Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOLOGI

EKOSISTEM MANGROVE

Oleh :

Izzan Nurdzaki Amal

26040117130076

Dosen Pengampu :

Dra. Nirwani Soenardjo, MSi

196111291990032001

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
Hubungan Ekosistem Mangrove dengan Biotik dan Abiotik

Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air laut.
Ekosistem mangrove adalah kelompok jenis tanaman yang hidup disepanjang daerah pesisir
yang masih dipengaruhi oleh sifat – sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi gram
laut. Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove adalah sebagai sediment trap dan juga sebagai
pengendali abrasi pantai melalui mekanisme pemecahan energi kinetik gelombang air laut.
Mangrove baisa hidup di daerah dengan substrat lumpur seperti yang disebutkan oleh Petra
et al. (2012) bahwa habitat Rhizopora sp., dan Avicennia sp. biasa hidup di kondisi lumpur
61% sedangkan sisanya berupa pasir dan kerikil. Ciri dari mangrove memiliki akar tidak
beraturan misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau (Rhizophora spp),
serta akar yang mencuat ke atas (vertikal) seperti pensil pada Pidada (Sonneratia spp) dan
pada Api-api (Avicennia spp). Selain itu, mangrove memiliki biji (propagul) yang bersifat
vivipar atau telah berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora dan memiliki
banyak lentisel pada bagian kulit pohon. Faktor yang mempengaruhi hidup mangrove adalah
substrat, suhu, curah hujan, morfologi pantai, pasang surut, dan salinitas.

Hubungan abiotik dengan mangrove terjadi pada sedimen. Menurut Petra et al.
(2012), tingginya laju sedimentasi pada daerah pesisir dipengaruhi oleh tingkat kerapatan
ekosistem mangrove. Analisis Korelasi Pearson digunakan untuk menganaisa hubungan
antara kerapatan mangrove dengan laju transport sedimen. Ekosistem mangrove sangat
berperan penting dalam laju transpor sedimen di daerah pesisir. Semakin padat ekosistem
mangrove semakin rendah pula laju transpor sedimen dan juga sebaliknya. Laju sedimen ini
berpengaruh terhadap kondisi geomorfologi pantai. Menurut Aprinantyo et al. (2018),
menyatakan bahwa jenis substrat sangat berpengaruh terhadap kepadatan dan
keanekaragaman ekosistem mangrove. Jenis substrat lumpur menjadi tempat tumbuh yang
baik untuk mangrove dengan jenis Rhizopora sp. Sedangkan, untuk substrat yang memiliki
kandungan liat (clay) dan pasir (sand) menjadi tempat tumbuh yang baik untuk mangrove
jenis Avicennia sp. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mauludi et al. (2018).

Hubungan biotik dengan mangrove terjadi pada kepiting bakau. Mangrove memiliki
fungsi ekologis, yakni sebagai sumber bahan organik, sebagai tempat nursery ground, tempat
mencari makan, dan daerah pemijahan berbagai jenis biota laut dan pesisir (Kordi, 2012).
Kepiting bakau merupakan salah satu spesies yang hidup di ekosistem mangrove. Menurut
Serosero (2011), menyatakan bahwa kepiting bakau (Scylla spp.) hampir seluruh siklus
hidupnya berada di kawasan mangrove, seperti proses pemijahan dan pembesaran. Kepiting
bakau adalah salah satu sumberdaya perikanan yang menjadikan hutan mangrove sebagai
habitatnya. Kenaikan kerapatan hutan mangrove akan diikuti dengan kenaikan
keanekaragaman kepiting bakau. Semakin tinggi nilai kerapatan hutan mangrove maka
semakin banyak juga sumber makanan dari kepiting bakau seperti Turricula javana,
Lepthiotoma indica, Cerithidae obtuse, Terebralia palustris, ataupun serasah daun mangrove.
Mangrove juga bisa dijadikan habitat hidup yang aman bagi kepiting karena akar mangrove
yang cabangnya memanjang dan kuat. Keberadaan kepiting bagi mangrove memberikan
dampak yang positif. Serasah daun dan makrobentos yang dikonsumsi oleh kepiting akan
mempercepat siklus energi. Lubang yang dihasilkan oleh kepiting juga membantu sirkulasi
udara pada substrat menjadi lancar. Seresah yang dihasilkan dari luruhan daun vegetasi
mangrove akan didekomposisi oleh bakteri dan fungi di sekitar lingkungan sehingga
ekosistem mangrove semakin kaya akan kandungan zat organik nutrisi yang sangat
bermanfaat bagi keberlangsungan hidup Scylla spp., dan organisme perairan lainnya di sekitar
hutan mangrove.

Jadi, ekosistem mangrove memiliki hubungan dengan biotik dan abiotik. Hubungan
antara mangrove dengan sedimen (abiotik) terletak pada laju transpor sedimen yang
dipengaruhi oleh kepadatan ekosistem mangrove karena sedimen memiliki fungsi sebagai
sediment trap. Sedangkan, hubungan antara mangrove dengan kepiting bakau (Scylla spp.)
terletak pada keanekaragaman kepiting bakau dipengarhi oleh kepadatan ekosistem
mangrove karena mangrove sebagai tempat nursery, spwaning dan feeding ground bagi
kepiting bakau.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Y. K., Sudarmadji, dan H. Purnomo. 2017. Hubungan Keanekaragaman Portunidae


dengan Kerapatan Hutan Mangrove Pantai Popongan di Taman Nasional Baluran,
Jawa Timur Indonesia. Jurnal Ilmu Dasar, 18(1) : 43-50.

Mauludi, F., B. Sulardiono, dan Haeruddin. 2018. Hubungan Jenis Sedimen Dengan Kerapatan
Mangrove Di Desa Timbulsloko, Demak. Journal Of Maquares, 7(4) : 323- 332.

Anda mungkin juga menyukai