) Munawaroh (2012) berpendapat bahwa sebagai suatu aksi
yang dilakukan pendidik dalam menciptakan dan
memelihara lingkungan belajar agar tetap kondusif bagi
peserta didik dan pendidik untuk mecapai tujuan
instruksional.
Tujuan manajemen kelas juga tertuang pada tujuan
pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2007), tujuan
manajemen kelas adalah memberikan fasilitas untuk berbagai
aktivitas belajar. Sementara Arikunto (2004) mengatakan
bahwa tujuan manajemen kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Arikunto
menguraikan rincian tujuan manajemen kelas, yaitu:
1) Menciptakan situasi dan kondisi kelas menjadi lingkungan
belajar yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
dan berbuat lebih baik.
2) Tidak menghambat terwujudnya interaksi pembelajaran
PENGELOLAAN KELAS 89
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perlengkapan
belajar yang mendukung dan memungkinkan peserta didik
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.
4) Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan
latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya.
Kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi
dua kegiatan yang secara garis besar terdiri dari:
a) Pengaturan Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang melakukan aktifitas dan
kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai objek, dan karena
perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia,
maka peserta didik kemudian menduduki fungsi sebagai
subjek. Artinya peserta didik bukan barang tetapi juga
merupakan objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk
bergerak. Artinya dalam hal ini fungsi pendidik tetap memiliki
proporsi yang besar untuk dapat membimbing, mengarahkan,
dan memandu setiap aktifitas yang harus dilakukan peserta
didik. Oleh karena itu pengaturan peserta didik adalah
bagaimana mengatur dan menempatkan peserta didik dikelas
sesuai dengan potensi intelektual dan pengembangan
emosionalnya. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
PENGELOLAAN KELAS 90
memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan
keinginannya.
b) Pengaturan Fasilitas
Kondisi fisik lingkungan kelas dipengaruhi oleh kegiatan
pendidik maupun peserta. Maka dari itu, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan harus terpenuhi agar proses interaksi dapat
terjadi, sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih
harmonis dan baik dari permulaan masa kegiatan belajar
mengajar sampai akhir masa belajar mengajar. Pengaturan
fasilitas meliputi bermutu, nyaman dan aman, estetika, dan
sehat. Fasilitas yang belum cukup untuk menunjang kegiatan
belajar dapat diatur dengan baik sehingga daya gunanya lebih
tinggi. Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus
dilakukan peserta didik sehingga seluruh peserta didik dapat
terfasilitasi dalam aktifitasnya di dalam kelas. Pengaturan fisik
kelas diarahkan untuk meningkatkan efektifitas belajar peserta
didik sehingga peserta didik merasa senang, nyaman, aman
dan belajar dengan baik. Kegiatan-kegiatan yang perlu
dilaksanakan dalam manajemen kelas adalah mengecek
kehadiran peserta didik, mengumpulkan hasil pekerjaaan
peserta didik, pendistribusian bahan dan alat, mengumpulkan
informasi dari peserta didik, mencatat data, pemeliharaan
arsip, menyampaikan materi pembelajaran dan memberikan
tugas/PR.
PENGELOLAAN KELAS 91
Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Manajemen kelas akan memberikan dampak yang begitu
besar terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, faktor-faktor kesuksesan penerapan manajemen
kelas dilihat dari kondisi fisik kelas serta pendukungnya.
Namun, terdapat non-fisik yang terdapat pada pendidik. Maka
dari itu, beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mewujudkan manajemen kelas yang baik adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi fisik
Hasil pembelajaran tentu dipengaruhi oleh faktor
lingkungan fisik peserta didik, lingkungan fisik yang baik
akan meningkatkan intensitas proses pembelajaran dan
memiliki pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan belajar.
Lingkungan fisik yang dimaksudkan meliputi ruangan tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat
duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya suhu dan pengaturan
penyimpanan barang-barang.
2 Kondisi sosio-emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan peserta didik dan efektifitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio emosional meliputi: tipe
PENGELOLAAN KELAS 92
kepemimpinan, sikap pendidik, suara pendidik dan pembinaan
hubungan baik.
PENGELOLAAN KELAS 93
didik. Keberhasilan dalam pembelajaran akan ditentukan oleh
kemampuan pendidik dalam memfasilitasi peserta didik
dengan kegiatan manajerial terhadap kelas, keberhasilan dalam
“me-manage” kelas yang dilakukan pendidik haruslah melihat
aspek dalam kelas. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam manajemen kelas yang baik adalah meliputi sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan
kreatif.
PENGELOLAAN KELAS 94
Masalah dalam Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh pendidik adalah
upaya untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang sesuai
dengan setiap potensi peserta didik, sehingga semua peserta
didik dapat belajar dengan baik dan merasa terfasilitasi dari
sisi perkembangan fisik dan psikisnya. Akan tetapi dalam
penyelenggaraan pembelajaran di dalam kelas tidak selalu
berlangsung dengan baik, bahkan sering muncul masalah.
Masalah dapat kita tinjau dari bebagai sisi, sehingga pendidik
dapat menjadi maklum bila perencanaan yang disusun
sedemikian rupa akan tetapi masih muncul masalah dalam
pelaksanaannya. Masalah dapat kita lihat dari sisi sifat
masalah, jenis masalah dan sumber masalah.
1. Sifat masalah yang muncul dikelas
Berdasarkan sifat masalah, dibagi dua yaitu perennial
yang artinya bahwa masalah melekat, masalah akan selalu
ada ketika terjadi proses interaksi. Kemudian naturan effect,
artinya bahwa ketika dalam sebuah kegiatan muncul masalah
dan masalah itu tidak dicarikan penyelesaiannya, maka hal
tersebut akan memicu dampak lain sebagai pengikut dari
permasalahan tersebut yang mungkin akan besar.
2. Jenis masalah yang muncul dikelas
Berbagai masalah dapat muncul di dalam kelas, masalah
biasa berasal dari peserta didik, pendidik, kelas, situasi
PENGELOLAAN KELAS 95
sekolah. Dilihat dari jenisnya masalah dalam kelas yang
memungkinkan terganggunya proses belajar mengajar dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu masalah yang
muncul secara individu, dan masalah yang muncul karena
kelompok.
a) Masalah individu
Masalah individu adalah segala permasalahan yang
melekat pada perorangan baik karena aktivitasnya sebelum di
kelas yaitu di rumah, di jalan dan di lingkungan sekolah
sehingga muncul dikelas atau permasalahan yang muncul pada
saat proses pembelajaran berlangsung karena interaksinya
dengan peserta didik lain atau pendidik. Masalah individu
muncul bila terjadi stimulus yang tidak di harapkan dari sikap
peserta didik lain atau dari sikap pendidik bahkan bisa datang
dari materi belajar. Stimulus yang berlebihan dari pendidik
terhadap peserta didik akan memicu permasalahan.
b) Masalah kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang muncul karena
kolektivitas peserta didik yang tidak teroganisir sehingga
memunculkan kecemburuan atau ketidak setujuan yang tidak
dikemukakan yang pada akhirnya akan menurunkan semangat
belajar individu. Permasalahan dalam kelompok terjadi karena
kurang awasnya pendidik dalam menentukan kelompok atau
PENGELOLAAN KELAS 96
stimulus yang diberikan pendidik tidak dapat memunculkan
gairah dalam belajar secara keseluruhan.
3. Sumber masalah
Secara garis besar masalah di dalam kelas bisa berasal dari
rumah, dan dari lingkungan masyarakat dimana ia bergaul dan
juga lingkungan sekolah.
a) Lingkungan rumah.
Kondisi emosional peserta didik di kelas banyak akan
dipengaruhi oleh pergaulannya di rumah. Kondisi rumah
tempat dia tinggal, sosial dan ekonomi yang sedang
dijalaninya akan mempengaruhi pola belajar dia di sekolah.
b) Lingkungan masyarakat.
Pada saat tertentu ketika anak bergaul dalam masyarakat
baik dengan teman sebayanya ataupun dengan yang lebih
tua dan lebih muda, hal ini harus diwaspadai oleh pendidik
karena peristiwa-peristiwa yang menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan dapat menyebabkan anak tidak dapat belajar
dengan baik di dalam kelas.
c) Lingkungan sekolah.
Dalam lingkungan sekolah anak bergaul dengan berbagai
tingkatan kelas, dengan kakak kelasnya atau dengan orang
yang lebih dewasa seperti pendidik, penjaga sekolah,
petugas tata usaha, kepala sekolah. Pergaulan yang terjadi di
PENGELOLAAN KELAS 97
lingkungan sekolah tersebut akan memberikan warna terhadap
pola perilaku dan sikap dan kemungkinan akan terbawa
sampai dalam kelas.
D. Lingkungan Kondusif
Lingkungan belajar secara umum dapat berupa
lingkungan rumah, sekolah, dan sebagainya. Namun,
pembelajaran yang baik hanya akan terjadi dalam lingkungan
yang kondusif. Yaitu kondisi dimana proses belajar mengajar
terjadi dengan rasa aman dan nyaman. Kondisi ini akan
mengantarkan peserta didik pada hasil belajar yang maksimal.
Hal ini memungkinkan peserta didik untuk dapat memusatkan
perhatian dan pemikirannya kepada materi pelajaran.
Sebaliknya, kondisi lingkungan yang tidak kondusif akan
membuyarkan konsentrasi peserta didik sehingga hasil belajar
akan menjadi tidak optimal. Ada dua faktor penentu terjadinya
suasana lingkungan yang kondusif.
Pertama, suasana dalam kelas. Pendidik menjadi pihak
yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan
pembelajaran di ruang kelas. Strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif
atau tidaknya suasana belajar. Kemudian bagaimana pendidik
menguasai situasi belajar peserta didik. Pendidik tidak hanya
perlu menguasai materi pelajaran, namun yang lebih penting
PENGELOLAAN KELAS 98
adalah mampu menguasai dinamika kelas yang dihuni oleh
berbagai sifat dan watak peserta didik. Jika pendidik tidak
mampu menguasai dinamika kelas, suasana kelas akan gaduh
dan ribut oleh sikap dan perbuatan peserta didik yang
beraneka ragam.
Kedua, lingkungan di sekitar kelas atau sekolah. Suasana
belajar yang kondusif akan tercipta apabila didukung suasana
yang nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah. Lokasi
sekolah yang berada terlalu dekat dengan keramaian, seperti:
pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung mengganggu
konsentrasi peserta didik dalam belajar. Tidak hanya
persoalan bunyi, bau tak sedap pun dapat mengganggu
konsentrasi belajar peserta didik dalam belajar. Misalnya
sekolah yang berada terlalu dekat dengan areal peternakan atau
perkebunan karet, akan membuat suasana belajar menjadi tidak
kondusif.
Jadi, pembelajaran yang baik akan tercipta apabila kondisi
kelas dan sekitarnya kondusif. Kondisi yang kondusif ini akan
dapat tercapai apabila suasana di ruang kelas dan di
lingkungan sekitarnya, mendukung terlaksananya proses
belajar peserta didik.
Permasalahan dalam mewujudkan lingkungan belajar
yang kondusif, masalah pengelolaan kelas yang dapat
menghambat terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif
PENGELOLAAN KELAS 99
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: masalah
individual dan masalah kelompok.
a) Masalah individu/perorangan
Masalah individu akan muncul karena dalam setiap
individu ada kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan
ingin mencapai harga diri. Sehingga ketika kebutuhan tidak
dapat terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu
tersebut akan berusaha mendapatkannya dengan cara-cara
yang tidak baik. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan
tersebut, memungkinkan terjadi beberapa tindakan peserta
didik yang dapat digolongkan menjadi:
1) Attention getting behaviors
Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang
lain, misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan
berbuat serba lamban supaya menjadi perhatian oleh pendidik
(pasif).
2) Power seeking behaviours
Tingkah-Iaku yang ingin mendapat kekuasaan, misalnya
selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti
marah-marah, menangis atau selalu "Iupa" pada aturan penting
di kelas (pasif).
3) Revenge seeking behaviours
Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain
dengan tujuan menuntut balas, misalnya mengata-ngatai,
b) Masalah kelompok
Johnson & Mary (1970) mengemukakan tujuh katagori
masalah kelompok dalam manajemen kelas. Masalah ini
merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas.
Masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan
akhirnya peserta didik menjadi anggota kelompok bersifat
pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Apabila
kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan aktif,
puas, bergairah dan belajar dengan baik.
Masalah-masalah kelompok yang dimaksud adalah:
a) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin,
suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
b) Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang
telah disepakati sebelumnya.
c) Kelas bereaksi negatif terhadap salah seorang
anggotanya.
Soal-soal Latihan
1. Apa pengertian dari pengelolaan kelas?
2. Apa tujuan dari pengelolaan kelas?
3. Sebutkan dan jelaskan pendekatan dalam pengelolaan
kelas!
4. Apa pengertian dari manejemen kelas?
5. Apa tujuan dari manejemen kelas?
6. Jelaskan bagaimana kegiatan manejemen kelas!
7. Factor apa saja yang menjadi pengaruh manejemen kelas?
8. Apa fungsi dari manejemen kelas?
9. Apa saja masalah dalam manejemen kelas?
10. Apa faktor yang menjadi penentu terjadinya suasana
lingkungan yang kondusif? Jelaskan!
11. Apa yang menjadi penghambat terwujudnya lingkungan
belajar yang kondusif? Jelaskan!
12. Bagaimana upaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif secara preventif dan kuratif? Jelaskan !
13. Jelaskan perbedaan pengelolaan kelas yang bersifat
preventif dan bersifat kuratif!
John Cleese
4) Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan merupakan kemampuan dalam
menyajikan informasi yang disusun secara sistematis dan
berkaitan antara satu dengan lainnya. Komponen dalam
keterampilan menjelaskan terbagi menjadi dua, yaitu: 1)
merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara
keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara
unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus,
atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah
ditentukan dan penyajian suatu penjelasan, dengan
Soal-soal Latihan
1. Apa pengertian dari pembelajaran berbasis masalah?
2. Apa saja karakteristik pembelajaran berbasis masalah?
Sebutkan dan jelaskan!
3. Sebutkan dan jelaskan ciri utama dari pembelajaran
berbasis masalah!
4. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran berbasis
masalah? Jelaskan!
Confusius
Soal-soal Latihan
1. Apa pengertian pembelajaran matematika realistic?
2. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pembelajaran
matematika realistic?
3. Sebutkan langkah-langkah pembelajaran matematika
realistic!
4. Jelaskan apa itu matematika horizontal dan matematika
vertical!
5. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran matematika
realistic? Sebutkan dan jelaskan!
6. Apa saja prinsip pembelajaran realistic menurut Heuvel
dan Heuvel-Panhuizen? Sebutkan dan jelaskan!
7. Sebutkan karakteristik pembelajaran matematika realistic!
8. Buatlah minimal 3 contoh soal matematika yang sesuai
dengan pembelajaran matika realistic?
9. Apa pengertian dari learning dan teaching trajectory
dalam pembelajaran?
Adminstrator 14
Akomodasi 29,36
Aksentuasi 10
Aktualisasi 2,16
Analogi 45
Antusiasme 73
Apersepsi 10
Asimilasi 29, 33, 34, 36
Asosiasi 80
Autentik 105,107,115
Continue 44
Deduktif 7,25,46-48,55,108
Delegasi 94
Dinamika 99
Dinamis 16
Discovery 7
Edukatif 26,89
Ekstrinsik 58
Ekstrover 60
Estetika 17,91
Etika 17
Etnis 54
Evaluasi 9,10,12,13, 22,110,114,116,117,122
Fasilitator 3,12,16,31,32,39,49,128,129,144
Feedback 11
Filosofis 94
Formalisasi 131
Generalisasi 47,124,131,133
Heterogen 112
Indeks 157
Hierarki 61
Hipotesis 76,107,112,113,140
Holistik 139
Induktif 7,26,46-48,55,108
Inkuiri 7,47
Inovatif 105
Insight 137
Instruksional 9-11,41,61,89,118,141
Instrumental 25
Intelektual 20,85,86,90,114
Intermedier 61
Interpersonal 73,87,118
Intertwinment 53,138
Introver 60
Investigasi 12,107
Klasifikasi 6,86
Kolektivitas 96
Kompetensi 54,84
Kondusif 84,85,89,98,99,102,104
Koneksionisme 22
Konstruksi 12,33-35,53,114,132,139
Korektif 94
Kualifikasi 8,9,40
Kuratif 102-104
Matematizing 127
Organisator 114
Otonomi 83
Output 21,25,40
Parcing 45
Peer Tutoring 12
Perennial 95
Perspektif 33
Indeks 158
Preventif 102-104
Problematic 71
Reinvention 129,131,132,135,136,143
Resitasi 68-70,82
Simplikasi 131
Sistesis 5,12
Special 128
Spesifikasi 8,9
Stimulus 20-24,26-28,30,96,97,105,122
Substansi 51,54
Tuning 45
Verbal 72,121-123
Verbalisme 75,80
Indeks 159
GLOSARIUM
Glosarium 160
mendengarkan dapat menangkap makna
yang dimaksud oleh si pembicara.
Glosarium 161
kemampuannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas dan menyelesaikan masalah.
Glosarium 162
menyalahkan hipotesis atau mengenali
hubungan sebab akibat antara gejala
Glosarium 163
Fakta : Segala sesuatu yang tertangkap oleh
indra manusia atau data keadaan nyata
yang terbukti dan telah menjadi suatu
kenyataan.
Glosarium 164
Hipotesis : Jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena
masih harus dibuktikan kebenarannya
Glosarium 165
Insting : Suatu pola perilaku dan reaksi terhadap
suatu rangsangan tertentu yang tidak
dipelajari tetapi telah ada sejak kelahiran
suatu makhluk hidup dan diperoleh
secara turun-temuru
Glosarium 166
Interpersonal : komunikasi secara langsung atau face to
face communication pada waktu dan
tempat yang sama
Glosarium 167
Konseptual : Merupakan sesuatu yang disusun secara
terperinci terencana dengan matang,
punya dasar teori yang kuat, latar
belakang yang jelas, rencana yang baik ,
tujuan yang jelas manfaat yang baik
Glosarium 168
Motivasi : Proses yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk
mencapai tujuannya
Glosarium 169
Pra- : Tahapan yang ditempuh guru sebelum
instruksional memulai pembelajaran
Glosarium 170
Sistematis : Segala usaha untuk menguraikan dan
merumuskan sesuatu dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu
sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,
terpadu, mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut obyeknya
Glosarium 171